selalu lebih besar dari pH KCL. Hal ini dikarenakan berhubungan dengan muatan
total tanah dimana pada pH H2O menghitung kemasaman aktif sedangkan pada
dengan literatur Tan (1991) yang menyatakan bahwa nilai pH-KCl selalu lebih
rendah dari pH-H2O. Perbedaan antara dua nilai pH ini biasanya dikaitkan dengan
muatan total tanah. Jika pH-KCl lebih tinggi dari pH-H2O, menunjukkan tanah
tersebut mempunyai muatan total positif (kapasitas tukar anion lebih besar).
Tanah dengan pH-KCl lebih rendah dari pH-H2O, mempunyai muatan total
negative (kapasitas tukar kation lebih besar). Walaupun nilai muatan total negatif,
namun kapasitas tukar kation yang dihasilkan sangat rendah, karena kandungan
liat yang rendah. Sumbangan muatan negatif dari bahan organik juga sangat
rendah, sebagai akibat dari rendahnya kandungan bahan organik dalam tanah..
Dari hasil nilai pH diatas juga didapat bahwa pH tanah untuk H 2O pada
tegakan jati berbeda dari kelompok lain yaitu sebesar 8,38 begitupula dengan pH
tanah untuk KCl sebesar 8,29. Ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
hal ini disebabkan karena lapisan ini mengandung bahan organik yang cukup
tinggi pada permukaan tanah yang tercampur dengan bahan mineral tanah dan
sulfida dan asam nitrat. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanti (2009), bahwa
hasil metabolisme akhirnya adalah asam organik dan bahan organik yang banyak.
Bila asam ini sampai kebagian mineral dalam tanah, mereka tidak memberikan H
tetapi menggantikan basa dan meningkatkan kemasaman tanah. Hal ini Juga
disebabkan jumlah ion H dalam tanah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah
OH. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah
yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan
ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu
tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan
bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+
beberapa factor. Pengambilan tanah pada tiap tempat juga mempengaruhi dimana
bentuk asam-asam organik, karbondioksida (CO2) dan air serta faktor kedalaman
tanah ketika mengambilnya yang mana pada lahan dengan curah hujan tinggi,
Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarso (2005) yang menyatakan faktor-faktor
8,38 termasuk tanah Basa, sedangkan pada Tegakan Mahoni dengan pH 6,76,
Sawit dengan pH 6,68, dan Padang Rumput dengan pH 6,65 merupakan termasuk
tanah Agak Masam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notohadiprawiro (1998)
bahwa tanah dapat ditentukan berdasarkan reaksi tanah atau pH sebagai berikut :
Luar biasa masam < 4,0 ; Sangat masam 4,0 – 5,0 ; Masam 5,0 – 6,0 ; Agak
masam 6,0 – 7,0 ; Agak basa 7,0 – 8,0 ; Basa 8,0 – 9,0 ; Sangat basa 9,0 – 10,0;
larutan 1:2,5 dimana digunakan alat pH meter untuk menghitung tingkat asam dan
basa pada tanah. Sebelumnya tanah yang akan dihitung pH tanahnya dicampurkan
dengan larutan, kemudian tanah tersebut dikocok sampai merata antara tanah
menghitungnya.