Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ACARA VIII

REAKSI TANAH
ABSTRAK
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara VIII dengan judul Reaksi Tanah (pH Tanah) dilaksanakan di
Laboratorium Tanah Umun, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada hari Jumat, 28 Maret 2014. Percobaan ini dilakukan untuk menetapkan pH tanah dari
berbagai jenis tanah. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode elektrode gas
(elektrometri), yaitu dengan menggunakan pH meter. Untuk mengukur pH aktual, tanah dicampur dengan
aquades. Sedangkan pH potensial, tanah dicampur dengan KCl. Reaksi tanah (pH tanah) menunjukkan
perimbangan konsentrasi asam-basa dalam tanah. Reaksi tanah merupakan sifat kimia yang penting untuk
diamati karena berpengaruh terhadap serangkaian proses-proses kimiawi dalam tanah seperti proses
pembentukan mineral lempung, reaksi kimia dan biokimia tanah, dan status hara dalam tanah. Nilai pH
tanah setiap jenis tanah berbeda-beda tergantung pada bahan induk, iklim, bahan organik, dan perlakuan
manusia. Dalam percobaan diukur dua macam pH yaitu pH aktual dan pH potensial. Dari hasil percobaan
didapat pH potensial tanah Entisol 5,17, Alfisol 6,67, Ultisol 5,14, Rendzina 6,1, dan Vertisol 7,15. Sedangkan
untuk pH aktual Entisol 6,17, Alfisol 8,07, Ultisol 5,92, Rendzina 6,96, dan Vertisol 7,67.
Kata Kunci: pH Tanah, reaksi, metode Elektrometri, asam-basa.

TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan pH
menunjukkan bahwa banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H +) didalam tanah. Makin tinggi kadar ion H +
didalam tanah maka semakin masam tanah tersebut sedangkan jika didalam tanah ditemukan ion OH yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H + maka tanah tersebut tergolong alkalis (OH lebih banyak daripada H+).
Pentingnya pH adalah untuk menentukan mudah tidaknya unsure-unsur hara diserap tanaman.
Pada tanaman yang sekitar pH netral, disebakan karena pH tersebut kebanyakan unsur hara larut dalam
air. Ditinjau dari berbagai segi, tanah yang mempunyai pH antara 6-7 merupakan pH yang terbaik
(netral), pada pH dibawah 7 merupakan tanah yang masam sehingga unsur P tidak dapat diserap
tanamankarena diikat (difiksasi) oleh Al sedangkan pada tanah alkalis pHnya berkisar antara 8-14
sehingga unsure P juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difikasi atau diikat oleh Ca.
Reaksi yang penting adalah masam, netral dan alkalis. Pernyataan ini dinyatakan pada jumlah ion
H+ dan OH- dalam larutan tanah. Bila dalam tanah ditemukan lebih banyak ion OH - maka tanah itu masam
dan bila tanah H+ maka tanah itu alkalis. Untuk menyeragamkan pengertian sifat reaksi tanah tersebut
dinilai berdasarkan konsentrasi ion H+ dan dinyatakan dengan pH.
Salah satu sifat kimia tanah yang penting adalah reaksi atau pH tanah. Reaksi atau pH tanah
menunjukkan konsentrasi ion H+ didalam larutan tanah. Nilai pH didefinisikan sebagai negatif konsentrasi

ion H+ dalam larutan. Untuk menyeragamkan pengertian, sifat reaksi dinilai berdasarkan konsentrasi ion
H dan dinyatakan dengan pH. Dengan kata lain, pH tanah = - log [H] tanah. Bila konsentrasi ion H
bertambah maka pH turun, sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H
dalam tanah tidak homogen. Ion H lebih banyak dijerap daripada ion OH, maka ion H lebih pekat di dekat
permukaan koloid, sedangkan OH sebaliknya. Dengan demikian pH lebih rendah di dekat koloid daripada
tempat yang jauh dari koloid (Hakim, dkk. 1986).
Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 masam, dan lebih besar dari 7 basis
atau alkalis. Pada keadaan netral konsentrasi ion H + sama besar dengan konsentrasi ion OH - dan pada
keadaan alkalis sebaliknya. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status
kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik, seperti pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang
ekstrim menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat mengganggu proses biologik. Kelas kemasaman
tanah ada 6 macam, yaitu < 4,5 sangat masam, 4,5 - 5,5 masam, 5,6 - 6,5 agak masam, 6,6 - 7,5 netral, 7,6
- 8,5 agak alkalis, dan < 8,5 alkalis (Pairunan, dkk. 1985).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,
menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro
organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam
tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang
(Hardjowigeno, 2003).
METODOLOGI
Percobaan pH Tanah dilaksanakan di Laboraturium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada pada tanggal 18 Maret 2013. Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
cepuk pH, pH meter, gelas ukur, dan timbangan. Bahan yang digunakan adalah tanah kering Vertisol
diameter 2 mm, larutan KCL 1 N, dan air aquadest. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah
metode elektrometri dengan mengunakan pH meter.
Pertama, contoh tanah kering diameter 2,0 mm ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam
cepuk pH. Lalu air aquadest ditambahkan sebanyak 25 ml (air:tanah = 2,5:1). Kemudian diaduk dan
didiamkan selama 30 menit. Lalu pH tanah diukur dengan pH meter. Langkah di atas diulangi kembali
dengan mengganti aquades menjadi larutan KCl

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel Hail Pengamatan Reaksi (pH) Tahan
Jenis Tanah
Entisol
Alfisol
Vertisol
Ultisol
Mollisol

H 2O
6,17
8,07
7,67
5,92
6,96

KCl
5,17
6,67
7,15
5,14
6,1

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah kejenuhan basa, sifat misel, dan macam
kation yang terserap. Didaerah basah pencucian dengan mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya
pada tanah pertukaran tidak kuat. Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap
secar alami dalam tanah didaerah-daerah kering, atau sebagai akibat penambahan irigasi.
(Notohadiprawiro, 1998).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat yang penting. Sebab terdapat hubungan pH dengan
ketersediaan usr hara; juga terdapat beberapa hubungan antara ph dan semua pembentukan serta sifat-sifat
tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh : 1. Pencampuran satu bagian tanah dengan dua bagian
air suling (bahan lain yang sesuai seperti larutan garam netral), 2. Campurkanlah mereka untuk
mendapatkan tanah dan air sampai mendekati kesetimbangan, dan kemudian, 3. Ukurlah pH suspensi air
tanah. Tedapat beberapa komponen dalam tanah yang mempengaruhi konsentrasi H2 larutan tanah.
Keadaan dipersukar oleh bahan-bahan tanah besar perubahannya diantaranya interaksi. Bagian ini dimulai
dengan suatu pH tertentu dan faktor faktor yang mengendalikan pH pada sebagian besar tanah, yang
umumnya berkisar 4 10, pH kurang dari 4, biasanya dikaitkan dengan hadirnya asam kuat seperti asam
sulfat.(Foth.H.D, 1999)
Faktor-faktor lain yang kadangkala mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri, antara
lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam sulfur, dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan.
Hujan asam juga terjadi sebagai akibat meningkatnya penggunaan dan pembakaran fosil-fosil padat yang
menimbulkan gas-gas sulfur dan nitrogen, yang kemudian bereaksi dengan air hujan.( Hanafiah K. A,
2004).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion Hidrogen sedangkan pengaruh tidak
langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah

mineral biasanya antara 3,5-10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim
rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu
tanaman (Hakim dkk, 1986).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri tanah pada umumnya
dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia
yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Hal-hal yang banyak berkaitan
dengan masalah tersebut di atas adalah penyerapan dan pertukaran kation, sifat dari tanah, reaksi tanah,
dan pengelolaannya. (Foth, 1994).
Pentingnya pH tanah adalah menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman,
menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun, dan mempengaruhi perkembangan mikro
organisme. Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam
tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang .
(Hardjowigeno, 2003).
Reaksi tanah atau pH tanah dapat memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH
makin banyak basa-basa terdapat dalam tanah. Tanah-tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan
cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa-basa. Pada tanah masam, aktivitas (kelarutan) Al
mungkin tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-tanah yang mempunyai pH tinggi
unsur-unsur tertentu mungkin kurang tersedia untuk tanaman karena mengendap. Reaksi tanah
mempengaruhi kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pada pH sekitar netral, bakteri aktif melapuk
bahan organik, sedang pada tanah masam pelapukan lebih banyak dilakukan oleh cendawan. Pada pH
yang terlalu rendah aktivitas memfiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium tertekan. Umumnya unsur hara
mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara
dapat larut dalam air. Mengingat besarnya pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli
melakukan penyelidikan guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat
dilakukan bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya
tanaman.Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara
utama (kalium, kalsium dan magnesium) disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan
terjadinya pengasaman tanah. Jenis Tanaman tertentu juga mempengaruhi pengasaman tanah. Semakin
rendah tingkat keasaman dalam tanah maka semakin banyak kandungan organik didalam tanah. Penilaian
mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat
kimia dan biologis tanah. Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan
kesuburan tanah. Apabila dari salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi
maka produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai. (Anonim, 2010).

Pada percobaan reaksi tanah ini, dilakukan perhitungan pH potensial dan pH aktual pada lima
contoh tanah yang berbeda yaitu Entisol, Alfisol, Ultisol, Mollisol (Rendzina), dan Vertisol. Berdasarkan
tabel Hasil Percobaan Reaksi (pH) Tanah, pada contoh tanah Entisol, pH aktual (dengan bahan pendesak
H2O) adalah sebesar 6,95 dan pH potensial (dengan bahan pendesak KCl) sebesar 4,96. Pada tanah
Alfisol, pH aktualnya sebesar 6,5 sedangkan pH potensialnya sebesar 5,5. Contoh tanah Ultisol memiliki
pH aktual sebesar 5,75 dan memiliki pH potensial sebesar 4,77. Pada tanah Rendzina (Mollisol), pH
aktualnya bernilai 7,17 dan pH aktualnya bernilai 6,32. Sedangkan pada tanah Vertisol, memiliki nilai pH
aktual sebesar 6,99 dan pH potensial sebesar 6,27. Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tanah yang
memiliki pH tertinggi yaitu Rendzina (Molliso) yaitu sebesar 6,32 (pH potensial) dan 7,17 (pH aktual).
Sedangkan tanah yang memiliki nilai pH terendah yaitu tanah Ultisol yang memiliki nilai pH aktual
sebesar 5,75 dan memiliki pH potensial sebesar 4,77.
Pada percobaan ini, didapatkan hasil bahwa tanah Vertisol memiliki nilai pH aktual sebesar 6,99
dan pH potensial sebesar 6,27. Sedangkan menurut Prasetyo (2007) dalam Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia Volume 9 halaman 20-31, tanah Vertisol memiliki nilai pH berkisar antara 5,5 sampai 7,4. Hal
itu dapat terjadi karena secara kimiawi Vertisol tergolong tanah yang relatif kaya akan hara karena
mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi. Dengan demikian, tanah Vertisol memiliki kapasitas tukar
kation tinggi dan pH netral hingga alkali. Sedangakan pH tanah Rendzina 6,4-7,5 (Szreniawska et al.,
1996), Entisol 4,7-5,8 (Melgar et. al., 1992), Ultisol 3,1-6,8 (Dorner et. al., 2010), dan Alfisol 4,3-7,4
(Beery and Wilding, 1971). Rendzina memiliki pH cenderung nertal sampai basa karena bahan induknya
yang berupa kapur, begitu juga pada Alfisol. Sedangkan Entisol dan Ultisol memiliki pH yang cenderung
asam sampai netral karena bahan induknya berupa pasir. Reaksi (pH) tanah yang dominan adalah pH
potensial dengan bahan pendesak KCl. Sebab, pada pengukuran pH potensial jumlah H + yang terukur
tidak hanya pada larutan tanah, melainkan juga pada kompleks jerapan tanah. pH potensial umumnya
lebih rendah dari pH aktual. Selisih pH potensial dengan pH aktual menunjukkan muatan bersih tanah.
Dari hasil percobaan, pH potensial semuanya lebih rendah dari pH aktual sehingga tanah didominasi oleh
muatan positif (cenderung masam hingga netral). Jadi, pH potensial lebih mendominasi pada setiap tanah
yang diuji dalam percobaan.

Beery, M. and L. P. Wilding. 1971. The relationship between soil ph and base saturation percentage for surface
and subsoil horizons of selected mollisols, alfisols, and ultisols in Ohio. The Ohio Journal of Science
71:43-55.
Buckman, H.O dan N.C. Brady. 1969. The Nature and Properties of Soils. The Macmillan Company, New York.

Chesworth, W. 2008. Encyclopedia of Soilscience. Springer, Netherlands.


Coleman, N. T. dan G.W. Thomas. 1976. Basic Chemistry of Soil Activity. Abronomy 12:1-11.
Drner, J., P. Sandoval, and D. Dec. 2010. The role of soil structure on the pore functionality of an Ultisol.
Journal Soil Science Plant Nutrient 10:495-508.
Fonseca, B., A. Teixeira, H. Figueiredo, dan T. Tavares. 2009. Modelling of the Cr(VI) transport in typical soils
of the North of Portugal. Journal of Hazardous Materils 167:756762.
Hidayanto, M., W.A. Heru, dan F. Yossita. 2004. Analisis tanah tambak sebagai indikator tingkat kesuburan
tambak. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian 7: 180-186.
Melgar, R. J., T. J. Smyth, P. A. Sanchez, and M. S. Cravo. 1992. Fertilizer nitrogen movement in a Central
Amazon Oxisol and Entisol cropped to corn Fertilizer. Research 31:241-252.
Peverill, K.I., L.A. Sparrow, dan D.J. Reuter. 2001. Soil Analysis: An Interpretation Manual. CSIRO, Australia.
Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah Vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia 9: 20-31.
Shi, W., J. Liu, Z. Du, Y. Song, C. Chen, dan T. Yue. 2009. Surface modelling of soil pH. Geoderma 150:113
119.
Siradz, S.A. 2006. Degradasi lahan persawahan akibat produksi biomassa. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
6:47-51.
Szreniawska, M. D., A. Wyczolkowski, B. Jozefaciuk, A Ksiczopolska, J. Szymona, and J. Stawinski. 1996.
Relation between soil structure, number of selected group of soil microorganism, organic matter content
and cultivation system. Agrophysics 10:31-35.
Yohanes. 2012. Hubungan pH Tanah dengan Kesediaan Unsur Hara.
<http://yohannes1.
blogspot.com/2012/06/hubungan-ph-tanah-dengan-kesediaan.html>. Diakses tanggal 23 Maret 2013.

Pairunan A.K, .L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi,
1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadja Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim 2, 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi Bulk Density. Diakses
dari http://strukturtanah.blogspot.com/ pada 19 Mei 2011. Makassar
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyapka, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B.Hong, H.H. Bailey,
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hardjowigeno. S, 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Anonim, 2007. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonim 2, 2010. Reaksi tanah dengan kesuburan tanah. Diakses

dari http://reaksitanah.blogspot.com/ pada 19 Mei 2010. Makassar


Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. The Nature and Properties osf Soils. The Macmillan Company,
New York.
Masjkur, M. 2008. Korelasi parameter jerapan fosfor tanah kaolinitik dan smektitik dengan serapan fosfor
padi sawah. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 8: 8-15.
Mass, A. 1996. Ilmu Tanah dan Pupuk. Akademi Penyuluh Pertanian (APP), Yogyakarta.
Mellanby, K. 1967. Pesticide and Pollution. Collins, London.
Noor, M., A. Mass, dan T. Notohadikusumo. 2005. Pengaruh pelindian dan ameliorasi terhadap
pertumbuhan padi (Oryza sativa) di tanah sulfat masam kalimantan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 5:
38-54.
Yulianti, N. 2007. Jurnal Hijau. <http://www.ninayulianti.blogspot.com/reaksi-tanah-ph.html>. Diakses
04 Mei 2011.

Anda mungkin juga menyukai