Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

PENETAPAN KEMANTAPAN AGREGAT

DISUSUN OLEH :

ALFANI AHSANUL ILMI (20025010172)

GOLONGAN E1

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenanagan air. Kemantapan
tergantung pada ketahanan jojot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atai pengikat. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kemantapan
agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran
agregat. Serta tingkat agregasi stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada
keutuhan tenaga permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antar
koloid partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir (gum)
microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi.
Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan oleh alat-alat pertanian, tekstur,
struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam
perhitungan-perhitungan seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi,
pemupukan, pengolahan tanah dan lain-lain.
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi,dan
daya menahan air. Tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan
maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran
akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi
buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan agregat untuk bertahan dari
gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif terhadap
kemantapan agregat.
1.2. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kemantapan agregat tanah dari
gunung anyar dan wonosalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah
untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Agregat tanah
yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air lebih lama
dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap. Agregat yang stabil dapat
menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman.
Tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat
tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan
menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk
dan permeabilitas menjadi lambat. Mengingat pentingnya kemantapan agregat
dalam tanah, maka perlu upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya untuk
memperbaiki kemantapan agregat adalah dengan pemberian bahan organik.
Bahan organik berperan terhadap proses pembentukan dan mempertahankan
kestabilan struktur tanah, menciptakan drainase yang baik sehingga mudah
melalukan air, dan mampu memegang air lebih banyak. Bahan organik sangat
berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta penstabilan agregat
tanah (Junedi dan Fathia, 2015).
Bahan organik merupakan pemantap agregat tanah, pengatur aerasi dan
cenderung meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Lebih dari itu, bahan
organik tanah berfungsi sebagai pengikat butiran primer tanah menjadi
butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap ( Nurhayati dan Salim,
2012).
Kemantapan agregat mempengaruhi ketahanan tanah terhadap air. Makin
tinggi gaya ikat antar molekul partikel tanah, maka sulit tanah tersebut
terpengaruhi oleh gaya rusah yang berasal dari pukulan air hujan. Jadi
kemantapan agregat terhadap air dapat dipakai sebagai petunjuk ketahanan tanah
terhadap erosi. (Sutanto, 2014).
Tekstur tanah sangat menentukan kecepatan infiltrasi dan kemampuan tanah
menahan air. Tanah yang didominasi fraksi pasir mempunyai infiltrasi tinggi,
gampang meloloskan air sehingga kemampuan mengikat air rendah. Kandungan
fraksi liat sedikit menyebabkan tanah mempunyai kemantapan agregat rendah
sehingga sering kehilangan unsur hara akibat pencucian maupun bahaya erosi.
Tekstur tanah akan mempengaruhi tata udara di dalam tanah dan mempengaruhi
kehidupan mikroorganisme maupun makroorganisme di dalam tanah (Juarti,
2016).
Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan perkebunan.
Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Agregat dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk
perkembangan akar tanaman melalui pengaruhnya terhadap porositas, aerasi,dan
daya menahan air. Tanah yang agregatnya, kurang stabil bila terkena gangguan
maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran
akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi
buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Kemantapan agregat untuk bertahan dari
gaya perusak dari luar (stabilitas) dapat ditentukan secara kuantitatif terhadap
kemantapan agregat (santi,2008).
Menurut Widodo dan Zaenal (2018), kemantapan tanah secara umum terdapat
tiga kelompok yang bertindak sebagai agen perekat dalam pembentukan agregat
yaitu mineral liat koloidal, oksida besi, mangan koloidal, dan bahan organic
koloidal termasuk hasil aktivitas dan perombakan sel – sel mikroba. Utomo, dkk
(2015), berpendapat bahwa tanah yang mengandung bahan organic tinggi akan
memiliki kemantapan agregat yang tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum penetapan kemantapan agregat tanah dilaksanakan pada
hari kamis,20 Mei 2021 pukul 13.00 – 14.00 WIB. Bertempatan di rumah
masing-masing mahasiswa.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Gelas arloji
2. Penggaris
3. Gelas beker
4. Botol penyemprot
5. Buret dan penetesnya
3.2.2. Bahan
1. Agregat berukuran 2 hingga 3 mili dari wonosalam
2. Agregat berukuran 2 hingga 3 mili dari gunung anyar
3. Tisu
4. Air
3.3. Cara Kerja
3.3.1. Mengukur diameter tetesan menggunakan buret
1. Letakkan gelas beker dibawah puret dan memutar buret perlahan-
lahan
2. Tunggu hingga 10 tetesan
3. Dan terlihat pengurangan sebesar 0,6 mili
4. Ulangi selama 10 kali untuk diambil rata-ratanya
4.3.2. Mencari jumlah tetesan air untuk menghancurkan tanah
1. Letakkan gelas arloji yang sudah dikasih tisu dibawah buret
2. Ambil contoh tanah dan letakkan di bawah buret
3. Mengukur ketinggian tanah pada puret,ketinggian tersebut
harus 20 cm yaitu dari tanah ke puret
4. Kemudian buka puret dan pastikan tetesan jatuh tepat diatas
tanah serta tidak terlalu cepat ataupun lambat
5. Lihatlah saat tanah hancur pada tetesan keberapa.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil

Tabel Diameter Tetesan Air

Jumlah Jari-Jari
Hitungan ke Volume Air  Volume⁄Tetes
Tetesan Tetesan
1 10 3 0,6 0,6
2 10 2,5 0,25 0,48
3 10 2 0,2 0,47
Rata-Rata 10 2,5 0,35 0,57

Tabel Jumlah Tetesan Air Untuk Menghancurkan Tanah

Jumlah tetesan Jumlah tetesan


Ulangan ke- saat agregat saat agregat
mulai pecah (A) hancur (B)
1 13 30
2 15 34
3 11 29
Rata -Ratax́  13 31
 x 2i 515 2897
2
  ∑ x i 1521  8649
SD 22,78 53,88
 Perhitungan xi2
 Tanah Pecah = 132 + 152 +112
= 169 + 225 + 121
= 515
 Tanah hancur = 302 + 342 + 292
= 900 + 1156 + 841
= 2897
 Perhitungan (∑Xi)2
 Tanah pecah = (13 + 15 + 11)2
= (39)2
= 1521
 Tanah hancur = (30 + 34 + 29)2
= (93)2
= 8649
 Perhitungan Standar Deviasi (SD)

∑ xi 2


2
SD = ∑ nxi − n
n−1

1521
 Tanah pecah =

= √ 519
3 . 515−
3−1
3

= 22,78

8649
 Tanah hancur =

= √ 2904
3 . 2897−
3−1
3

= 53,88

4.2. Pembahasan
Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah
untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Untuk mengetahui
kemantapan agregat suatu tanah kita harus melakukan pengamatan dengan langah
yang pertama adalah Mengukur diameter tetesan menggunakan buret. Yang kedua
adalah Mencari jumlah tetesan air untuk menghancurkan tanah.
Hasil dari praktikum kemantapan agregat tanah adalah diketahuinya rata-rata
jumlah tetesan saat agregat mulai pecah sebesar 13 tetes. Rata – rata jumlah
tetesan air pada saat agregat hancur adalah sebanyak 31 tetesan. Pada perhitungan
standart deviasi diketahui bahwa tanah mulai pecah pada 22,78 tetesan dan tanah
hancur pada 53,88 tetesan.
Ketahanan tanah terhadap hancuran dipengaruhi oleh pengolahan tanah,
aktivitas mikroba tanah dan tajuk tanaman terhadap permukaan tanah dan hujan.
Menurut Widodo dan Zaenal (2018), kemantapan tanah secara umum terdapat
tiga kelompok yang bertindak sebagai agen perekat dalam pembentukan agregat
yaitu mineral liat koloidal, oksida besi, mangan koloidal, dan bahan organic
koloidal termasuk hasil aktivitas dan perombakan sel – sel mikroba. Utomo, dkk
(2015), berpendapat bahwa tanah yang mengandung bahan organic tinggi akan
memiliki kemantapan agregat yang tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulanya adalah diketahuinya rata-rata jumlah tetesan saat agregat mulai
pecah sebesar 13 tetes. Rata – rata jumlah tetesan air pada saat agregat hancur
adalah sebanyak 31 tetesan. Pada perhitungan standart deviasi diketahui bahwa
tanah mulai pecah pada 22,78 tetesan dan tanah hancur pada 53,88 tetesan.
Ketahanan agregat dipengaruhi oleh bahan organik. Maka tanah yang
mengandung bahan organic tinggi akan memiliki kemantapan agregat yang tinggi.
5.2. Saran
Lakukan praktikum ini degan baik agar mendapatkan hasil yang baik pula.
Karena apa yang kau tanam akan kau panen.
DAFTAR PUSTAKA

Juarti. 2016. Analisis Indeks Kualitas Tanah Andisol Pada Berbagai Penggunaan

Lahan di Desa Sumber Brantas Kota Batu. Jurnal Pendidikan Geografi. 2:


131-144.

Nurhayati dan A Salim. 2012. Pemanfaatan produk samping pertanian sebagai

pupuk organik berbahan lokal di Kota Dumai Provinsi Riau. Dalam Putu
Wigena IG, NL Nurida, D Setyorini, Husnain, E Husen, E Suryani
(eds.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan
Lahan Terdegradasi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. Bogor, 29-30 Juni 2012, 51-560.

Santi, L. P., Ai Dariah dan D.H.Goenadi. 2015. Peningkatan kemantapan agregat

tanah mineral oleh bakteri penghasil eksopolisakarida. Menara Perkebunan


76 (2): 93-103.

Sutanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Kanisius.

Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai