Anda di halaman 1dari 8

BAB VIII

INTERPETASI KPK TANAH SECARA KUALITATIF

A. Tujuan Praktikum
1. Membuktikan muatan negatif zarah – zarah tanah dengan menggunakan 2 macam zat
warna (Gentian violet & eosin red).
2. Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap kapasitas pertukaran
kation tanah.

B. Tinjauan Pustaka
KPK merupakan kemampuan tanah untuk menyerap dan menukar kembali
kation dari dan ke dalam larutan tanah. KPK mempunyai peran yang sangat penting
untuk tanah yaitu berkaitan dengan kesuburan tanah itu sendiri. Setiap tanah mempunyai
kapasitas pertukaran kation tanah yang beda. Tanah dengan KPK akan mampu
menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KPK rendah.
Nilai KPK dapat diketahui dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan
kualitatif adalah dengan menggunakan larutan eosin red dan gentian violet. Sedangkan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode penjenuhan NH4OAC atau BaCl2.
Pada umumnya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. (Adrian, dkk.
2015)
Pengertian lain, kemampuan tukar kation adalah kapasitas tanah menyerap dan
mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya disebut Kemampuan Tukar
Kation ( KTK ) atau berupa anion dan besarnya disebut Kemampuan Tukar Anion ( KTA
). KTK dan KTA masing-masing diukur menurut jumlah maksimum kation dan anion
yang dapat diserap tanah. Daya serap tanah berada pada koloid tanah atau disebut juga
kompleks jerapan, yang terdiri atas mineral lempung, bahan humik, dan oksida serta
hidroksida Fe dan Al. Muatan bersih kompleks jerapan diimbangi oleh muatan ion
berlawanan yang terjerap sehingga sistem terpertahankan pada keadaan elektronetral.
Kapasitas tukar kation menunjukkan ada muatan negatif per satuan massa tanah (Adrian,
dkk. 2015).
Metode daya jerap muatan positif dan negatif merupakan salah satu metode
kualitatif untuk menunjukkan nilai KPK yang terdapat pada tanah. Metode ini memiliki
prinsip mengubah, baik menaikkan atau menurunkan, nilai KPK tanah dengan
mencampurnya pada bahan yang memiliki nilai KPK berbeda. Metodenya yaitu
menggunakan zat perwarna untuk menentukan muatan kationnya. Larutan Gentian violet
yang bermuatan positif digunakan untuk menunjukkan tanah bermuatan negatif.
Sementara larutan eosin red yang bermuatan negatif digunakan untuk menguji tanah
bermuatan positif (Kurniasih, 2020).
Faktor yang mempengaruhi KTK salah satunya adalah tekstur tanah. Semakin
halus tekstur tanah, semakin tinggi KTKnya. Sebagai contohnya, tanah pasir dan
lempung berpasir mengandung sedikit liat koloid, kemungkinan miskin bahan organik
(humus) sehingga KTKnya rendah. Sebaliknya tanah bertekstur halus mengandung lebih
banyak liat, lebih banyak humus, dan akan mempunyai nilai KTK yang tinggi (Tan, 1991
cit. Sulastri, 2006). Selain itu, faktor perlakuan manusia seperti pengapuran juga sangat
berpengaruh. Proses pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah
yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH tanah
sehingga karenanya unsur - unsur hara menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur
tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan
kelarutan zatzat yang sifatnya meracuni tanaman dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Kenaikan pH tanah tersebut tentu sangat mempengaruhi nilai KTK tanah (Da’I, dkk.,
2006). Luas permukaan tanah mempengaruhi nilai KPK, dimana semakin luas permukaan
tanah semakin besar KPKnya. KPK tanah berhubungan dengan kesuburan tanah. Tanah
yang memiliki KPK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsure hara daripada
tanah yang memiliki KPK rendah
Nilai KPK dari suatu jenis tanah dipengaruhi oleh jumlah mineral lempung, jenis
dan tipe mineral lempung, jumlah-jenis bahan organik, dan struktur tanah. Semakin halus
tanah, maka semakin tinggi nilai KPK tanah tersebut. Sebagai contohnya, tanah
bertekstur halus mengandung lebih banyak liat dan lebih banyak humus, akan
mempunyai nilai KPK tinggi. Selain itu ada juga faktor dari perlakuan manusia yaitu
pengapuran tanah. Tujuan pengapuran tanah untuk menaikkan pH tanah. Kenaikan pH
tersebut tentu saja mempengaruhi nilai KPK tanah. Nilai KPK tanah bermanfaat untuk
menentukan koloid tanah dalam mengikat kation di permukaan. Koloid tanah ini
merupakan bagian yang aktif karena merupakan pusat-pusat reaksi kimia, fisika, dan
koloid tanah merupakan pusat kesuburan tanah, sehingga sangat berguna dalam bidang
pertanian (Yani, dkk 2007).
Ukuran diameter fraksi liat adalah 2 mikron (µm) atau 0,002 mm, sedangkan
koloid berukuran terbesar tidak lebih dari 1 mikron. Berarti tidak semua fraksi liat
dikatakan koloid. Sebagian fraksi liat mengalami pelapukan melalui aktivitasnya
menjerap dan mempertukarkan kation hingga menghasilkan koloid. Koloid terdiri dari
koloid humus (organik) dan koloid liat (mineral, anorganik). Kedua koloid ini
mempunyai sifat dan ciri yang berbeda. Perbedaan utamanya adalah unit (misel) koloid
humus tersusun dari karbon, oksigen dan hidrogen, sedangkan koloid liat tersusun dari
silikon (Si), aluminium (Al) dan oksigen. Daya jerap koloid humus jauh melebihi liat
koloid. KTK koloid humus dapat mencapai 200 – 300 me/100 gr liat. Sedangkan KTK
koloid liat montmorillonit/smektit  (tipe liat 2:1) sebesar 80 – 150 me/100 gr liat dan
koloid liat kaolonit (tipe liat 1 : 1) sebesar 3 – 15 me/100 gr liat. Campuran koloid humus
dan koloid liat dalam tanah akan saling menunjang peranannya dalam menjerap dan
mempertukarkan kation (Asgar, 2017).
KTK penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan kesuburan tanah dan
aplikasi pupuk. Meskipun bukan satu-satunya parameter, semakin tinggi KTK, maka
status kesuburan tanah semakin tinggi dan sebaliknya semakin rendah KTK, maka status
kesuburan tanah juga makin rendah. Dengan kata lain, KTK yang tinggi mencerminkan
tanah subur, sebaliknya KTK yang rendah mencerminkan tanah tidak subur (Asgar,
2017). Selain itu, penentuan nilai KPK tanah juga bertujuan untuk mengetahui mineral
yang terkandung agar secara signifikan dapat mengendalikan daya sangga dan jerapan
unsur hara lain dalam tanah sehingga pada proses pengelolaan tanah dapat memperbaiki
kesuburan dan meningkatkan produktifitas tanah. Sehingga efisiensi penggunaan pupuk
dapat maksimal (Nursyamsi, dkk., 2007 dan Nikiyuluw, dkk., 2018).

C. Prinsip Kerja
1. Metode
Daya jerap muatan positif dan negatif
2. Alat
a. Tabung reaksi 8 buah
b. Corong Ø 8 cm
c. Kertas saring
3. Bahan
a. Contoh tanah Ø 0,5 mm dan Ø 2 mm
b. Tanah Regosol, Grumusol, dan Latosol
4. Langkah Kerja
a. Mengambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan tanah Ø 0,5mm dan Ø 2
mm dan menambahkan larutan Gentian violet setinggi 5 cm dari alas tabung ke
dalam masing-masing tabung.
b. Mengocok selama 2 menit, kemudian menyaring dengan kertas saring, filtratnya
ditampung dalam tabung reaksi lainnya. Memperhatikan warna filtratnya dan
membandingkan dengan control (larutan Gentian violet tanpa tanah).
c. Mengulangi langkah di atas dengan larutan eosin red (memperhatikan perubahan
warna suspensi pada larutan Gentian violet dan eosin red).
d. Membandingkan intensitas warna filtrate antar jenis tanah. Semakin pudar warna
filtrate menunjukkan semakin banyak muatan tanahnya.

D. Hasil Pengamatan
Tabel 8.1. Hasil Pengamatan Kapasitas Pertukaran Kation Tanah Regosol Secara
Kualitatif

Diameter Tanah + Warn


Jenis Tanah Intensitas Muatan
Larutan Standar a

Regosol Larutan Standar GV Ungu + Positif

0.5 mm + GV Jernih +++ Negatif

2.0 mm + GV Jernih +++ Negatif

Larutan Standar ER Oranye + Negatif

0.5 mm + ER Pekat + Positif


2.0 mm + ER Pekat + Positif

Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Kesuburan 2022

E. Pembahasan
KPK merupakan kemampuan tanah untuk menyerap dan menukar kembali kation
dari dan ke dalam larutan tanah. KPK mempunyai peran yang sangat penting untuk tanah
yaitu berkaitan dengan kesuburan tanah itu sendiri. Setiap tanah mempunyai kapasitas
pertukaran kation tanah yang beda. Tanah dengan KPK akan mampu menyerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah dengan KPK rendah. Nilai KPK dapat
diketahui dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Untuk melakukan pertukaran atau pergantian kation dalam tanah, terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut apabila tidak sesuai dengan yang
disyaratkan maka akan menurunkan kapasitas tukar kation dalam tanah, akan tetapi
sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut terpenuhi, kapasitas tukar kation akan mengalami
kenaikan yang tentunya sangat baik untuk tanah dan juga tanaman untuk tumbuh dan
berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi KPK adalah tekstur tanah, kandungan
humus dan bahan organik, jenis liat dan kandungan liat serta pH.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian muatan tanah secara kualitatif
dengan metode kolorimetri. Disebut kualitatif karena dalam percobaan kali ini yang
dilakukan hanya sebatas menguji muatan tanahnya saja belum sampai mengukur
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK). Metode kolorimetri sendiri merupakan metode
analisis kimia dengan warna sebagai indikator pengukuran. Biasanya metode kolorimeter
membutuhkan suatu panel penilaian atau pembanding warna, dapat pula menggunakan
blangko yang pada percobaan ini menggunakan larutan pengujinya sendiri yaitu Gentian
violet dan eosin red.
Secara garis besar, pengujian kali ini dilakukan dengan menambahkan larutan
bermuatan positif dan negatif pada sampel. Larutan bermuatan positif yang digunakan
adalah gentian violet, sedangkan larutan bermuatan negatif yang digunakan adalah eosin
red. Prinsip pengujianya sendiri adalah apabila larutan bermuatan positif (gentian violet)
yang dicampurkan pada tanah sampel berubah warna, itu berarti terjadi reaksi yaitu
muatan positif terikat ke partikel tanah yang bermuatan negatif (ikatan antara ion + dan
-), sehingga dapat dikatakan bahwa tanah sampel tersebut bermuatan negatif, begitu pula
sebaliknya.
Dari hasil pengamatan diperoleh data tanah regosol pada indikator Larutan standar
GV dihasilkan warna ungu, dengan intensitas rendah, dan bermuatan positif. Perubahan
warna tanah regosol diakibatkan oleh larutan standar GV. Pada tanah 0.5 mm+GV
dihasilkan warna jernih, dengan intensitas tinggi, dan bermuatan negatif. Pada tanah 2.0
mm+GV dihasilkan warna jernih, dengan intensitas tinggi, dan bermuatan negatif.
Artinya, kedua tanah tersebut memiliki nilai KPK yang sama. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan semakin halus tekstur tanah maka akan semakin tinggi KPK
tanahnya. Menurut teori, tanah dengan ukuran 0.5 mm memiliki KPK tanah yang lebih
besar dari tanah 2 mm. Ketidaksesuaian ini diakibatkan oleh tekstur tanah regosol itu
sendiri. Tanah regosol memiliki tekstur pasir halus sampai menengah, strukturnya lepas
dan tidak terkonsolidasi, sehingga tidak ada perbedaan KPK pada Tanah ukuran 0.5mm
dan 2 mm.
Pada larutan standar ER dihasilkan warna oranye, dengan intensitas rendah, dan
bermuatan negatif. Warna oranye muncul akibat pencampuran larutan standar ER degan
tanah. Pada tanah 0.5 mm+ER dihasilkan warna pekat, dengan intensitas rendah, dan
bermuatan positif. Pada tanah 2.0 mm+ER dihasilkan warna pekat, dengan intensitas
rendah, dan bermuatan positif. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan
semakin halus tekstur tanah maka akan semakin tinggi KPK tanahnya. Menurut teori,
tanah dengan ukuran 0.5 mm memiliki KPK tanah yang lebih besar dari tanah 2 mm.
Ketidaksesuaian ini diakibatkan oleh tekstur tanah regosol itu sendiri. Tanah regosol
memiliki tekstur pasir halus sampai menengah, strukturnya lepas dan tidak terkonsolidasi,
sehingga tidak ada perbedaan KPK pada Tanah ukuran 0.5mm dan 2 mm.
Fungsi larutan Gentian violet dan eosin red adalah sebagai penentu muatan tanah.
Gentian violet yang bermuatan positif apabila dicampurkan ke tanah akan bereaksi
dengan muatan negatif tanah. Semakin warna berbeda menjauhi gentian violet, maka
semakin besar reaksi yang terjadi antara muatan positif (gentian violet) dengan muatan
negatif (tanah). Begitu pula yang terjadi dengan eosin red, semakin berbeda warna
larutan (tanah dan eosin red), maka semakin besar reaksi yang terjadi antara muatan
negatif dari eosin red dan muatan positif tanah,

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
1. Terbukti muatan negatif zarah-zarah tanah dengan menggunakan 2 macam zat warna
(Gentian violet dan eosin red).
2. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa pada tanah
0,5 mm dan 2 mm apabila ditambahkan larutan eosin red, maka akan mempunyai
muatan positif dan berintensitas rendah. Kemudian, apabila tanah 0,5 mm dan 2 mm
ditambahkan larutan gentian violet, maka akan mempunyai muatan negative dan
berintensitas tinggi. Sehingga dapat dikatakan pada tanah 0,5 mm dan 2 mm
mempunyai KPK yang sama. Selain itu, berdasarkan pengaruh luas permukaan,
diketahui bahwa luas permukaan zarah tanah tidak mempengaruhi KPK tanah.
.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian.A, T. Dimas, Nindy. 2014. Muatan Tanah ( Kpk Dan Kpa Tanah Kualitatif ).
Laboratorium Tanah Umum Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta

Asgar. 2017. 5 Parameter Kesuburan Kimia Tanah Hutan.


https://stafsite.untad.ac.id/197610142002121001/5-parameter-kesuburan-kimia-tanah-
hutan.html . Diakses pada 27 februari 2022.

Da’I, M., Deddy, H., Wahyu, U. 2006. Sintesis pgv-o dengan katalis asam dan pengenbangan
analisis kemurnian dengan hplc (high performance liquid chromatography).
Jurnal Penelitian Sains & Teknologi,7 (1): 33-41.

Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A Rachim, dan A. Sofyan. 2007. Sifat-Sifat Tanah
Dominan yang Berpengaruh terhadap K Tersedia pada Tanah-Tanah yang didominasi
Smektit. Jurnal Tanah dan Iklim. Vol (26):13-28.

Yani, A., M. Ruhimat. And B.S. Ambarjaya. 2007. Geografi menyikap fenomena
Geosfer.Grafindo Media Pratama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai