522019038
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman
(reaksi tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya
konsentrasi hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah
yang diukur pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah
banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid
tanah maupun yang terdapat dalam larutan (Hanafiah, 2005).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat
di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi
oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil
atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya
mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1%
di tanah gurun pasir (Nabilussalam, 2011).
Unsur karbon di dalam tanah berada dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral
karbonat, unsur padat seperti arang, grafit dan batubara, wujud humus sebagai sisa-sisa
tanaman dan hewan serta mikroorganisme yang telah mengalami perubahan, namum
relatif tahan terhadap pelapukan dan wujud yang terakhir berupa sisa-sisa tanaman dan
hewan yang telah mengalami dekomposisi di dalam tanah (Watoni dan Buchari, 2000).
Adapun sifat-sifat tanah yang menganudung organik, diantaranya : mempunyai
bobot isi (bulk density) yang rendah; mempunyai luas permukaan spesifik tinggi;
mempunyai kemampuan menyerap air yang tinggi (sampai 3 kali lipat dari bobot
keringnya) ; bersifat agak plastis tetapi tidak lekat ; mempunyai Kapasitas Tukar Kation
(KTK) tinggi hingga 150-200 me/100 g karena memiliki gugus fungsional yang banyak
seperti Hidroksil (-OH), Karboksil (-COOH), Fenolik dll ; bersifat amfotir (bertindak
sebagai basa pada kondisi asam dan bertindak sebagai asam pada kondisi alkalis) ;
bersifat hesteriosis jika terjadi pembasahan dan pengeringan ; memiliki titik muatan nol
(pH) sangat rendah ; dan bermuatan variable (Madjid, 2007).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen,
fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang
dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya
bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua
kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono,1983).
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan
secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip terhadap ketersediaan hara
tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi.
Populasi mikrobia yang tinggi, akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang,
yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga mikrobia
dan tanaman saling bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada
dalam tanah berubah menjadi tidak tersedia karena berubah menjadi senyawa organik
mikrobia.Kejadian ini disebut sebagai immobilisasi hara (Atmojo, 2003).
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat
karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N
tinggi daripada tanah berdrainase baik. Di samping itu vegetasi penutup tanah dan
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi
hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling
berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim dkk, 1986).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci di tanah.Disamping itu bahan organik tanah memiliki
fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan
nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan
organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah
(Sutanto, 2002).
II. TUJUAN
1 Untuk mengetahui nilai pH tanah yang terkandung dalam sampel tanah
2 Untuk mengetahui berapa bahan organik (bo) pada tanah.
3 Untuk mengetahui hubungan pH dan bahan organik
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- Timbangan
- Gelas ukur
- Pipet
- Beaker glass
- Shaker
- pH meter
- pilius
- kuvet
- Erlenmeyer
- Spektofotometer
2. Bahan :
- Sampel tanah komposit
- Aquades
- Kertas saring
- Larutan K2Cr2O7
- larutan H2S04
IV. CARA KERJA
1 Penetapan pH tanah
10 gram sampel tanah komposit ditimbang dan dimasukan ke dalam
beaker glass lalu aquades dimasukan sebanyak 25 ml. larutan dikocok selama
10 menit dengan alat shaker. Setelah itu larutan diukur pHnya.
2 Penetapan bahan organik tanah
Tanah komposit ditimbang sebanyak 0,5 gram dan dimasukan ke
dalam beaker glass. Larutan K2Cr2O7 ditambahkan sebanyak 5 ml. larutan
H2S04 ditambahkan sebanyak 10 ml dan didiamkan selama 10 menit. Lalu
aqades ditambahkan sebanyak 100 ml dan didiamkan selama 60 menit. Setelah
itu sampel larutan disaring dengan kertas saring dan corong yang dimasukan
ke dalam Erlenmeyer. Hasil saringan dimasukan ke dalam kuvet untuk dikur
absorbansinya dengan π 584 mm dan dicatat hasilnya.
V. HASIL PENGAMATAN
X Y X.Y X^2
0 0 0 0
5 0,033 0,165 25
10 0,16 1,6 100
15 0,233 3,495 225
20 0,306 6,12 400
50 0,732 11,38 750
10 0,1464 2,276 150
Absorbansi
0.35
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25
y = 0,0162x - 0,016
0,409 = 0,0162x - 0,016
0,409 + 0,016= 0,0162x
0,425 = 0,0162x
0,425/0,0162 = x
x = 26,234
B−C
1. KA = × 100%
C−A
36,99−36,54
= × 100%
36,54−31,99
0,45
= × 100%
4,55
= 9,89%
Bobot tanah x 100 %
2. BKM =
%KA+100 %
500 x 100 %
=
9,89 %+100 %
= 455 mg
100 100 Conc
3. %BO = x x x 100%
75 58 BKM
100 100 24,642
= x x x 100%
75 58 455
= 12,45%
Regresi
∑ x.∑ y
∑ xy−
n
b = 2
2 (∑ x )
∑x −
n
50.0,732
11,38−
5
=
(50)2
750−
5
11,38−7,82
=
750−500
3,56
=
250
= 0,014mg
a = Y−¿ b.X
= 0,1464−¿ (0,014.10)
= 0,064mg
y−a
c =
b
0,409−0,064
=
0,014
= 24,642mg
Hasil
pH BO
6,90 12,45%
VI. PEMBAHASAN
Menurut Hakim (1986) Ph adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala PH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai PH
antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai PH 7 hingga 14. Efek pH tanah
pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur larutan umumnya tanaman budidaya
yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada level pH 4,8atau lebih.
Dari data sampel tanah yang diamati mengandung pH 6.90 ini tergolong dalam
pH netral. pada tingkat keasaman- basaan ini adalah pH yang ideal dengan kandungan
senyawa organik, mikroorganisme, unsur- unsur hara dan mineral- mineral dalam
kondisi yang optimal bagi tanaman. Biasayang pH netral ini cocok digunakan untuk
bercocok tanaman seperti singkong, ketela dan berbagai jenis cabe. pH pada data
sempel tanah ini berada kondisi yang optimal bisa dibilang sangat baik untuk
bercocok tanam. Akan tetapi kandungan bahan organik tanah setelah di tambah
larutan K2Cr2O7 dan H2SO4 (p)kemudian diencerkan menggunakan Aquadeswarnya
menjadi kuning agak kecoklatan, untuk data sampel tanah berwaran hijau karena
banyak mengandung bahan organik.
Menurut Doeswono(1983) Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan
sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik umumnya ditemukan
dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya
terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping
itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam
memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan
susunannya. Hasil pada sampel tanah yan digunakan sebesar 12,45% Bahan organik
memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari
tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman. Bahan organik. Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik
terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
Daftar Pustaka