Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

PENETAPAN PH,BAHAN ORGANIK TNAH,DAN KAPUR

DISUSUN OLEH :

ALFANI AHSANUL ILMI (20025010172)

GOLONGAN E1

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

SURABAYA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan
beragam yang berbeda yang terdiri dari butiran kerikil kasar, pasir, tanah
lempung, tanah liat dan semua bahan lepas lainnya termasuk lapisan tanah paling
atas sampai pada tanah keras. Tanah memiliki nilai pH yang berbeda-beda.
pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus
jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan
pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai
pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa
ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5– 10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui isi kandungan pH tanah, bahan organik, dan bahan kapur
pada sampel tanah yang diambil di wonosalam dan gunung anyar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak dipermukaan
bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalamiperubahan yang dipengaruhi
oleh faktor-faktor: Bahan Induk,Iklim, Organisme, Topografi, dan Waktu
(Harahap dkk., 2014) .
pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0
hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. Sebagai contoh, jus
jeruk dan air aki mempunyai pH antara 0 hingga 7, sedangkan air laut dan cairan
pemutih mempunyai sifat basa (yang juga di sebut sebagai alkaline) dengan nilai
pH 7 – 14. Air murni adalah netral atau mempunyai nilai pH 7.
Dalam sistem alami pH tanah dipengaruhi oleh mineralogi, iklim dan
pelapukan. Pengolahan tanah sering kali mengubah pH alami dari tanah akibat
dari pupuk nitrogen penghasil asam atau akibat pengambilan basa-basa kalium
(K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Tanah yang mengandung mineral
penghasil sulfur dapat menyebabkan kondisi tanah menjadi sangat asam apabila
mineral tersebut terkena udara bebas.
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa
ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur
hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5– 10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah Faktor-faktor yang
mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk,
bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari
air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005),
selain itu bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya
daya serap tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak
reaksi pelepasan ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat
mempunyai koloid tanah yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation
yang tinggi. tanah yang banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi
menimbulkan reaksi masam.
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH.Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan
pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada
tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi dibanding OH-, sedang pada
tanah alkalin kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+
sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7.
Konsentrasi H+ atau OH- dalam tanah sebenarnya sangat kecil. Nilai pH berkisar
antara 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedang pH kurang dari 7 disebut masam
dan pH lebih dari 7 disebut alkalis (Hasibuan, 2015).
Tanah masam dan penyebarannya Tanah mineral masam banyak dijumpai di
wilayah beriklim tropika basah, termasuk Indonesia. Luas areal tanah bereaksi
asam seperti podsolik, ultisol, oxisols dan spodosol, masing-masing sekitar 47,5,
18,4, 5,0 dan 56,4 juta ha atau seluruhnya sekitar 67% dari luas total tanah di
Indonesia (Nursyamsi et al, 1996). Luasnya tanah masam tersebut sebenarnya
mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha pertanian, tetapi
sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat
beberapa kendala yang terdapat pada tanah masam.Tanah ordo lain yang bersifat
masam adalah inseptisol dan entisol.Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau
kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di
dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan bereaksi asam. Sebaliknya, bila
kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan bereaksi basa. Pada
kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang
tinggi. Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat
masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan
tertentu, yaitu apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion
Alhidroksida ,dengan demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah
(Yulianti, 2007).
Di daerah rawa-tawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan
asam sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam
karena mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat masarn bila rawa
dikeringkan akibat sulfida menjadi sulfat.
Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh
hidrogen mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan
oktahedral dan menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian
dijerap oleh kompleks lempung dan suatu kompleks lempung-Al-H terbentuk
dengan cepat ion. Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H.
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam
tanah. Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada
tanah gambut adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat
keasaman gambut mempunyai kisaran yang sangat lebar. Keasaman tanah gambut
cendrung semakin tinggi jika gambut semakin tebal. Asam-asam organik yang
tanah gambut terdiri dari atas asam humat, asam fulvat, dan asam humin.
Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit yang akan menimbulkan keasaman tanah
hingga mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan ini hampir tidak ada tanaman budidaya
yang dapat tumbuh baik. Selain menjadi penghambat pertumbuhan tanaman, pirit
menyebabkan terjadinya karatan (corrosion) sehingga mempercepat kerusakan
alat-alat pertanian yang terbuat dari logam.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman
(reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah
yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah
banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid
tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2007).
Peningkatan C-organik dan N-total tanah berasal dari pemberian dan
mineralisasi bahan organik yang ditambahkan dalam sistem pertanian organik,
sementara pada sistem pertanian konvensional ditambahkan dalam bentuk pupuk
dan penambahan bahan organik pada sistem pertanian organik lebih kuat
pengaruhnya ke arah perbaikan sifat sifat tanah pengelolaan jangka panjang dan
berkesinambungan (Margolang dkk., 2015).
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan kompleks pertukaran
tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation-kation. Variasi nilai KTK
mengikuti pola variasi kandungan C-organik. Nilai KTK liat dapat dipengaruhi
oleh C-organik dan jumlah kation. Tanah dengan KTK yang tinggi mempunyai
daya menyimpan unsur hara yang tinggi, tetapi pada tanah masam, KTK liat yang
tinggi mungkin juga disebabkan oleh Al dd yang tinggi (Arabia, dkk., 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum penetapan PH tanah dilaksanakan pada hari kamis,20 Mei
2021 pukul 13.00 – 14.00 WIB. Bertempatan di rumah masing-masing
mahasiswa.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
1. Pengocok elektrik
2. Timbangan
3. Ph meter
4. Beker gelas
5. Gelas ukur
6. Botol pengocok
3.2.2. Bahan
1. Sampel tanah berukuran 0,5 mm
2. Air atau H2O
3. Larutan KCl
3.3. Cara Kerja
1. Ambil sampel tanah berukuran 0,5 mm dan timbang seberat 10 g
2. Lalu masukkan ke botol pengocok
3. Kemudian beri H2O sebanyak 20 mm
4. Contoh tanah yang satunya diberi larutan KCl sebanyak 20 mm
5. Jika sudah diberi air ataupun larutan KCl kemudian tutup botol pengocok
dan masukkan kedalam pengocok elektrik selama 30 menit
6. Ambil botol pengocok elektrik dari pengocok elektrik
7. Hitung ph tanah dengan ph meter
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Tabel hasil pengukuran pH tanah

Nilai Ph
NO Contoh Tanah
pH H2O pH KCl
1. TANAH 1 5,51 4,63
2. TANAH 2 5,05 3,36
4.1.2. Tabel hasil pengamatan

NO Contoh Tanah Bahan Organik Kapur


Sedikit berbusa
dan tidak Tidak terjadi
1. TANAH 1
mengeluarkan reaksi apapun
asap
Banyak busa
Tidak terjadi
2. TANAH 2 dan sedikit
reaksi apapun
berasap

4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini menghasilkan sampel tanah 1 memiliki nilai pH H2O 5,51
dan pH KCL 4,63. Tanah ini memiliki kandungan bahan organik,namun hanya
sedikit yang ditandai dengan munculnya sedikit berbusa dan tidak mengeluarkan
asap saat ditetesi larutan hidrogen peroksida (H 2O2). Saat pengamatan kandungan
kapur pada sampel tanah 1 tidak terjadi reaksi apapun yang menandakan tanah
tersebut tidak mengandung kapur.
Sampel tanah yang ke-2 memiliki nilai pH H 2O 5,05 dan pH KCL 3,36. Saat
sampel tanah ditetesi larutan hidrogen peroksida (H2O2),terdapat banyak busa dan
sedikit berasap yang menandakan tanah tersebut mengandung bahan organik yang
cukup tinggi. Tanah pada sampel 2 ini tidak bereaksi saat ditetesi larutan HCl 6N
yang menandakan tanah tidak memiliki kandungan kapur.
H2O2 pada uji bahan organik berfungsi untuk mengoksidasi BO menjadi air
(H2O) dan gas karbon dioksida (CO2). Sedangkan Penggunaan HCl 6N s Larutan
HCL dipakai guna mengetahui unsur kapur pada tanah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Sampel tanah 1 memiliki nilai pH H2O 5,51 dan pH KCL 4,63. Mengandung
sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur. Sedangkan sampel tanah 2
memiliki nilai pH H2O 5,05 dan pH KCL 3,36. Mengandung cukup banyak bahan
organik dan tidak mengandung kapur.
5.2. Saran
Lakukan praktikum ini degan baik agar mendapatkan hasil yang baik pula.
Karena apa yang kau tanam akan kau panen.
DAFRTAR PUSTAKA

Arabia, T., Zainabun, dan Royani, I. 2012. Karakteristik Tanah Salin Krueng Raya

Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen


Sumberdaya Lahan. 1(1): 32- 42

Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Harahap, E., Aziza, N., dan Affandi, A. 2014. Menentukan Tekstur Tanah dengan

Metode Perasaan di Lahan Politani. Jurnal Nasional Ecopedon. 2(2): 13-15

Hasibuan, A.S.Z., 2015. Pemanfaat Bahan Organik dalam Perbaikan Beberapa Sifat

Tanah Pasir Pantai Selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of Agro
Science. 3(1): 31-40

Margolang, R.D., Jamilah, dan M. Sembiring. 2015. Karakteristik Beberapa Sifat

Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah Pada Sistem Pertanian Organik. Jurnal
Agroekoteknologi. 3(2): 717-723.

Anda mungkin juga menyukai