Anda di halaman 1dari 55

BAB II

KADAR LENGAS TANAH KERING UDARA

A. Tujuan
1. Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah gumpal
2. Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 2,0 mm
3. Mengetahui kadar lengas tanah kering udara tanah Ø 0,5 mm

B. Tinjauan Pustaka 
Tanah adalah transformasi mineral dan bahan organik yang terletak di
permukaan sampai kedalaman tertentu, yang dipengaruhi oleh faktor genetis
lingkungan, yakni bahan induk, organisme hidup, topografi dan waktu yang
sangat panjang. Tanah dapat dibedakan dari ciri-ciri bahan induk asalnya, baik
secara fisik, biologis maupun morfologinya (Hubbe dan Amicar, 2004).

Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi mempunyai kapsitas


penyangga yang rendah apabila basah. Kemampuan tanah untuk menyimpan
air salah satunya air hujan menentukan juga spesies apa yang tumbuh. Kadar
lengas merupakan salah satu sifat fisika tanah untuk mengetahui kemampuan
penyerapan air dan dan ketersediaan hara pada setiap jenis tanaman (Anonim,
2007).

Kadar lengas tanah sering disebut sebagai kandungan air yang terdapat
dalam pori tanah. Satuan untuk menyatakan kadar lengas dapat berupa persen
berat atau persen volume. Berkaitan dengan istilah air di dalam tanah, secara
umum dikenal 3 jenis yaitu: a) lengas tanah adalah air dalam bentuk campuran
gas (uap air) dan cairan. b) airtanah yaitu air dalam bentuk cair dalam tanah
sampai lapisan kedap air. c) air tanah dalam yaitu lapisan air tanah kontinu
yang berada di dalam tanah bagian dalam (Handayani, 2009).
Lengas tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah yang terikat oleh
berbagai kakas (matrik, osmosis dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan
dengan peningkatan permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektronik
zarah tanah. Tegangan lengas tanha juga menentukan seberapa banyak air
yang dapat diserap tumbuhan. Bagian lengas tanah yang mampu tumbuhan
serap dinamakan air ketersediaan (Notohadiprawiro, 2006).

Metode gravimetri adalah salah satu metode penentuan kadar air


tanah. Metode gravimetri dilakukan melalui proses isolasi suatu sampel tanah
dan pengukuran berat sampel tanah tersebut. Penentuan lengas tanah dengan
metode ini meliputi proses transformasi bentuk atau senyawa murni menjadi
bentuk yang dapat ditimbang teliti. Kelebihan dari metode gravimetri adalah
pengukuran berat memiliki ketelitian yang baik. Namun, kelemahannya
adalah proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan memperhatikan
koreksi sehingga hasil didapat tidak menyimpang dari teori (Suhardi 1997). 

Perhitungannya :

b-c adalah berat lengas tanah.


c-a adalah berat tanah kering mutlak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar lengas yaitu, anasir iklim,
kandungan bahan organik dan fraksi lempung tanah, topografi dan adanya
bahan penutup tanah (bahan organik maupun anorganik). Anasir iklim
berpengaruh besar pada lengas tanah, yaitu selisih antara curah hujan dan
evaporasi, pengaruh temperatur terhadap sifat tanah lebih kecil dibandingkan
curah hujan, temperatur berpengaruh pada perombakan bahan organik serta
laju reaksi pelapukan kimia. Bahan organik lempung berfungsi  sebagai
penyimpan/penyekap air, hal tersebut terjadi karena koloid mempunyai luas
permukaan jenis besar sehingga dapat menyimpan air yang relatif besar.
Topografi berpengaruh pada kecepatan air masuk kedalam tanah dan dapat
pula mempercepat kehilangan lengas akibat dari aliran permukaan. Faktor
penutup tanah berperan dalam mengurangi evaporasi (penguapan), sehingga
kandungan lengas lebih awet (Yuman dan Syamsull, 2006).
Manfaat untuk mengetahui kandungan kadar lengas pada setiap
lapisan tanah sangat berpengaruh terhadap bidang pertanian, yaitu sebagai
informasi untuk mengetahui kebutuhan tanah terhadap air, karena air bersifat
sebagai pelarut yang dapat melarutkan zat - zat kimia yang berada dalam
tanah (Azadi dan Younesi, 2013).

C. Prinsip Kerja
1.  Metode : Gravimetri
2.  Alat dan bahan
a. Alat :
1. Botol timbang 
2. Timbangan
3. Oven
4. Eksikator
b. Bahan :
1. Tanah Ø 2,0 mm (tanah halus)
2. Tanah Ø 0,5 mm
3. Tanah gumpalan
3. Langkah kerja :
1. Mengambil botol timbang tertutup, beri label, lalu ditimbang (misal
=α gram).
2. Mengisi botol timbang tersebut dengan contoh tanah Ø 2,0 mm kira
– kira sepertiga volume botol timbang.
3. Menimbang botol + tanah ( dengan tutupnya) (misal b gram). Oven
botol tersebut dengan tutup sedikit dibuka pada suhu 105°- 110°C
selama minimum 4 jam.
4. Mengeluarkan botol dari oven, tutup serapat mungkin dan biarkan
dingin di dalam eksikator (15 menit).
5. Menimbang botol dengan keadaan tertututp rapat (misal c gram ).
6. Melakukan langkah yang sama untuk tanah Ø 0,5 mm dan tanah
gumpalan, masing – masing 2 ulangan.
D. Hasil pengamatan
Setelah dilakukannya praktikum, diperoleh data berikut.
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Kadar Lengas Kering Udara
Kadar Lengas (%)
Jenis Tanah
Gumpal 0.5 mm 2 mm
Regosol 2,36% 2,60% 2,68%
Latosol 6,16% 6,25% 6,38%
Grumusol 5,53% 3,64% 6,71%
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Kesuburan 2022

Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Kadar Lengas Maksimum Tanah


Jenis Tanah Kadar Lengas Maksimum Tanah (%)
Regosol 6,71%
Latosol 6,38%
Grumusol 2,68%
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Kesuburan 2022
E. Pembahasan
Tanah merupakan salah satu media tumbuh tanaman, baik tanaman
semusim maupun tanaman tahunan untuk kemaslahatan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Tubuh tanah terdiri atas udara (20-30%), air (20-30%), bahan
mineral (45%), dan bahan organik (5%).Tanah sifatnya sangat dinamis yaitu
terus menerus mengalami perubahan, yang dipengaruhi oleh iklim (curah
hujan dan suhu), bentuk wilayah (relief atau bentuk permukaan tanah), bahan
induk, waktu, dan organisme.

Berdasarkan iklim dikenal iklim basah ( CH > 2000 mm/I) dan iklim
kering (CH < 2000 mm/ th). Berdasarkan ketinggian tempat, terdiri atas lahan
kering dataran rendah (0-700 m dpl) dan dataran tinggi (> 700 m dpi). Jika
dikombinasikan antara iklim dan ketinggian tempat, maka lahan di Indonesia
dikelompokkan menjadi empat yaitu lahan kering dataran rendah iklim basah,
lahan kering dataran rendah iklim kering, lahan kering dataran tinggi iklim
basah, dan lahan kering dataran tinggi iklim kering. Selain lahan kering,
dikenal juga lahan sawah secara artifisiaff campurtangan manusia lahan
diberikan air, dan ada juga lahan basah yang tergenang air secara alami pada
sebagian besar waktu dalam setahun.

Tanah regosol adalah salah satu jenis tanah marjinal di daerah beriklim
tropika basah yang mempunyai produktivitas rendah tetapi masih dapat
dikelola dan digunakan untuk usaha pertanian (Hakim dkk., 1986 dalam
Ramadhon, 2016). Pada tanah regosol gumpal, terdapat kadar lengas sebesar
2,36%. Sedangkan pada tanah regosol 0,5 mm terdapat kadar lengas sebanyak
2,60%. Terakhir, pada tanah dengan permukaan 2mm memiliki kadar lengas
sebesar 2,68%. Dengan begitu, tanah dengan luas permukaan 2 mm memiliki
kadar lengas terbanyak. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa tanah berpermukaan sempit akan menyerap air lebih banyak hingga
akhirnya kadar lengasnya juga lebih banyak.
Selanjutnya, tanah latosol merupakan tanah yang mengalami pelapukan
lanjut dengan karakteristik pH masam, kandungan bahan organik dan hara
rendah (Septiningsih, 2015). Pada data diketahui bahwa ukuran partikel tanah
yang mengandung kadar lengas tertinggi adalah 2 mm, yakni sebesar 6,38%.
Sedangkan nilai kadar lengas paling kecil adalah pada tanah gumpal, yaitu
sebesar 6,16%. Sementara pada tanah 0,5 mm terkandung kadar lengas
sebesar 6,25%. Hal ini tak sesuai dengan teori di mana kadar lengas tertinggi
harusnya dimiliki oleh tanah dengan permukaan atau partikel terkecil.
Penyebabnya adalah tanah 0,5 mm dan 2 mm sama-sama masuk ke dalam
fraksi pasir yang memiliki tingkat penyerapan air hampir sama.
Terakhir tanah grumusol. Tanah grumusol merupakan tanah yang
berwarna abu-abu gelap hingga kehitaman dengan tekstur liat, mempunyai
slickenside dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan menutup.
Dari data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa kadar lengas tertinggi
dimiliki oleh tanah dengan ukuran 2 mm, yakni sebanyak 6,71%. Diikuti
dengan tanah gumpal yang memiliki kadar lengas sebanyak 5,53%. Terakhir,
tanah 0,5 mm memiliki kadar lengas sebesar 3,64%. Meskipun tak sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa tanah dengan permukaan sempit akan
mengandung kadar lengas lebih banyak, kadar lengas pada tanah grumusol 2
mm lebih banyak dari yang lain. hal ini dikarenakan tanah 2 mm termasuk ke
dalam fraksi pasir.

F. Kesimpulan
Tanah gumpal memiliki nilai kadar lengas tanah kering yang lebih
kecil dari ukuran tanah lainnya. Hal ini dikarenakan ukuran permukaan tanah
gumpal yang lebar tidak dapat menahan air. Sementara untuk tanah 2,0 mm
memiliki kadar lengas sedang ke tinggi karena sesuai dengan ukuran
partikelnya, tanah 2 mm termasuk ke dalam tanah pasir yang menyerap air
dengan baik. Sama dengan tanah dengan luas permukaan 0,5 mm. Tanah
tersebut masuk ke dalam tanah pasir yang memiliki kadar lengas tinggi.
BAB V

TEKSTUR TANAH

A. Tujuan
Menentukan kelas tekstur tanah menurut segitiga USDA

B. Tinjauan Pustaka 
Tekstur tanah adalah sifat halus atau kasarnya butiran tanah. Kasar
atau halusnya tanah ditentukan oleh perimbangan antara pasir 2,00-0,20, debu
0,05, dan liat <0,002 yang terdapat didalam tanah. Tekstur tanah juga
memberikan pengertian persentase relatif dari ketiga unsur batuan yaitu: pasir,
geluh, dan lempung. (Prawirohatono, 1991). 
Tekstur tanah menggambarkan perbandingan relatif pasir, debu, dan
liat. Perbandingan antara ketiga fraksi tersebut menentukan kekasaran dan
kehalusan suatu tanah. Untuk kepentinga pertanian, maka tanah yang ideal
yaitu tanah yang mempunyai perbandingan yang kompoisional diantara ketiga
fraksi. (Anonim, 2011). 
Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang mempengaruhi
kepekaan tanah terhadap erosi dimana tanah dengan tekstur kasar seperti pasir
adalah tahan terhadap erosi, kerena butir-butir yang besar (kasar) tersebut
memerlukan lebih banyak tenaga untuk mengangkut. Tekstur halus seperti
liat, tahan terhadap erosi karena daya rekat yang kuat sehingga gumpalannya
sukar dihancurkan. Tekstur tanah yang paling peka terhadap erosi adalah debu
yang pasir sangat halus. Oleh karena itu makin tinggi kandungan debu dalam
tanah, maka tanah menjadi peka terhadap erosi (mo_full.php). Ukuran relatif
partikel tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu pada kehalusan
atau kekasaran tanah. Lebih khasnya, tekstur adalah perbandingan relatif
pasir, debu, dan tanah liat. Laju dan berapa jauh berbagai reaksi fisika dan
kimia penting dalam pertumbuhan tanaman diatur oleh tekstur karena tekstur
ini menentukan jumlah permukaan tempat terjadinya reaksi (Foth, 1994). 
Makin kecil ukuran separat (tanah) berarti makin banyak jumlah dan
makin luas permukaannya per satuan bobot tanah, yang menunjukkan makin
padatnya partikel-partikel per satuan volume tanah. Hal ini berarti makin
banyak ukuran pori mikro yang terbentuk, sebaliknya jika ukuran separate
makin besar, berarti makin sedikit jumlah dan makin sempit luas
permukaannya. (Ali, 2005). 
Tanah yang didominasi pasir akan mempunyai banyak pori-pori makro
(besar) disebut lebih poreus, tanah yang didominasi debu akan banyak
mempunyai pori-pori meso (sedang) agak poreus, sedangkan yang didominasi
liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Hal ini
berbanding terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan
mencerminkan luas situs yang dapat bersentuhan denga air, energi, atau bahan
lain. Sehingga makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya menahan
tanah terhadap ketiga material ini. (Ali, 2005).
Melalui metode hidrometer tersebut, fraksi pasir merupakan partikel-
partikel yang turun antara 40 detik kadar suspensi, fraksi debu turun antara 40
detik hingga hampir 2 jam, sedangkan sisanya yang masih tersuspensi
merupakan fraksi liat. Proporsi hasil penetapan masing-masing fraksi tanah 
ini kemudian dicocokkan dengan proporsi pada segitiga tekstur. Prinsip kerja
penetapan tekstur tanah dengan metode hidrometer merupakan metode yang
sederhana dan cepat untuk menetapkan kandungan total fraksi pasir ( Dudal
dan Soepraptohardjo, 1957).
Menurut persentase perbandingan fraksi tanah, tekstur tanah bisa
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus, sedang, dan kasar. Makin halus
tekstur tanah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun karena
berkurangnya kemampuan tanah dalam menghisap air. Untuk menentukan
kelas-kelas tekstur tanah dapat menggunakan segitiga tekstur. Segitiga tekstur
adalah diagram yang digunakan untuk menentukan kelas-kelas tekstur tanah
(Lal, 1979). 

Misalkan suatu tanah mengandung 50% pasir, 20% debu, dan 30% liat.
Dari segitiga tekstur dapat dilihat bahwa sudut kanan bawah segitiga
menggambarkan 0% pasir dan sudut kirinya 100% pasir. Temukan titik 50%
pasir pada sisi dasar segitiga dan dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi
kanan segitiga (ke kiri atas). Kemudian temukan titik 20% debu pada sisi
kanan segitiga. Dari titik ini tarik garis sejajar dengan sisi kiri segitiga,
sehingga garis ini berpotongan dengan garis pertama. Kemudian temukan titik
30% liat dan tarik garis ke kanan sejajar dengan sisi dasar segitiga sehingga
memotong dua garis sebelumnya. Dari perpotongan ketiga garis ini,
ditemukan bahwa tanah ini mempunyai kelas tekstur "lempung liat berpasir".
Tekstur tanah merupakan perbandingan proporsi fraksi tanah, yaitu
pasir, debu dan liat. Fraksi-fraksi tersebut memiliki sifat fisik, kimia dan
biologis yang berbeda-beda. Selain itu juga ada faktor yang mempengaruhi
tekstur tanah seperti air, waktu, bahan induk, organisme, dan topografi
(Hardjowigeno 1995). Tekstur tanah  perlu dilakukan mengingat adanya
berbagai  jenis tanah yang terdapat di permukaan bumi dan masing-masing
memiliki penggunaan yang berbeda satu sama lain. Upaya memaksimalkan
hasil-hasil pertanian dapat dipenuhi jika penunjang pokok kesuburan tanaman
dapat terpenuhi, dalam hal ini tanah yang sesuai dengan karakteristik tanaman
sehingga irigasi, pemupukan dan upaya-upaya lain untuk meningkatkan
produktifitas tanaman dapat berlangsung dengan baik (Hardjowigeno 2003).

C. Prinsip Kerja 
1. Metode: Hidrometer 
2. Alat dan Bahan 
a. Alat 
1. Hidrometer 
2. Tabung sedimentasi 
3. Erlenmeyer 
4. Pengaduk 
b. Bahan 
1. Contoh tanah Ø 2,0 mm 
2. Sodium metaphosphat 
3. NaOH 2-4M 
4. Aquades 
3. Cara Kerja 
1. Menimbang sampel tanah sebanyak 50 g (kering mutlak) untuk tanah
lempungan dan 100 g untuk tanah pasiran, memasukkan ke dalam
erlenmeyer. 
2. Menambahkan aquades sampai 2/3 erlenmeyer dan 10 mL bahan kimia
pendispersi,mengaduk dengan pengaduk dan ukur pH 10 – 11
(seandainya pH belum tercapai menambahkan bahan kimia
pendispersi dengan menggunakan pipet). 
 3. Menggojok selama 15 menit dengan menggunakan mesin penggojok,
kemudian memindahkan suspensi tanah tersebut ke dalam tabung
sedimentasi sampai bersih dengan menggunakan botol semprot. 
4. Menambahkan aquades menjadi volume 1130 mL (jika yang digunakan
50 g tanah) atau menjadi volume 1205 mL (jika yang digunakan 100 g
tanah). 
5. Menutup mulut tabung dan menggojok dengan cara membalik-balikkan
tabung. Mencatat waktunya saat pengojokkan dihentikan. 
6. Memasukkan secara hati-hati hidrometer dan membaca hidrometer
setelah 40      detik penggojokkan dihentikan serta catat suhu suspensi.
Melakukan 2 kali ulangan dan hasil rata-ratanya untuk menentukan
(Lempung + Debu) gram. 
7. Mengulangi langkah 5 dan 6 tetapi pembacaan hidrometer dilakukan
setelah 120 menit dan mencatat suhu suspensi. Melakukan 2 kali
ulangan dan hasil rata-ratanya untuk menentukan (Lempung) gram. 
8. Mencuci dan membersihkan semua alat yang digunakan. 
BAB VII
REAKSI TANAH (pH)

A. Tujuan
1. Menetapkan pH H2O tanah
2. Menetapkan pH KCl tanah

B. Tinjauan Pustaka 
Reaksi tanah merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menyatakan
reaksi asam-basa dalam tanah, yang dalam hal mana dinyatakan sebagai pH
tanah. pH merupakan ukuran aktivitas ion hidrogen (Rimud, 2014).
pH merupakan salah satu parameter penting suatu tanaman dapat tumbuh
atau tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk
tumbuh karena tanah bersifat masam dan mengandung toksik (racun).
Sebaliknya, jika pH tanah tinggi maka tanah bersifat basa dan mengandung
kapur (Rusdiana, 2012).
Reaksi tanah (pH) merupakan sifat kimia yang penting dari tanah sebagai
media pertumbuhan tanaman. Ketersediaan beberapa unsur hara essensial
untuk pertumbuhan. Tanaman dipengaruhi oleh pH tanah. Reaksi tanah
dirumuskan dengan pH = - Log [H+]. Kemasaman tanah dibedakan atas
kemasaman aktif dan kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif
disebabkan oleh adanya ion-ion H+ bebas didalam larutan tanah, sedang
kemasaman cadangan disebabkan oleh adanya ion-ion H + dan AL3+ yang
teradsorpsi pada permukaan kompleks adsorpsi (Sugeng, 2013).
Tanah dengan pH netral berada pada angka 6,5 hingga 7,8. Tingat
keasam-basaan ini merupakan pH ideal kandungan senyawa organik,
mikroorganisme, unsur hara dan mineral-mineral dalam kondisi yang optimal.
Biasanya tanah ber- pH netral cocok digunakan untuk bercocok tanam.
Beberapa tanaman seperti ubi kayu optimal ditanam pada tanah ber-pH 4,5
hingga 8 dan cabai memerlukan ph tanah antara 5,6 hingga 7,2.
Kadar pH dalam tanah asam  biasanya dimiliki  oleh tanah gambut
yang cenderung mempunyai kandungan hydrogen, aluminium dan belerang
tinggi. Pada kondisi asam biasanya tanaman tidak mampu tumbuh dengan
baik karena zat hara tidak dapat diserap oleh tumbuhan secara optimal. Untuk
mengurangi kadar keasaman tanah kita dapat melakukan dengan pemberian
dolomit atau kapur pertanian.
Tanah dengan pH basa lebih banyak mengandung zat kapur dan
umumnya terdapat didaerah pesisir pantai. Selain itu tanah basa juga memliki
kandungan ion magnesium, kalsium, kalium, dan natrium lebih tinggi.
Kondisi kebasaan yang tinggi tidak baik untuk tanaman. Pengolahan tanah
basa agar pH menjadi netral dapat dilakukan dengan pemberian kapur
gypsum.
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang
dinyatakan sebagai log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+ menaikkan potensial
larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas
merupakan elektrode selektif khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya
mengukur potensial yang disebabkan kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang
timbul diukur berdasarkan potensial elektrode pembanding (kalomel atau
AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah terdiri atas elektrode
pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi). Konsentrasi H+ yang
diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual) sedangkan
pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial)
(Sulaiman, 2006).
pH tanah dapat mempengaruhi ketersediaan hara tanah dan bisa menjadi
faktor yang berhubungan dengan kualitas tanah. pH sangat penting dalam
menentukan aktivitas dan dominasi mikroorganisme tanah yang berhubungan
dengan proses-proses yang sangat erat kaitannya dengan siklus hara, penyakit
tanaman, dekomposisi dan sintesa senyawa kimia organik dan transpor gas ke
atmosfir oleh mikroorganisme, seperti metan (Sudaryono, 2009).
Ciri-ciri tanah masam adalah berbau busuk, permukaan air berkarat, dan
pertumbuhan lumut. Tanah yang masam menyebabkan penurunan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, meningkatkan dampak unsur beracun
dalam tanah, dan penurunan hasil tanaman (Kedungwaru, 2013).
Metode yang digunakan dalam menentukan reaksi tanah (pH) yaitu
metode pH stick. Metode pengukuran ini dilakukan karena peralatannya yang
mudah dan murah. Pengukuran pH dengan metode ini juga bisa dilakukan
dengan cepat.cara kerja metode ini yaitu, kertas pH akan menunjukkan
perubahan warna ketika mengukur pH tertentu, lalu nilai pH tersebut dapat
dilihat pada petunjuk indikator warna dan angka kekurangan pada metode ini
yaitu tidak didapatkannya nilai pH yang spesifik dan juga tidak bisa mengukur
cairan yang berwarna pekat (Triyanto, 2016).

C. Prinsip Kerja 
1. Metode: pH stick 
2. Alat dan Bahan  
a. Alat: 
1. pH stick / pH meter 
2. 2 buah Cepuk pH 
b. Bahan  
1. Tanah kering udara halus ukuran 2 mm 
3. Cara Kerja 
1. Menimbang contoh tanah sebanyak 5 gram (buat 2 ulangan) dan
memasukkan kedalam cepuk pH, kemudian menambahkan
H2O (air/aquades) sebanyak 12,5 ml (perbandingan 1 : 2,5). 
2. Mengaduk larutan tanah secara merata dan mendiamkannya sampai
mengendap selama 30 menit. Kemudian, mengukur pH dengan pH
meter/stick. 
3. Mengulangi langkah tersebut dengan menggunakan pelarut KCl. 

D.Hasil Pengamatan
Tabel 6.1. Hasil Pengamatan Reaksi Tanah (pH)

pH Tanah Harkat Ph
Jenis
KC HO
2 KCl
Tanah HO 2

l
Regosol 5 6 Masam Masam lemah
Latosol 5 6 Masam Masam lemah
Grumusol 5 5,5 Masam Masam
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah dan Kesuburan 2022

E. Pembahasan
pH (Power of Hydrogen) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang
terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental,
sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoretis. Skala pH bukanlah skala
absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh kimiawan Denmark Søren


Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Tidaklah diketahui dengan pasti makna
singkatan "p" pada "pH". Beberapa rujukan mengisyaratkan bahwa p berasal dari
singkatan untuk power (pangkat), yang lainnya merujuk kata bahasa
Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan ada pula yang merujuk pada
kata potential. Jens Norby mempublikasikan sebuah karya ilmiah pada
tahun 2000 yang berargumen bahwa p adalah sebuah tetapan yang berarti
"logaritma negatif".

Air murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan


sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan
larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan
atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu
pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja, bidang-bidang sains
dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih
rendah.

Sementara pada tanah grumusol memiliki nilai 5 untuk pH H O dan 5,5 2

untuk pH KCl. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena tanah grumusol dengan
ciri berwarna kelabu sampai hitam ini memiliki reaksi tanah agak masam sampai
agak alkalis (pH 6 – 8) (Rukmana, 1998). Namun, hal ini dapat terjadi jika tanah
sudah tercampur dengan abu vulkanik yang bersifat sedikit asam. Selain itu, tanah
ini mengalami pencucian tanah sehingga kation pada koloid tanah berkurang dan
minim akan unsur hara.

Pada data semua tanah yang diamati, pH aktual lebih rendah dari pH
potensial. Oleh karena itu, ion H yang ada terdesak keluar sehingga konsentrasi
+

H pada larutan tanah bertambah mengakibatkan nilai pH turun dengan demikian


+

mengakibatkan  pH potensial lebih kecil dari pada pH aktual. Namun hal


sebaliknya dapat terjadi karena ion Cl yang ada pada senyawa KCl mendesak
-

kation-kation basa  yang ada dalam tanah bukan ion K yang mendesak kation-
+
kation tanah.  Tanah yang subur memiliki kadar pH netral dimana kondisi tanah
yang baik harus memiliki kadar pH yang netral atau normal berkisar antara 6
sampai 8 dan pada kondisi terbaik pH 6.5 sampai 7.5 hal ini akan berdampak pada
ketersediaannya berbagai unsur di dalam tanah supaya seimbang. Apabila tanah
terlalu asam (<pH7) maka perlu dilakukannya proses pengapuran supaya pH nya
mendekati kondisi normal. Namun ketika tanah memliki kadar pH terlalu basa
(>pH 8) makan perlu pemberian sulfur atau belerang yang terdapat pada pupuk
ZA. Pada kondisi tanah dengan pH netral maka tumbuhan akan lebih mudah
menyerap unsur hara dan menjaga keseimbangan mikroorganisme yang terdapat
dalam tanah (Dinas Pertanian, 2017)

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengukuran pH tanah dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara ekstraksi
H2O dan dengan cara ekstraksi KCL. Konsentrasi H+ yang diekstrak dengan air
menyatakan pH aktual atau ion H+ masih bebas dalam larutan tanah sedangkan
pengekstrak KCl menyatakan kemasaman cadangan (potensial) artinya ion H+
berada dalam keadaan terserap pada permukaan tanah. Pengukuran pH dilakukan
dengan ekstraski H2O dan ekstraksi KCl. Ekstraksi H2O atau pengukuran pada pH
aktual sebab pH aktual menunjukkan ion H+ yang tersedia atau yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman sehingga pH aktual dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Ekstraski KCl atau pengukuran pada pH potensial, untuk pH dengan
senyawa KCl akan akibat terdesaknya ion H+ yang berada didalam kompleks
serapan tanah oleh ion H+ .
BAB X
N-TOTAL TANAH

A. Tujuan
1. Menetapkan kadar Nitrogen (N) total tanah
2. Menghitung rasio C:N tanah

B. Tinjauan Pustaka
Nitogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah (bahan organik
halus, N tinggi, L/N rendah, dan bahan organik kasar, N rendah rasio c/n
tinggi. Lalu faktor lainnya yaitu peningkatan mikroorganisme dan N udara.
Simbiosis dengan senyawa legum yaitu bakteri bintil akar atau rhizobium.
Faktor lainnya yaitu pupuk dan air hujan. Fungsi unsur N adalah untuk
memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan pembentukan protein. Jika tanaman
kekurangan N maka tanaman akan kerdil, pertumbuhan akar terbatas dan daun
kuning. Jika tanaman kelebihan N maka akan menyebabkan tanaman lambat
dalam proses pematangan. Nitrogen dalam tanah dalam berbagai bentuk yaitu
protein, senyawa-senyawa amino, amonium, dan nitrat (Patti, dkk. 2013).
Nitrogen memiliki peran penting bagi tanaman, unsur nitrogen ini mampu
medorong pertumbuhan tanaman menjadi cepat dan memperbaiki tingkat hasil
panen pada tanaman. Tanaman yang kekurangan nitrogen fase vegetatifnya
akan terhambat, warna daun pada tanamn akan kekuning-kuningan dan lama
kelamaan akan mati. Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih tanaman
tidak akan mampu menghasilkan bunga dan buah, tanamn tidak akan
mengalami fase generatif. Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk
tanaman terutama dari meningkatnya jumlah nitrogen secara biologis atau
dengan penambahan pupuk baik sintesis maupun non sitesis. Hal ini seolah
olah bertentangan, dimana unsur hara yang diabsorsi dari tanah dalam jumlah
terbesar dari tanaman adalah unsur hara yang sebagian besar sangat terbatas
penyediaannya. Adanya penambahan kesuburan alami dengan pupuk-pupuk
komersil  merupakan praktik pertanian moderen (Kemas, 2005).
Diantara berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman nitrogen
merupakan salah satu diantara unsur hara makro tersebut yang sangat besar
peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen
memberikan pengaruh besar terhadap  perkembangan pertumbuhan. Diantara
tiga unsur yang biasa mengandung pupuk buatan yaitu kalium, fosfat, dan
nitrogen, rupanya nitrogen mempunyai efek paling menonjol. Sebagian besar
nitrogen dalam tanah didapatkan dalam bentuk organik. Secara relatif hanya
sebagian kecil dari nitrogen tanah terdapat dalam bentuk amonium dan nitrat
yang merupakan bentuk nitrogen yang tersedia bagi tanaman (Dewi, dkk.
2013).  
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan N adalah kegiatan jasad
renik dan juga bahan organik, tekstur dan pH tanah juga mempengaruhi
keberadaan nitrogen pada tanah sawah. Berdasarkan hasil analisis tanah, tanah
yang terdapat pada lokasi penelitian termasuk dalam tekstur Lempung liat
berdebu dan Lempung berdebu baik yang hidup bebas maupun yang
bersimbiose dengan tanaman. Pertambahan lain dari nitrogen tanah adalah
akibat loncatan suatu listrik di udara. Nitrogen dapat masuk melalui air hujan
dalam bentuk nitrat. Jumlah ini sangat tergantung pada tempat dan iklim. Cara
utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik, baik
yang hidup bebas maupun yang bersimbiose dengan tanaman. Dalam hal yang
terakhir nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa amino dan protein oleh
tanaman inang. Jika tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas, maka
bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, bakteri amonifikasi
membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan dalam
larutan tanah. Penerapan jumlah protein dilakuakan dengan penentuan jumlah
nitrogen yang terkandung oleh suatu bahan N-total bahan diukur dengan
menggunakan metode mikro-Kjeldahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi
senyawa organik oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan dalam bentuk
ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N (Ginting, dkk.
2013)..
Metode Kjeldahl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
kadar nitrogen dalam senyawa organik maupun senyawa anorganik. Metode
Kjeldahl atau Kjeldahl digestion dalam analisi kimia berarti sebuah metode
yang dipakai dalam melihat nilai kuantitaif determinasi dari nitrogen yang
dikembangkan oleh Jhon Kjeldahl pada tahun 1883. Cara Kjeldahl digunakan
untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan secara tidak
langsung. Metode ini terdiri dari tiga cara yaitu proses destruksi, destilasi dan
titrasi. Dalam metode kjeldahl nitrogen dalam diubah menjadi ammonium
melalui proses digestion dengan asam sulfat pekat yang berisi bahan-bahan
lain yang membantu perubahan tersebut. Amonium yang terbentuk didestilasi
dengan menambahkan alkali dan NH3 yang terdestilasi ditangkap oleh asam
dan ditentukan jumlahnya melalui titrasi. Bahan-bahan yang membantu
perubahan N menjadi NH4+ adalah garam-garam biasanya K2SO4, NaSO4, atau
H2SO4 yang bertujuan untuk meningkatkan suhu. Selain itu beberapa
katalisator seperti selenium, air raksa, paraffin cair digunakan untuk
merangsang dan mempercepat oksidasi bahan organik (Ginting, dkk. 2013).
Untuk mengetahui jumlah protein dilakukan dengan penentuan jumlah
nitrogen yang terkandung dalam N-total bahan diukur menggunakan metode
mikro-Kjeldahl. Metode Kjeldahl merupakan metode sederhana untuk
penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang
mengandung nitrogen. Metode ini banyak mengalami modifikasi dan cocok
digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit, alat-alat yang sederhana dan waktu analisa yang singkat
(Budiyanto, 2004). 
Perhitugannya :

B = Analisis blanko 
A= Analisis baku 
KL = Kadar lengas 
Tentukan nilai nisbah C/N tanah tersebut, dengan cara

Penetapan N-Total berguna sebagai informasi pada jenis-jenis tanah


yang dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada
tanah tersebut. Penambahan lebih banyak nitrogen ke dalam tanah sebagai
pupuk tidak selalu berakibat lebih banyak pencucian nitrat sampai ke
permukaan air tanah. Apabila kekurangan N akan menyebabkan tanaman
kerdil, pertumbuhan akar terbatas, daun-daun kuning dan gugur. sedangkan,
apabila kelebihan N akan mengakibatkan perlambatan kematangan tanaman,
batang lemah sehingga mudah roboh, dan mengurangi daya tahan tanaman
(Kemas, 2015).

C. Prinsip Kerja 
1. Metode: Kjeldahl 
2. Alat dan Bahan 
a. Alat: 
1. Alat detruksi  
2. Alat destilasi  
3. Gelas arloji Ө8 cm 
4. Labu kjeldahl 250 ml 
5. Buret 50 ml 
6. Erlenmeyer 150 ml 
7. Gelas ukur 100 ml 
b. Bahan: 
1. Contoh tanah kering udara Ø 0,5 mm 
2. H2SO4 pekat 
3. H2SO4 0,1 N 
4. Campuran katalisator (serbuk K2SO4 dan CuSO4 dengan
perbandingan berat 20:1) 
5. Indikator methyl red 

3. Cara Kerja 
a. Destruksi (Melepaskan ikatan yang mengandung N) 
1. Menimbang contoh tanah kering udara sekitar 1 g dengan alas gelas
arloji bersih. Memasukkan tanah kering tersebut ke dalam labu
kjeldahl dan menambahkan 6 ml H2SO4 pekat. Selanjutnya
menambahkan campuran katalisator serbuk K2SO4 dalam CuSO4
sebanyak 1-2 sendok kecil. 
2. Menggojog larutan yang telah dicampur tadi sampai merata dan
memanaskannya dengan hati - hati sampai asapnya hilang dan
warna larutan berubah menjadi putih kehijauan/tak bewarna
(pemanasan dilakukan di dalam lemari asam), selanjutnya
mendinginkan larutan. 
b. Destilasi 
1. Menambahkan 25-50 ml air setelah larutan dingin, kemudian
memasukkan larutan ke dalam labu destilasi dengan cara
menuangnya berulang - ulang dan dibantu dengan air
(mengusahakan agar butir tanah tidak ikut masuk). 
2. Mengambil dan mengisi erlenmeyer 150 ml dengan 10 ml H2SO4
0,1 N. Kemudian memberi dua tetes indikator methyl red pada
larutan tersebut hingga berwarna merah. 
3. Menempatkan erlenmeyer ke bawah alat pendingin destilasi hingga
ujung pendingin alat tersebut tercelup di bawah permukaan asam. 
4. Menambahkan 20 ml NaOH pekat dengan gelas ukur secara hati -
hati melalui dinding labu destilasi. Melakukan langkah ini sesaat
sebelum destilasi dimulai. 
5. Memulai proses destilasi dan menjaga agar larutan di dalam
erlenmeyer tetap bewarna merah. Lalu segera menambahkan H SO 2 4

0,1 N dengan jumlah yang diketahui jika warna larutan


berubah/hilang. Destilasi berlangsung sekitar 30 menit (dilihat
mulai larutan itu mendidih). 
6. Mengambil erlenmeyer setelah destilasi selesai lalu memadamkan
api jika erlenmeyer sudah diambil). 
7. Membilas ujung atas bawah alat pendingin dengan air suling. Juga
memasukkan air suling tersebut ke dalam erlenmeyer. 
c. Titrasi 
1. Menitrasi larutan dalam gelas piala dengan NaOH 0,1 N sampai
warna larutan hampir hilang. 
2. Melakukan prosedur yang sama untuk analisis blanko, yaitu
melakukan analisis tanpa memakai tanah. 
BAB III
KERAPATAN MASSA TANAH (BV)

A. Tujuan 
Mengetahui kerapatan massa tanah dengan berbagai jenis tanah 
B. Tinjauan Pustaka 
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara
kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial
seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam
penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi
tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas
tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan,
tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan
susunan ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang
lain membentuk agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah
berhubungan dengan cara di mana, partikel pasir, debu dan liat relatif
disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel
pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil)
oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat
(makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk
tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruangan
kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.
idealnya bahwa struktur disebut granular. Pengaruh struktur dan tekstur
tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara langsugung.
Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih
tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan
panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah
remah umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman
makanan ternak yang tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini
disebabkan perkembangan akar pada tanah berstruktur ringan/remah lebih
cepat per satuan waktu dibandingkan akar tanaman pada tanah kompak,
sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori tanah yang
memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki
kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori,
dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan
ternak yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah
berlempung tinggi, sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar
untuk menyebar akibat rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan
mengalami kesulitan untuk menembus struktur tanah yang padat, sehingga
perakaran tidak berkembang dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan
organisme tanah merupakan salah satu faktor utama pembentuk agregat
tanah.
Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar
kecilnya air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada
tanah bersolum dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan
rapat, sebagian besar air hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya
sebagian kecil yang menjadi air limpasan permukaan (longsor).
Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur padat, dan penutupan
lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang terinfiltrasi dan
sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)
Kerapatan massa jenis tanah atau BV adalah massa atau berat suatu
volume tanah yang mencakup benda-benda padat dan pori-pori kandungan
batuan yang ada dalam tanah memengaruhi kerapatan masa tanah.
Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka semakin rendah
kerapatan masa tanah. Pengukuran berat volume diperlukan sebagai
petunjuk untuk mengetahui kepadatan tanah porositas tanah. Nilai berat
volume dipengaruhi oleh tekstur tanah (semakin halus tekstur tanah, nilai
BV semakin besar), kedalaman tanah, kadar bahan organik, berat jenis,
mineral penyusun tanah dan tipe strukturnya.
Kerapatan masssa tanah (Bulk Density) Berat jenis tanah (bulk
density) adalah massa tanah kering yang mengisi ruangan di dalam lapisan
tanah. Berat jenis tanah dengan demikian merupakan massa per satuan
tanah kering. Volume tersebut dalam hal ini mewakili ruangan dalam
tanah yang terisi butir-butir tanah. Dalam sistem matrik, massa dan berat
tanah di permukaan bumi secara numerik dapat dianggap sebanding.
Dalam hal ini, massa dari berat tanah ditunjukkan dalam unit satuan gram,
sementaravolume air yang terkandung dalam tanah ditunjukkan dalam unit
satuan cm3. Besarnya angka berat jenis tanah bervariasi dari 0,5 pada
lapisan tanah remah sampai 1,8 pada tanah pasir padat. Tanah dibawah
tegakan hutan umumnya mempunyai nilai berat jenis tanah antara 0,9 dan
1,3 (Asdak, 2007). Kerapatan massa tanah (bulk density) menyatakan
berat volume tanah, dimana seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan
pori yang masuk dalam perhitungan. Berat volume dinyatakan dalam
massa suatu kesatuan volume tanah kering. Volume yang dimaksudkan
adalah menyangkut benda padat dan pori yang terkandung di dalam tanah.
Bulk density dipengaruhi oleh padatan tanah, pori-pori tanah, struktur,
tekstur, ketersediaan bahan organik, serta pengolahan tanah sehingga
dapat dengan cepat berubah akibat pengolahan tanah dan praktek budidaya
(Hardjowigeno, 2003). 
Tanah lebih padat mempunyai bulk density yang lebih besar daripada
tanah mineral yang bagian atasnya mempunyai kandungan bulk density
yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di
lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -
1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai bulk density yang lebih ringan,
misalnya dapat mencapai 0,1 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density
atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti
porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air
drainase dan lain-lain. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan
penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).
Bulk density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle
density tanah sangat besar maka bulk density juga besar. Hal ini
dikarenakan partikel density berbanding lurus dengan bulk density, namun
apabila tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka partikel density
dan bulk density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density
berbanding terbalik dengan kadar air. Hal ini terjadi jika suatu tanah
memiliki tingkat kadar air yang tinggi dalam menyerap air tanah, maka
kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di dalam tanah besar
sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan
air di dalam agregat tanah (Hanafiah, 2005). Kerapatan Partikel Tanah
(Particel Density) Kerapatan butir tanah menyatakan berat butir-butir
padat tanah yang terkandung di dalam tanah. Menghitung kerapatan butir
tanah, berarti menentukan kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan
hanya diberikan untuk partikel yang solid. Oleh karena itu, kerapatan
partikel setiap tanah merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut
jumlah ruang partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan
partikelnya rata-rata sekitar 2,6 gr/cm3. Kandungan bahan organik di
dalam tanah sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah
permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau
demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang
berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus
mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi mineral
(Foth, 1984). Kerapatan partikel tanah (particle density) secara numerik
sebanding dengan spesific gravity dari partikel tanah. Kerapatan partikel
tanah selalu lebih besar daripada berat jenis tanah kecuali ketika porositas
tanah adalah 0. Kebanyakan partikel-partikel tanah mempunyai kerapatan
kurang lebih 2,6 gr/cm3 (Asdak, 2007). Kerapatan partikel tanah
menunjukkan perbandingan antara massa tanah kering terhadap volume
tanah kering 

C. Prinsip Kerja
1. Metode : Metode Lilin
2. Alat Bahan
a. Bahan : Tanah gumpalan kering udara
b. Alat : Cawan pemanas lilin, Lampu spritus, Penumpu kaki tiga , Gelas
ukur, Pipet ukur 10 ml, Termometer
3. Cara Kerja
1. Mengambil sebongkah contoh tanah sedemikian rupa sehingga dapat
masuk kedalam gelas ukur dengan longgar.Kemudian bersihkan
permukaannya dari butir-butir tanah yang menempel secara hati-hati
dengan kuas. Ikat dengan benang sehingga dapat digantung. Timbang
bongkah tanah ini (misal a gram).
2. Lalu cairkan lilin dalam cawan panas, ukur suhunya dengan
termometer. Celupkan bongkah tanah pada lilin yang mencair dengan
suhu tepat 600C (lilin dapat meresap masuk kedalam pori-pori tanah
jika suhunya lebih tinggi. Pastikan lilin benar-benar menutupi
permukaan bongkah. Setelah dingin timbanglah bongkah tanah berlilin
tersebut (misalnya b gram).
3. Mengisi gelas ukur dengan air sampai volume tertentu (misal p ml)
dan tenggelamkan bongkah tanah berlilin kegelas ukur (volume air
akan naik). Kemudian catat volume air dalam gelas ukur setelah
dimasukki bongkah tanah berlilin (misal q ml).

D. Hasil Pengamatan
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kerapatan Massa Tanah (BV)
Jenis Tanah BV (g/cm3) Porositas Total Harkat
(%) Porositas
Total
Regosol 1,80 gr/cm3 12% Sangat Jelek
Latosol 1,91 gr/cm3 31% Jelek
Grumusol 1,26 g/cm3 27% Sangat Jelek
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 2022
E. Pembahasan
Bulk density atau Kerapatan Masa Tanah menyatakan berat tanah,
dimana seluruh ruang tanah diduduki butir padat dan pori yang masuk dalam
perhitungan. Berat volume dinyatakan dalam masa suatu kesatuan volume
tanah kering. Volume yang dimaksudkan adalah menyangkut benda padat dan
pori yang terkandung di dalam tanah.. Dari hasil praktikum yang telah
dilakukan, terdapat nilai BV tanah regosol adalah 1,80 g/cm3 , tanah latosol
1,91 g/cm3 , dan tanah grumusol 1,26 g/cm3 . Nilai BV tersebut terdapat
melalui volume tanah kering mutlak dibagi volume bongkah tanah. Dari nilai
kerapatan massa tanah tersebut, terdapat porositas total pada tanah regosol
sebesar 12% dengan harkat yang termasuk jelek. Tanah latosol berporositas
total 31% dengan harkat yang kurang baik dan pada tanah grumusol memiliki
porositas total sebesar 27 % dengan harkat yang sangat jelek. Harkat porositas
total didasarkan pada nilai porositas. Nilai 100% kualitas porositas sangat
porous, 80-60% kualitas porous, 60-50% kualitas porositas baik, 50-40%
berkulitas kurang baik, 40-30% berporos jelek dan dibawah 30% berporositas
sangat jelek(Febrian, dkk. 2015). Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa nilai porositas tertinggi yaitu tanah regosol, lalu latosol
dan grumusol.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa BV tertinggi dari masing-
masing jenis tanah adalah BV tanah latosol. Meskipun tanah latosol banyak
mengandung bahan organik, dan bahan organik berbanding terbalik dengan
berat jenis tanah atau kerapatan massa tanah, akan tetapi hal itu bisa terjadi
jika tanah latosol memiliki kadar air yang rendah dan kerapatan partikel yang
tinggi. Kerapatan partikel berbanding lurus dengan kerapatan massa tanah,
sehingga kerapatan massa pada tanah latosol tinggi.
Jika dilihat dari strukturnya, tanah regosol berbentuk butiran-butiran
yang bertekstur kasar dan memiliki sifat sulit menampung air karena memiliki
kemampuan menyerap air yang tinggi, dan cenderung gembur. Kandungan
hara hasil letusan gunung berapi berbanding terbalik dengan kerapatan massa
tanah dimana kandungan hara letusan gunung berapi berbeda dengan
kandungan hara humus tanah. Nutrisi yang diperoleh dari letusan gunung
berapi berupa fraksi pasir dan mengandung mineral yang lebih tinggi. Hal ini
membuat tanah regosol kurang padat dibandingkan tanah latosol yang
memiliki kerapatan massa tanah paling tinggi.
Tanah grumusol memiliki kadar lempung yang tinggi dan kandungan
organic yang rendah. Tanah dengan tekstur halus, seperti lempung memiliki
ruang pori lebih banyak sehingga mampu menahan air lebih baik. Tekstur
inilah salah satu faktor yang mempengaruhi porositas tanah dan nilai
kerapatan massa tanah yang berbeda-beda. Tanah grumusol yang kaya kapur
juga menyebabkan teksturnya lebih banyak mengandung liat.
F. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa nilai kerapatan massa tanah berbeda-beda. Tanah Regosol
memiliki nilai kerapatan massa tanah sebesar 1,80g/cm3 dengan porositas
tanah 12%, maka harkat porositas tanahnya yaitu sangat jelek, tanah latosol
memiliki nilai BV sebesar 1,91 g/cm3 dengan porositas tanah 31%, maka
harkat porositas tanahnya jelek, dan tanah grumusol 1,26 g/cm3 dengan
porositas tanah 27%, maka harkat porositas tanahnya yaitu sangat jelek. Jadi,
dari ketiga tanah tersebut tanah yang memiiki nilai kerapatan massa tanah
terbesar adalah tanah Latosol, dan nilai kerapatan massa tanah terendah adalah
tanah Regosol.
BAB IV

KERAPATAN BUTIR TANAH (BJ)

A. Tujuan 
Mengetahui kerapatan butir tanah ₡ 2,0 mm

B. Tinjauan Pustaka

Partikel-partikel primer di dalam tanah tergantung dalam suatu


kelompok yang dinamakan sebagai agregat tanah, yang merupakan satuan
dasr struktur tanah. Agregat terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang
menyatukan pertikel-partikel primer membentuk kelompok atau gugus
(cluster) dan dilanjutkan dengan adanya sesuatu yang dapat mengikat menjadi
lebih kuat (sementasi) (Baroto dan Siradz, 2006).

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan


susunan keruangan partikel-partikel tanah yang bergantung satu dengan yang
lain membentuk agregat. Dalam tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan
sebagai susunan partikel-partikel primer menjadi satu kelompok partikel
(cluster) yang disebut agregat, yang dapat dipisah-pisahkan kembali serta
mempunyai sifat yang berbeda dari sekumpulan partikel primer yang tidak
teragregasi (Wiyono et al., 2006).

Struktur tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, perharaan,


kation, dan mikroorganisme. Bila terjadi kerusakan pada tanah maka
diperlukan perbaikan tanah agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, seperti
pada tanah podzolik dilakukan dengan memperbaiki kandungan organiknya,
meningkatkan unsur hara seperti fosfor dari oksida Fe dan Al, selain itu juga
memperbaiki sifat fisik dan struktur tanahnya dan membentuk senyawa
kompleks dengan unsur mikro sehingga mengurangi proses pencucian sulfur
(Anonim, 2005).

Pada dasarnya struktur tanah adalah kondisi fisik yang berbeda dari
bahan awalnya dan dapat berhubungan dengan proses-proses pembentukan
tanah. Untuk tanah tersebut menggambarkan struktur dalam profil tanah yang
terbaik adalah untuk memeriksa seberapa jauh mengenali unit structural yang
lebih besar (Kohnke. 1986).

Struktur tanah dapat dibagi ke dalam tiga bentuk yaitu berbutir


tunggal, massif, dan beragregat. Apabila keseluruhan partikel tanah saling
lepas satu sama lain, seperti yang dapat kita jumpai pada tanah berkelas
tekstur pasir, struktur tanahnya dikatakan berbutir tunggak. Dalam pustaka
lama, masih disebut sebagai tanah yang tidak bertekstur atau berbutir lepas.
Sebaliknya apabila partikel-partikel tanah saling beriaktan kuat, maka struktur
tanahnya disebut massif (Indranada, 1986).

Fase padat tanah terdiri dari partikel dengan ukuran terkumpul


bersama dalam jalan yang berbeda-beda. Hasil struktur dan ukuran, bentuk
dan penyusun dari agregat-agregat dapat menjadi terpisah selama terjadi
keretakan dan permukaan alami dari kelemahan yang dicatat sebagai dasar
karakteristik tanah. Agregat adalah bentuk dan ukuran yang irregular tetapi
tidak pernah dibedakan meskipun ada alasan untuk membedakannya, yaitu
kekerasan yang sama (Marshall dan Holmes, 1978).Pada percobaan Kerapatan
Butir Tanah, bahan yang digunakan berupa tanah kering udara Ø 2 mm,
sedang alat yang digunakan adalah piknometer, kawat pengaduk halus, dan
termometer.  BJ dapat diperoleh dengan rumus:

BJ =   gr/cm3

Setelah nilai BV dan BJ di dapat kemudian porositas total tanah (n) dapat
dihitung. Nilai porositas total tanah (n) dapat diperoleh dengan rumus:

n = (1 –  ) x 100%

C. Prinsip Kerja
1. Metode : Metode Piknometer
2. Alat Bahan:
a. Alat : Piknometer, Kawat pengaduk halus, termometer.
b. Bahan: Contoh tanah kering udara Æ 2 mm
3. Cara Kerja:
a. Timbang piknometer kosong bersumbat (misal a gram). Isilah
dengan air sampai diatas leher, pasang sumbatnya hingga air
dapat mengisi pipa kapiler sampai penuh.
b. Timbang piknometer penuh air ini(misal b gram), ukur suhunya
(misal t10C) dan lihat BJ air (BJ1) p1ada suhu tersebut didalam
daftar tabel BJ.
c. Bersihkan dan keringkan piknometer dari air, isilah piknometer
tersebut dengan tanah kira-kira 5 gram (kira-kira ¾ cm jika
volume piknometer 50 ml dan 1 cm jika volume piknometer 25
ml), pasang sumbatnya dan timbang (misal c gram).
d. Tambahkan air kedalam piknometer sampai separuh volume,
aduk dengan kawat supaya gelembung udara keluar (bantu
dengan menggoyang-goyang piknometer). Pasang sumbatnya
dan biarkan semalam.
e. Ulangi pengadukan dengan menggunakan kawat, biarkan sebentar
untuk mengendapkan sebagian besar tanahnya . Tambahkan air
sampai penuh dengan cara seperti langkah 1. Usahakan agar
suspensi tidak teraduk.
f. Timbang piknometer + tanah + air (misal d gram), kemudian
ukur suhu didalam piknometer (misal t20C). Lihat BJ air (BJ2)
berdasarkan suhunya pada daftar tabel BJ yang tersedia.

D. Hasil Pengamatan
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Kerapatan Butir Tanah (BJ)

Jenis Tanah BJ (g/cm3)


Regosol 2,04 gr/cm3
Latosol 2,77 gr/cm3
Grumusol 1,72 gr/cm3
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 2022

E. Pembahasan
Berat Jenis (BJ) merupakan Kerapatan Butir Tanah
menyatakan berat butir-butir padat tanah yang terkandung di dalam
tanah. Menghitung kerapatan butir tanah, berarti menentukan
kerapatan partikel tanah dimana pertimbangan hanya diberikan untuk
partikel yang solid. Oleh karena itu kerapatan partikel setiap tanah
merupakan suatu tetapan dan tidak bervariasi menurut jumlah ruang
partikel. Untuk kebanyakan tanah mineral kerapatan partikelnya rata–
rata sekitar 2, 6 gram/cm3. Kandungan bahan organic di dalam tanah
sangat mempengaruhi kerapatan butir tanah, akibatnya tanah
permukaan biasanya kerapatan butirnya lebih kecil dari subsoil. Walau
demikian kerapatan butir tanah tidak berbeda banyak pada tanah yang
berbeda, jika tidak, akan terdapat suatu variasi yang harus
mempertimbangkan kandungan tanah organik atau komposisi minera
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menggunakan metode
piknometer diperoleh dengan kerapatan 2,04 g/cm³ pada tanah regosol,
latosol dengan kerapatan 2,77 g/cm³ dan grumusol dengan kerapatan
1,72 g/cm³. Tanah grumusol memiliki nilai BJ terendah daripada tanah
lainnya dan tanah latosol memiliki nilai tertinggi. Pada ketiga jenis
tanah tersebut tanah latosol merupakan tanah dengan angka kerapatan
terbesar karena tanah latosol memiliki kadar bahan organik rendah.
Tanahnya berwarna merah, coklat, hingga kekuning- kuningan.
Tekstur tanah pada umumnya adalah liat. Hal ini sesuai dengan teori.
Selanjutnya pada tanah regosol karena tingkat bahan organik
yang rendah namun tingkat bahan mineralnya cukup tinggi. Tanah
regosol memiliki tekstur tanah yang kasar, struktur butiran, dan
memiliki pengaturan yang baik yang membuat nilai BJ lebih tinggi
daripada tanah grumusol. Yang terakhir yaitu tanah grumusol dengan
tingkat kerapatan tanah paling rendah, hal itu disebabkan karena tanah
grumsol memiliki kadar bahan organik yang cukup banyak. sedangkan
nilai kerapatan butir tanah berbanding terbalik dengan kadar bahan
organik. Semakin banyak kandungan organik maka nilai kerapatan
butir semakin kecil.

F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
kerapatan air tanah merupakan berat tanah kering per satuan volume
partikel-partikel (padat) tanah. Pada tanah regosol memiliki kerapatan
butir tanah sebesar 2,04 gr/cm3, latosol 2,77 gr/cm3 dan grumusol 1,72
gr/cm3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerapatan butir tanah
meliputi tekstur tanah, struktur tanah, dan kadar bahan organik.

BAB VII

KADAR BAHAN ORGANIK TANAH

A. Tujuan 
Menetapkan kadar C-Organik dan kadar bahan organic tanah 
B. Tinjauan Pustaka 
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik
kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi baik berupa
humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa organik hasil mineralisasi
dan termasuk juga mikrobia heterotrofik organik dan ototrofik yang terlibat
dan berada didalamnya (Madjid,2007).
Kandungan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan C-
organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45%-60% dan
konversi C-organik menjadi bahan organik = % C-organik x 1,724.
Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan
arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan
(vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi
jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan.
Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode walkey and black
ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth,1994).
Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka
kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003). Bahan
organik dalam tanah  terdiri dari bahan organik kasar dan halus atau humus.
Lapisan I pada tanah Alfisol mempunyai humus yang terdiri dari hancuran
bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang baru dibentuk dari
hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah.Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur),
berwarna hitam atau cokelat yang memiliki daya menahan air dan unsur hara
yang tinggi. Humus adalah senyawa kompleks yang agak resisten. Pelapukan
berwarna cokelat, amorfus, bersifat koloid dan berasal dari jaringan tumbuhan
atau binatang yang telah dimodifikasikan atau disintesiskan oleh berbagai
jasad mikro. Dalam jaringan tumbuhan terdapat pula lemak, minyak, lilin dan
dammar dalam jumlah yang kecil. Jumlah dan sifat komponen-komponen
organik dalam sisa-sisa tumbuhan sangat berpengaruh menentukan
penimbunan bahan organik dalam tanah (Sutedjo, 1991).
Penggunaan tanah secara terus-menerus untuk pertanaman, dengan
cepat akan memisahkan kandungan bahan organik tanah alfisol, sebab bahan
organik merupakan bahan dari humus sebagai gudang unsur hara tanaman
maka kandungan bahan organik yang cukup sebaiknya selalu tersedia untuk
mempertahankan sifat dan kesuburan tanah (Subagyo, 1970).
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan
kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan
organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar
setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia
merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber
energi dari sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan
tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber dan susunannya, oleh
karena kelancaran dekomposisinya, serta hasil dekomposisi itu sendiri (Hakim
dkk, 1986).
Sisa-sisa bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah tidak
dirombak sebagai satu kesatuan yang menyeluruh, tetapi unsur pokok
kimianya dirombak bebas satu sama lain. Dalam pembentukan humus dari
sisa-sisa tanaman terjadi penurunan yang cepat dari unsur-unsur pokok yang
larut dalam air, suatu peningkatan relatif dalam persentase lignin dan
kompleks lignin, dan suatu peningkatan dalam kandungan protein. Terjadilah
akumumulasi bahan organik sesuai dengan meningkatnya unsur hara tanaman
yang tersedia dalam tanah akumulatif bahan organik meningkat. Kondisi ini
terus menerus terjadi sampai sautu keseimbangan tercapai (Foth, 1988).
BAB XI
PENGENALAN JENIS PUPUK

A. Tujuan 
Mengetahui berbbagai jenis pupuk berdasarkan sifat fisik dan kimia
pupuk.

B. Tinjauan Pustaka
Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi
menyediakan air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman
namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat
terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia berpikir dan berusaha
untuk melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari usaha manusia
untuk melestarikan tanahnya adalah dengan penammbahan bahan pupuk
yang dikenal dengan istilah: pemupukan (Hasibuan, 2006). Pupuk buatan
adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang mengandung unsur hara tertentu,
yang pada umumnya mempunyai kadar unsur hara yang tinggi. Pupuk
buatan mempunyai kelemahan yaitu dapat merusak lingkungan dan
mengandung sedikit unsur mikro. Sedangkan kebaikannya adalah
pemakaiannya lebih mudah dan dapat diberikan pada saat yang tepat
Kesuburan tanah tidak terlepas dari keseimbangan biologi, fisika dan
kimia; ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan sangat menentukan
tingkat kesuburan lahan pertanian. Tanpa disadari selama ini sebagian
besar pelaku tani di Indonesia hanya mementingkan kesuburan yang
bersifat kimia saja, yaitu dengan memberikan pupuk anorganik seperti :
urea, TSP/SP36, KCL dan NPK secara terus menerus dengan dosis yang
berlebihan. Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan
kesuburan tanah. Dengan ppertanian akan semakin merosot. Hal ini
disebabkan ketimpangan antara pasokan hara dan kebutuhan tanaman.
Hara dalam tanah secara berangsur-angsur akan berkurang karena
terangkut bersama hasil panen, pelindian, air limpasan permukaan, erosi
atau penguapan. Pengelolaan hara terpadu antara pemberian pupuk dan
pembenah akan meningkatkan efektivitas penyediaan hara, serta menjaga
mutu tanah agar tetap berfungsi secara lestari.
Pupuk, mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, apalagi bagi para
petani. Pupuk merupakan material yang digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman agar mampu berproduksi dengan
baik, dengan cara di tambahkan pada media tanam atau tanaman. (Hakim,
1986). Dalam penggunaannya tentu takaran dan cara penggunaan yang
berbeda untuk masing-masing jenis pupuk, bisa saja hasil yang didapat
tidak sesuai dengan harapan bila dalam penggunaannya tidak sesuai
dengan takaran dan cara pemakaian. Jadi, sangat penting untuk memahami
terlebih dahulu teori atau cara penggunaannya. (Hakim, 1986). Pupuk
merupakan material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman untuk
melengkapi ketersediaan unsur hara. Saat ini dikenal 16 macam pupuk
hara yang diserap oleh tanaman untuk menunjang kehidupannya. Tiga
diantaranya diserap dari udara, yakni Karbon (C), Oksigen (O), dan
Hidrogen (H). Sedangkan tiga belas mineral lainnya diserap dari dalam
tanah yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Sulfur
(S), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Seng (Zn),
Tembaga (Cu), Mollibdenum (Mo), dan Khlor (Cl) (Novizan, 2002).
Klasifikasi pupuk dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu (1) atas dasar
pembentukannya yang terdiri dari pupuk alam dan pupuk buatan, (2) atas
dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya yang terdiri dari pupuk
tunggal dan pupuk majemuk, (3) atas dasar susunan kimiawi yang
mempunyai hubungan penting dengan perubahan-perubahan di dalam
tanah (Hakim, 1986).  Pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanaman :
1. Pupuk Urea [(CO (NH2)2] 
Urea merupakan pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (ammonia)
dengan CO2. Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan
merupakan ikatan hasil tambang minyak bumi. Kandungan N total
berkisar antara 45-46 %. Dalam proses pembuatan Urea sering
terbentuk senyawa biuret yang merupakan racun bagi tanaman kalau
terdapat dalam jumlah yang banyak. Agar tidak mengganggu kadar
biuret dalam Urea harus kurang 1,5-2,0 %. Kandungan N yang tinggi
pada Urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
(Ruskandi, 1996).
2. Pupuk SP 36 (Superphospat 36)
SP 36 merupakan pupuk fosfat yang berasal dari batuan fosfat yang
ditambang. Kandungan unsur haranya dalam bentuk P2O5 SP 36
adalah 46 % yang lebih rendah dari TSP yaitu 36 %. Dalam air jika
ditambahkan dengan ammonium sulfat akan menaikkan serapan fosfat
oleh tanaman. Namun kekurangannya dapat mengakibatkan
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, lamban pemasakan dan
produksi tanaman rendah. (Hakim, dkk, 1986). 
3. Pupuk NPK (Nitrogen Phospate Kalium) 
Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur hara
utama lebih dari dua jenis. Dengan kandungan unsur hara Nitrogen 15
% dalam bentuk NH3, fosfor 15 % dalam bentuk P2O5, dan kalium 15
% dalam bentuk K2O. Sifat Nitrogen (pembawa nitrogen ) terutama
dalam bentuk amoniak akan menambah keasaman tanah yang dapat
menunjang pertumbuhan tanaman.(Hardjowigeno, 1992). 
4. Pupuk KCl (Kalium Klorida) 
Pembuatan pupuk KCl melalui proses ekstraksi bahan baku (deposit
K) yang kemudian diteruskan dengan pemisahan bahan melalui
penyulingan untuk menghasilkan pupuk KCl. Kalium klorida (KCl)
merupakan salah satu jenis pupuk kalium yang juga termasuk pupuk
tunggal. Kalium satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi
tanaman. Peran utama kalium ialah sebagai aktivator berbagai enzim.
Kandungan utama dari endapan tambang kalsium adalah KCl dan
sedikit K2SO4. Hal ini disebabkan karena umumnya tercampur
dengan bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih
dahulu. Hasil pemurniannya mengandung K2O sampai 60 %. Pupuk
Kalium (KCl) berfungsi mengurangi efek negative dari pupuk N,
memperkuat batang tanaman, serta meningkatkan pembentukan hijau
dan dan dan karbohidrat pada buah dan ketahanan tanaman terhadap
penyakit. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil,
lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan
fotosintesis terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi.
(Hardjowigeno, 1992). Kelebihan kalium dapat menyebabkan daun
cepat menua sebagai akibat kadar Magnesium daun dapat menurun.
Kadang-kadang menjadi tingkat terendah sehingga aktivitas
fotosintesa terganggu. (Anonim, 2012). 
5. Pupuk Kompos 
Kandungan bahan organik pupuk kompos yang mencapai 18 %
bahkan ada yang mencapai 59 %. Unsur lain yang dikandung oleh
kompos adalah nitrogen, fosfor, kalsium, kalium dan magnesium.
Manfaat bokhasi pada lahan pertanian yaitu : mampu menggantikan
dan mengefektifkan penggunaan pupuk kimia (anorganik) sehingga
biaya pembelian pupuk dapat ditekan, bebas dari biji tanaman, tidak
berbau dan mudah digunakan dan memperbaiki derajat keasaman
tanah, selain itu sangat berguna untuk menyuburkan tanaman.
(Ruskandi, 1996).

BAB XII

PEMBUATAN PUPUK CAMPUR

A. Tujuan 
Mengetahui pembuatan pupuk campur 
B. Tinjauan Pustaka 
Pupuk adalah bahan pengubah sifat biologi tanah supaya menjadi lebih
baik. Pupuk selain berfungsi menggemburkan tanah juga untuk membantu
pertumbuhan tanaman ( Anne Ahira,2004 ). Pupuk adalah bahan bahan yang
memberikan zat makanan kepada tanaman. Zat makanan ( hara ) tersebut
berupa unsur kimia yang digunakan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan
mempertahankan pertumbuhannya ( Sudarmoto, AS, 1997 ). Pupuk
merupakan sumber hara utama yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan
dan produksi tanaman. (Karama, 2007). Pupuk adalah substansi yang
ditambahkan pada tanah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan
lahan). (Lakitan, 2007).
Ketersediaan unsur hara merupakan syarat utama bagi pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Unsur hara terbagi menjadi dua yakni unsur
hara makro, yakni zat pokok untuk penyokong kehidupan tanaman.
Sementara unsur hara mikro merupakan zat yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah sedikit. Baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro sebagian
besar terdapat pada tanah dengan jumlah bervariasi. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode untuk menjaga ketersediaan unsur hara pada media
tumbuh dalam hal ini tanah. Pemupupukan merupakan salah satu metodologi
dalam menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah agar terus stabil (Susila
et al., 2010). 

Kekurangan unsur hara bagi tanaman sama artinya dengan tidak


terpenuhinya syarat tumbuh tanaman. Namun, kondisi kekurangan unsur hara
tidak serta merta membuat tanaman langsung mati. Tanaman akan berusaha
bertahan hidup bahkan beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar. Salah
satu contohnya, Apabila tanaman memiliki kecukupan hara N, maka dapat
ditandai dengan berjalannya proses fotosintesa, warna daun lebih hijau dan
pertumbuhan vegetatif yang lebih baik. Kondisi ini terjadi karena Nitrogen
merupakan unsur hara makro yang merupakan bagian integral penyusun
klorofil sehingga bertanggung jawab terhadap proses fotosintesa (Munawar,
2011) 
Jenis pupuk berdasar ketersediaan unsur di dalamnya dapat dibedakan
menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal adalah jenis
pupuk yang hanya memiliki satu unsur hara makro yang dominan, misalnya
pupuk N (nitrogen), pupuk P (fosfat), atau pupuk K (kalium). Sementara itu,
pupuk majemuk adalah pupuk yang mempunyai lebih dari satu unsur hara
makro. Untuk lrbih detail pupuk majemuk lengkap merupakan pupuk yang
kandungannya terdiri dari unsur hara yang lengkap (makro dan mikro) yang
tersusun dalam komposisi tertentu. 
Diungkapkan oleh Pahan (2008) kelebihan pupuk majemuk adalah
tidak merusak tanah, lebih mudah aplikasinya, lebih lengkap dan seimbang
kandungan unsur haranya, lebih seragam penyebaran unsur haranya, lebih
efisien penggunaannya, lebih efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan
waktu, serta lebih mudah pengadaan dan penyimpanannya. 
Tujuan pembuatan pupuk campuran adalah untuk mendapatkan pupuk
yang mengandung lebih dari satu unsur hara, selain itu dapat pula
menghematan waktu, tenaga, dan biaya. Sekali pemupukan dapat dipasok 2
atau lebih hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Biasanya jumlah pupuk yang
dicampurkan tidak sesuai dengan pupuk campur yang diinginkan. Untuk itu,
perlu bahan tambahan yang disebut pengisi (filler). Bahan yang dapat
digunakan sebagai filler harus memenuhi syarat, yakni tidak higroskopis,
tidak bereaksi dengan pupuk, dan dapat membantu dalam pemakaian pupuk
(Afandie dan Nasih, 2002). Tidak semua pupuk dapat di campur, karena ada
pula beberapa pupuk yang apabila dicampur dapat menimbulkan kerugian,
diantaranya sebagai berikut :
1. Pupuk campuran memiliki higroskopitas tinggi yang menyebabkan    
terjadinya penggumpalan sehingga sukar digunakan atau ditabur.
2. Campuran kehilangan kandungan haranya (N menguap sebagai NH3)
3. Terbentuk senyawa baru, sehingga hara menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Higroskopitas adalah kemampuan pupuk dalam menyerap air yang ada
dalam udara. Pupuk dengan higroskopitas yang kurang baik perlu
penyimpanan yang baik karena mudah menjadi basah atau mencair bila tidak
tertutup. Pupuk biasanya akan mulai menyerap air dari lingkungannya pada
suhu kamar dan kelembaban nisbi 50% dan Indonesia mempunyai
kelembaban rata-rata 80% sehingga pada suhu ruang pupuk akan mencair.
Dalam mengurangi tingkat higroskopitas, dapat dibuat pupuk dalam bentuk
butiran-butiran sehingga luas permukaan pupuk menjadi berkurang.
Sebaliknya jika pupuk disimpan pada tempat atau lingkungan kering, maka
pupuk akan menjadi bongkah keras (Heru Priantoro, 2008).

BAB VII

INTERPRETASI KPK TANAH SECARA KUALITATIF

A. Tujuan 
1. Membuktikan muatan negatif zarah-zarah tanah dengan menggunakan 2
macam zat warna (Gentian Violet & Eosin Red )
2. Membuktikan pengaruh luas permukaan zarah tanah terhadap kapasitas
pertukaran karton tanah 
 B. Tinjauan Pustaka

KPK merupakan kemampuan tanah untuk menyerap dan menukar


kembali kation dari dan ke dalam larutan tanah. KPK mempunyai peran yang
sangat penting untuk tanah yaitu berkaitan dengan kesuburan tanah itu sendiri.
Setiap tanah mempunyai kapasitas pertukaran kation tanah yang beda. Tanah
dengan KPK akan mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik
dari pada tanah dengan KPK rendah. Nilai KPK dapat diketahui dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif adalah dengan
menggunakan larutan eosin red dan gentian violet. Sedangkan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan metode penjenuhan NH4OAC atau BaCl2.
Pada umumnya pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.
(Adrian, dkk. 2015)
Pengertian lain, kemampuan tukar kation adalah kapasitas tanah
menyerap dan mempertukarkan ion. Ion dapat berupa kation dan besarnya
disebut Kemampuan Tukar Kation ( KTK ) atau berupa anion dan besarnya
disebut Kemampuan Tukar Anion ( KTA ). KTK dan KTA masing-masing
diukur menurut jumlah maksimum kation dan anion yang dapat diserap tanah.
Daya serap tanah berada pada koloid tanah atau disebut juga kompleks
jerapan, yang terdiri atas mineral lempung, bahan humik, dan oksida serta
hidroksida Fe dan Al. Muatan bersih kompleks jerapan diimbangi oleh
muatan ion berlawanan yang terjerap sehingga sistem terpertahankan pada
keadaan elektronetral. Kapasitas tukar kation menunjukkan ada muatan
negatif per satuan massa tanah (Adrian, dkk. 2015).
Faktor yang mempengaruhi KTK salah satunya adalah tekstur tanah.
Semakin halus tekstur tanah, semakin tinggi KTKnya. Sebagai contohnya,
tanah pasir dan lempung berpasir mengandung sedikit liat koloid,
kemungkinan miskin bahan organik (humus) sehingga KTKnya rendah.
Sebaliknya tanah bertekstur halus mengandung lebih banyak liat, lebih banyak
humus, dan akan mempunyai nilai KTK yang tinggi (Tan, 1991 cit. Sulastri,
2006). Selain itu, faktor perlakuan manusia seperti pengapuran juga sangat
berpengaruh. Proses pengapuran merupakan salah satu cara untuk
memperbaiki tanah yang bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran
adalah untuk menaikkan pH tanah sehingga karenanya unsur - unsur hara
menjadi lebih tersedia, memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan
organisme dalam tanah lebih giat, dan menurunkan kelarutan zatzat yang
sifatnya meracuni tanaman dan unsur lain tidak banyak terbuang. Kenaikan
pH tanah tersebut tentu sangat mempengaruhi nilai KTK tanah (Da’I, dkk.,
2006).
Nilai KPK dari suatu jenis tanah dipengaruhi oleh jumlah mineral
lempung, jenis dan tipe mineral lempung, jumlah-jenis bahan organik, dan
struktur tanah. Semakin halus tanah, maka semakin tinggi nilai KPK tanah
tersebut. Sebagai contohnya, tanah bertekstur halus mengandung lebih banyak
liat dan lebih banyak humus, akan mempunyai nilai KPK tinggi. Selain itu ada
juga faktor dari perlakuan manusia yaitu pengapuran tanah. Tujuan
pengapuran tanah untuk menaikkan pH tanah. Kenaikan pH tersebut tentu saja
mempengaruhi nilai KPK tanah. Nilai KPK tanah bermanfaat untuk
menentukan koloid tanah dalam mengikat kation di permukaan. Koloid tanah
ini merupakan bagian yang aktif karena merupakan pusat-pusat reaksi kimia,
fisika, dan koloid tanah merupakan pusat kesuburan tanah, sehingga sangat
berguna dalam bidang pertanian (Yani, dkk 2007).
Ukuran diameter fraksi liat adalah 2 mikron (µm) atau 0,002 mm,
sedangkan koloid berukuran terbesar tidak lebih dari 1 mikron. Berarti tidak
semua fraksi liat dikatakan koloid. Sebagian fraksi liat mengalami pelapukan
melalui aktivitasnya menjerap dan mempertukarkan kation hingga
menghasilkan koloid. Koloid terdiri dari koloid humus (organik) dan koloid
liat (mineral, anorganik). Kedua koloid ini mempunyai sifat dan ciri yang
berbeda. Perbedaan utamanya adalah unit (misel) koloid humus tersusun dari
karbon, oksigen dan hidrogen, sedangkan koloid liat tersusun dari silikon (Si),
aluminium (Al) dan oksigen. Daya jerap koloid humus jauh melebihi liat
koloid. KTK koloid humus dapat mencapai 200 – 300 me/100 gr liat.
Sedangkan KTK koloid liat montmorillonit/smektit  (tipe liat 2:1) sebesar 80
– 150 me/100 gr liat dan koloid liat kaolonit (tipe liat 1 : 1) sebesar 3 – 15
me/100 gr liat. Campuran koloid humus dan koloid liat dalam tanah akan
saling menunjang peranannya dalam menjerap dan mempertukarkan kation
(Asgar, 2017).
KTK penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan kesuburan
tanah dan aplikasi pupuk. Meskipun bukan satu-satunya parameter, semakin
tinggi KTK, maka status kesuburan tanah semakin tinggi dan sebaliknya
semakin rendah KTK, maka status kesuburan tanah juga makin rendah.
Dengan kata lain, KTK yang tinggi mencerminkan tanah subur, sebaliknya
KTK yang rendah mencerminkan tanah tidak subur (Asgar, 2017). Selain itu,
penentuan nilai KPK tanah juga bertujuan untuk mengetahui mineral yang
terkandung agar secara signifikan dapat mengendalikan daya sangga dan
jerapan unsur hara lain dalam tanah sehingga pada proses pengelolaan tanah
dapat memperbaiki kesuburan dan meningkatkan produktifitas tanah.
Sehingga efisiensi penggunaan pupuk dapat maksimal (Nursyamsi, dkk., 2007
dan Nikiyuluw, dkk., 2018).
Kapasitas pertukaran kation dari tanah adalah ukuran kuantitas negatif
yang terdapat pada permukaan tanah yang dapat mempertahankan ion
bermuatan positif (kation) seperti kalsium, magnesium, dan kalium. Oleh gaya
elektrostatik, kation ditahan elektrostatis mudah ditukarkan dengan kation
dalam larutan tanah sehingga tanah dengan tinggi KPK memiliki kapasitas
yang lebih besar untuk mempertahankan jumlah yang memadai dari kalsium,
magnesium, dan kalium dari tanah dengan rendah KPK. Sebuah tanah dengan
KPK tinggi belum tentu lebih subur karena tanah ini belum tentu ditempati
oleh kation asam seperti hidrogen dan aluminium. Akan tetapi apabila
dikombinasikan dengan langkah-langkah lain kesuburan tanah, KTK akan
menjadi indikator yang baik untuk kualitas tanah dan produktivitas (Ross and
Quirine, 2011).

C. Prinsip Kerja
1. Metode : Daya jerap muatan
2. Alat dan Bahan
a) Alat:
1.Tanah Ø 0,5 mm
2.Tanah Ø 2 mm
3.Tanah regosol
4.Tanah grumusol
5.Tanah latosol.
b) Alat: Tabung reaksi 8 buah, Corong Ø 8 cm, Kertas
saring
3. Cara Kerja
1. Mengambil tabung reaksi, masing-masing diisi dengan tanah Ø 0,5
mm dan Ø 2 mm dan ditambahkan larutan gentian violet setinggi 5
cm dari alas tabung ke dalam masing-masing tabung..
2. Dikocok selama 2 menit, kemudian disaring dengan kertas saring,
filtratnya ditampung dalam tabung reaksi lainnya. Perhatikan
warna filtratnya dan bandingkan dengan control larutan gentian
violet tanpa tanah.
3. Meulangi langkah di atas dengan larutan eosin red. Perhatikan
perubahan warna suspensi pada larutan gentian violet dan eosin red
4. Membandingkan intensitas warna filtrate antar jenis tanah.
Semakin pudar warna filtrate menunjukkan semakin banyak
muatan tanahnya.
D. Hasil Pengamatan
Tabel 11.1. Hasil Pengamatan Kapasitas Pertukaran Kation Grumusol Secara
Kualitatif

Jenis Diameter Tanah + Warna Intensit Muatan


Tanah Larutan Standar as
Grumusol Larutan Standar GV Pekat + +
0.5 mm + GV Jernih +++ -
2.0 mm + GV Jernih +++ -
Larutan Standar ER Pekat + -
0.5 mm + ER Keruh ++ +
2.0 mm + ER Keruh ++ +
Sumber : Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah 2022

E. Pembahasan
KPK (Kapasitas Pertukaran Kation) merupakan kemampuan tanah
untuk menjerap dan menukar kembali kation dari dan ke dalam laruan tanah.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu metode kualitatif dengan
menggunakan gentian violet dan eosin red. Gentian violet berperan sebagai
kation dan ion + sedangkan Eosin red berperan sebagai anion dan ion –.
Tanah yang bermuatan negative dominan akan mengikat banyak gentian
violet sehungga larutan akan semakin jernih, sedangkan eosin red akan ditolak
sehingga larutan tanah tidak banyak berubah dan sebaliknya untuk tanah
positif dominan.
Larutan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Larutan
standar gentian violet, Tanah 0,5 mm + GV dan Tanah 2 mm + GV. Larutan
standar eosin red, Tanah 0,5 mm + ER, Tanah 2 mm + ER. Hasil pengamatan
dari praktikum KPK Tanah diperoleh hasil Larutan standar gentian violet
berwarna pekat dengan intensitas rendah dan muatan positif. Tanah 0,5 mm +
GV warnanya jernih dengan intensitas tinggi dan muatan negative. Tanah 2
mm + GV sama seperti tanah 0,5 mm + GV yaitu warnanya jernih dengan
intensitas tinggi dan muatan negative. Larutan standar Eosin red berwarna
pekat dengan intensitas rendah dan muatannya negative. Tanah 0,5 mm + ER
berwarna keruh dengan intensitas sedang dan muatannya positif Tanah 2 mm
+ ER sama seperti tanah 0,5 mm + ER yaitu berwarna keruh dengan intensitas
sedang dan muatannya positif.
Dari hasil tersebut didapatkan zarah tanah yang bermuatan positif
adalah larutan standar GV, tanah 0,5 mm + ER dan tanah 2 mm + ER.
Sedangkan zarah tanah yang bermuatan negative terdapat pada larutan standar
ER, tanah 0,5 mm + GV dan tanah 2 mm + GV. Luas permukaan sangat
berpengaruh terhadap intensitas dan muatan yang akan dihasilkan, akan tetapi
luas permukaan juga dipengaruhi oleh larutan standar yang digunakan. pada
larutan Gentian Violet, tanah yang berukuran 0,5 mm dan 2 mm memiliki
kesamaan terhadap intensitas dan muatannya. Dan pada larutan Eosin Red
permukaan tanah berukuran 0,5 mm dan 2 mm juga memiliki kesamaan dalam
intensitas dan muatannya.
Tanah 0,5 mm dan 2 mm + GV maka akan mempunyai muatan
negative banyak sehingga kandungan lempungnya banyak pula maka muatan
KPKnya besar karena muatan zarah zarah tanah banyak dan berikatan dengan
ion positif GV. Sedangkan tanah 0,5 mm dan 2 mm + ER mempunyai muatan
positif yang intensitasnya sedang, maka KPKnya cukup besar karena muatan
negative dizarah zarah tanah cukup banyak (lebih sedikit muatan positif yang
berikatan dengan muatan negative eosin red). Dari hasil tersebut, diketahui
bahwa data hasil pengamatan sudah sesuai dengan teori dimana gentian violet
(+) untuk menunjukkan tanah yang bermuatan negatif dan eosin red (-) untuk
menunjukkan tanah yang bermuatan positif. Sehingga dapat diketahui bahwa
luas permukaan zarah tanah juga mempengaruhi KPK.

F. Kesimpulan
Zarah tanah yang bermuatan positif adalah larutan standar GV, tanah
0,5 mm + ER dan tanah 2 mm + ER. Sedangkan zarah tanah yang bermuatan
negative terdapat pada larutan standar eosin red, tanah 0,5 mm + GV dan
tanah 2 mm + GV. Dari hasil tersebut diketahui nilai KPK tanah, sehingga
dapat diketahui bahwa luas permukaan zarah tanah juga mempengaruhi KPK.
Semakin luas permukaan tanah, maka nilai KPK yang dimiliki semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai