Anda di halaman 1dari 95

1

ACARA I. KADAR LENGAS TANAH


2

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kadar lengastanah merupakan kandungan air (moisture) yang berada
didalam tanah yang terkait oleh berbagai gaya ikat matriks, osmosis, dan kapiler.
Jenis dari masing-masing lapisan atau horizon tanah memiliki kadar lengas yang
berbeda-beda tergantung factor yang mempengaruhinya. Lengas tanah sangat
berperan penting dalam menjaga kelembaban tanah karena lengas tanah mengisi
pori-pori tanah pada suhu kamar menjadi dua pertiga bagian dan menjadi satu
pertiga bagian jika suhu meningkat. Kebutuhan tanah terhadap air dan
kemampuan tanah dalam menyimpan air sangat penting untuk mengetahui kadar
lengas tanah.
Kadar lengas tanah dapat dikatakan sebagai pori-pori tanah yang mengikat
air. Pori-pori ini kemudian dapat diisi atau sebagai sarana untuk menyimpan air
dan berbagai unsur hara bermanfaat lainnya. Keberadaan tanah dipengaruhi oleh
energi pengikat spesifik yang berhubungan dengan tekanan air, keberadaan
gravitasi bumi, dan tekanan osmosis jika tanah dilakukan pemupukan dengan
konsentrasi tinggi. Pengetahuan tentang kadar lengas didalam tanah sangat
penting. Hal ini dikarenakan melalui keberadaan lengas inilah kemudian
penyerapan unsur hara dan respirasi pada tanaman dapat terjadi serta lengas juga
dapat menentukan keberhassilan budidaya tanaman oleh para petani. Oleh karena
itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana menetapkan kadar
lengas tanah.

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk menentapkan kadar lengas contoh tanah kering udara.
3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan air dalam tanah kerap kali merupakan masalah bagi


pertumbuhan tanaman, baik ketika kandungan air tanah sangat sedikit atau berada
pada tingkat kritis bawah maupun ketika air tanah berada pada keadaan
berlebihan. Pada keadaan air berlebihanatau pada keadaan jenuh, pertumbuhan
tanaman khususnya “non aquatiq plants” akan terganggu sebagai akibat
terganggunya respirasi akar. Sebaliknya pada keadaan status air tanah berad pada
batas kritis atau mendekati titik layu permanen, akar tanaman akan sangat sukit
untuk mengambiknya karena air diikat secara kuat oleh matrik tanah. Kadar
lengas tertinggi yang tersedia bagi tanaman adalah pada kapasitas lapang
(Ma’shum dkk, 2012).
Pori-pori tanah yang mengandung air disebut juga dengan kadar lengas
tanah. Kebutuhan air pada tanaman berbeda-beda tergantung dari jenis tanaman.
Kadar lengas tanah sangat penting dalam pertanian karena pengaturan lengas
tanah dapat diatur untuk serapan unsur hara dan pernafasan akar-akar tanaman.
Pada tanah tempat akar tumbuh akarini selalu mengabsorbsi air dari rizhosfer,
sehingga tanah rhizosfer ini mengalami penurunan kadar air. Tanah yang banyak
berpori mikro akan mempunyai pengaruh gaya retensi lebih jauh ketimbang tanah
yang banyak pori makro (Hanafiah, 2007).
Keberadaan lengas didalam tubuh tanah tidak seragam dari ataskebawah.
Keragaman kandungan lengasini menunjukkan adanya keragaman potensial tubuh
tanah. Adanya perbedaan energi potensial lengas dalam tubuh tanahakan
menunjukkan arah gerakan lengas dalam tubuh yang bergerak dari daerahenergi
potensial tinggi kepotensial rendah. Kandungan uap air sangat penting dalam
pembentukan tanah, tanah dapat dikatakan terbentuk apabila padatanah tersebut
ditemukan lempung, koloid organic, atau garam terlarut yang terakumulasi larut
dalam air. Tingkat pergerakan koloid dan kedalaman sebagian ditentukan oleh
jumlah dan pola pengendapan yang menimbulkan tindakan pelepasan
(Nurwindasari, 2015).
4

Daya pengikat butir-butir tanah alfisol terhadap air adalah besardan dapat
menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada
tanah inceptisol dan vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan
ditanami oleh tumbuhan. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang
berarti pada jumlah air yang dapat di absorpsi dengan efisien tumbuhan dalam
tanah. Temperature dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat
hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah (Yuliawan, 2012).
Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam
tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.
Kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis
tanaman, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Difisiensi air yang
terus menerus akan menyebabkan berbagai perubahan irreversible (tidak dapat
balik) dan pada akhirnya tanaman mati. Kebutuhan air tanaman dinyatakan
sebagai jumlah satuan air yang diserap persatuan berat kering yang dibentuk atau
banyaknya air yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan berat kering
tanaman. Selama pertumbuhan tanaman terus-menerus mengisap air dari tanah
dan mengeluarkannya pada saat transpirasi. Kehilangan air pada tanaman dapat
terjadi melalui transpirasi dan akibat sampingan fiksasi CO2 dalam pemecahan
karbon dan oksigen (Jumin, 2012).
5

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 26 maret 2018 yang
dimulai pada pukul 15:00 WITA sampai selesai di Laboratorium Fisika dan
Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah timbangan analitik,
oven, dua buah cawan, alat tulis dan eksikator. Bahan-bahan yang digunakan ialah
contoh tanah kering udara.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:
1. Ditimbang cawan kosong bersih dan bertutup (a gram)
2. Dimasukkan contoh tanahnya kedalam cawan kira-kira separuh penuh
kemudian ditimbang (b gram)
3. Dimasukkan cawanyang berisi tanah tersebut kedalam oven yangtelah
diatur temperaturnya 105°C - 110°C dibiarkan paling sedikit 4 jam
4. Setelah di oven dikeluarkan dan dibiarkan mendingin didalam eksikator
kira-kira 15 menit, kemudian ditimbang (c gram)
5. Dihitung kadar lengasnya
6

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 1. Hasil penetapan kadar lengas tanah
Nilai Kadar
No. Sampel Lengas(%)
a (gram) b (gram) c (gram)
1 Loteng 3,73 51,47 48,63 6,32
2 KLU 3,91 39,63 38,34 3,75

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan kadar lengas contoh tanah


kering udara yang diambil dari dua sampel tanah yaitu tanah KLU dan Loteng.
Didapatkan kadar lengas tertinggi yaitu tanah dari loteng sebanyak 6,32%.
Sedangkan kadar lengas tanah KLU lebih kecil yaitu sebanyak 3,75%. Hal ini
berarti bahwa tanah loteng mampu mengikat dan menyimpan air lebih banyak
dibandingkan dengan jenis tanah KLU. Perbedaan kadar lengas tersebut dapat
dipengaruhi oleh lempung tanah. Lempung tanah biasanya banyak mengandung
kadar lengas karena pegorekan udara dan air sangat lambat dan molekul-molekul
dalam lempung letaknya sangat erat. Selain itu kadar lengas dipengaruhi oleh
bahan penutup tanah, semakin banyak bahan penutup tanah semakin tinggi kadar
lengasnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada penentuan kadar lengas adalah tekstur
tanah, bahan organic tanah, curah hujan, dan bahan induk pembentuk tanah. Pada
daerah yang curah hujannya rendah maka air dalam pori-pori tanah juga sedikit.
Sedangkan pada daerah yang curah hujannya tinggi, kandungan air dalam pori-
pori tanahnya juga tinggi. Tanah dengan bahan induk berupa sedimen misalnya,
maka air tanah yang dapat disimpan hanyalah sedikit. Hal ini dikarenakan pori-
pori tanah sudah terisi sebagaian oleh fosil-fosil. Sedangkan apabila tersusun oleh
bahan induk berupa batuan beku, kemampuan menyimpan air lebih tinggi,
dikarenakan pori-pori tanahnya lebih luas.
Kadar lengas tanah dapat menentukan proses penyerapan hara dan
pernafasan akar-akar tanaman diatasnya. Tanah dapat dikatakan baik apabila
7

tanah tersebut memiliki kandungan air yang cukup serta mengandung bahan-
bahan organic didalamnya. Semakin baik kualitas tanah maka semakin baik pula
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Tanah Loteng dengan kadar lengas 6,32% termasuk jenis tanah vertisol yaitu
jenis tanah yang banyak dimanfaatkan sebagai areal persawahan. Sedangkan
tanah KLU dengan kadar lengas 3,75% termasuk jenis tanah entisolyaitu tanah
yang cocok untuk budidaya tanaman hias, buah, dan sayuran.

BAB V. KESIMPULAN
8

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Kadar lengas pada tanah loteng sebanyak 6,32%. Sedangkan pada tanah
KLU sebanyak 3,75%.
2. Faktor yang mempengaruhi kadar lengas tanah ialah tekstur tanah,
lempung tanah, bahan organik tanah, curah hujan (iklim), dan bahan induk
pembentuk tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
9

Jakarta.
Jumin, Basri Hasan. 2012. Dasar-Dasar Agronomi Edisi Revisi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Ma’shum, Mansur dan Sukartono, H. 2012. Pengolahan Tanah. Arga Puji Press.
Mataram
Nurwindasari, Ayu. 2016. Laporan Dasar Ilmu Tanah Acara I kadar Lengas
Tanah.http://ayuwindapert.blogspot.com/laporan-dasar-ilmu-tanah.
[Diakses pada 30/03/2018].
Yuliawan, I Putu. 2012. Kadar Air Tanah, Bulk Density Dan Ruang Pori Total.
http://iputuyuliawanapp.blogspot.com/kadar-air-tanah-bulk-density.
[Diakses pada 02/04/2018].

LAMPIRAN

1. Analisis data kadar lengas tanah kering udara


10

a. Kadar lengas tanah Loteng


Dik: a = 3,73 gram
b = 51,47 gram
c = 48,63 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 51,47−48,63 )
= ×100 %
( 48,63−3,73 )
2,84
= × 100 %
44,9
= 6,32%

b. Kadar lengas tanah KLU


Dik: a = 3,91 gram
b = 39,63 gram
c = 38,34 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 39,63−38,34 )
= ×100 %
( 38,34−3,91 )
1,29
= ×100 %
34,43
= 3,75%
11

ACARA II. TEKSTUR TANAH


12

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tekstur tanahadalah perbandingan relatif halus kasarnya fraksi tanah halus
dari berbagai ukuran (lempung, debu, dan pasir). Tekstur tanah ini dapat diuji di
laboratorium maupun di lapangan secara langsung. Tekstur tanah juga dapat
diartikan sebagai keadaan tingkat kehalusan tanah. Hal ini terjadi akibat dari
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi. Seperti pasir, debu, dan liat
yang terkandung.
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri
atas tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati
volume tanah yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam
tanah terdapat pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi
oleh fase cair dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi
data air tanah, referensi tanah, produktivitas dan kekuatan tanah.
Salah satu manfaat dari mengetahui tekstur tanah ini adalah untuk
memudahkan para petani mengetahui jenis komoditas yang cocok untuk ditanam
di tanah tersebut atau juga untuk mengetahui komoditas apa saja yang kurang
cocok didalam area tanah tersebut. Tekstur tanah sangat mempengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan tanaman, perakaran serta penghematan dalam
pemupukan. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk menentukan
kelas tekstut tanah.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan kelas tekstur tanah secara
kuantitatif.
13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif halus kasarnya fraksi tanah halus
dari berbagai ukuran (lempung, debu, dan pasir). Tekstur tanah menunjukkan
komposisi partikel penyususun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai
perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (berdiameter 2,00-0,20 mm
atau 2000-200 μm¿ ,debu (berdiameter 0,20-0,002 mm atau 200-2 μm¿, dan liat (
¿ 2 μ ¿. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro
(disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-
pori meso/sedang (agak poreus). Sedangkan tanah yang didominasi liat akan
banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Tanah bertekstur
kasar atau tanah berpasir mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir
atau pasir berlempung (Hanafiah,2007).
Tanah-tanah yang bertekstur pasi, karena butiran-butirannya berukuran
lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-
tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menyimpan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah
mengikat lengas, udara tanah, dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi
ruang pergerakan tanaman, konsistensi dan keterolahan lahan. Tekstur tanah
sangat berpengaruh terhadap daya serap air, ketersediaan air didalam tanah, besar
erosi, infiltrasi, dan laju pergerakan air. Tekstur dapat menentukan tata air dalam
tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air
(Kartosapoetra,2009).
Pembagian kelas tekstur yang banyak dikenal adalah pembagian kelas
tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas, kemudian pengolahan tanah, kekeringan
14

penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah georafis (Yustiani, 2015).
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas
tekstur tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase
ketiga fraksi tanah tersebut. Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah
ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas
tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir
(lebih besar 2 mm). sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi
berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,
berliat halus, dan berliat sangat halus (Aty, 2014).
15

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 9 April 2018
yang dimulai pada pukul 15:00 WITA sampai selesai di Laboratorium Fisika dan
Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah stopwatch, tabung
sedimentasi, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah contoh tanah
kering, aquades, dan NaOH 1 ml.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini adalah
1. Disiapkan tabung sedimentasi
2. Dimasukkan tanah sampai garis 15 pada tabung I
3. Ditambahkan larutan NaOH 1 ml
4. Ditambahkan aquades sampai garis 45
5. Dihomogenkan atau dikocok selama ± 5menit
6. Didiamkan selama 5 detik
7. Dipindahkan larutan ke tabung II
8. Didiamkan lagi selama 5 detik
9. Di amati
16

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2. Hasil Penetapan Kelas Tekstur Tanah


Nilai % Kelas
P D L
Sampel Tekstur
KLU 43 40 17 SL
Loteng 40 60 0 Si

Berdasarkan hasil pengamatan pada sampel tanah KLU didapatkan kelas


teksturnya ialah lempung berpasir. Rasa dan sifat tanah KLU ini ialah agak kasar,
membentuk bola, agak kukuh, tetapi mudah hancur serta melekat. Sedangkan
pada sampel tanah Loteng didapatkan kelas tekstur debu yang rasa dan sifatnya
licin sekali, membentuk bola kukuh, punya tendensi membentuk pita yang
bergumpal dan melekat.
Pada tanah KLU lebih dominan pasirnya sehingga tanah KLU dengan kelas
tekstur tanah Sand Loam (SL) cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman
akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam
tanah. Drainase dan aerasi pada kelas tekstur tanah KLU ini cukup baik, namun
tekstur tanah ini cendrung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Akibatnya tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, sehingga
pertumbuhan tanaman akan mudah terganggu. Berbeda dengan kelas tekstur tanah
Loteng yaitu Silt (Si) yang lebih domminan debu, kelas tekstur tanah Loteng ini
memudahkan akar untuk berpenetrasi dan semakin mudah air dan udara untiuk
bersirkulasi serta air tidak mudah hilang. Tekstur tanah ini mudah lapuk sehingga
lebih subur daripada tanah KLU.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah iklim,topografi,
organisme hidup, waktu, dan bahan induk. Iklim sangat memepengaruhi tekstur
seperti curah hujan yang menjadi pelarut dan pengangkut mineral tanah.
Perbedaan topografi akan mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk.
Organismhidup menyediakan bahan organik bagi tanah. Semakin tua tanah maka
17

mineral yang banyak mengandung unsur hara akan habis karena mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Pengaruh tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsung. Tekstur tanah dengan ciri kadar pasir 70%, aerasi dan drainase baik.
Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya.
Hal tersebut terjadi karena pasir memiliki diameter antara 2 - 0,02 mm sehingga
pori-pori pasir cukup besar. Hal ini yang membuat pasir tidak dapat mengikat air
atau unsur hara dengan baik, tentunya sangat berpngaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Jika tanaman kekurangan air dan unsur hara maka tanaman akan layu
bahkan mati. Sedangkan pada tanah liat yang diameternya kurang dari 0,002 mm
dan merupakan yang tergolong koloid. Koloid menahan air dan unsur hara yang
kemudian digunakan oleh tanaman untuk proses metabolism, tanah liat memiliki
pori-pori yang sangat kecil sehingga tanahliat terlalu banyak memegang air
akibatnya udara didalam tanah tidak kebagian pori-pori sehingga menyebabkan
tanaman mengalami defiiensi air. Jika ini terjadi tanaman akan layu. Hal ini
terjadi karena proses transpirasi terhambat. Tanah remah yaitu tanah yang relatif
seimbang antara bahan padat dengan pori-pori pada tanahnya. Kondisi tanah yang
seimbang ini berpengaruh pada kecukupan tanaman pada air, udara, bagi
pertumbuhan dan kondisi tanah yang padat cukup baik untuk akar dalam hal
mengikat tanah sehingga tanaman berdiri dengan kokoh (tidak mudah roboh).
18

Gambar 1. Segitiga Tekstur

Berdasarkan pada tabel tekstur tanah didapatkan pada sampel tanah


KLUkelas teksturnya adalah SL yang berarti lempung berpasir. Tanah ini
didominasi oleh pasir, tetapi cukup mengandung tanah liat dan sedimen untuk
menyediakan beberapa struktur dan kesuburan. Ada empat jenis tanah lempung
berpasir yang diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel pasir dalam tanah.
Tanah lempung berpasir dipecah menjadi empat kategori, termasuk kasar
lempung, berpasir, lempung berpasir halus, lempung berpasir dan lempung
berpasir sangat halus.
Sedangkan pada tanah Loteng kelas teksturnya adalah Si yang berarti debu.
Tanah ini biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk, dan
pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara. Tanah kelas tekstur
debu lebih subur dari pasir dan tekstur tanah debu lebih beperan secara fisik.
19

BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan pada praktikuum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Kelas tekstur tanah KLU adalah San Loam (SL), sedangkan tannah loteng
memiliki kelas tekstur Silt (Si)
2. Faktor yang mempengaruhi tekstur tanah adalah iklim, topografi, organism
hidup,waktu, dan bahan induk.
3. Sifat pada kelas tekstur tanah Sand Loam (SL) adalah agak kasar,
membentuk bola, agak tukuh, tetapi mudah hancur serta melekat.
Sedangkan sifat kelas tekstur tanah Silt (Si) adalah licin sekali, mebentuk
bola kukuh,punya tendensi membentuk pita yang bergumpal dan melekat.
20

. DAFTAR PUSTAKA

Aty, Yuli Andi. 2014. Laporan Tekstur Tanah.http://andiyuliaty.blogspot.com.


[Diakses pada 10/04/2018].
Hanafah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa.
Jakarta.
Kartosapoetra. 2009. Teknologi Konversi Tanah Air. Renita Cipta.
Jakarta.Yustiani, Sarah. 2015. Penentuan Tekstur Tanah.
http://sarahyustiani.blogspot.com. [Diakses pada 10/04/2018].
21

LAMPIRAN

1. Analisis Data Tekstur Tanah


a. Analisis data tanah KLU
6,5
% Pasir = ×100 %
15
= 43 %

6
% Debu = ×100 %
15
= 40 %

% Liat = 100 – (43 + 40) %


= 100 – 83%
= 17%

b. Analisis data tanah loteng


6
% Pasir = ×100 %
15
= 40%

9
% Debu = ×100 %
15
= 60 %

% Liat = 100 – (40 + 60)


=0%
22

ACARA III. STRUKTUR TANAH


23

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah adalah material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-
bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai zat cair juga
gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-parrtikel padat tersebut.
Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati
secara langsung. Struktur tanah tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan fisika,
misalnya aerasi (pengudaraan), ekonomi panas dan air, tetapi juga terhadap
ketersediaan zat-zat hara bagi tanaman. Struktur tanah bentuknya bermacam-
macam yaitu granular, gumpal (blocky), prisma, tiang, lempeng dan remah.
Granular yaitu struktur tanah yang berbentuk granular, bulat, dan porous. Struktur
ini terdapat pada horizon A. gumpal yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal
bersudut, bentuknys menyerupai kubus dengan sudut-sudut membulat. Struktur ini
terdapat pada horizon B. Prisma dan tiang adalah struktur tanah dengan sumbu
vertikal lebih besar dari pada sumbu horizontal, terdapat pada horizon B.
Lempeng yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil dari sumbu
horizontal. Remah yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan sangat porous.
Struktur tanah sangat penting diketahui karena hal ini mempengaruhi beberapa hal
penting lain dalam pengolahan tanah. Hal-hal tersebut diantaranya adalah
pergerakan air, ukuran, kemantapan agregat, konsistensi, erosi, dan porositas.
Semua itu merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam
pengolahan tanah dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu perlu dilakukan
praktikum ini untuk menentukan struktur tanah.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Menentukan kerapatan butir tanah (BJ)
2. Menentukan kerapatan massa tanah (BV)
3. Menghitung porositas tanah (n)
24

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Struktur tanah merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel-partikel


primer tanah (pasir,debu, dan liat) hingga partikel-partikel sekunder (gabungan
partikel-partikel primer yang disebut ped atau gumpalan yang membentuk agregat
atau bongkah). Tanah yang partikel-partikelnya belum bergabung, terutama yang
bertekstur pasir, disebut tanpa struktur atau berstruktur lepas, sedangkan tanah
bertekstur liat, yang terlihat massif (padu tanpa ruang pori, yang lembek jika
basah dan keras jka kering) atau apabila dilumat dengan air membentuk pasta
disebut juga tanpa struktur. Struktur dapat mulai berkembang dari butiran tunggal
atau dari bentuk massif. Apabila berasal dari butir-butir tunggal maka
perkembangannya dimulai dari pengikatan partikel-partikel tanah membentuk
cluster (gerombol) yang kemudian menjadi ped (Hanafiah, 2007).
Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah
seperti pasir, debu, dan liat. Struktur tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman secara tidak langsung, yaitu berupa perbaikan, peredaran air, udara,
panas, aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman,
perombakan bahan organik dna mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih
dalam (Arifin, 2016).
Struktur tanah berhubungan dengan cara dimana partikel pasir, debu, dan liat
relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah dengan struktur yang baik, partikel
pasir dan debu dipegang bersama pada agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat
humus dan kalsium. Ruang kosong yang besar antara agregat (makropori)
membentuk sirkulasi air dan udara juga akar tanaman untuk tumbuh kebawah
pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan ruang kosong yang kecil (mikropori)
memegang air untuk kebutuhan tanaman. Idealnya bahwa struktur disebut
granular (Norhayati, 2015).
Struktur tanah yang baik adalah yang kandungan udara dan airnya dalam jumllah
cukup dan seimbangang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur tanah
yang ruang pori-porinya besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori
maksro dan mikro serta tahan terhadap pukulan tetes air hujan. Dikatakan pula
25

bahwa struktur tanah yang baik apabila perbandingannya sama antara padatan, air,
dan udara (Suhardi, 2001).
Pengaruh struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang remah umumnya lebih
banyak dibandingkan dengan akar tanaman pakan ternak yang tumbuh pada tanah
berstruktur ringan/remah lebih cepat persatuan waktu dibandingkan akar tanaman
tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori
tanahyang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki
kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori
dibandingkan pada tanah yang padat (Sutanto, 2005).
26

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah tentang Struktur Tanah ini
dilaksanakan pada hari Senin, 16 April 2018. Pukul 15:00-15:30 WITA bertempat
di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini ialah piknometer,
thermometer, botol semprot air, timbangan analitik, cawan pemanas lilin, dan
cawan kosong. Bahan-bahan yang digunakan adalah aquades, lilin, benang, tanah
kering udara (Loteng dan KLU) dan bongkah tanah (Loteng dan KLU).

3.3. Prosedur Kerja


Adapun langkah-langkah atau prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:
3.3.1. Menentukan kerapatan butir tanah (BJ)
1. Ditimbang piknometer kosong (a gram)
2. Dimasukkan aquades kedalam piknometer sampai batas yang ditentukan.
Kemudian ditimbang kembali (b gram)
3. Diukur suhu pada piknometer tersebut dengan menggunakan termometer.
Lihat daftar yang tersedia berapa BJ air pada temperatur tersebut.
4. Dikosongkan kembali piknometer, bersihkan dengan aquades kemudian
keringkan
5. Ditimbang 5 gram tanah loteng. Dijumlahkan berat piknometer kosong
dengan berat tanah untuk mendapatkan nilai (c gram)
6. Dimasukkan tanah tersebut kedalam piknometer. Tambahkan aquades
sampai penuh, diamkan 5 menit
7. Diukur suhu menggunakan termometer. Lihat daftar yang tersedia berapa
BJ pada temperatur tersebut.
27

3.3.2. Menentukan kerapatan massa tanah (BV)


1. Diambil sebagian contoh tanah sedemikian rupa hingga dapat masuk
kedalam tabung ukur dengan longgar dan ditimbang (a gram)
2. Dipanaskan lilin pada cawan pemanas dan tanah tersebut ditunggu sampai
membeku
3. Setelah selaput lilin cukup keras, bongkahan tanah ditimbang (b gram)
4. Diisi tabung dengan air sampai volume tersebut dengan tetap (p ml).
bongkahan tanah loteng berlilin ditenggelamkan kedalam air yang
menyebabkan air naik. Gunakan pipet ukur air (berat) ditambahkan air
sampai permukaannya tepat garis tanda volume tertentu. Di catat air yang
ditambahkan
5. Diambil bongkahan tanah yang sejenis dan tetapkan kadar lengasnya pada
acara kadar lengas tanah untuk mendapatkan berat tanah kering mutlak
28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Berat Jenis Tanah (BJ)


Tabel 3. Hasil Pengamatan dan Perhitungan BJ
G F KL BJ
Sampel (%) (g/cm3)
a B c D BJ1 BJ2
KLU 34,2 78,24 39,2 80, 24 0,995 0,995 2,90 1,609
Loteng 28,7 78 33,1 80,54 0,995 0,995 6,79 2,203

Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan Berat Jenis Tanah (BJ)


contoh tanah yang diambil dari dua sampel yaitu tanah KLU dan Loteng.
Didapatkann hasil yang berbeda antara BJ KLU dengan BJ Loteng. Tanah Loteng
memiliki nilai BJ yang lebih besar dari tanah KLU yaitu nilai BJ tanah Loteng
sebesar 2,203 g/cm3 sedangkan nilai BJ tanah KLU sebesar 1,609 g/cm3.
Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tekstur tanah dan bahan
organik tanah. Partikel-partikel tanah yang ukuran partikelnya kasar memiliki
nilai berat jenis yang tinggi misalnya pasir, ukuran partikel pasir lebih besar
daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis tanah pasir lebih tinggi dari pada
liat. Jika dilihat dari tabel hasil pengamatan dan perhitungan artinya tanah KLU
termasuk liat dan tanah Loteng termasuk Pasir. Bahan organik tanah memiliki
berat jenis tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik tanah menyebabkan
semakin rendahnya berat jenis tanah.
Tanah yang nilai BJ-nya tinggi cocok ditanami tanaman umbi yang
berbuah dianah karena mudah untuk penetrasi akar sehingga pertumbuhannya bisa
panjang dan optimal. Selain itu pohon kelapa juga cocok ditanam pada tanah yang
BJ tanahnya tinggi. Sedangkan untuk tanah yang memiliki nilai BJ tanah yang
rendah cocok ditanami tanaman pisang dan melinjo.

4.2. Berat Volume Tanah (BV)


29

Tabel 4. Hasil pengamatan dan perhitungan BV


Nilai KL BV
Sampel (%) (ml)
A B p Q r
KLU 34,2 11,8 700 710 0 3,76 0,922
Loteng 17,86 20,76 700 720 0,8 5,28 1,069

Bedasarkan hasil pengamatan dan perhitungan Berat Volume Tanah (BV)


contoh tanah yang diambil dari dua sampel yaitu tanah KLU dan Loteng.
Didapatkan hasil yang perbandingannya tidak terlalu besar antara tanah KLU dan
Loteng. Tanah Loteng memiliki nilai BV yang lebih besar dari tanah KLU sebesar
1,069 ml sedangkan nilai BV tanah KLU adalah 0,922 ml.
Perbedaan nilai BV tersebut disebabkan karena beberapa faktor yaitu
struktur tanah, pengolahan tanah, bahan organik, dan, agregasi tanah. Tanah yang
mempunyai struktur mantap (lempeng) mempunyai BV yang lebih tinggi daripada
tanah yang berstruktur remah. Jika suatu tanah sering diolah, tanah tersebut akan
memiliki BV yang tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam
pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan tanah yang baik pula. Tanah yang
banyak ditemukan bahan organik memiliki BV yang lebih banyak dibandingkan
dengan tanah yang kurang bahan organiknya. Bahan organik berbanding lurus
dengan bobot isi. Agregasi merupakan proses pembentukan agregat-agregat tanah
dengan terbentuknya agregat itu, tanah menjadi berbpori-pori sehingga tanah
menjadi gembur, dapat menyimpan dan mengalirkan air ataupun udara. Agregat
tanah memiliki ukuran yang lebih besar dari pada partikel-partikel
tanah.Tanaman yang cocok ditanam pada tanah dengan nilai BV tinggi yaitu
tanaman yang membutuhkan air seperti tanaman padi. Sedangkan untuk tanah
yang nilai BV rendah cocok ditanami tanaman kacang-kacangan.

4.3. Porositas Total Tanah (n)


30

Tabel 5. Hasil Perhitungan Porositas Tanah


Sampel BJ (g/cm3) BV (ml) n (%)
KLU 1,609 0,922 43
Loteng 2,203 1,069 52

Berdasarkan hasil perhitungan BJ dan BV dari masing-masing sampel


tanah (tanah KLU dan Loteng) didapatkan nilai porositas tanah (n) yang berbeda.
Nilai porositas tanah KLU lebih rendah dari tanah loteng. Nilai porositas tanah
KLU sebanyak 43% sedangkan porositas tanah Loteng sebanyak 52%. Dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa suatu sampel tanah yang memiliki nilai BJ dan
BV rendah akan memiliki nilai porositas rendah dibandingkan dengan tanah yang
memiliki nilai BJ dan BV tinggi akan memiliki nilai porositas tinggi. Ini
disebabkan karena kesalahan dari praktikan saat melakukan pengamatan dan
perhitungan. Yang seharusnya nilai porositas pada tanah KLU lebih tinggi dari
pada tanah Loteng.
Fakktor yang mempengaruhi porositas ialah iklim, suhu, kelembaban dan
struktur tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat mengembang dan mengerut sangat
mempengaruhi porositas tanah. Diwilayah hujan tropis yang tingkat curah hujan
pada tanah tinggi sehingga tanah tersebut akan basah menyebabkan tanah
mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut akan banyak terisi
oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah tersebut yang nantinya akan
berpengaruh pada porositas tanah. Sebaliknya pada musim kemarau kalau kering
tanah akan mengerut dan pori-pori tanah akan semakin besar tetapi kebanyakan
akan diisi oleh udara,sehingga nantinya akan berpengaruh pada porositas tanah.
Selain itu struktur tanah juga akan berpengaruh, karena sangat tergantung pada
kadar liat, pasir, dan debu yang dikandung tanah tersebut akan berubah.
Tinggi rendahnya porositas suatu tanah sangat berguna dalam menentukan
tanaman yang cocok untuk ditanam pada suatu tanah tertentu. Bila suatu tanah
dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam
tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak tanaman.
Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang) sementara tanaman
yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru akan menjadikan kondisi
31

lingkungan mikro disekitar tanaman menjadi lembab akibatnya akan


mempengaruhi penyakit tanaman dan membuat akar menjadi busuk. Oleh karena
itu tanaman yang cocok ditanam pada porositas tinggi adalah padi,sayur
kangkung, dan bunga teratai. Sedangkan untuk tanah yang porositasnya rendah,
cocok ditanami tanaman umbi-umbian, jagung, dan tanaman kacang panjang.

BAB V. KESIMPULAN
32

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Nilai BJ tanah KLU adalah 1,609 g/cm 3 dan nilai BJ tanah Loteng adalah
2,203 g/cm3. Sedangkan nilai BV tanah KLU adalah 0,922 ml dan nilai
BV pada tanah Loteng adalah 1,069 ml.
2. Nilai porositas tanah KLU sebesar 43% dan tanah loteng memiliki nilai
porositas sebesar 52%
3. Faktor yang mempengaruhi BJ tanah adalah tekstur dan bahan organik
tanah. Faktor yang mempengaruhi BV tanah ialah struktur tanah,
pengolahan tanah, bahan organik, dan agregasi tanah. Faktor yang
mempengaruhi porositas tanah ialah iklim, suhu, kelembaban, struktur
tanah, sifat mengembang dan mengkerut tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Riva. 2016. Pengaruh Sifat Fisika Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
33

http://rivaarifin.blogspot.com/pengaruh-sifat-fisika.tanah
[Diakses pada 15/04/2018].
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Norhayati. 2015. Makalah Struktur Tanah.http://norhayati099.wordpress.com.
[Diakses pada 15/04/2018].
Suhardi. 2001. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.

LAMPIRAN

1. Analisis Data Kerapatan Butir Tanah (BJ)


34

a. Tanah KLU
Dik: a = 34,2 gr
b = 78,24 gr
c = 39,2 gr
d = 80,24 gr
BJ1 = BJ2 = 0,995
KL = 2,90 %
Dit: BJ =….?
Jawab:
100
Berat Tanah Kering Mutlak = (c-a) ×
100+ KL
100
= (39,2 – 34,2)×
100+2,90
100
= 5×
102,9
= 4,86 gram
b−a d −c
Volume Total Butir Tanah = ×
BJ 1 BJ 2
78,24−34,2 80,24−39,2
= −
0,995 0,995
44,04−41,04
=
0,996
= 3,02 cm3

berat tanah kering mutlak


BJ =
volume total butir tanah
4,86
=
3,02
= 1,609 g/cm3
a. Tanah Loteng
Dik: a = 28,7 gram
b = 78 gram
c = 33,1 gram
35

d = 80,54 gram
BJ1 = BJ2 = 0,995
KL = 6,79 %
Dit: BJ = …?
Jawab:
100
Berat Tanah Kering Mutlak = (c-a) ×
100+ KL
100
= (33,1- 28,7) ×
100+6,79
100
= 4,4 ×
106,79
= 4,12 gram
b−a d −c
Volume Total Butir Tanah = ×
BJ 1 BJ 2
78−28 , 7 80,54−33,1
= ×
0,995 0,995
49,3 – 47,44
=
0,995
= 1,87 cm3
berat tanah kering mutlak
BJ =
volume total butir tanah
4,12
=
1,87
= 2,203 g/cm3

2. Analisis Data Kerapatan Massa Tanah (BV)


a. Tanah KLU
Dik: a = 34,2 gram
b = 11,8 gram
p = 700
q = 710
r=0
KL = 3,76 %
Dit: a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ….?
36

b) Volume Bongkah Tanah =….?


c) Kerapatan Massa Tanah (BV) = …..?
jawab:
100
a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ×a
100+ KL
100
= × 34,2
100+3,76
3,420
=
103,76
= 0,003 gram

b−a
b) Volume Bongkah Tanah = (q – r – p) –
0,87
(11,8−34,2)
= (710 – 0 – 720) –
0,87
(−22,4)
= 10 –
0,87
= 10 – (-25,75)
= 10 + 25,75
= 35,75 ml
87 a
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) =
( 100+ KL) (0,87 ( q− p−r )− ( b−a ))
87( 34,2)
=
( 100+3,76 ) (0,87 ( 710−0−700 )−( 11,8−34,2 ))
2975,4
=
103,76(0,87 ( 10 )− (−22,4 ) )
2975,4
=
103,76(8,7+22,4 )
2975,4
=
3226,9
= 0,922 g/cm3
b. Tanah Loteng
Dik: a = 17,86 gram
b = 20,76 gram
37

p = 700
q = 720
r = 0,8
KL = 5,28 %
Dit: a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ….?
b) Volume Bongkah Tanah =….?
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) = …..?
jawab:
100
a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ×a
100+ KL
100
= ×17,86
100+5,28
1,786
=
105,28
= 0,017 gram

b−a
b) Volume Bongkah Tanah = (q – r – p) –
0,87
(20,76−17,86)
= (720 – 0,8 – 700) –
0,87
(2,9)
= 19,2 –
0,87
= 19,2– 3,33
= 15,87 m
87 a
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) =
( 100+ KL) (0,87 ( q− p−r )− ( b−a ))
87 (17,86)
=
( 100+5,28 ) (0,87 ( 720−0,8−700 ) −( 20,76−17,86 ))
1553,82
=
105,28(0,87 ( 19,2 )−( 2,9 ) )
1553,82
=
105,28(13,804)
1553,28
=
1453,28
38

= 1,069 g/cm3

3. Analisis Data Porositas Total Tanah (n)


a. Tanah KLU
Dik: BV = 0,922 g/cm3
BJ = 1,609 g/cm3
Dit: n = ….?
Jawab:
BV
n =(1- ) ×100 %
BJ
0,922
= ( 1- ¿ ¿ ×100 %
1,609¿
= (1- 0,57) ×100 %
= 43%
b. Tanah Loteng
Dik: BV = 1,069 g/cm3
BJ = 2,203 g/cm3
Dit: n = ….?
Jawab:
BV
n =(1- ) ×100 %
BJ
1,069
= ( 1- ¿ ×100 %
2,203
= (1- 0,48) ×100 %
= 52%
39

ACARA IV KEMASAMAN TANAH


40

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemasaman tanaha (pH) adalah derajat kemasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat kemasaman atau kebiasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hydrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktifitas ion hidrogrn tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Intensitas keasaman dari suatu
sistem dinyatakan dengan pH dan kapasitas keasaman dinyatakan dengan takaran
H+ terdesosiasi ditambah H- tidak terdesosiasi dalam sistem. Sistem tanah yang
benyak ion H+ akan bersuasana asam. Pada pH 5-5,7 bakteri dan jamur pengurai
bahan organik dapat berkembangbiak.
Skala pH mencakup dari 0 sampai 14. Untuk nilai pH 7 dikatakan netral,
nilai dibawah 7 dikatakan asam dan basa bila nilai pH diatas 7. Ditinjau dari
kondisi tanah pH tertentu cenderung dikaitkan dan dihubungkan, tanah dengan pH
8 dan diatasnya biasanya didominasi oleh hidrolisa karbonat dan dikembangkan
dari bahan induk yang dikapur. Reaksi pH tanah bukan sifat dari morfologi tanah,
melainkan sifat dari kimia tanah, pengukuran pH tanah yang dilakukan
memberikan keterangan tentang kebutuhan kapur, respon tanah dan proses kimia
yang berlangsung dalam proses pembentukan tanah.
Kemasaman tanah digunakan untuk mengetahui adanya unsur beracun
dalam tanah dan untuk menentukan tinggi rendahnya unsur hara yang terserap
oleh tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk menentukan
pH tanah.

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan pH tanah secara aktual.
41

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Kemasaman tanah merupakan suatu masalah utama yang sering ditemui


pada tanah-tanah di wilayah beriklim tropika basah. Sebagian besar dari tanah
yang menempati wilayah tropika basah bereaksi masam. Tanah dengan nilai pH
rendah digolongkan pada tanah masam, reaksi tanah yang masam itu terutama
disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan basa-basa mudah
tercuci dan hasil dekomposisi mineral aluminium silikat akan membebaskan ion
aluminium (Al3+). Ion tersebut dapat pula dijerap kuat oleh koloid tanah dan bila
dihidrolisis akan menyumbangkan ion H+, akibatnya tanah menjadi masam
(Munawar, 2000).
Kemasaman tanah menunjukkan adanya hubungan pH dengan ketersediaan
unsur hara dan juga hubungan antara pH dengan sifat-sifat tanah. Skala pH
mencakup dari 0 sampai dengan 14, untuk nilai pH 7 dikatakan netral, nilai
dibawah 7 dikatakan masam dan basa bila nilai diatas 7. Ditinjau dari kondisi
tanah pH tertentu cenderung dikaitkan dan dihubungkan, tanah dengan pH 8 dan
diatasnya biasanya didominasi oleh hidrolisa karbonat dan mereka dikembangkan
dari bahan induk yang dikapur (Adawiyah, 2015).
Kemasaman berpengaruh pada ketersediaan atau tidak ketersediaannya
unsur hara tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah yaitu suatu ukuran
aktifitas ion hydrogen didalam larutan air tanah dan dapat dipakai sebagai ukuran
bagi kemasaman tanah. Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam
kation yang komplit antara lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation
yang terserap. Semakin kecil kejenuhan basa maka, maka semakin masam tanah
tersebut dan pH-nya semakin rendah. Sifat misel yang berbeda dalam
mendisosiasikan ion H beda walaupun kejenuhan basanya sama dengan koloid
yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai Ph yang lebih tinggi pula pada
kejenuhan basa yang sama (Kartasapoetra, 2009).
Komponen kimia tanah sangat berperan dalam menentukan sifat dan ciri
tanah pada umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Uraian kimia tanah
banyak menjelaskan tentang reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-
42

masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah dapat
memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-
basa yang terdapat dalam tanah. Tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan
cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa. Pada tanah masam
aktifitas (kelarutan) Al tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-
tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu kurang tersedia untuk
tanaman karena mengendap (Sarma, 2016).
Faktor yang mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri anatara
lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika
bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit yang secara
alami merupakan komponen renik dari air hujan. Faktor lain yaitu kejenuhan basa,
sifat misel, dan macam kation yang terserap. Di daerah basah pencucian dengan
mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat.
Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara
alami didalam tanah didaerah yang tanahnya kering atau sebagai akibat
penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).
43

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 9 April 2018
yang dimulai pada pukul 15:00 WITA sampai selesai di Laboratorium Fisika dan
Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat tulis, botol kocok,
dan timbangan. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah contoh
tanah KLU , tanah Loteng, pH stick, dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
1. Ditimbang contoh tanah 10 gr, dimasukkan kedalam botol kocok
2. Ditambahkan aquades (H2O) 20 ml
3. Dihomogenkan/dikocok selama 5 menit sampai tanah betul-betul larut
4. Diendapkan dan diukur pH tanah dengan pH stick
5. Dicatat hasilnya
44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 6. Hasil Penetapan Kemasaman Tanah Aktual


Sampel Nilai pH Kemasaman
KLU 5 Sangat Masam
Loteng 6 Sedikit Masam

Faktor yang mempengaruhi kemasaman tanah adalah bahan organik tanah,


bahan induk tanah, pengendapan,vegetasi alami, pertumbuhan tanaman,
kedalaman tanah, dan pupuk nitrogen. Bahan organik secara terus menerus
terdekomposisi oleh mikroorganisme kedalam bentuk asam-asam organik,
karbondioksida (CO2) dan air senyawa pembentuk asam karbonat selanjutnya
asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg karbonat dalam tanah untuk
membentuk bikarbonat yang lebih larut yang bisa tercuci keluar. Sehingga
akhirnya meninggalkan tanah lebih masam. Jika air berasal dari air hujan
melewati tanah, kation-kation basa seperti Ca dan Mg akan tercuci. Kation basa
yang hilang tersebut kedudukannya ditapak jerapan tanah akan diganti oleh
kation-kation masam seperti Al, H, dan Mn. Sehingga tanah yang terbentuk pada
lahan dengan curah hujan tinggi biasanya lebih masam dibandingkan tanah-tanah
pada lahan kering. Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk, bahan organik, sisa
hewan, fiksasi N oleh leguminose dapat menyebabkan tanah lebih masam. Selain
itu faktor lain yang mempengaruhi kemasaman tanah (pH) adalah tekstur tanah.
Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah yang dapat melakukan kapasitas takar
kation yang tinggi. Tanah yang banyak menandung kation dapat berdisosiasi
menimbulkan reaksi masam.
Kemasaman tanah (pH) sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah
karena dengan mengetahui tingkat kemasaman tanah dapat diketahui mudah
tidaknya unsur hara dalam tanah yang diserap oleh tanaman. Hal itu disebabkan
karena unsur hara akan lebih mudah diserap bila tingkat kemasaman pada tanah
tersebut memiliki nilai yang netral. Sedangkan untuk tanah yang memiliki nilai
pH rendah atau masam akan lebih berpotensi memiliki ion-ion aluminium yang
45

memfiksasi atau mengikat salah satu unsur penting yang mempengaruhi


pertumbuhan tanaman yaitu unsur fosfor. Bila nilai pH rendah dapat juga
mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara nitrogen yang akan berdampak
pada tumbuhan tanaman.Nilai pH yang berlebihan atau basa memiliki dampak
buruk bagi kelangsungan pertumbuhan tanaman. Salah satu dampak buruk akibat
tanah yang basa ialah unsur hara mikro menjadi terbatas atau bahkan kurang bagi
tanaman dan akhirnya fosfor (P) akan diendapkan oleh kalsium (Ca). Hal itu juga
akan berdampak pada aktifitas bakteri yang menjadi rendah, proses nitrifikasi
menurun dan kekurangan unsur hara mikro lainnya. Tanah yang paling baik atau
memiliki kesuburan tinggi yaitu tanah yang memiliki nilai pH 7 atau setidaknya
berkisar antara 6,0 sampai 6,5 dan dengan tanah yang memiliki kesuburan tinggi
akan meningkatkan kualitas tanaman itu sendiri.
Pada umumnya unsur hara makro akan lebih tersedia pada pH agak
masam sampai netral, sedangkan unsur hara mikro kebalikannya yakni lebih
tersedia pada pH yang lebih rendah. Tersedianya unsur hara makro, seperti
nitrogen, fosfor, kalium, dan magnesium pada pH 6,5. Unsur hara fosfor pada pH
lebih besar dari 8,0 tidak tersedia karena diikat oleh ion Ca. Sebaliknya jika pH
turun menjadi lebih kecil dari 5,0 maka fosfat kembali menjadi tidak tersedia. Hal
ini terjadi karena dalam kondisi pH masam, unsur-unsur seperti Al, Fe, dan Mn
menjadi sangat larut. Untuk memperolehketersediaan hara yang optimum bagi
pertumbuhan tanaman dan kegiatan biologis didalam tanah, maka pH tanah harus
dipertahankan pada pH sekitar 6,0-7,0.

BAB V. KESIMPULAN
46

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Nilai pH tanah KLU lebih rendah dari tanah Loteng yaitu tanah KLU pH-
nya 5 (sangat masam) dan tanah Loteng pH-nya 6 (sedikit masam).
2. Faktor yang mempengaruhi pH tanah ialah bahan organik tanah, bahan
induk tanah, pengendapan, vegetasi alami, pertumbuhan tanaman,
kedalaman tanah, tekstur tanah, dan pupuk nitrogen.

DAFTAR PUSTAKA
47

Adwiyah. 2015. Laporan Praktikum Ilmu Tanah Kemasaman Tanah.


http://genjaku15.blogspot.com/laporan-praktikum-ilmu-tanah.
[Diakses pada 10/04/2018].
Hardjowigeno, Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Kartosapoetra. 2009. Teknologi Konversi Tanah Air. Renita Cipta. Jakarta.
Munawir, Ali. 2000. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Sarma, Yohanis. 2015. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
http://yohanissarmaidiot.blogspot.com/laporan-praktikum-warna-tanah.
[Diaksespada 10/04/2018].
48

ACARA V. KONSISTENSI TANAH


49

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsistensi tanah ialah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik-menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik-menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Keadaan terendah dimana tanah masih bersifat plastis (lekat) disebut batas plastis
(plastis limit) dan batas tertinggi dimana tanah masih bersifat plastis disebut batas
cair (liquid limit).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kadar air
tanah, bahan-bahan penyemen agregat tanah, tingkat agregasi dan faktor lain yang
mempengaruhi konsistensi tanah yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah yang kasar
daya plastisnya akan rendah karena tanah yang kasar sedikit mengandung liat
sehingga menyebabkan daya plastisnya rendah, begitu pula sebaliknya. Selain
tekstur tanah kandungan bahan organik juga mempengaruhi daya serap tanah akan
air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk
menyimpan air menjadi rendah begitu juga sebaliknya. Sehingga hal ini juga
berpengaruh pada konsistensi tanah.
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman
yang diusahakan petani. Dengan mengetahui konsistensi tanah dalam bidang
pertanian dapat mempermudah pengolahan tanah yang mempunyai konsistensi
berbeda-beda. Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk menentukan
konsistensi tanah.
50

1.2. Tujuan Praktikum


1. Untuk menetapkan batas cair tanah (BC)
2. Untuk menetapkan batas lekat tanah (BL)
3. Untuk menetapkan batas gulung tanah (BG)
4. Untuk menetapkan batas berubah warna (BBW)
5. Untuk menghitung jangka olah tanah (JO)
6. Untuk menghitung persediaan air maksimum dalam tanah (PAM)
51

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap tekanan gaya-gaya


dari luar, yang merupakan indikator derajat manifestasi kekuatan dan corak gaya-
gaya fisik (kohesi dan adhesi) yang bekerja pada tanah selaras dengan tingkat
kejenuhan airnya. Penurunan kadar air akan menyebabkan tanah kehilangan sifat
kelekatan dan kelenturan, menjadi gembur dan lunak serta menjadi keras dan kaku
pada saat kering (Hanafiah, 2007).
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan
dalam tiga kondisi yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara. Tanah
pada kondisi kadar air tanah kering udara atau konsistensi tanah untuk mengetahui
tanah tersebut layak apa tidak untuk dikelola sebagai lahan pertanian
(Hardjowigeno, 2002).
Terdapat beberapa batas konsistense diantaranya batas cair (BC) yang
merupakan kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat mengalir tanpa tekanan
dibawah standar getaran, batas lekat (BL) yaitu kandungan lengas tanah pada saat
tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai melekat pada logam.
Batas gulung (BG) ialah kandungan lengas pada saat tanah kelihatan mulai terasa
dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki dan batas berubah
warna (BBW) yaitu kandungan lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena
masih ada air kapiler (Sutanto, 2005).
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-
partikel tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsitensi yang baik umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolahan tanah. Oleh karena itu tanah
dapat diteumukan dalam keadaan basah, lembab, dan kering. Maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebutt. Konsistensi
tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif, secara kualitatif dilakukan
dengan cara memijat dan memilitkan atau membuat bulatan/gulungan. Sedangkan
52

secara kualitatif dilakukan dengan cara penentuan angka atterberg (Fathullah,


2015).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah kadar air tanah,
bahan-bahan penyemen agregat tanah, tingkat agregasi dan faktor lain yang
mempengaruhi konsistensi tanah yaitu tekstur tanah. Tekstur tanah yang kasar
daya plastisnya akan rendah karena tanah yang kasar sedikit mengandung liat
sehingga menyebabkan daya plastisnya rendah, begitu pula sebaliknya. Selain
tekstur tanah kandungan bahan organik juga mempengaruhi daya serap tanah akan
air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk
menyimpan air menjadi rendah begitu juga sebaliknya. Sehingga hal ini juga
berpengaruh pada konsistensi tanah (Windra, 2016).
53

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 7 maei 2018 pukul
15:00 WITA sampai selesai di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah casagrande, gelas
beaker, spatula, papan, botol semprot air, penggaris, oven, cawan kosong, dan
timbangan analitik. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
contoh tanah kering udara dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja


3.3.1. Menetapkan Batas Cair Tanah (BC)
1) Disiapkan contoh tanah 100 gr (diameter ukuran jarak 2 mm), dimasukkan
kedalam cawan dan diberikan air secukupnya lalu dihomogenkan.
2) Dipindahkan sebagian pasta tanah pada cawan casagrande dan diratakan
sehingga kedalaman 1 cm
3) Dibelah pasta tanah pada cawan casagrande menjadi dua bagian
menggunakan pengatur (colet). Pembelahan dimulai dari sisi atas cawan
4) Diputar engkol pemutar cawan pada casagrande dengan kecepatan dua
putaran perdetik sampai alur pada cawan menyatu sepanjang 1,27 cm
5) Dicatat jumlah ketukan yang didapat untuk mencapai (butir 4), kemudian
diambil contoh tanah disekitar alur yang telah menyatu untuk ditetapkan
kadar lengasnya secara gravimetric menggunakan oven pada suhu 105° C
selama 4-8 jam
6) Ditetapkan kadar lengas tanah tersebut dilakukan pada jumlah ketukan
antara 15-40 ketukan untuk membentuk alur sepanjang 1,27 cm
7) Diperoleh batas cair dengan menentukan kadar lengas tanah pada 25
ketukan
54

3.3.2. Menetapkan Batas Lekat Tanah (BL)


1) Disiapkan contoh tanah 100 gr (diameter ukuran jarak 2 mm), dimasukkan
kedalam cawan. Dibasahi dan diaduk merata dengan spatula
2) Diberikan air suling dan diaduk terus agar terbentuk pasta yang homogeny
3) Diambil pasta tanah tersebut dan digumpalkan pada tangan kemudian
ditusukkan spatula/pengaduk yang telah disediakan. Penusukan dilakukan
hingga kedalaman 2,5 cm dengan kecepatan 1 cm/detik. Kemudian spatula
ditarik dengan kecepatan 2,5 cm/detik
4) Diperiksa permukaan pengaduk
a. Bila bersih berarti batas lekat belum tercapai (lengas tanah masih
dibawah batas lekat). Diperlukan penambahan air dan dipastakan
b. Bila seluruh tusukan berisi (dilengketi tanah), maka berarti lengas
tanah berada diatas batas lekat, diperlukan penambahan tanah dan
dipastakan
c. Bila 1,3 atau 0,8 dari ujung penusuk dilekati tanah maka berarti
batas lekat tanah tercapai
5) Diambil contoh tanah tersebut untuk ditetapkan kadar lengasnya
menggunakan oven pada suhu 105° C−110 ℃

3.3.3. Menetapkan Batas Gulung Tanah (BG)


1) Disiapkan contoh tanah 100 gr. Dimasukkan kedalam gelas beaker,
ditambahkan air suling sambil diaduk hingga merata. Contoh tanah akan
terbentuk bola tetapi tidak melekat ditangan. Jika bola terlihat retak, maka
diperlukan penambahan air.
2) Diuli bola tanah tersebut diatas bidang permukaan rata (missal: kaca atau
porselen).
Pengulian dilakukan dengan kecepatan 80-90 gerak setengah putaran per
menit. Sampai terbentuk pita-pita tanah berdiameter 0,3 cm. Jika pita-pita
tanah tersebut menunjukkan kerekatan tanah maka batas plastis tercapai.
Jika tidak berarti kelengasannya terlalu tinggi dan pengaturan
kelengasannya dengan ditambahkan tanah, perlu diulangi kembali dan
55

dilanjutkan dengan pengulian lagi hingga tercapai kriteria batas plastis


diatas.
3) Diambil pita-pita tanah yang telah memenuhi kriteria tersebut untuk
ditetapkan kadar lengasnya dengan dioven pada suhu 105℃−110 ℃

3.3.4. Menetapkan Batas Berubah Warna (BBW)


1) Diratakan sampai tipis dan licin pasta tanah pada permukaan papan
menggunakan pengaduk/colet. Ketebalannya dibuat sedemikian rupa
sehingga menipis dibagian tepi, ketebalan bagian tengahnya >3 mm
2) Disimpan ditempat yang bebas dari sinar matahari langsung dan dikering
anginkan. Pada waktu lengas menguap maka warna tanah akan berubah
dari bagian tepi dan perlahan-lahan ke bagian tengah
3) Diambil sebagian dari contoh tanah setelah tercapai perubahan warna
mencapai lebar >0,5. Bagian yang berubah warna diambil bersama-sama
dengan bagian yang ada disampingnya dengan bagian yang lebih gelap
selebar 0,5 cm untuk ditetapkan kadar lengasnya sebagai BBW.
56

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 7. Hasil Pengamatan dan Perhitungan Konsistensi Tanah
Sifat Sampel Gram KL Angka Harkat Angka
Tanah Tanah A B c (%) Atterberg Atterberg
KLU 3,80 14,63 11,65 37,96 35,68 Sedang
BC Loteng 8,73 16,19 13,07 71,89 67,58 Tinggi
KLU 4,05 33,38 33,38 33,38 33,38 Sedang
BL Loteng 4,75 40,42 40,42 40,42 40,42 Sedang
KLU 3,84 21,62 21,62 21,62 21,62 Rendah
BG Loteng 4,01 55,56 55,56 55,56 55,56 Tinggi
KLU 4,51 26,86 26,86 26,86 26,86 Rendah
BBW Loteng 5,13 21,43 21,43 21,43 21,43 Rendah
KLU BC – BG = 14,06 14,06 14,06 Sedang
IP Loteng BC – BG = 12,02 12,02 12,02 Sedang
KLU BL – BG = 11,66 11,66 11,66 Sedang
JO Loteng BL – BG = -15,14 -15,14 -15,14 Sangat Rendah
KLU BC – BBW=8,82 8,82 8,82 Sangat Rendah
PAM Loteng BC – BBW = 46,15 46,15 46,15 Tinggi

Batas cair adalah kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat mengalir
bebas tanpa tekanan, dibawah standar getaran. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai BC pada tanah KLU lebih kecil daripada tanah Loteng, yaitu
pada tanah KLU nilai BC sebesar 35,68 sedangkan pada tanah Loteng nilai BC
sebesar 67,58. Nilai BC pada tanah Loteng lebih besar dari pada tanah KLU
karena tanah Loteng memiliki tekstur tanah liat sehingga lebih banyak air yang
dapat ditahan pada tanah Loteng dibandingkan dengan tanah KLU yang tekstur
tanahnya berpasir menyebabkan daya tahan air rendah pada tanah KLU.
Batas Lekat (BL) adalah kandungan lengas pada saat masih kering yang dibasahi
secara perlahan dan mulai melekat pada logam. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai BL pada tanah KLU ialah 33,28 dan pada tanah Loteng
didapatkan nilai BL sebesar 40,42. Nilai BL pada tanah Loteng ialah sebesar
57

40,42. Nilai BL pada tanah KLU lebih kecil dibandingkan tanah Loteng. Hal ini
dikarenakan tanah KLU berstruktur kasar sehingga kadar lengas pada tanah KLU
lebih rendah dibandingkan tanah Loteng yang struktur tanahnya halus. Tanah
KLU akan lebih sulit melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul
sedangkan tanah Loteng akan lebih mudah melekat karena kadar lengasnya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah KLU.
Batas Gulung (BG) adalah kandungan lengas tanah pada saat kelihatan
mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki. Tanah
mulai berada pada kondisi semi-padat. Berdasarkan hasil pengamatan pada
sampel tanah KLU dan Loteng didapatkan nilai BG pada tanah KLU ialah 21,62
dan pada tanah Loteng sebesar 55,56. Nilai BG pada tanah Loteng lebih besar
dibandingkan pada tanah KLU dikarenakan pada tanah Loteng kadar air tanahnya
lebih tinggi dibandingkan pada tanah KLU sehingga tanah Loteng lebih mudah
diolah dan lebih teguh. Sedangkan pada tanah KLU kadar airnya rendah
menyebabkan tanah KLU sulit diolah.
Batas Berubah Warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah pada saat
pasta mulai kering karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk
kedalam pori yang ditandai oleh perubahan warna secara tegas menjadi bewarna
lebih muda dan tanah memasuki kondisi padat. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh nilai BBW pada tanah KLU sebesar 26,86 dan pada tanah Loteng nilai
BBW-nya ialah 21,43. Nilai BBW pada tanah KLU lebih besar dibandingkan
tanah Loteng. Hal ini dikarenakan tanah KLU memiliki kandungan bahan organik
yang rendah sehingga warna tanah KLU lebih terang dari pada warna tanah
Loteng. Tanah Loteng kandungan bahan organiknya tinggi dan kandungan airnya
rendah dibandingkan tanah KLU menyebabkan tanah Loteng berwarna lebih
gelap.
Indeks Plastisitas (IP) adalah selisi antara BC dan BG yang menunjukkan
perbedaan kadar air pada batas cair dengan batas gulung. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan nilai IP pada tanah KLU sebesar 14,06 dan pada tanah
Loteng niali IP sebesar 12,06. Nilai IP pada tanah KLU lebih besar dibandingkan
pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan pada tanah KLU kandungan litany lebih
58

tinggi dibandingkan pada tanah Loteng sehingga tanah KLU lebih plastis atau
mudah membentuk bola.
Jangka Olah Tanah (JO) adalah perbedaan kandungan air pada batas lekat
dengan batas gulung. Kandungan lengas ini menyebabkan tanah mudah diolah.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai JO pada tanah KLU sebesar 11,66
dan pada tanah Loteng nilai JO sebesar -15,14. Nilai JO pada tanah KLU lebih
besar dibandingkan pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan kandungan lengas
pada tanah KLU lebih tinggi dibandingkan pada tanah Loteng yang kadar
lengasnya rendah. Kadar lengas pada tanah KLU ini menyebabkan tanah KLU
mudah diolah sedangkan tanah Loteng lebih sukar untuk diolah.
Persediaan Air Maksimum (PAM) ialah selisih antara BC dan BBW. Nilai
PAM merupakan jumlah kandungan lengas tersedia bagi tanaman. Berdasarkan
pada hasil perhitungan didapatkan niali PAM pada tanah KLU sebesar 8,82 dan
pada tanah Loteng didapatkan nilai PAM sebesar 46,15. Nilai PAM pada tanah
KLU lebih rendah dibandingkan pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan pada
tanah KLU berstruktur kasar dan lebih dominan pori-pori makro sehingga tanah
KLU memiliki kandungan lengas tanah yang tersedia bagi tanaman lebih rendah
dibandingkan pada tanah Loteng yang lebih dominan pori mikro dan struktur
tanahnya halus sehingga kandungan lengas tanah tinggi.
Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah tekstur tanah, kadar air
tanah, porositas, jenis liat, dan bahan organik. Tekstur tanah yang kasar daya
plastisitasnya rendah. Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan
menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan
batas plastisitasnya serta konsistensinya rendah. Bila porositas tanah tinggi maka
konsistensi tanah rendah. Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat
akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baik dalam keadaan kering,
lembab, maupun basah. Kandungan bahan organik mempengaruhi daya serap
tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan
tanah untuk menyimpan air menjadi rendah. Begitu juga sebaliknya. Manfaat
konsistensi tanah yaitu konsistensi tanah sangatlah penting dalam menentukan
daya guna tanah secara praktis dalam pertanian dan sangat penting untuk
59

dipertimbangkan dalam pengolahan tanah. Tanah yang konsistensinya baik maka


akan mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah seperti tanah
gambut. Tanah jenis ini cocok ditanami tanaman padi, kelapa sawit, nanas, dan
pohon karet.

BAB V. KESIMPULAN
60

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1) Nilai BC pada tanah KLU adalah 35,68 dan nilai BC pada tanah Loteng
adalah 67,58.
2) Nilai BL pada tanah KLU adalah 33,28 dan nilai BL pada tanah Loteng
ialah 40,42.
3) Nilai BG pada tanah KLU ialah 21,62 dan nilai BG pada tanah Loteng
ialahb 55,56.
4) Nilai BBW pada tanah KLU ialah 26,86 dan nilai BBW pada tanah Loteng
ialah 21,43.
5) Nilai IP pada tanah KLU ialah 14,06 dan nilai IP pada tanah Loteng ialah
12,02.
6) Nilai JO pada tanah KLU adalah 11,66 dan nilai JO pada tanah Loteng
adalah -15,14.
7) Nilai PAM pada tanah KLU adalah 8,82 dan nilai PAM pada tanah Loteng
ialah 46,15.

DAFTAR PUSTAKA
61

Fathullah, Anas. 2015. Laporan Penetapan Tekstur Tanah dan Konsistensi Dasar
Ilmu Tanah.http://anasfathullah.blogspot.com.
[Diakses pada 15/04/2018].
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Windra, Kely. 2016. Konsistensi Tanah.http://kelywindra.blogspot.com.
[Diakses pada 15/04/2018].

LAMPIRAN
62

1. Kadar Lengas Batas Cair (BC)


a. Tanah KLU
Dik: a = 3,80 gram
b = 14,63 gram
c = 11,65 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 14,63−11,65 )
= ×100 %
( 11,65−3,80 )
2,98
= ×100 %
7,85
= 37,96 %
b. Tanah Loteng
Dik: a = 8,73 gram
b =16,19 gram
c = 13,07 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 16,19−13,07 )
= × 100 %
(13,07−8,73 )
3,12
= ×100 %
4,34
= 71,89 %
2. Kadar Lengas Batas Lekat (BL)
a. Tanah KLU
Dik: a = 4,05 gram
b = 12,62 gram
c = 10,48 gram
63

Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?


Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 12,62−10,48 )
= ×100 %
( 10,48−4,05 )
2,14
= × 100 %
6,43
= 33,28 %
b. Tanah Loteng
Dik: a = 4,75 gram
b = 10,76 gram
c = 9,03 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 10,76−9,03 )
= ×100 %
(9,03−4,75)
1,73
= × 100 %
4,28
= 40,42 %
3. Kadar Lengas Batas Gulung (BG)
a. Tanah KLU
Dik: a = 3,84 gram
b = 4,74 gram
c = 4,58 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
64

( 4,74−4,58 )
= × 100 %
(4,58−3,84)
0,16
= × 100 %
0,74
= 21,62 %
b. Tanah Loteng
Dik: a = 4,01gram
b = 4,43 gram
c = 4,28 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 4,43−4,28 )
= × 100 %
(4,28−4,01)
0,15
= × 100 %
0,27
= 55,56 %
4. Kadar Lengas Batas Berubah Warna (BBW)
a. Tanah KLU
Dik: a = 4,51 gram
b = 7,06 gram
c = 6,52 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 7,06−6,52 )
= ×100 %
(6,52−4,51)
0,54
= × 100 %
2,01
= 26,86 %
b. Tanah Loteng
65

Dik: a = 5,13gram
b = 8,02 gram
c = 7,51 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 8,02−7,51 )
= × 100 %
(7,51−5,13)
0,51
= ×100 %
2,38
= 21,43 %

5. Kadar Lengas Indeks Plastisitas (IP)


a. Tanah KLU
Dik: BC = 35,68
BG = 21,62
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC – BG
= 35,68 – 21,62
= 14,06 %
b. Tanah KLU
Dik: BC = 67,58
BG = 55,56
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC – BG
= 67,58 – 55,56
= 12,02 %
6. Kadar Lenga Jangka Olah (JO)
a. Tanah KLU
66

Dik: BL = 33,28
BG = 21,62
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BL – BG
= 33,28 – 21,62
= 11,66 %
b. Tanah Loteng
Dik: BL = 40,42
BG = 55,56
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BL – BG
= 40,42 – 55,56
= -15,14 %
7. Kadar Lengas Persediaan Air Maksimum (PAM)
a. Tanah KLU
Dik: BC = 35,68
BBW = 26,86
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC - BBW
= 35,68 – 26,86
= 8,82 %
b. Tanah Loteng
Dik: BC = 67,58
BBW = 21,43
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC - BBW
= 67,58 – 21,43
67

= 46,15 %
8. Nilai Batas Cair (BC)
a. Tanah KLU
Dik: Wn = 37,96
n = 15
Dit: BC =……?
Jawab:
BC = Wn ×(n/25)0,21
= 37,96 ×(15/25)0,21
= 37,96 × 0,94
= 35,68
b. Tanah Loteng
Dik: Wn = 71,89
n = 15
Dit: BC =……?
Jawab:
BC = Wn ×(n/25)0,21
= 71,89 ×(15/25)0,21
= 71,89 × 0,94
= 67,58
68

ACARA VI. WARNA TANAH


69

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Warna tanah merupakan salah satu sifat fisika tanah yang lebih banyak
digunakan untuk pendeskripsian karakter tanah. Karena tidak mempunyai efek
langsung terhadap tanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat
dampaknya terhadap temperatur dan kelembaban tanah.
Warna tanah dapat meliputi putih, merah, cokelat, kelabu, kuning, dan
hitam. Kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah
mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, cokelat, dan bercak
(rust). Kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot disebut karatan
(mottling). Warna tanah merupakan komposit (campuran) dari warna-warna
komponen penyusunnya. Efek komponen-komponen terhadap warna komposit ini
secara langsung proporsional terhadap total permukaan tanah yang setara dengan
luas permukaan spesifik dikali proporsi volumetric masing-masingnya terhadap
tanah.
Dalam pengklasifikasian warna tanah, metode yang telah dikenal luas oleh
banyak Soil Specilist adalah “Sistem Munsell” yang membedakan tanah secara
langsung dengan bantuan kolom-kolom warna standar. Warna ini dibedakan
berdasarkan tiga faktor basal (basic) berupa komponen warna, yaitu hue, value,
dan chroma. Warna tanah dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah.
Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui cara menentukan
warna tanah.
70

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui cara menentukan warna tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Warna merupakan indikator kondisi iklim tempat tanah berkembang atau


asal bahan induknya, tetapi pada kondisi tertentu warna sering pula digunakan
sebagai indikator kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan, secara umum
dikatakan bahwa: semakin gelap tanah berarti semakin produktivitassnya dengan
berbagai pengecualian mempunyai urutan : putih, kuning, kelabu merah, cokelat-
kekelabuan, cokelat-kekaratan, cokelat, dan hitam. Pada tanah-tanah muda warna
meruakan indikator jenis bahan induknya. Sedangkan pada tanah-tanah tua,
merupakan indikator iklim tempat perkembangannya, baik iklim makro maupun
iklim tanah. Iklim hangat akan menghasilkan tanah-tanah berwarna merah,
khususnya jika tanah berdrainase baik. Warna terang kerap kali merupakan hasil
intensifnya pelindian besi dari tanah, yang umumnya bersamaan dengan hilangnya
berbagai unsur hara. Sehingga tanah yang berwarna terang sering dikaitkan
dengan rendahnya produktivitas (Hanafiah, 2007).
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, dan kuarsa
dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan
beragam warna dari puih smpai merah. Hematite dapat menyebabkan warna tanah
menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggikandungan bahan organik maka
warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan
organik tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar
air lebih tinggi atau lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi
gelap. Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap
71

permukaan air tanah yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu
warna kelabu biru hingga kelabu hijau (Purnomo, 2013).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah dengan
warna standar pada buku Munsell Soil Colour Chart. Diagram warna buku ini
disusun tiga variable yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spectrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna. Sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan dan chroma
mnunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum. Chromma
didefinisikan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda
adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna lainnya (Sarma,
2015).
Tanah yang berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, banyak
air yang dapat dipertahankan. Kondisi ini memungkinkan tanah tersebut untuk
mempertahankan panas lebih lama. Tanah yang berarna cerah kandungan bahan
organiknya kurang dan tidak dapat mempertahankan panas lebih lama. Keadaan
udara dalam tanah disebut dengan aerasi. Aerasi tanah ditentukan oleh air yang
terdapat dalam tanah. Kadar oksigen yang tinggi terdapat dekat permukaan tanah,
hal ini dicirikan oleh warna tanah yang cokelat yang disebabkan oleh unsur-unsur
yang teroksidasi, antara lain: ferri oksida (Fe3O4), nitrat (NO3-) dan sulfat (SO4-).
Warna gelap mnunjukkan erosi yang lebih lanjut. Semakin dalam top soil tanah
diolah, makin cenderung berwarna merah dan kuning (Hasan, 2012).
Warna tanah merupakan sifat tanah yang paling jelas dan mudah
ditentukan. Walaupun warna mempunyai pengaruh yangkeil terhadapkegunaan
tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifa-sifat khusus dari
tanah. Misalnya warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik tinggi,
warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan lanjut
(Susanto, 2005).
72

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Prakitkum


Kegiatan praktikum ini dilaksankan pada hari senin tanggal 26 maret 2018
yang dimulai pada pukul 15:00 WITA sampai selesai di Laboratorium Fisika dan
Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini ialah Munsell Soil Colour
Chart, alat tulis dan botol semprot. Bahan-bahan yang digunakan ialah tanah dan
aquades.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja dalam praktikum ini ialah:
1. Diambil bongkah tanah dengan permukaan yang asli, jika tanah dalam
keadaan kering bisa dibasahkan untuk memperoleh permukaan tanah asli.
2. Dibandingkan warna tanah dengan warna-warna pada buku Munsell Soil
Colour Chart
3. Dicatat nilai hue, value, dan chroma.jika ada bercak dan konkresi
ditentukan juga warnanya
4. Dilakukan pengamatan serupa (bongkah-bongkah) untuk berbagai order
tanah lain dalam keadaan lembab dan basah
73

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tabel 8. Hasil Penetapan Warna Tanah Kering


Sampel Hue Value Chrom Notasi Warna tanah
a
KLU 10 YR 4 4 10 YR 4/4 Dark Yellowis Brown
Loteng 7,5 YR 4 2 7,5 YR 4/2 Brown

Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut


dengan warna standar pada buku Munsell Soil Colour Chart. Diagram warna buku
ini disusun tiga variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spectrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna. Sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan dan chroma
mnunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum.
Berdasarkan hasil pengamatan warna tanah kering yang diambil dari sampel
tanah KLU dan Loteng, warna kedua tanah tersebut berbeda yaitu pada tanah
KLU berwarna Dark Yellowish Brown dan warna tanah Loteng adalah Brown.
Perbedaan warna pada dua sampel ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu
bahan organik, iklim, serta jenis batuan induknya. Semakin banyak bahan organik
yang terkandung pada tanah maka warna tanah akan semakin gelap. Hal ini
berkaitan dengan iklim, semakin sering terjadi reaksi tanah akibat perubahan
iklim maka akan semakin sering pula terjadi reaksi pelapukan pada bahan induk
tanah yang nantinya akan mempengaruhi warna tanah. Selain itu dengan adanya
74

proses pelapukan maka jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam tanah akan
bertambah banyak dan secara langsung akan berpengaruh pada kesediaan bahan
organik yang terdapat pada tanah. Selain itu tanah yang kadar airnya lebih tinggi
atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
Warna tanah KLU lebih gelap dari pada tanah loteng. Ini berarti bahwa
kandungan bahan organik pada tanah KLU lebih tinggi dari tanah Loteng. Warna
tanah KLU adalah Dark Yellowish Brown mengandung bahan organik asam yang
lapuk sebagian dan mineral limonit. Sedangkan warna Brown pada tanah Loteng
hanya mengandung bahan organik asam. Warna Dark Yellowish Brown pada
tanah KLU kandungan unsur haranya tinggi sehingga sangat cocok untuk
budidaya tanaman hias, buah, dan sayuran. Tanah KLU termasuk jenis tanah
entisol yaitu tanah yang secara fisik memiliki drainase dan aerasi yang baik.
Sedangkan tanah Loteng dengan warna Brown termasuk jenis tanah vertisol yaitu
tanah yang memiliki kandungan liat tinggi.

4.2. Tabel 9. Hasil Penetapan Warna Tanah Lembab


Sampel Hue value Chroma Notasi Warna Tanah
KLU 10 YR 3 3 10 YR 3/3 Dark Brown
Loteng 10 YR 3 3 10 YR 3/3 Dark Brown

Dalam buku Munsell Soil Colour Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R,
10R, 2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y, dan 5Y yaitu mulai dari spektrum
dominan paling-paling merah (5R) sampai spektrum dominan paling kuning (5Y).
Value dibedakan dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi value menunjukkan warna
makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Chroma juga dibagi dari 0
sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat.
Warna tanah akan berbeda dari setiap jenis tanah, namun pada pengamatan
kali ini didapatkan data hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa warna dari
sampel tanah KLU dan Loteng sama. Ini disebabkan karena kesalahan dari
praktikan saat melakukan
75

pengamatan. Dalam melakukan pengamatan warna tanah ada beberapa hal


yang harus diperhatikan oleh praktikan diantaranya ialah:
1. Permukaan bongkah tanah harus asli
2. Tempat pengamatan terbuka dan teduh, namun tidak terkena sinar
matahari langsung dan tidak terlindungi
3. Tanah ditaruh dibawah lubang kertas dengan jari
4. Para pengamat seharusnya tidak buta warna
Pada pengamatan ini terjadi kesalahan oleh praktikan saat mengamati warna
tanah, praktikan kurang te;iti dan mungkin praktikan atau pengamat menempatkan
tanah pada tempat yang terkena sinar matahari langsung. Sehingga hasil
pengamatan tidak valid dan sampel tanah KLU tidak bisa dibandingkan dengan
sampel tanah Loteng, karena kedua tanah tersebut memiliki warna yang sama.
Warna Dark Brown (cokelat gelap) memiliki struktur remah (crumb), bentuknya
porous dan bulat sedangkan ukurannya kecil. Agregat pada jenis warna tanah ini
tidak terikat satu sama lain. Tanah ini berwarna cokelat gelap karena mengandung
bahan organik. Bahan organik ini berasal dari sisa-sisa tanaman yang mengalami
peruraian yang akan mempunyai warna cenderung lebih gelap.
76

BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan pada praktikan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:


1. Warna tanah kering KLU adalah Dark Yellowish Brown dan warna tanah
Loteng ialah Brown
2. Warna tanah lembab KLU dan Loteng sama yaitu Dark Brown
3. Faktor yang mempengaruhi warna tanah ialah bahan organik, iklim,
kandungan air serta jenis batuan induk.
77

DAFTAR PUSTKA

Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.
Jumin, Basri Hasan. 2012. Dasar-Dasar Agronomi Edisi Revisi. PT Raja Grafindo
Persada.Jakarta.
Purnomo, Arifn Budi. 2013. Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah Acara III
PengamatanTanah dengan Indra. http://arifinbudi.blogspot.co.id.
[Diakses pada 30/03/2018).
Sarma, Yohanis. 2015. Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
http://yohanissarmaidiot.blogspot.com. [Diakses pada 30/03/2018].
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Lampung.
78

ACARA VII PRAKTEK LAPANGAN


79

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh berkembangnya perakaran penampang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah dibentuk dalam waktu
yang cukup lama melalui proses peogenesis dan selalu mengalami perkembangan
yaitu transformasi zat-zat mineral dan organik akibat dari adanya aktifitas iklim
dan organisme dalam jangka waktu tertentu. Berbagai aktivitas tersebut akan
mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam hal jenis, sifat, warna, dan tekstur
tanah yang terbentuk. Dalam hal ini dapat diketahuib bahwa proses pembentukan
tanah dipengaruhi oleh faktor iklim, topografi, bahan induk, organisme dan
waktu. Proses padogenesis meliputi penambahan, penghilangan, pencampuran,
alih rupa, dan alih tempat. Proses ini menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan
tanah yang memiliki karakteristik berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Pelapisan atau perkembangan horizon bumi akhirnya menimbulkan tubuh
alam yang disebut tanah. Tiap tanah dirincikan oleh urutan tertntu horizon
tersebut. Urutan ini disebut dengan istilah profil tanah, lapisan yang dihasilkan
oleh proses pembentukan tanah dibedakan menjadi empat kelompok yaitu O, A,
B, dan C.
Pengamatan tanah mutlak diperlukan karena satu tanah dengan tanah lain berbeda
jenis. Hal ini dikarenakan proses pembentukan tanah yang berbeda-beda dan
menimbulkan sifat tanah yang berbeda-beda juga. Pengamatan tanah dapat
dilakukan dengan mengamati morfologinya melalui pembuatan profil tanah. Oleh
karena itu perlu dilakukan praktikum lapangan ini.
80

1.2. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah:
1. Untuk menentukan vegetasi pada lahan
2. Untuk mengamati profil tanah dan menentukan ketebalan lapisan tanah
3. Untuk menentukan tekstur tanah
4. Untuk menentukan struktur tanah
5. Untuk menentukan warna tanah
6. Untuk menentukan konsistensi tanah
7. Untuk menentukan pH tanah
8. Untuk menentukan kandungan BO dan kapur tanah
9. Untuk menentukan persantase perakaran
81

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer
dinamakan muka air tanah (Pasaribu, 2007).
Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting dibidang pertanian
dan bidang-bidang lainnya, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam
penyusun lahan. Lahan merupakan sumber daya dalam penyusun kerak bumi.
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsur hara bagi
tanaman (Rahadjo, 2005).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antar fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat yang ada dalam tanah. Struktur tanah dapat
mempengaruhi sifat fisik yaitu pada kerapatan partikel semakin mantap struktur
tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat. Konsistensi tanah juga
ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis
struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena sangat padat.
Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan struktur pembentuk tanahnya,
misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap
karena mengandung banyak bahan organik (Hanafiah, 2008).
Kemasaman tanah atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu
parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan yang berkesinambungan
dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang
82

ada dalam sistem. Intensitas keasaman dinyatakan dengan pH dan kapasitas


keasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah N tidak terdisosiasi
didalam sistem. Sistem tanah yang dirajam oleh ion-ion H + dan Al3+ yang berada
dalam larutan tanah dan komplek jerapan. Bila pH sama dengan 7 menunjukkan
keadaan alkalis (Indranada, 2008).
Bahan organik tanah terdiri dari semua sisa makhluk hidup baik yang
berasal dari manusia, hewan maupun tumbuhan-tumbuhan dan termasuk
mikroorganisme didalam tanah baik yang sedang melapuk maupun yang telah
melapuk. Bahan organik sangat besar peranannya terhadap perbaikan struktur
tanah, menambah kemampuan tanah mengikat air, menambah kemampuan tanah
untuk menahan unsur-unsur hara dalam arti kapasitas kation tanah menjadi tinggi
dan sebagai unsur-unsur hara dalam arti kapasitas tukar kation tanah menjadi
lebih tinggi dan sebagai sumber energi bagi kehidupan organisme. Bahan organik
tanah sangat menentukan jenis tanaman apa yang akan ditanam (Sutanto, 2005).
83

BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum


Kegiatan praktikum ini dilaksanakan pada hari minggu, 13 Mei 2018 yang
dimulai pada pukul 07:30-12:00 WITA, di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Mataram Desa Nyur Lembang Kec. Narmada Kab. Lobar.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, ember,
pisau/cepang, Munsell Soil Colour Chart, dan alat tulis. Bahan-bahan yang
digunakan adalah profil tanah, pH stick, HCl, H2O, dan H2O2.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Diamati profil tanah, diukur kedalaman tanah
2. Diukur setiap horizon-horizonnya
3. Diambil sampel tanah tiap horizon atau lapisan
4. Ditentukan struktur dan tekstur dengan dirasakan menggunakan teknik
pengulian dengan ibu jari dan telunjuk
5. Ditentukan warna tiap horizon dengan mencocokkan pada Munsell Soil
Colour Chart
6. Ditentukan pH tanah menggunakan pH stick
7. Ditentukan kandungan bahan organiknya dengan menambahkan 3-4 tetes
H2O2 pada sampel tanah
8. Ditentukan kandungan kapur dengan menambahkan 3-4 tetes larutan HCl
pada sampel tanah
84

9. Ditentukan konsistensinya
10. Dicatat hasilnya

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hamparan Umum Lahan


Tabel 10. Hamparan Umum Lahan
Pemeta/surveyor Tina Nopiana
Tempat Kebun percobaan Pertanian Unram Desa Nyiur Lembang
Tanggal 13 Mei 2018
Cuaca Cerah
Ketinggian 132 mdpl
Drainase Baik
Kemiringan 5°
Posisi BT-LS BT: 8°35’13,5” dan LS : 116° 12 ‘12,1”
Relief Lurus
Erosi Lembar
Intensitas (%) 10

vegetasi Persentase Jenis yang dominan


Pohon tinggi 10 Pohon kelapa
Pohon rendah 20 Singkong dan jagung
Belukar 20 Eceng gondok
Rumput Rumput teki
50

Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum lapangan yang berlokasi di


Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Mataram Desa Nyur
Lembang Kec. Narmada Lobar. Pada ketinggian 132 MDPL dengan posisi BT 08
85

° 35' 13,5 dan LS 116° 12' 12,1 dan kemiringan 5° dengan kondisi cuaca cerah dan
iklim panas serta relief lahannya lurus. Lahan ini memiliki drainase baik, bahan
induknya adalah rock dan erosi lahan berbentuk lembar dengan intensitas 10%.
Dalam lahan ini terdapat 4 jenis vegetasi dengan persentase tertentu yaitu pohon
tinggi 10% didominasi oleh pohon kelapa, pohon rendah 20% didominasi oleh
singkong dan jagung, vegetasi jenis belukar 20% didominasi oleh eceng gondok,
dan vegetasi rumput 50% didominasi oleh padi dan rumput teki. Vegetasi yang
paling banyak ialah rumput yang didominasi oleh padi dan rumput teki. Hal ini
karena pada saat itu petani di lahan percobaan tersebut sedang membudidayakan
tanaman padi dan selain itu tanah pada lahan percobaan tersebut termasuk jenis
inceptisol, dimana tanah jenis inceptisol ini banyak mengandung air dan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman sehingga vegetasi yang mendominasi ialah padi.

4.2. Pengamatan Profil Tanah


Tabel 11. Hasil Pengamatan Profil Tanah
Kedalaman Lapisan
O
A
B 86 cm
C
R
Ketebalan Lapisan
O 17 cm
A 10 cm
B 15 cm
C 14 cm
R 30 cm
Batas Lapisan
86

O Jelas Bergelombang
A Baur Bergelombang
B Baur Rata
C Jelas Rata
R Jelas Rata

Diamati profil tanah dengan kedalaman 86 cm. Profil tanah ini memiliki horizon
yang lengkap yaitu horizon O dengan ketebalan 17 cm, horizon A dengan
ketebalan 10 cm, horizon B dengan ketebalan 15 cm, horizon C dengan ketebalan
14 cm dan horizon R dengan ketebalan 30 cm. Perbedaan ketebalan ini terjadi
karena masing-masing lapisan proses pembentukannya berbeda-beda. Pada
horizon O merupakan horizon timbunan bahan organik. horizon A terbentuk dari
hasil pencampuran antara tanah mineral dengan bahan organik. Horizon B
terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi)koloid liat dan atau koloid organik
pada horizon A. Horizon C terbentuk akibat pelapukan batuan menjadi tanah
mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Sedangkan
horizon R merupakan batuan keras yang belum terlapuk.

4.3. Penetapan Tekstur Tanah


Tabel 12. Hasil Penetapan Tekstur Tanah
Tekstur % P% D% L% Kelas Tekstur
O 20 80 - Debu
A 10 80 10 Liat
B 10 90 - Liat
C 80 - 20 Pasir
R 100 - - Pasir

Pada penetapan tekstur tanah dari 5 lapisan tanah tersebut didapatkan kelas
tekstur pada horizon C dan R adalah pasir, sedangkan pada horizon A dan B
didapatkan kelas tekstur liat serta pada horizon O didapatkan kelas tekstur debu.
Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan C dan R cenderung mudah melepas
87

unsur hara yang dibutuhkan tanaman akibatnya tanaman akan sulit mendapatkan
unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman akan mudah tereganggu. Sebaliknya
pada lapisan A dan B kemampuan menahan air dan unsur hara tinggi dan lebih
aktif dalam reaksi kimia daripada lapisan yang bertekstur pasir (kasar). Hal ini
karena tanah bertekstur liat lebih halus sehingga setiap satuan berat mempunyai
luas permukaan yang lebih besar dan lebih banyak mengandung pori-pori mikro.
Sedangkan untuk lapisan O lebih dominan debu sehingga tekstur tanah ini
memudahkan akar untuk berpenetrasi dan semakin mudah air dan udara untuk
bersirkulasi serta air tidak mudah hilang, tekstur tanah ini mudah lapuk sehingga
lebih subur daripada lapisan C dan R.
4.4. Penetapan Struktur Tanah
Tabel 13. Hasil Penetapan Struktur Tanah
Lapisan Struktur
O Lemah
A Lemah
B Lemah
C Lemah
R Tak Berstruktur

Struktur tanah yang didapatkan pada hasil pengamatan dari 5 lapisan tanah
ialah pada lapisan O-C memiliki struktur tanah yang lemah. Sedangkan pada
lapisan paling bawah yaitu lapisan R tanahnya tidak berstruktur. Hal ini berarti
lapisan O-C strukturnya sudah rusak, tidak mudah membentuk bola. Sedangkan
lapisan R banyak mengandung pasir yaitu tanahnya memiliki partikel-partikel
yang belum tergabung, sehingga lapisan ini sulit menahan air. Pada semua lapisan
ini tidak ditemukan tanah yang berstruktur baik, dimana struktur tanah yang baik
ialah tanah yang memiliki perbandingan antara pori mikro dan makro sama serta
tahan terhadap pukulan tetes air hujan.

4.5. Pengamatan Warna Tanah


Tabel 14. Hasil Pengamatan Warna Tanah
88

Lapisan H V C Warna Tanah

1 10YR 3 2 Very dark


graiyish Brown

2 7,5YR 4 4 Brown

3 10YR 3 6 Dark yellowis


Brown

4 10YR 5 4 Yellowis Brown

5 10YR 4 3 Brown

Pada pengamatan warna tanah didapatkan warna tanah yang berbeda pada
setiap lapisan. Pada lapisan O warna tanahnya Very Dark Graiyish Brown, pada
lapisan A dan R warna tanahnya adalah Brown, pada lapisan B warna tanahnya
adalah Dark Yellowish Brown dan pada lapisan C warna tanahnya adalah
Yellowish Brown. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan BO dan jenis
batuan induknya. Lapisan O sangat gelap dibandingkan lapisan-lapisan lain, ini
berarti kandungan bahan organik pada lapisan O ini sangat tinggi dibandingkan
lapisan yang lain serta banyak terkandung kadar air (kadar lengas tinggi). Pada
lapisan B yang berwarna Dark Yellowish Brown, hal itu disebabkan karena besi
(Fe) dalam tanah teroksidasi. Warna pada pada lapisan B lebih gelap dari pada
lapisan C meskipun warnanya sama-sama kuning. Hal ini menunjukkan lapisan B
lebih tinggi kadar lengasnya dan bahan organiknya dibandingkan lapisan C. Pada
lapisan A dan R warnanya lebih terang dari lapisan O. Hal ini berarti bahwa
kandungan air dan bahan organiknya lebih rendah dari lapisan O.

4.6. Penetapan Konsistensi


Tabel 15. Hasil Penetapan Konsistensi
Lapisan Konsistensi
Lembab Kering
89

O Sangat Teguh Lunak


A Teguh Keras
B Teguh Lepas
C Gembur Agak Keras
R Lepas Lepas

Berdasarkan hasil penetapan konsistensi tanah pada dua kondisi tanah yang
berbeda yaitu pada kondisi lembab dan kering. Pada kondisi lembab setiap lapisan
memiliki konsistensi yang berbeda-beda yaitu pada lapisan O memiliki
konsistensi sangat teguh, pada lapisan A dan B memiliki konsitensi tanah yang
teguh, pada lapisan C memiliki konsistensi tanah gembur, dan pada lapisan R
konsistensi tanahnya lepas. Lapisan O dapat membentuk gumpalan tanah yang
sangat hancur, diperlukan tenaga yang kuat. Demikian juga pada tanah lapisan A
dan B, namun lapisan O lebih membutuhkan tenaga yang kuat serta perlu
dilakukan lapisan ini hanya diperlukan sedikit tenaga yaitu dengan meremas
tanah. Pada lapisan R tanah pada lapisan ini melekat satu sama lain sehingga
butir tanahnya mudah terpisah. Selain pada kondisi lembab terdapat juga
konsistensi tanah pada kondisi kering, dimana setiap lapisan juga memiliki
konsistensi berbeda-beda. Pada lapisan O konsistensi tanahnya lunak yang
dicirikan gumpalan tanah mudah hancurr bila diremas atau tanah lapisan ini
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
Pada lapisan A konsistensi tanahnya keras yang dicirikan dengan makin susah
untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur. Pada
lapisan B dan R memilliki konsistensi lepas, ini berarti butir-butir tanah mudah
pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain dan banyak mengandung pasir.Pada
lapisan C konsistensinya agak keras yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari
tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
90

4.7. Penetapan pH Tanah


Tabel 16. Hasil Penetapan pH Tanah
lapisan pH
O 4
A 4
B 4
C 4
R 4

Berdasarkan hasil penetapan pH tanah didapatkan pada semua lapisan


memiliki pH sebanyak 4. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan O, A, B, C, dan R
merupakan lapisan tanah yang amat sangat masam. Hal ini menunjukkan bahwa
semua lapisan tanah tersebut banyak mengandung kation dan lebih berpotensi
memiliki ion-ion aluminium yang memfiksasikan atau mengikat salah satu unsur
penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu unsur fosfor. pH masam
dapat mengakibatkan tanaman kekurangan unsur hara nitrogen yang akan
berdampak pada pertumbuhan tanaman.

4.8. Penetapan BO dan Kapur Tanah


Tabel 17. Hasil Penetapan BO dan Kapur Tanah
Lapisan BO Kapur
91

O Sedang Rendah
A Tinggi tinggi
B Sedang sedang
C Tinggi sedang
R Rendah rendah

Berdasarkan hasil penetapan BO didapatkan kandungan BO yang berbeda-


beda pada setiap lapisan. Pada lapisan O dan B didapatkan kandungan BO sedang.
Pada lapisan A dan C kandungan BO-nya tinggi dan pada lapisan R kandungan
BO-nya rendah. Tersedianya BO dalam tanah berarti pula tersedianya sumber
karbon dan energi bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses
perombakan BO. Lapisan B dan C yang memiliki BO tinggi ini disebabkan karena
tekstur tanah pada lapisan tersebut bertekstur liat. Selanjutnya pada hasil
penetapan kandungan kapur tanah didapatkan kandungan kapur tanah disetiap
lapisan berbeda-beda yaitu pada lapisan O kandungan kapur tanah rendah, lapisan
A kandungan kapurnya tinggi, lapisan B dan C kandungan kapurnya sedang, dan
lapisan R kandungan kapurnya rendah. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya
proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada
lapisan bawahnya. Tinggi rendahnya kadar kapur dalam tanah berpengaruh
terhadap tingkat kesuburan tanah. Tanah yang memiliki kandungan kapur tinggi,
belum tentu tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan tinggi, karena kapur bisa
menjadi racun dengan menyerap unsur hara dari dalam tanah yang dibutuhkan
tanaman.

4.9. Pengamatan Perakaran


Tabel 18. Hasil Pengamatan Perakaran
Lapisan Perakaran (%)
92

O 50
A 30
B 15
C 5
R 0

Pada pengamatan perakaran didapatkan persentasi perakaran disetiap


lapisan berbeda-beda. Perakaran lebih tinggi terdapat pada lapisan O dan terendah
bahkan tidak ada perakaran sama sekali pada lapisan R. Hal ini disebabkan
tanaman (vegetasi) yang tumbuh dan berkembang pada permukaan tanah yang
diamati lebih banyak didominasi oleh vegetasi jenis rumput-rumput, yang akar-
akarnya hanya bisa menembus tanah pada kedalaman sekitar kurnag lebih 20 cm
BAB V. KESIMPULAN

Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan :


1. Kedalaman profil pada tanah yang diamati ialah 86 cm dengan ketebalan
lapisan O, A, B, C, dan R berturut-turut adalah 17, 10, 15, 14, dan 30.
2. Kelas tekstur tanah pada lapisan O adalah debu, pada lapisan A dan B
ialah liat. Sedangkan pada lapisan C dan R adalah pasir.
3. Struktur tanah pada lapisan O, A, B, dan C ialah lemah. Sedangkan pada
lapisan R tidak berstruktur.
4. pH tanah pada lapisan O,A, B, C, dan R adalah 4 (amat sangat masam)
5. Warna tanah pada lapisan O adalah Very Dark Graiyish Brown, pada
lapisan A dan R warna tanahnya Brown, pada lapisan B warna tanahnya
Dark Yellowish Brown dan pada lapisan C warna tanahnya ialah
Yellowish Brown.
6. Konsistensi tanah pada kondisi lembab pada lapisan O sangat teguh,
lapisan A dan B konsistensinya tinggi, lapisan C konsistensinya gembur,
dan pada lapisan R konsistensinya lepas. Sedangkan konsistensi tanah
93

pada kondisi kering pada lapisan O lunak, lapisan A keras, lapisan B dan
R lepas, dan lapisan C agak keras.
7. Kandungan BO pada lapisan O dan B adalah sedang,pada lapisan A dan C
kandungan BO-nya tinggi dan pada lapisan R BO-nya rendah. Sedangkan
kandungan kapur pada lapisan O dan R ialah rendah, pada lapisan A
kapurnya tinggi serta pada lapisan B dan C kandungan kapurnya sedang.
8. Lahan berada pada ketinggian 132 MDPL dengan posisi BT 08° 35' 13,5
dan LS 116° 12' 12,1 dan kemiringan 5° dengan kondisi cuaca cerah dan
iklim panas serta relief lahan lurus. Lahan ini drainasenya baik dengan
erosi lahan berbentuk lembar dengan intensitas 10 %.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah. 2008. Dasar Ilmu Tanah. Konsius. Malang


Indranada, K Henny. 2008. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
Pasaribu. 2007. Profil Tanah. Univeristas Indonesia Press. Jakarta.
Rahadjo. 2005. Penetapan Kadar Air Metode Oven. IPB Press. Bogor.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsius. Yogyakarta
94
95

LAMPIRAN

Gambar 2. Profil Tanah

Anda mungkin juga menyukai