1
2
I TUJUAN
Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman
Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra
spesifik.
II
TINJAUAN PUSTAKA
karakteristik perlakuan yang sama, sedangkan pada kompetisi pada dua jenis yang
berbeda memiliki karakteristik perlakuan yang berbeda, baik secara tingkah laku
ataupun hasil perlakuan (Naylor, 2009).
Dalam sistem pertanian campuran, kompetisi antar tanaman yang ditanam
berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi apabila ketersediaan
sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah yang terbatas, baik keterbatasan
air, juara maupun cahaya. Apabila dua atau lebih tanaman ditanam dengan jarak
yang cukup dekat serta ketersediaan unsur hara dan air terbatas, maka akan terjadi
kompetisi. Selain unsur hara dan air, cahaya juga merupakan faktor yang
diperebutkan. Kompetisi untuk cahaya berbeda prosesnya dengan kompetisi
untuk unsur hara dan air yang sifatnya aktif. Cahaya bukanlah suatu faktor yang
terletak pada suatu sumber dari mana tanaman kemudian mengambilnya. Tanaman
menerima cahaya yang datang apa adanya, sehingga kompetisi cahaya dalam
waktu singkat lebih banyak bersifat pasif di mana suatu tanaman tidak
melancarkan gaya untuk mendapatkan cahaya yang banyak (Sitompul dan
Guritno, 1995).
Budi daya tanaman sayuran di Indonesia umumnya dilakukan dengan pola
tanam monokultur dan polikultur. Monokultur adalah sistem budi daya pada suatu
areal lahan yang ditanami dengan satu jenis tanaman saja. Polikultur merupakan
sistem budi daya tanaman pada suatu areal lahan yang sama dalam satu tahun
ditanami dengan beberapa jenis tanaman, baik yang ditanam dalam waktu yang
bersamaan atau waktu yang sedikit berbeda (Rosya dan Winarto, 2013).
Pertanaman campuran dengan penanaman dua jenis tanaman rumput dan legum
atau lebih secara selektif, yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
sehingga mampu meningkatkan kualitas hijauan tanaman legu. Pengembangan
sistem pertanaman campuran antara legum dengan tanaman pangan dapat
memperbaiki kondisi lingkungan dan ekosistem karena dapat meningkatkan
kesuburan tanah. Jumlah populasi yang semakin padat pada pertanaman jagung
dan legum cenderung membuat legum tumbuh lebih panjang, jumlah daun lebih
banyak, daun lebih luas namun lebih tipis dan jumlah cabang semakin banyak
(Susanti et al., 2014).
III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Dasar-dasar Ekologi yang berjudul Kompetisi Inter dan Intra
Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik dilaksanakan hari Selasa, di
Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
ini antara lain timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam dan oven. Adapun
bahan-bahan yang digunakan berupa tiga macam benih yaitu: kacang tanah
(Arachis hypogaea), sorgum (Sorgum bicolor), dan kedelai (Glycin max) ,
polybag, kantong kertas, dan kertas label.
Langkah kerja pada praktikum ini diawali dengan menyediakan polybag
dan diisi tanah sedalam bagiannya. Biji sehat dan bagus dipilih dan ditanam
sebanyak 6 benih di dalam polybag sesuai perlakuan monokultur kacang tanah
sejumlah 2,4,6; polikultur kacang tanah-sorgum sejumlah 1+1,2+2, dan 3+3
tanaman; dan terakhir polikultur kacang tanah-kedelai sejumlah 1+1, 2+2, dan
3+3. Penyiraman dilakukan setiap hari, dan pengamatan dilakukan 2 kali sehari
mulai dari tanaman berumur 7 hari hingga 21 hari. Pengamatan meliputi tinggi
tanaman dan jumlah daun.
Setelah berumur 21 hari, tanaman dipanen dan diamati panjang akar, bobot
segar, bobot kering tanaman, dan luas daun. Pada akhir percobaan, seluruh data
yang terkumpul dihitung rerata dari tiap ulangan pada tiap perlakuan. Lalu
akhirnya dengan data yang telah diolah tersebut dibuat grafik tinggi tanaman,
grafik jumlah daun, histogram panjang akar, histogram bobot segar dan bobot
kering, dan histogram luas daun pada masing-masing perlakuan kacang tanah.
I.
A. HASIL
Tabel 1. Tinggi Tanaman Monokultur Kacang Tanah
Tinggi Tanaman hari ke-n (cm)
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
Monokultur 2
5,87 9,58
12,10 14,68 16,87 18,46
Monokultur 4
6,15 9,81
11,75 13,48 15,34 16,78
Monokultur 6
5,61 11,25 10,48 12,09 13,67 15,49
7
19,96
17,73
16,10
7
20,83
18,64
19,96
7
18,30
18,26
16,96
7
8,33
6,29
6,36
7
7,17
7,67
6,33
6
6,67
7,17
6,39
1+1
2+2
3+3
1
2,83
2,92
2,61
2
3,83
3,75
3,61
3
4,83
5,25
4,22
4
5,83
5,50
4,78
5
5,83
5,83
5,28
6
6,50
6,25
5,56
7
6,67
6,42
5,78
Tabel 7. Tabel Bobot Segar, Bobot Kering, Luas Daun dan Panjang Akar
Panjang
Bobot
Bobot
Luas
Tanaman
Perlakuan
Akar
Segar
Kering
Daun
2
19,18
3,92
0,81
76,77
Monokultur
4
19,23
2,78
0,93
64,34
Kacang
Tanah
6
16,80
2,62
1,23
55,68
Polikultur
1+1
20,25
4,04
0,84
84,69
Kacang
2+2
17,86
3,69
0,77
67,61
Tanah &
3+3
17,46
3,15
0,91
61,54
Sorgum
Polikultur
1+1
14,42
3,30
0,57
72,50
Kacang
2+2
15,90
2,94
0,62
70,08
Tanah &
3+3
16,49
2,83
0,76
59,40
Kedelai
B. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap
pertumbuhan tanaman dan mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan
kompetisi inter dan intra spesifik. Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini
antara lain timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam dan oven. Adapun
bahan-bahan yang digunakan berupa tiga macam benih yaitu: kacang tanah
(Arachis hypogaea), sorgum (Sorgum bicolor), dan kedelai (Glycin max) ,
polybag, kantong kertas, dan kertas label.
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang bobot segar dan bobot
kering tanaman. Penggaris digunakan untuk mengukur tinggi tanaman selama
pengamatan. Kantong kertas digunakan untuk mewadahi tanaman yang dipanen
untuk kemudian dikeringkan di dalam oven. Peralatan tanam digunakan untuk
menanam tanaman Benih padi, sorgum dan kedelai digunakan untuk membedakan
bagaimana
pengaruh
kompetisi
intraspesifik
dan
interspesifik
terhadap
pertumbuhan kacang tanah. . Polybag berfungsi sebagai tempat tanah dan dilabeli
oleh kertas label agar tidak tertukar antar perlakuan.
Langkah kerja pada praktikum ini diawali dengan menyediakan polybag dan
diisi tanah sedalam bagiannya sebagai media tanam. Biji sehat dan bagus
dipilih dan ditanam sebanyak 6 benih di dalam polybag sesuai perlakuan
monokultur kacang tanah sejumlah 2,4,6; polikultur kacang tanah-sorgum
sejumlah 1+1,2+2, dan 3+3 tanaman; dan terakhir polikultur kacang tanah-kedelai
sejumlah 1+1, 2+2, dan 3+3. Perlakuan monokultur dan polikultur tersebut
digunakan untuk mengetahui kompetisi intraspesifik dan interspesifik pada
berbagai kepadatan populasi tiap polybagnya. Penyiraman dilakukan setiap hari,
dan pengamatan dilakukan 2 kali sehari mulai dari tanaman berumur 7 hari hingga
21 hari. Pengamatan meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun.Setelah berumur 21
hari, tanaman dipanen dan diamati panjang akar, bobot segar, bobot kering
tanaman, dan luas daun. Pada akhir percobaan, seluruh data yang terkumpul
dihitung rerata dari tiap ulangan pada tiap perlakuan. Lalu akhirnya dengan data
yang telah diolah tersebut dibuat grafik tinggi tanaman, grafik jumlah daun,
histogram panjang akar, histogram bobot segar dan bobot kering, dan histogram
luas daun pada masing-masing perlakuan kacang tanah.
15.00
tinggi(cm)
10.00
5.00
0.00
Monokultur 2
Monokultur 4
Monokultur 6
Monokultur 2
Monokultur 4
Monokultur 6
Perlakuan
LD
Monokultur 2
Monokultur 4
Monokultur 6
Perlakuan
BS
BK
Monokultur 2
Monokultur 4
Monokultur 6
Perlakuan
15.00
tinggi(cm)
10.00
5.00
0.00
1+1
2+2
3+3
PA
1+1
2+2
3+3
Perlakuan
LD
1+1
2+2
3+3
Perlakuan
BS
BK
Perlakuan
Gambar 10. Bobot segar dan bobot kering polikultur kacang tanah sorgum
Histogram di atas memperlihatkan bobot segar tertinggi dimiliki oleh
tanaman polikultur 1+1, diikuti oleh polikultur 2+2 dan terakhir polikultur 3+3.
Sedangkan untuk bobot kering, tanaman dengan perlakuan polikultur 3+3
memiliki bobot kering yang paling tinggi, diikuti oleh tanaman polikultur 1+1 dan
terakhir tanaman polikultur 2+2. Selisih bobot kering dan bobot segar pada
masing-masing polikultur dari yang terbesar secara berurutan adalah tanaman
polikultur 3+3 (3,20 gram), polikultur 2+2 (2,91 gram) dan polikultur 3+3 (2,24
gram). Hal ini menunjukkan serapan air yang optimal terjadi pada tanaman
polikultur 1+1 karena tingkat kompetisi yang rendah dalam mendapatkan air.
Sebaliknya, pada tanaman polikultur 2+2 dan polikultur 3+3 yang lebih padat
populasinya sehingga tingkat kompetisi lebih tinggi yang menyebabkan serapan
air kurang optimal daripada polikultur 1+1.
1+1
2+2
3+3
1+1
2+2
3+3
5.00
Helai 4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
1+1
2+2
3+3
Perlakuan
1+1
2+2
3+3
Perlakuan
BS
BK
1.00
0.50
0.00
Perlakuan
Gambar 15. Histogram bobot segar dan bobot kering polikultur kacang tanah
kedelai
Histogram di atas memperlihatkan bobot segar tertinggi dimiliki oleh
tanaman polikultur 1+1, diikuti oleh polikultur 2+2 dan terakhir polikultur 3+3.
Sedangkan untuk bobot kering, tanaman dengan perlakuan polikultur 3+3
memiliki bobot kering yang paling tinggi, diikuti oleh tanaman polikultur 1+1 dan
terakhir tanaman polikultur 2+2. Selisih bobot kering dan bobot segar pada
masing-masing polikultur dari yang terbesar secara berurutan adalah tanaman
polikultur 2+2 (2,74 gram), polikultur 2+2 (2,31 gram) dan polikultur 3+3 (2,06
gram). Hal ini menunjukkan serapan air yang optimal terjadi pada tanaman
polikultur 1+1 karena tingkat kompetisi yang rendah dalam mendapatkan air.
Sebaliknya, pada tanaman polikultur 2+2 dan polikultur 3+3 yang lebih padat
populasinya sehingga tingkat kompetisi lebih tinggi yang menyebabkan serapan
air kurang optimal daripada polikultur 1+1.
Faktor biotik dapat menjadi salah satu faktor pembatas pertumbuhan suat
tanaman. Kompetisi sebagai faktor pembatas dapat terjadi baik karena persamaan
maupun perbedaan jenis dan spesies tanaman. Kompetisi tanaman dapat terjadi di
atas permukaan tanah serta di bawah permukaan tanah. Di atas permukaan tanah,
tanaman biasanya melakukan kompetisi dalam hal mendapatkan cahaya untuk
fotosintesis dan mendapatkan oksigen atau CO2 untuk respirasi. Di bawah
permukaan tanah, kompetisi dapat terjadi dalam mendapatkan air dan unsur-unsur
hara baik makro maupun mikro. Kompetisi secara langsung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisiologi maupun morfologi. Contoh
pengaruh kompetisi yang terjadi pada morfologi adalah lebar dan panjang tajuk
tanaman, panjang akar, banyaknya cabang akar, dan sebagainya. Sedangkan
contoh pengaruh kompetisi yang terjadi pada fisiologi adalah aktivitas penyerapan
air.
Pada praktikum ini setiap perlakuan monokultur dan polikultur
menunjukkan kompetisi yang terjadi pada tanaman dalam berbagai kepadatan.
Adapun kompetisi yang terjadi yaitu pada monokultur kacang tanah terjadi
kompetisi intra spesifik antar tanaman kacang tanah dan pada polikultur kacang
tanah-sorgum dan polikultur kacang tanah-kedelai kompetisi yang terjadi adalah
kompetisi intraspesifik dan interspesifik. Kompetisi intraspesifik pada monokultur
kacang tanah dapat terjadi karena persamaan kebutuhan air, unsur hara dan
cahaya, sehingga masing-masing tanaman berusaha memenuhi kebutuhannya.
Kepadatan yang tinggi mempengaruhi tingkat kompetisi yang terjadi. Kompetisi
pada polikultur kacang tanah-sorghum terjadi intraspesifik (antara kacang tanahkacang tanah dan sorgum-sorgum) dan interspesifik (antara kacang tanahsorghum). Kompetisi interspesifik yang terjadi tidak begitu signifikan karena
perbedaan kebutuhan masing-masing jenis tanaman untuk tumbuh dan
berkembang. Kacang tanah yang merupakan tanaman Leguminosae dan sorgum
yang merupakan tanaman Graminae memiliki kebutuhan air dan unsur hara yang
berbeda, sehingga kompetisi yang terjadi tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan seperti monokultur kacang tanah. Hal ini terlihat pada parameter tinggi
tanaman dan jumlah daun kacang tanah yang tidak berbeda jauh, bahkan lebih
optimal pada polikultur kacang tanah-sorgum daripada monokultur kacang tanah
sendiri. Selisih antara bobot kering dan bobot segar tanaman polikultur kacang
tanah-sorgum yang lebih besar daripada monokultur kacang tanah menunjukkan
air yang diserap oleh tanaman kacang tanah pada polikultur kacang tanah-sorgum
lebih optimal. Akan tetapi, kompetisi interspesifik diduga tetap dapat terjadi
akibat keterbatasan ruang tumbuh dan air pada polybag polikultur kacang tanahsorgum itu sendiri. Berbeda halnya pada polikultur tanaman kacang tanah-kedelai,
kompetisi interspesifik menunjukkan pengaruh yang signifikan pada parameter
hasil kacang tanah. Kacang tanah dan kedelai masih memiliki kekerabatan yang
cukup dekat yaitu sama-sama termasuk famili Leguminosae sehingga memiliki
kebutuhan yang sama, terutama unsur nitrogen. Tinggi dan jumlah daun polikultur
kacang tanah-kedelai lebih rendah nilainya daripada perlakuan lainnya disebabkan
oleh persamaan kebutuhan air dan unsur hara. Bobot kering polikultur kacang
tanah-kedelai yang lebih kecil daripada perlakuan lainnya menunjukkan biomassa
yang dihasilkan tidak maksimal. Akan tetapi, selisih antara bobot kering dan
bobot segar tanaman polikultur kacang tanah-kedelai yang lebih besar daripada
monokultur kacang tanah menunjukkan air yang diserap oleh tanaman kacang
tanah pada polikultur kacang tanah-kedelai lebih optimal.
Faktor kepadatan populasi pada polybag masing-masing perlakuan
mempengaruhi keadaan iklim mikro selain tingkat kompetisi. Padatnya daun yang
tumbuh pada populasi tanaman pada perlakuan akan menaungi lapisan tanah
bagian atas yang menjaga kelembaban. Kelembaban yang tinggi akan mengurangi
laju evaporasi sehingga kandungan air pada tanah tidak cepat habis. Hal ini
menyebabkan akar tanaman menjadi relatif pendek karena tidak perlu
menumbuhkan akar yang panjang untuk mendapatkan air pada lapisan tanah yang
lebih dalam.
Kompetisi pada tumbuhan sebagai faktor pembatas biotik menjadi
pertimbangan untuk penggunaan teknik budidaya intercropping (tumpangsari).
Penggunaan jarak tanam yang optimal dan penentuan komoditas yang akan
ditanam pada lahan yang terbatas dilihat dari kemungkinan kompetisi yang terjadi
pada tanaman-tanaman tersebut. Pertimbangan ini akan bermanfaat untuk
menghindari kehilangan produksi tanaman selama proses budi daya dan sebelum
masa panen. Interaksi ekologis yang terjadi antar tanaman diharapkan tidak
merugikan, bahkan harus menguntungkan pada budi daya yang dilakukan.
II. KESIMPULAN
1. Faktor biotik mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
yaitu kompetisi intraspesifik dan interspesifik dalam memperebutkan
sumber daya yang terbatas, seperti air, unsur hara dan ruang tumbuh.
2. Tanaman akan memberikan tanggapan yang berbeda-beda pada kompetisi
yang terjadi, tergantung pada tingkat ketatnya kompetisi yang terjadi dan
perbedaan spesies tumbuhan. Kompetisi berpengaruh pada pertumbuhan
antara lain pada tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, luas daun,
berat segar dan berat kering tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Kastono, D. 2005. Ilmu Gulma. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Naylor, R. E. L. 2009. Environmental impact of agriculture and forestry. Journal
of Agricultural Science 1: 1-5.
Naughton, S.J dan Wolf, L.L. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta
Odum. E.P.1983. Basic Ecology. CBS Collage Publishing.USA
Rosya, A dan Winarto. 2013. Keragaman komunitas fitonematoda pada sayuran
lahan monokultur dan polikultur di Sumatera Barat. Jurnal Fitopatologi
Indonesia 3 : 71-76
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.