Anda di halaman 1dari 16

pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan

antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+


dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah
menjadi asam, sebalikya bila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada
konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi basa. pH tanah sangat
menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan ternak, bahkan
berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah yang
optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah
antara 5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan
unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0
pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam larutan tanah yang berdampak
secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadia terhambat.

Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang


mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang
disediakan. Tujuan dari uji-tanah adalah mengukur faktor-faktor ini dan
menginterpretasikan hasil-hasilnya dalam konteks perlakuan penyembuhan
yang mungkin diperlukan. Beberapa faktor dapat ditentukan melalui
pekerjaan analisis laboratorium. Sedangkan faktor lainnya seperti kandungan
oksigen-udara -tanah, suhu tanah dan lainnya, harus ditentukan di lapangan.
Dalam menyarankan suatu prosedur untuk mengukur ketersediaan unsur
hara atau menginterpretasikan hasil-hasil pengukurannya, pengetahuan
tentang berbagai reaksi yang berlangsung dan dialami oleh unsur hara
dalam tanah sangat penting. Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini
akan dipusatkan pada faktor-faktor yang terlibat dengan suplai hara pada
permukaan akar tanaman.
Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang
disediakan. Tujuan dari uji tanah adalah mengukur faktor-faktor ini dan
menginterpretasikan hasil-hasilnya dalam konteks perlakuan penyembuhan
yang mungkin diperlukan. Beberapa faktor dapat ditentukan melalui
pekerjaan laboratorium. Sedangkan faktor lainnya seperti kandungan
oksigen udara tanah, suhu tanah dan lainnya harus ditentukan di lapangan

I. PENDAHULUAN

http://yohanissarmaidiot.blogspot.co.id/2016/01/i_19.html

1.1. Latar Belakang

Kemasaman tanah adalah sifat tanah yang perlu diketahui, sebab menunjukkan
adanya hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara dan juga hubungna antara
pH dengan sifat-sifat tanah. Terdapatnya beberapa hubungan komponen dalam
tanah mempengaruhi konsentrasi H+ dalam tanah, dimana keadaannya dipersulit
oleh bahan-bahan tanah yang lain.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi optimal dari
tanaman adalah pH tanah. Reaksi tanah yang dinyatakan dengan pH menunjukkan
sifat kemasaman atau konsentrasi ion H+ dan ion OH- dalam tanah. pH yang
dibutuhkan oleh tanaman adalah pH yang sesuai dengan keadaan anatomi dan
fisiologis daripada tanaman tersebut, oleh sebab itu pH perlu diubah agar sesuai
kebutuhan tanaman. Namun usaha ini tidak mudah sebab ada penghambat yang
disebut Buffer (sanggahan), yang merupakan suatu sifat umum dari campuran
asam-basa dan garamnya.

Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap


tanaman. Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut
kebanyakan unsur hara larut dalam air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang
mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik (netral), pada pH dibawah 7
merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap
tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya
berkisar antara 8-14 sehingga unsur P juga tidak dapat diserap oleh tanaman
karena difikasi atau diikat oleh Ca. Penanggullangan tanah yang terlalu masam
dapat dinaikkan dengan menambah kapur pada tanah itu, sedangkan tanah yang
terlalu alkalis dapat diturunkan pHnya dengan cara penambahan belerang.

Kemasaman dikenal ada dua yaitu kemasaman aktif dan kemasaman potensial.
Kemasaman aktif disebabkan oleh H+ dalam larutan, sedangkan kemasaman
potensial disebabkan oleh ion H+ dan Al yang terjerap pada permukaan kompleks
jerapan.Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melakukan percobaan reaksi tanah
(pH) untuk mengetahui jenis reaksi dan nilai pH tanah pada berbagai lapisan tanah.

1.2. Tujuan dan Kegunaan

Praktikum reaksi tanah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pH yang terkandung
dalam tiap lapisan tanah dan mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi
pH.Kegunaan dari praktikum reaksi tanah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui lebih jauh tentang cara mengukur pH tanah dan tingkat pH yang baik
dalam tanah untuk usaha pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keasaman Tanah


Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap
tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah
yang terlalu alkalis atau basa dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno, 2003).

Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat
hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara, juga terdapat beberapa hubungan
antara pH dan semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah
ditentukan oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian air suling
(bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka
untuk mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan
kemudian, 3. Ukurlah pH suspensi air tanah. Tedapat beberapa komponen dalam
tanah yang mempengaruhi konsentrasi larutan tanah. Keadaan dipersukar oleh
bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai
dengan suatu pH tertentu dan faktor faktor yang mengendalikan pH pada
sebagian besar tanah, yang umumnya berkisar 4 10, pH kurang dari 4, biasanya
dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam sulfat (Foth, 1999)

Kemasaman tanah ditentukan oleh dinamika ion di dalam tanah, ion yang terdapat
dalam suspensi tanah berada keseimbangan dengan ion yang terjerap. Akibat dari
proses itu, maka dikenal 2 jenis kemasaman yaitu kemasaman aktif dan
kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion di dalam larutan
tanah, sedangkan kemasaman potensial disebabkan oleh ion dan Al yang terjerap
pada permukaan kompleks jerapan. (Hardjowigeno, 2003).

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keasaman Tanah

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan
macam kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah
melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya
pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara alami di
dalam tanah didaerah-daerah yang tanahnya kering, atau sebagai akibat
penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung


dalam tanah, konsentrasi ion dan ion mineral tanah, air hujan dan bahan induk,
bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air
hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah, selain itu bahan
organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap tanah
akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan
ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah
yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang
banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi
masam._Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kemasaman tanah, yaitu
kejenuhan basa, sifat misel, bahan organik tanah, bahan induk tanah, vegetasi,
pertumbuhan tanaman, dan curah hujan (Foth,1988).

Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah


industri, antara lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri
gas, yang jika bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit
yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan. Hujan asam juga
terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat
yang menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air
hujan (Hanafiah, 2014).

2.3. Hubungan Keasaman Tanah dengan Kesuburan Tanah

Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap


tanaman, menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan
mempengaruhi perkembangan mikro organisme. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan zat kapur ke dalam tanah, sedang tanah
yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan
belerang (Hardjowigeno, 2003).

Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah
pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak
menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah
ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan dengan
masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah,
reaksi tanah, dan pengelolaannya (Foth, 1999).

Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah.
Makin tinggi pH makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang
terus menerus tercuci oleh air hujan cenderung mempunyai pH yang rendah dan
miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al mungkin tinggi dan
dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi
unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena
mengendap(Harjowigeno,2003).

.
III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum keasaman tanah ini dilaksanakan pada hari kamis,


22 Oktober 2015 pukul 10.00-selesai WITA di Laboratorium Kimia dan Kesuburan
Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari sampel tanah terombak dari beberapa
jenis tanah yang berbeda pH-nya dan air suling. Adapun peralatan yang diperlukan
adalah pH meter, pH indikator, timbangan, gelas silinder, dan silinder pengukur
volume.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1 Pengukuran menggunakan pH meter

Adapun prosedur kerja dalam praktikum keasaman tanah yaitu:

1. Menyiapkan tanah kering udara sebanyak 5 g (ditimbang dengan timbangan


digital).

2. Memasukkan kelima contoh kedalam vial yang telah disediakan.

3. Menambahkan 12,5 ml air suling (pH 7) kedalam vial.

4. Mengocok tanah yang bersangkutan dengan sepatula selama dua menit.

5. Membilas probe (elektroda) dari pH meter yang tersedia dengan air suling.

6. Memasukkannya kedalam suspense tanah yang ada didalam vial.

7. Melakukan pembacaan pH meter.

3.3.2 Pengukuran menggunakan pH indikator

1. Menyiapkan tanah kering udara sebanyak 5 gram.

2. Memasukkan 5 gram tanah tersebut ke dalam roll film dan diberi label.

3. Menambahkan air suling (pH 7) kedalam vial.


4. Mengocok roll film yang berisi tanah selama 2 menit sampai tanah hancur dan
membentuk suspensi tanah yang homogen.

5. Mencelupkan sebagian dari ujung bawah dari pH indikator ke dalam roll film.

6. Melihat perubahan warnanya.

7. Mencatat berapa nilai pH yang terbaca.

IV. HASIL PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 5. Pengamatan keasaman tanah lapisan I, lapisan II, dan lapisan III.

Nilai pH (dalam H2O, 1 : 2,5 )


Lapisan Tanah
pH Meter pH Indikator

Lapisan I 6,02 (agak masam) 5 (agak masam)

Lapisan II 7,00 (netral) 4 (agak masam)

Lapisan III 5,68 (agak masam) 5 (agak masam)

4.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada lapisan satu diukur dengan
menggunakan pH meter hasil yang didapatkan adalah 6,02 dan dengan
menggunakan pH indikator hasil yang didapatkan adalah 5 dengan kriteria agak
masam. Pada lapisan dua dengan menggunakan pH meter hasil yang didapatkan
adalah 7 dan dengan menggunakan pH indikator hasil yang didapatkan adalah 4
dengan kriteria agak masam. Pada lapisan tiga dengan menggunakan pH meter
hasil yang didapatkan adalah 5,68 dan dengan menggunakan pH indikator hasil
yang didapatkan adalah 5 dengan kriteria agak masam.
Jika diperhatikan pada tabel diatas nilai pH yang diukur mengunakan pH
meter pada lapisan kedua lebih banyak (netral) dibanding lapisan pertama (agak
masam), hal ini desebabkan oleh dua kemungkinan yaitu yang pertama adalah
terjadi kekeliruan dalam praktikum misalnya pada saat pengocokan roll film yang
seharusnya dilakukan selam 15 menit dan hanya dilakukan selama 2 menit.
Kemungkinan kedua adalah terjadinya pengendapan yang menyebabkan pH tanah
tercuci karena menurut Hanafiah (2014) Jika air berasal dari air hujan melewati
tanah, kation-kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa kandungan pH pada tanah


masih memungkinkan tumbuhan bisah tumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hanafiah (2014) yang mengemukakan bahwa tanaman dapat tumbuh
pada kisaran pH 4,0 sampai 8,0.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ditunjukkan bahwa pH pada


tanah yang diamati berbeda-beda menurut perbandingan tanah dan airnya, hal ini
sesuai dengan pendapat Pairunan (2007) yang menyatakan bahwa pemberian air
yang berbeda-beda pada suatu jenis tanah akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap nilai pH suatu tanah.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemasaman tanah yaitu pencucian basa-basa, kejenuhan basa, sifat misel, dan
macam kation yang terserap. mineralisasi atau dekomposisi bahan organik.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh data yaitu pada
lapisan satu diukur menggunakan pH meter dengan hasil 6,02 dan dengan
menggunakan pH indikator dengan hasil 5 dengan kriteria agak masam. Pada
lapisan dua dengan menggunakan pH meter dengan hasil 7 dan dengan
menggunakan pH indikator dengan hasil 4 dengan kriteria agak masam. Pada
lapisan tiga dengan menggunakan pH meter dengan hasil 5,68 dan dengan
menggunakan pH indikator dengan hasil 5 dengan kriteria agak masam.

5.2 Saran

Saat mengamati pH tanah dilaboratorium sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan


teliti agar tidak terjadi kekeliruan saat pengamatan seperti yang telah terjadi pada
saat pengamatan sebelumnya.

\
DAFTAR PUSTAKA

Foth, Henry D. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Hanafiah, K A. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Press.

Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Pairunan A, dkk, 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Makassar: Badan kerjasama


Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur.

http://dokumen.tips/documents/hubungan-unsur-hara-terhadap-ph-tana.html

HUBUNGAN UNSUR HARA TERHADAP Ph TANABiasanya air dalam tanah disebut


sebagai larutan tanah karena mengandung unsur-unsur hara terlarut (kation dan
anion) dan juga suspensi koloid mineral liat danbahanorganic. Unsur hara
yang terlarut dalam larutan tanah berasal dari berbagai sumber seperti
mineral primer, pupuk, bahan organik, atmosfir dan lain-lain. Unsur hara dalam
larutan tanah dikatakan merupakan bentuk yang tersedia bagi (akar) tanaman.
Tanaman cenderung memperoleh unsur hara dari larutan tanah, namun
ketersediaan hara dalamlarutan tanah umumnya tidak cukup bagi kebutuhan
tanaman sepanjang hidupnya. Biasanya unsur-unsur hara ini akan digantikan
dari cadangan hara yang dapat dipertukarkan (seperti yang dijerap oleh
koloid; lihat bahasan tentang kapasitastuar kation di bawah). Kenyataannya,
lebih banyak hara yang berada dalam bentuk stabil (terikat kuat dengan
berbagi mineral atau bahan organik).

2. 2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN UNSUR HARA


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan unsur hara di dalam tanah
antara lain adalah reaksi tanah (pH tanah) dan potensial redoks. a. pH tanah pH
singkatan dari potentia Hydrogenae atau potential of Hydrogen yang
dinyatakan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (H+) atau
hidronium (H3O+) dalam mol per liter, dan dirumuskan sebagai pH = - log
[H+]. Pada air murni, konsentrasi ion hidrogen adalah 1 x 10-7 M, sehingga pH
larutan air murni = 7. Kisaran pH adalah antara 0 14; dimana pH 7 dinilai
netral ([H3O+] = [OH-]), pH < 7 disebut Bab II: Ketersediaan Hara dalam Tanah

13asam, dan pH > 7 disebut basa. Perlu diingat bahwa pada pH = 6 ada 10x lebih
banyak ion H+ dibanding pada pH 7, sehingga antara pH 5 dan pH 7 ada perbedaan
100x ion H+. pH tanah merupakan faktor terpenting dalam menetukan sifat kimia
tanah (seperti halnya tekstur tanah dalam sifat fisika tanah). Dengan mengetahui
pH tanah maka kita dapat segera mengetahui apakah tanah tersebut cocok
untuk pertumbuhan tanaman dan unsur apa saja yang paling terbatas
ketersediaanya. pH tanah tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara
langsung, tetapi mempengaruhi kelarutan unsur-unsur hara sehingga menentukan
ketersediaan hara bagi tanaman. Gambar 1 menunjukkan ketersediaan unsur
hara pada bebagai kisaran pH tanah. Nilai pH antara 3 7 disebut masam,
sedangkan antara 7-11 disebut alkalin (basa). Pada tanah masam, kandungan ion
H+ nya tinggi, sedangkan tanah alkalin banyak mengandung ion OH-. Tanah
mineral pada daerah yang banyak hujan (lembab) umumnya memiliki kisaran nilai
pH antara 4 7, sedangkan tanah mineral pada daerah kering (arid) antara 6,5
9.5. Pada Gambar 2-1 nampak bahwa ketersediaan unsur makro (N, P, K, S, Ca,
dan Mg) berada pada kisaran maksimum antara pH 6 8, sedangkan unsur
hara mikro (kecuali Mo) banyak tersedia pada pH rendah. Nilai pH yang
ekstrim dapat meracuni tanaman sebagai akibat adanya kombinasi antara
kelebihan dan defisiensi, misalnya tanah masam (i.e. podsolik merah kuning yang
banyak dijumpai di Lampung) dapat memiliki kandungan Al dan Mn yang tinggi
sementara defisien unsur lain seperti Ca, Mg, P, K, dan Mo. Pemahaman bahwa pH
tanah mengatur ketersediaan unsur hara bagi tanaman adalah penting dalam
manajemen pemupukan. Oleh karena itu, agar pemupukan menjadi lebih efisien
maka pH tanah harus dipertahankan seoptimum mungkin. Nitrogen Meskipun pH
tanah tidak secara langsung mengontrol ketersediaan N, namun mempengaruhi
aktivitas mikroba tanah. Kondisi masam dapat menghambat aktivitas mikroba
dan memperlambat mineralisasi N (dari bahan organik) serta

menurunkan nitrifikasi. pH tanah yang tinggi dapat mengakibatkan kehilangan N


karena volatilasasi, terutama apabila pupuk berbasis urea diaplikasikan
(disebar) di permukaan tanah.
Fosfor ketersediaan P sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Ketersediaan P
maksimum antara pH 5,5 dan 7,5. Tanah masam (pH < 5.5) menyebabkan
kelarutan aluminium dan besi yang tinggi sehingga dapat berpresipitasi
dengan P sehingga menghambat ketersediaan P. Pada kondisi salin (pH >
7,5), kandungan kalsium yang tinggi dapat mengikat fosfat sehingga
ketersediaanya menurun. Bab II: Ketersediaan Hara dalam Tanah 14
Gambar 2-1. Diagram ketersediaan relatif unsur hara pada kisaran pH antara 3 11.
Magnesium ketersediaan Mg juga dipengaruhi oleh pH tanah. Pada tanah yang
tingkat pelapukannya tinggi, pH tanah yang rendah dapat menyebabkan
defisiensi Mg. Mg mudah tercuci sebagai akibat tingginya ion hidrogen, aluminium,
dan besi yang saling berkompetisi memperebutkan sisi pertukaran kation. Unsur
mikro. Hampir semua unsur mikro secara langsung dipengaruhi pH tanah. Ketika
pH menurun, ketersediaan besi, mangan, seng, boron, dan tembaga
semuanya meningkat. Sebaliknya, ketersediaan molibdenum menurun.
Keadaan ini tidak menguntungkan bagi tanaman legum karena nodul tanaman
legum mengandung enzim nitrogenase yang kaya akan molibdenum. Oleh
karena itu, jika pH tanah rendah dan ketersediaan Mo juga rendah maka
tanaman legum akan menunjukkan gejala kekurangan N dan produksinya rendah.
b. Potensial redoks Selain pH, potensial redoks (Eh) juga mempengaruhi
kepekatan unsur hara di dalam larutan tanah. Faktor ini berkaitan erat dengan
areasi tanah, dan bergantung pada jumlah respirasi yang dilakukan oleh
mikroba-mikroba tanah dan jumlah oksigen yang mampu berdifusi ke bagian-
bagian tanah yang aktif kegiatan mikrobanya. Potensial

redoks mempengaruhi kelarutan unsur-unsur hara yang dapat terwujud dalam


bentuk lebih dari satu keadaan oksidasi (oxidation state) pada kisaran normal Eh
tanah. Unsur-unsur ini termasuk C, H, O, N, S, Fe, Mn dan Cu. Areasi tanah
yang jelek dapat ditimbukan oleh kandungan air yang berlebihan di dalam tanah,
sehingga difusi gas-gas melewati pori-pori tanah yang telah terisi air menjadi
terhambat. 2. 3 KOLOID TANAH Koloid tanah adalah suatu bahan aktif dari tanah
yang tersusun dari mineral dan humus, sehingga sering disebut sebagai koloid liat
dan koloid humus. Koloid liat berasal dari pelapukan mineral-mineral primer yang
telah dibentuk kembali menjadi mineral-mineral baru. Oleh karenanya ia
digolongkan sebagai mineral sekunder. Koloid humus berasal dari hasil pelapukan
bahan organik (sisa hewan dan/atau tumbuhan) yang juga telah dibentuk
kembali. Kedua jenis koloid tanah ini memiliki sifat dan ciri yang berbeda, tetapi
mempunyai peranan yang relatif sama bagi kesuburan tanah. Menurut Tisdale dan
Nelson (1975), koloid tanah berperan sebagai tempat terjadinya pertukaran ion.
Semua koloid mengandung muatan negatif sehingga dapat mengikat ion
bermuatan positif (kation). Secara ringkas, koloid liat dan koloid humus akan
dipaparkan pada bagian berikut. Koloid liat dapat dibagi menjadi kelompok silikat
dan bukan silikat. Kelompok silikat dapat dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu
tipe 1:1 dan tipe 2:1. Tipe liat 1:1 menunjukkan bahwa mineral tersusun dari
aluminium oktaeder, misalnya kaolinit, anauksit, dan haloisit. Tipe 2:1 tersusun
dari dua lapisan silikat tetraeder dan satu lapisan aluminium oktaeder, misalnya
montmorillonit, vermikulit, dan beidellit. Mineral kaolinit (tipe 1:1) memiliki nilai
kapasitas tukar kation (KTK) yang relatif kecil (10 20 me/100g) karena tidak
memiliki permukaan dalam yang dapat mempertukarkan ion, yang berarti
hanya pada permukaan luar. Mineral kaolinit tidak mengembang bila basah
dan tidak

http://jokowarino.id/pengertian-unsur-hara-dan-pengaruhnya-terhadap-tanaman/
Pengertian Unsur Hara dan Pengaruhnya Terhadap Tanaman Sebagai makhluk
hidup yang tumbuh dan berkembang, setiap tanaman tentu membutuhkan
makanan. Makanan tersebut bisa didapat dari unsur hara. Yaitu suatu zat yang
dapat memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan juga perkembangan fisik pada
tanaman. Unsur hara tak bisa digantikan dengan unsur lainnya karena termasuk
unsur esensial yang harus ada dalam jumlah tertentu dengan takaran yang pas bagi
masing-masing tanaman. Unsur hara terdiri dari beberapa jenis unsur yang dapat
diperoleh dari udara melalui stomata dan juga lentisel pada tanaman dan bisa
diperoleh dari tanah melalui akar.

Unsur hara secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni unsur hara makro,
yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan ada pula unsur hara
mikro, yaitu unsur hara yang diperlukan dalam jumlah sedikit. Berikut ini
pembagian beberapa unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, yaitu:

Unsur hara makro meliputiHidrogen, Nitrogen, Oksigen, Magnesium, Kalium, Karbon,


Fosfor, Belerang dan Kalsium.

Unsur hara mikro meliputiBesi, mangan, Tembaga, Boron, Seng dan Klor.

Unsur hara memiliki pengaruh yang amat penting bagi tanaman khususnya dalam
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Berikut ini
manfaat dan pengaruh unsur hara terhadap tanaman, yaitu:

Memperlancar proses fotosintesis.

Membuat tanaman lebih cepat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Memaksimalkan pertumbuhan akar dan pemasakan buah, biji atau gabah pada
tanaman.

Mengoptimalkan kualitas buah dan bunga yang dihasilkan tanaman dari segi warna,
rasa dan juga bobotnya.

Semua tanaman harus mampu memenuhi kebutuhan seluruh unsur hara dalam
jumlah yang tepat demi menyempurnakan pertumbuhan dan beberapa manfaat
tersebut demi perkembangan hidupnya. Sebab, unsur hara yang tidak terpenuhi
secara menyeluruh dapat membuat pertumbuhan dan perkembangan tanaman
menjadi terganggu sehingga proses pertumbuhan tak dapat berjalan normal dan
maksimal. Tapi bukan berarti unsur hara yang melebihi batas kebutuhan tanaman
akan lebih maksimal dalam memberikan pengaruhnya bagi tanaman tersebut.
Justru hal itu akan berdampak buruk bagi perkembangan tanaman untuk
kedepannya.

http://vhelast.blogspot.co.id/2012/04/ph-tanah-dan-ketersediaa-hara.html?m=1

pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara


konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan
tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam, sebalikya bila
konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentrasi H+ maka suasana tanah menjadi
basa. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman makanan
ternak, bahkan berpengaruh pula pada kualitas hijauan makanan ternak. PH tanah
yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman makanana ternak adalah antara
5,6-6,0. Pada tanah pH lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan
nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dalam
larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-
akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadia terhambat.

Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang


mempengaruhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang disediakan.
Tujuan dari uji-tanah adalah mengukur faktor-faktor ini dan menginterpretasikan hasil-
hasilnya dalam konteks perlakuan penyembuhan yang mungkin diperlukan. Beberapa
faktor dapat ditentukan melalui pekerjaan analisis laboratorium. Sedangkan faktor
lainnya seperti kandungan oksigen-udara -tanah, suhu tanah dan lainnya, harus
ditentukan di lapangan. Dalam menyarankan suatu prosedur untuk mengukur
ketersediaan unsur hara atau menginterpretasikan hasil-hasil pengukurannya,
pengetahuan tentang berbagai reaksi yang berlangsung dan dialami oleh unsur hara
dalam tanah sangat penting. Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini akan
dipusatkan pada faktor-faktor yang terlibat dengan suplai hara pada permukaan akar
tanaman.
Ketersediaan hara bagi tanaman ditentukan oleh faktor-faktor yang mempen-
garuhi kemampuan tanah mensuplai hara dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk menggunakan unsur hara yang disediakan. Tujuan dari uji
tanah adalah mengukur faktor-faktor ini dan menginterpretasikan hasil-hasilnya dalam
konteks perlakuan penyembuhan yang mungkin diperlukan. Beberapa faktor dapat
ditentukan melalui pekerjaan laboratorium. Sedangkan faktor lainnya seperti
kandungan oksigen udara tanah, suhu tanah dan lainnya harus ditentukan di lapangan.

Faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan tanah


Unsur hara yang melarut dalam larutan tanah berasal dari beberapa sumber
seperti pelapukan mineral primer, dekomposisi bahan organik, deposisi dari atmosfer,
aplikasi bahan pupuk, rembesan air tanah dari tempat lain, dan lainnya. Kondisi pH
tanah merupakan faktor penting yang menentukan kelarutan unsur yang cenderung
berkesetimbangan dengan fase padatan . Kelarutan oksida- oksida hidrous dari Fe dan
Al secara langsung tergantung pada konsentrasi hidroksil (OH) dan menurun kalah pH
meningkat.
Faktor lain yang sangat penting dalam menentukan konsentrasi hara dalam
larutan tanah adalah potensial redoks. Faktor ini berhubungan dengan keadaan aerasi
tanah yang selanjutnya sangat tergantung pada laju respirasi jasad renik dan laju difusi
oksigen. Ia mempengaruhi kelarutan unsur hara mineral yang mempunyai lebih dari
satu bilangan oksidasi (valensi), seperti C, H, O, N, S, Fe, Mn, dan Cu. Kandungan air
yang mendekati atau melebihi kondisi kejenuhan merupakan sebab utama dari
buruknya aerasi karena kecepatan difusi oksigen melalui pori yang terisi air jauh lebih
lambat daripada pori yang berisi udara.
Kalau tanah yang semula dalam kondisi oksidasi menjadi lebih reduksi maka
akan dapat terjadi reaksi-reaksi:
(a). denitrifikasi nitrat,
(b). reduksi MnO2 menjadi Mn++;
(c). reduksi Cu++ menjadi Cu+ ;
(d). reduksi oksida hidrous Fe+++ menjadi Fe++,
(e). reduksi SO4= menjadi H2S,
(f). produksi CH4,
(g). produksi H2.

Pengaruh pH terhadap tanah Reaksi tanah (pH) mempunyai peranan yang


penting terhadap ketersediaan unsur-unsur hara, baik hara makro maupun hara mikro.
Meningkatnya kelarutan ionion Al, dan Fe dan juga meningkatnya aktifitas jasad-jasad
renik tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan pH tanah pH dan ketersediaan unsur-
unsur hara Reaksi tanah berpengaruh terhadap ketersediaan unsur-unsur hara di
dalam tanah. Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak
masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni lebih tersedia
pada pH yang lebih rendah. Tersedianya unsur hara makro, seperrti nitrogen, fosfor,
kalium dan magnesium pada pH 6.5. Unsur hara fofor pada pH lebih besar dari 8.0
tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca. Sebaliknya jika pH turun menjadi lebih kecil dari
5.0, maka fisfat kembali menjadi tidak tersedia. Hal ini dapat menjadi karena dalam
kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn menjadi sangat larut. Fosfat
yang semula tersedia akan diikat oleh logam-logam tadi sehingga, tidak larut dan tidak
tersedia untuk tanaman. Beberapa tanaman tertentu dapat kekurangan unsur hara
mikro seperti Fe dan Mn. Untuk memperoleh ketersediaan hara yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis di dalam tanah, maka pH tanah harus
dipertahankan pada pH sekitar 6.0 7.0.
Setiap jenis tanaman berbeda sifat kepekaan dan ketahanannya terhadap reaksi tanah. Pengaruh pH
tanah baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap akar tanaman dan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman telah banyak diteliti.
Buruknya pertumbuhan tanaman pada pH rendah sebabkan oleh :
1. Perusakan langsung oleh H+
2. Terganggunya serapan Ca dan N
3. Meningkatnya kelarutan Al, Fe dan Mn sehingga meracuni tanaman
4. Berkurangnya ketersediaan Mo dan P serta
5. Berkurangnya kandungan basa seperti Ca, Mg dan K.
Demikian pula pH yang terlalu tinggi tidak baik bagi pertumbuhan tanaman, karena unsur hara
mikro (Zn, Cu, B, Fe dan Mn) kurang tersedia bagi tanaman dan P diendapkan oleh Ca.
KONDISI KETERSEDIAAN HARA PADA BERBAGAI KISARAN pH
1. Sangat Tinggi (diatas 8,5)
Tanah alkali, sodik
Ca dan Mg, kemungkinan tidak tersedia
Fospat terjerap dalam bentuk Ca-P, Mg-P
Bila kadar Na Tinggi, P terjerap menjadi Na-P yang mudah larut
Keracunan Boron (B) pada tanah garaman dan Sodik
Persentase Na tertukar (ESP) di atas 15 dapat menyebabkan kerusakan struktur.
Aktivitas bakteri rendah
Proses nitrifikasi menurun
Ketersediaan hara mikro menurun, kecuali Mo
2. Tinggi ( 7,0 8,5 )
Penurunan ketersediaan P dan B sehingga terjadi kekahatan hara P dan B
Kekahatan Co, Cu, Fe, Mn dan Zn
Kadar Ca dan Mg Tinggi
Tanah alkali
3. Sedang (5,5 7,0)
Sifat netral
Kisaran pH yang baik untuk sebagianj besar tanaman
Kadar hara (makro & mikro) optimum
Aktivitas mikroorganisme optimum)
Sifat kimia tanah optimum
4. Rendah (<5,5)
Tanah masam
Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang tidak cepat tersedia bagi tanaman.
Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan peningkatan kemasaman,
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Aktivitas bakteri menurun
Proses nitrifikasi terhambat.

Anda mungkin juga menyukai