Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI TANAH
MONOLITH

OLEH:

NAMA : GADING BERLIAN


NO. BP : 2110232032
KELAS KULIAH : BIOLOGI TANAH A
KELAS PRAKTIKUM : BIOLOGI TANAH A
DOSEN PENJAB : Ir. LUSI MAIRA, M.Agr.Sc
ASISTEN :1. DEA ARTADEAR (1910231037)
2. MUHAMMAD AL FURQAN (1910232017)
3. ABU HANIPAH (1910233003)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem kehidupan yang kompleks yang
mengandung berbagai jenis organisme dengan beragam fungsi untuk
menjalankan berbagai proses vital bagi kehidupan teresterial. Indonesia
merupakan negara megabiodiversity di kawasan tropika basah selayaknya
memberdayakan sumberdaya hayati tanah untuk meningkatkan kesuburan dan
produktivitas tanah.Masalah utama yang dihadapi tanah lahan pertanian di
tropika basah adalah laju pelapukan, erosi dan pencucian hara, serta iluviasi liat
yang berlangsung intensif.

Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modaldasar pertanian.


Sifat, ciri dan tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi
oleh sifat kimia,fisika dan biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang
mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah.Karena ada bagian-bagian
hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai "Living System" contohnya
akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.Sejumlah besar oraganisme
tanah hidup di dalam tanah.Bagian terbesar oraganisme tanah terdiri dari
kehidupan tumbuhan, hal ini tidak memperkecil arti hewan-hewan terutama dalam
tahapan permulaan dekomposisi organik.

Tanah lapisan olah tipis dan kesuburan tanah rendah akibat rendahnya
kandungan bahan organik dan pH, serta terdapatnya lapisan bawah yang
padat.Tanah didominasi oleh Oxisol, Ultisol, dan Inseptisol.Pada lahan pertanian
intensif dengan perlakuan pengolahan tanah, pemupukan anorganik dan
pemberian pestisida yang intensif menekan perkembangan populasi organisme
heterotrof (terutama fauna tanah).Populasi organisme tanah didominasi oleh
mikroorganisme yang memiliki kemampuan merombak bahan organik dengan
dilepaskan sebagai hara dan CO2 semakin cepat, sehingga kandungan bahan
organik tanah cepat menurun dan fauna tanah semakin tertekan.Populasi fauna
tanah dan konservasi bahan organik tanah pada lahan-lahan pertanian intensif
semakin rendah.
Mikroba bersama-sama fauna tanah pada prinsipnya memiliki peranan
penting dalam melaksanakan berbagai aktivitas metabolisme yang berlangsung di
dalam subsistem tanah.Berbagai peran organisme tanah dalam mempengaruhi
kesuburan dan produktivitas tanah dapat berlangsung melalui perbaikan sifat fisik
tanah, peningkatan ketersediaan hara, konservasi bahan organik dan hara tanah,
serta dapat berperan sebagai hama-penyakit tular tanah ataupun sebagai
predator.Di dalam daur energi di dalam tanah, fauna tanah memiliki peranan
penting dalam menghancurkan secara fisik (fragmentasi) bahan organik,
selanjutnya oleh mikroba tanah bahan organik didekomposisi dan dilepaskan
sebagai senyawa anorganik (hara) yang dapat diserap oleh tanaman.Adanya
aktivitas fauna tanah juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan
aerasi tanah, dan juga meningkatkan stabilitas agregat tanah.Terlibatnya fauna
tanah dalam menjaga daur energi di dalam tanah dapat memaksimalkan nilai
fungsi bahan organik, selain dapat meningkatkan keharaan tanah juga
memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah serta mengurangi kecepatan kehilangan
bahan organik dari subsistem tanah.Dengan meningkatkan peran serta fauna tanah
ini, perlakuan pemupukan dan pemberian bahan organik tanah untuk
meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah dapat lebih efektif dan
berkelanjutan.

B. Tujuan
Tujuan praktikum ini untuk mengetahui keanekaragaman makrofauna
yang ada di dalam tanah terkhusus pada lapisan epigeic, anesic, dan endogeic
serta menghitung jumlah populasi makrofauna yang ada di dalam tanah.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan/tanah yang


berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan kerapatan isi
tanah, meningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air,
dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan
perbaikan struktur tanah. Secara umum biota tanah dapat dipandang sebagai
pengatur proses fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah. Biota tanah berperan
aktif dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis,
peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi
bahan organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, serta perbaikan
struktur agregat tanah (Maria B. et al., 2010) Maria B. Postma-Blaauw (2010)
menjelaskan bahwa biota tanah memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi
tanah baik dari segi kimia kesuburan tanah, maupun fisik dan biologi tanah. Biota
tanah berperan penting dalam menghancurkan dan mengurai bahan organik
sehingga biota tanah memiliki arti dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (Agus,
2008).
Makrofauna tanah memiliki peran penting dalam proses dan mekanisme di
dalam ekosistem tanah (David, 2014; Wang et al., 2019) dan berperan dalam
membantu meningkatkan kesuburan tanah. Beberapa jenis makrofauna tanah
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik dalam tanah (Haneda &
Sirait, 2012) dan memiliki peran penting dalam siklus hara, seperti jenis-jenis
makrofauna saprofagus yang mencerna bahan organik dan menghasilkan kotoran
yang selanjutnya akan diproses oleh mikrobia dengan bantuan enzim spesifik
melalui proses mineralisasi dalam tanah (Dwyana, 2004).

Keberadaan makrofauna di dalam tanah mempercepat dekomposisi bahan


organik. Bahan organik segar merupakan pakan bagi makrofauna. Melalui
pencernaannya terjadi penguraian bahan organik, dan sebagian hasil pengurainya
dibebaskan kembali ke tanah dalam bentuk kotoran yang dihasilkannya. Kotoran
makrofauna umumnya berisi C organik dan unsur tersedia yang lebih tinggi
dibandingkan tanah disekitarnya. Namun demikian komposisi kimia kotoran
makrofauna sangat beragam, bergantung pada jenis makrofaunanya, jenis dan
jumlah pakannya serta jenis tanahnya. Keragaman fauna tanah sering dijadikan
indikator kesuburan lahan (Azul, Mendes, Sousa, & Freitas, 2011; Rousseau,
Fonte, Téllez, Hoek, & Lavelle, 2013; Velasquez & Lavelle, 2019).

Kondisi vegetasi sangat berkaitan dengan keragaman makrofauna tanah


karena keberadaan vegetasi sangat penting bagi makrofauna tanah di antaranya
sebagai sumber makanan (Sylvain & Wall, 2011; Widyati, 2013), sehingga
pemilihan jenistanaman menjadi hal yang penting dalam membantu proses
kesuburan tanah. Selain itu proses pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman
yang intensif berpengaruh pula terhadap keragaman fauna tanah (Halwany, 2014;
Phophi, Mafongoya, Odindo, & Magwaza, 2017).

Organisme rhizosfer bertindak sebagai agen perubahan fisik, kimia, dan


biologi di dalam tanah. Mereka berinteraksi satu sama lain dan berkontribusi
dalam agregasi tanah. Aktivitas mikroorganisme rhizosfer juga memberikan
manfaat bagi tanaman melalui sintesis fitohormon, pelarutan mineral, produksi
siderofor, peningkatan serapan hara, luas daun, klorofi l, dan kandungan protein
terlarut daun, serta menghasilkan enzim antioksidan untuk melindungi tanaman
dari tekanan lingkungan yang dapat menyebabkan kerusakan sel (Flores-Gallegos
& Nava-Reyna, 2018).

Oleh karena itu, keanekaragaman organisme rhizosfer merupakan


komponen yang sangat penting dalam biologi tanah dan perlu dipelihara.
Keanekaragaman spesies dan tipe interaksi berperan penting dalam menjaga
keanekaragaman hayati suatu ekosistem (Mougi & Kondoh, 2012).

Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat


organisme dalam hubungannya dengan system perakaran, sisa bahan organic dan
kedalaman profil tanah. Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi
tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energy dan
karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi
,kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi
pertanian.Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organic dalam
suasana masam tidak akan terjadi. (Lehmann et al., 2017).
Adanya bahan organik tanah di piringan yang berkorelasi dengan
makrofauna tanah, dapat menghasilkan asam-asam organik yang dapat mengalami
humifikasi melalui dekomposisi yang dilakukan oleh makrofauna tanah, sehingga
dari hal tersebut bahan organik menghasilkan senyawa humik. Senyawa humik
tersebut berfungsi sebagai bahan perekat dalam pembentukan agregat tanah
(Hardjowigeno, 1992).

Berdasarkan pada klasifikasi ekologi, makrofauna tanah dapat


dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu: epigeik, anesik, dan endogeik.
Epigeik adalah makrofauna tanah yang tinggal dan aktif di permukaan tanah,
seperti kelompk cacing tanah tertentu. Anesik adalah kelompok makrofauna yang
tinggal di dalam di dalam tanah, namun mencari makan di luar permukaan tanah,
misal pada seresah. Contohnya adalah semut, rayap, dll. Endogeik adalah
kelompok makrofauna yang tinggal dan aktif di dalam tanah, contohnya adalah
cacing tanah kelompok tertentu. Layanan ekologi yang diberikan oleh makrofauna
sangat beragam, tergantung pada jenis makrofaunanya. Beberapa layanan ekologi
yangdapat diberikan oleh makrofauna antara lain: dekomposer, pencacah seresah
yang berukuran besar menjad kecil (litter transformer), penggali tanah (soil
ecosystem engineers), bioturbator, predator, dan lain-lain. (Hanafiah, 2005)

Aktivitas makrofauna tanah berbeda-beda, ada yang aktif di siang hari,


atau malam hari, atau aktif pada siang maupun malam hari. Oleh karena itu untuk
mempelajari makrofauna tanah, diperlukan berbagai metode, tergantung pada
jenis makrofauna tanahnya. Beberapa metode untuk mempeajari makrofauna
tanah antara lain: monolit, Jumlah dan jenis spesies di suatu komunitas tergantung
pada kondisi suatudaerah misalnya faktor biotik dan abiotik. Kemudian suatu
spesies yang dapatberadaptasi dengan lingkungannya dan berinteraksi dengan
sesamanya akan dapatbertahan di lingkungan tersebut. Faktor- faktor lingkungan
yang mempengaruhi komunitas suatu spesies antara lain adalah: suhu,
kelembaban, pH. Makrofauna tanah merupakan kelompok fauna bagian dari
biodiversitas tanah yang berukuran 2 mm sampai 20 mm (Haneda, 2012).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum biologi tanah ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Mei 2023
pada pukul 14.00 WIB sampai selesai yang dilakukan di samping rumah kaca
Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah cangkul, pisau komando,,
penggaris/mistar, pancang, kertas rijek/ plastic, pisau, alat tulis, kamera. Bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel tanah terganggu dan juga
sampel tanah utuh.

C. Cara Kerja

Untuk Langkah kerja pada praktikum ini yaitu yang pertama dilakukan adalah
dipilih lokasi pengambilan monolith, yaitu pada lahan alami.Kemudian
dibersihkan vegetasi di atasnya, lalu ditancapkan pancang 1 dengan jarak 15 cm x
15 cm kemudian digali tanah disekitar tanah yang 15 x 15 cm tersebut mengarah
keluar, jangan sampai mengenai sampel tanah. Lalu monolith yang akan diambil
dengan kedalaman 30 cm, dikeluarkan monolith yang terdapat pada pancang 1
dengan pisau, kemudian diletakkan di atas karung selanjutnya dibagi monolith
tersebut menjadi tiga bagian, kemudian dihancurkan monolith tersebut dan
diidentifikasi makrofauna apa saja yang terdapat pada setiap lapisan monolith.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian


Dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah Dan World
Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor. Indonesia. 36 hal.

Azul, A. M., Mendes, S. M., Sousa, J. P., & Freitas, H. (2011). Fungal fruitbodies
and soil macrofauna as indicators of land use practices on soil
biodiversity in Montado. Agroforestry Systems, 82(2), 121–138.
https://doi.org/10.1007/s10457-010-9359-y

Dwyana, Zaraswati. 2004. Mikrobiologi Dasar. Makassar:Universitas


Hasanuddin.

Flores-Gallegos, A. C., & Nava-Reyna, E. (2018). Plant growth-promoting


microbial enzymes. Enzymes in food biotechnology: Production, applica-
tions, and future prospects. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-813280-
7.00030-X.

Halwany, Wawan. 2013. Balai penelitian Kehutanan Banjar Baru : Peranan dan
Fungsi Fauna Tanah.

Hardjowigeno, Sarwono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta: PT Melon Putra.

Hanafiah, K. A., A. Napoleon dan N. Ghofar., 2005. Biologi Tanah, Ekologi dan
Makrobiologi Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Haneda, N. F., & Sirait, B. A. (2012). Keanekaragaman fauna tanah dan


peranannya terhadap laju dekomposisi serasah kelapa sawit. Jurnal
Silvikultur Tropika, 03(03), 161–167.
DOKUMENTASI

NO DOKUMENTASI KETERANGAN

1. Sampel monolith

2. Pemotongan sampel monolith


untuk mempermudah

3. Sampel diubah menjadi lebih


kecil untuk mempermudah
pengamatan

4. Menggemburkan tanah unutk


melihat makrofauna pada tanah
tersebut

5. Makrofauna yang ditemukan di


sampel
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI TANAH
RESPIRASI

OLEH:

NAMA : GADING BERLIAN


NO. BP : 2110232032
KELAS KULIAH : BIOLOGI TANAH A
KELAS PRAKTIKUM : BIOLOGI TANAH A
DOSEN PENJAB : Ir. LUSI MAIRA, M.Agr.Sc
ASISTEN :1. DEA ARTADEAR (1910231037)
2. MUHAMMAD AL FURQAN (1910232017)
3. ABU HANIPAH (1910233003)

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba
(bakteri, fungi, aktinomycetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna
tanah.Masing-masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam
kaitannya dengan tanaman, mikroba sangat berperan dalam membantu
pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara (mikroba penambat N. pelarut P),
membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza arbuskula), memacu
pertumbuhan tanaman (penghafil hormon), dan pengendalian hamapenyakit
(penghasil antibiotik).

Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya kehidupan
mikroba yang melakukan aktifitas hidup dan berkembangbiak dalam suatu massa
tanah. Mikroba dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan
CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah.Laju respirasi
maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi
maksimum mikroba dalam tanah, karena banyaknya populasi mikroba
mempengaruhi keluaran CO2 atau O2 yang dibutuhkan mikroba. Oleh karena
itu,pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikroba
daripada jumlah,tipe,atau perkembangan mikroba tanah.

Respirasi tanah merupakan pencerminan aktivitas mikroorganisme


tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme tanah) merupakan cara yang
pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme
tanah. Salah satu cara untuk mempelajari aktivitas semua mikroorganisme dalam
tanah adalah dengan menghitung jumlah organism tanah dan karbondioksida yang
dilepaskan oleh organisme tanah selama waktu tertentu. Sedangkan penetapan
respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroorganisme tanah

Salah satu faktor penentu subur tidaknya suatu tanah adalahbesarnya populasi
mikroorganisme dalam tanah tersebut.Semakin banyak mikroorganisme tanah
yang terkandung, maka semakin subur tanah tersebut. Hal ini dikarenakan bahan
organic yang terdapat dalam tanah hanya dapat didekomposisikanoleh
mikroorganisme-mikroorganisme tersebut yang nantinya akan menyumbangkan
nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman serta memperbaiki keadaan tanah.
Salah satu cara untuk dapat menghitung populasi dari mikroorganisme tanah
tersebut adalah dengan mengukur respirasi tanahnya yang diasumsikan bahwa
ketika semakin besar respirasi tanahnya maka jumlah mikroorganisme yang
terkandung dalam tanah tersebut pun semakin besar.

Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar pertanian.


Sifat, ciri dan tingkat kesuburan (produktivitas) nya, tanah sangat dipengaruhi
oleh sifat kimia,fisika dan biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang
mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam tanah.Karena ada bagian-bagian
hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut sebagai “Living System” contohnya
akar tanaman dan organisme lainnya di dalam tanah.

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengukur laju respirasi mikroba


tanah.Metode pengukuran ini berdasarkan laju penggunaan oksigen (O2) atau laju
karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan.Laju penggunaan oksigen digunakan
sebagai pengukur aktivitas respirasi seluler.Pengukuran ini menggunakan
oksigen-elektroda seperti microprobes yang dapat digunakan pada pengukuran ini
yaitu alat respirometer untuk mengukur perubahan volume gas.Pengukuran CO2
biasanya untuk pengukuran laju respirasi di tanah.Karbon dioksida yang
dihasilkan oleh mikroba dapat ditambat dengan menggunakan larutan alkali dan
penghitungan menggunakan metode titrasi dengan penambahan asam.

B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah CO2 yang dihasilkan oleh
mikroba tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh mikroba tanah
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya


kehidupan mikrobia yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam
suatu masa tanah. Mikrobia dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau
mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju
respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi
maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia
mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia. Oleh
karena itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik
mikrobia daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikrobia tanah (Hanafiah,
2005).

Peningkatan respirasi terjadi bila ada pembasahan dan pengeringan,


fluktuasi aerasi tanah selama inkubasi. Oleh karena itu, peningkatan respirasi
dapat disebabkan oleh perubahan lingkungan yang luar biasa. Hal ini bisa tidak
mencerminkan keadaan aktivitas mikroba dalam keadaan lapang, cara steady-stato
telah digunakan untuk mempelajari dekomposisi bahan organik, dalam penelitian
potensi aktivitas mikroba dalam tanah dan dalam perekembangan penelitian.
(Iswandi, 2011).

Respirasi tanah merupakan salah satu hal yang penting yang berkaitan
dengan perubahan iklim dan pemanasan global di masa depan. Respirasi tanah
yang berkaitan dengan suhu tanah digunakan sebagai salah satu kunci
karakteristik tanah atau bahan organik dan bertanggung jawab dalam pemanasan
global. (Subke & Bahn 2010).

Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri


maupun cendawan. Interaksi antara mikroba dengan lingkungan fisik di
sekitarnya mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan
membelah. Salah satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan tanah
yang berkaitan erat dengan respirasi tanah (Cook & Orchard, 2010).

Respirasi tanah adalah proses pernafasan mikroorganisme tanah


dan akar tanaman yang mengeluarkan CO2 dari tanah ke atmosfer.
Respirasi tanah dipengaruhi tidak hanya oleh faktor biologis (vegetasi dan
mikroorganisme dan faktor lingkungan (suhu, pH dan kelembapan), tetapi
juga lebih kuat oleh faktor buatan manusia seperti penerapan sistem olah tanah
(Setiawan, 2016).

Respirasi dapat digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan ketersediaan


O2 di udara, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob. Respirasi aerob
merupakan proses respirasi yang membutuhkan O2, sebaliknya respirasi anaerob
merupakan proses repirasi yang berlangsung tanpa membutuhkan O2. Pengukuran
respirasi ini berkorelasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang berkaitar
dengan. aktifitas mikroba seperti: kandungan bahan organic,transformasi N atau
P, hasil antara, pH, dan rata-rata jumlah mikroorganisme. (Hanafiah, 2005)
Respirasi tanah merupakan suatu proses yang terjadi karena adanya
kehidupan mikrobia yang melakukan aktifitas hidup dan berkembang biak dalam
suatu masa tanah. Mikrobia dalam setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau
mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Laju
respirasi maksimum terjadi setelah beberapa hari atau beberapa minggu populasi
maksimum mikrobia dalam tanah, karena banyaknya populasi mikrobia
mempengaruhi keluaran CO2 atau jumlah O2 yang dibutuhkan mikrobia. Oleh
karena itu, pengukuran respirasi tanah lebih mencerminkan aktifitas metabolik
mikrobia daripada jumlah, tipe, atau perkembangan mikrobia tanah. (Sutedjo,
1996)

Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem lahan yang keberadaan


fauna tanah dipengaruhi oleh kondisi lahan tersebut. Ada fauna tanah yang
memerlukan kondisi iklim mikro tertentu ada juga fauna tanah yang dapat hidup
pada kondisi ekstrim tertentu Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah
yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah. Dengan
demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi mineral organik
tanah. Suhu yang ideal untuk habitat cacing tanah di daerah tropic antara 15-
25oC. (Wawan, 2013)

Berdasarkan sebarannya dalam tanah, makrofauna dapat dikelompokkan


dalam makrofauna epigeik, makrofauna anesik, dan makrofauna endogeik.
Makrofauna epigeik adalah makrofauna yang hidup di permukaan tanah,
memfragmentasi (comminution) dan menguraikan seresah, namun tidak
mendistribusikan .pada profil tanah, dan biota yang termasuk di dalamnya adalah
Arthropoda, Sentipoda, Milipoda. Makrofauna anesik yaitu makrofauna yang
mencari makan di permukaan tanah lalu di bawa ke sub soil, mendistribusikan
tanah atasan (top soil), mineral dan bahan organik pada profil tanah, anggotanya
adalah cacing tanah, rayap, dan Arachnidae. Selanjutnya, makrofauna endogeik
adalah makrofauna yang hidup dan mencari makan di dalam tanah (sub soil),
memakan bahan organik dan sisa perakaran, serta menelan mineral tanah,
anggotanya meliputi cacing tanah yang tidak berpigmen atau berwarna pucat dan
rayap pemakan tanah. Untuk itu kami ingin melakukan praktikum monolith tanah.
(Haneda, 2012)

Adapun cara penetapan tanah di laboratorium lebih disukai. Prosedur di


laboratorium meliputi penetapan pemakaian O2 atau jumlah CO2 yang dihasilkan
dari sejumlah contoh tanah yang diinkubasi dalam keadaan yang diatur di
laboratorium. Dua macam inkubasi di laboratorium adalah : (Hanafiah, 2005)
1) Inkubasi dalam keadaan yang stabil (steady-stato),
2) Keadaan yang berfluktuasi

Untuk keadaan yang stabil, kadar air, temperatur, kecepatan, aerasi, dan
pengaturan ruangan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Peningkatan
respirasi terjadi bila ada pembasahan dan pengeringan, fluktuasi aerasi tanah
selama inkubasi. Oleh karena itu, peningkatan respirasi dapat disebabkan oleh
perubahan lingkungan yang luar biasa. Oleh karena itu pengukuran respirasi tanah
lebih mencerminkan aktifitas metabolik mikrobia daripada jumlah, tipe atau
perkembangan mikrobia tanah. Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan
tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme)
tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat
aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi
yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme
tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata
jumlah mikroorganisrne. (Anas, 2011)
BAB III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum biologi tanah ini dilakukan pada hari Selasa tanggal 9 Mei 2023
pada pukul 14.00 WIB sampai selesai yang dilakukan di samping rumah kaca
Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah kotak plastic berukuran
20 cm x 20 cm, botol film yang kecil, dan tiang penyangga. Bahan yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah larutan KOH 10 ml dan aquades.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan yaitu disiapkan alat dan bahan, lalu pilih
tempat pelaksanaan percobaan. Dibersihkan lahan dari vegetasi dengan
menggunakan cangkul. Lalu di letakkan 2 botol film yang sebelumnya yang
masing-masing telah diisi oleh larutan KOH (10 ml) dan aquades (10 ml). Setelah
itu di tutup dengan box plastik dengan rapat, tutup pakai tanah jika masih ada
celah dari box tersebut. Lalu diamkan selama 4 jam. Setelah 4 jam ambil sampel
tadi dan segera tutup dengan menggunakan penutup botol film. Lalu sampel
dibawa ke labor untuk dilakukan titrasi. Langkah kerja yang dilakukan untuk
titrasi, yaitu pertama pindahkan larutan tadi masing-masing ke erlenmeyer. Lalu
ditambah larutan BaCL3 sebanyak 5 ml ke masing-masing sampel sambil diaduk.
Lalu dilihat perubahan apakah ada gumpalan atau tidak. Setelah itu diberikan
indikator PP sebanyak 2 tetes pada masing-masing sampel. Dan dilihat apakah ada
perubahan warna, dan terakhir ditambahkan HCL pada masing-masing sampel
hingga sampel tadi kembali seperti semula (seperti sebelum diberikan larutan
titrasi).
DAFTAR PUSTAKA

Anas, Iswandi. 2011. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB, Bogor

Cook VJ, Orchard VA. 2010. Relationships between soil respiration and soil
moisture. Soil Biology & Biochemistry 40: 1013–1018

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta

Haneda, N. F., & Sirait, B. A. 2012. Keanekaragaman fauna tanah dan


peranannya terhadap laju dekomposisi serasah kelapa sawit. Jurnal
Silvikultur Tropika, 03(03), 161–167.

Iswandi. 2011. Mikoriza. https:/id.m.wikipedia.org/wiki/mikoriza. Diakses pada


13 Mei 2023

Setiawan, Deni. 2016. Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Aplikasi Mulsa Bagas
Terhadap Respirasi Tanah Pada Pertanaman Tebu (Saccharum
OfficanarumL) Tahun Ke-5 Plant Cane Di Pt Gunung Madu Plantations.
Vol 4(1). Hal 99-104

Subke JA, Bahn M. 2010. On the ‘temperature sensitivity’ of soil respiration: Can
we use the immeasurable to predict the unknown?. Soil Biology &
Biochemistry 42: 1653-1656.

Sutedjo. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.


Wawan. 2013. Balai penelitian Kehutanan Banjar Baru : Peranan dan Fungsi
Fauna Tanah.
DOKUMENTASI

NO DOKUMENTASI KETERANGAN

1. Pembersihan permukaan tanah


dari vegetasi lahan tersebut

2. Memasukkan laurtan ke dalam


botol film

3. Meletakkan kedua larutan pada


sampel tanah yang akan
dianalisis

4. Sampel respirasi ditutup


menggunakan box

5. Sampel respirasi

Anda mungkin juga menyukai