b. Penting dalam pembentukan klorofil, meskipun bukan bagian darimelekul klorofil tersebut.
c. Besi penting dalam protein heme (sitokrom dan sitokrom oksidase) rangkaian pemindahan elektron,
dengan cara menambah dan melepaskan elektron pada proses oksidasi dan reduksi.
d. Besi didapatkan pada sejumlah enzim oksidasi yang penting (katalase dan peroksidase).
e. Besi dijumpai pada Flavoprotein, feredoksin.
Kadar besi yang tinggi pada nutrisi, sangat diperlukan untuk proses pembelahan sel dari pada untuk
respirasi. Gejala defisiensi besi mudah dikenali, karena memperlihatkan klorosis yang sangat spesifik
terjadi pada daun muda pada tumbuhan yang sedang tumbuh tanpa terjadinya pemendekan atau nekrosis.
Defisiensi mudah ditanggulangi dengan menyemprotkan larutan besi (biasanya dalam bentuk kompleks
besi dengan EDTA)
Seng (Zn).
Zn tersebar luas dalam tanah, tetapi menjadi sukar diperoleh oleh tumbuhan apabila pH-nya meningkat.
Zn secara langsung terlibat dalam sintesis hormon asam indol asetat (IAA), dan defisiensi Zn dapat
mengakibatkan perubahan dalam bentuk dan pertumbuhan beberapa spesies, menghasilkan tumbuhan
lebih pendek, kerdil dan apikal dominan sangat tidak berkembang. Disamping itu Zn bertindak sebagai
aktivator obligat dari sejumlah enzim penting, seperti enzim-ensim dehidrogenase asam laktat, asam
glutamat, alkohol dan peridin nukleotida. Zn rupanya terlihat juga dalam sintesis protein. Defisiensi Zn
mengakibatkan tumbuhan menjadi kerdil, ukuran daun berkurang sehingga daun menjadi kecil-kecil dan
membentuk roset, timbul klorosis antara tulang daun.
Boron (B).
Boron pada umumnya baron didapatkan dalam jumlah sedikit dalam tanah, dan kemudahan untuk
memperolehnya sangat rendah karena berada dalam bentuk kompleks yang kuat pada struktur tanah.
Perannya dalam metabolisme tumbuhan masih belum jelas, meskipun dari hasil percobaan menunjukkan
bahwa boron penting untuk pertumbuhan. Pada tumbuhan yang kekurangan boron, translokasi dan
penyerapan gula banyak berkurang, sehingga diduga gula diangkut dalam bentuk komplek borat.
Defisiensi boron biasanya menyebabkan matinya meristem dan gagalnya perbungaan, dan hal ini
mungkin diakibatkan berkurangnya translokasi gula ke daerah tersebut. Boron dapat berfungsi sebagai
inhibitor yang mengatur aktivitas enzim-enzim yang mengarah kepada pembentukan zat-zat fenolik yang
toksik. Gejala lain dari defisiensi boron adalah daun cendrung menjadi tebal, berwarna lebih gelap dan
kerdil.
Mangan (Mn).
Berbagai bentuk mangan dijumpai dalam tanah, tetapi yang paling banyak diserap dalam bentuk ion
mangan (Mn24). Seperti halnya besi, defisiensi mangan dapat terjadi pada tanah alkali, karena berubah ke
dalam bentuk yang sukar diambil. Mangan terlibat luas dalam proses katalitik pada tumbuhan, sebagai
aktivator beberapa enzim respirasi, dalam reaksi metabolisme nitrogen dan fotosintesis. Mangan
diperlukan untuk mengaktifkan nitrat reduktase, sehingga tumbuhan yang mengalami kekurangan Mn,
memerlukan sumber N dalam Bentuk NH4+. Peran mangan dalam fotosintesis adalah dalam urutan reaksi
yang berkaitan dengan pelepasan elektron dari air dalam pemecahannya menjadi hidrogen dan oksigen.
Gejala difisiensi mangan memperlihatkan bentuk nekrotik pada daun. Mobilitas mangan adalah kompleks
dan tergantung pada spesies dan umur tumbuhan, sehingga awal gejalanya dapat terlihat pada daun muda
atau daun yang lebih tua.
Molibdenum (Mo).
Molibdenum dijumpai dalam jumlah kecil dalam tanah. Unsur ini lebih mudah diserap dari tanah yang
pH-nya tinggi dan oleh karenanya cendrung berkurang pada tanah asam. Peran yang sangat penting dari
Mo ini adalah dalam reduksi nitrat dan fiksasi nitrogen. Gejala defisiensi molibdenum, daun rumbuh
menjadi burik dan layunya pinggiran daun. Klorosis diawali pada daun yang lebih dewasa, tetapi
kotiledon tetap kelihatan sehat dan hijau.