BAB I. PENDAHULUAN
Daya pengikat butir-butir tanah alfisol terhadap air adalah besardan dapat
menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada
tanah inceptisol dan vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan
ditanami oleh tumbuhan. Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang
berarti pada jumlah air yang dapat di absorpsi dengan efisien tumbuhan dalam
tanah. Temperature dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan
berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat
hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah (Yuliawan, 2012).
Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam
tanah, karena air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan tanaman.
Kekurangan air akan mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis
tanaman, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Difisiensi air yang
terus menerus akan menyebabkan berbagai perubahan irreversible (tidak dapat
balik) dan pada akhirnya tanaman mati. Kebutuhan air tanaman dinyatakan
sebagai jumlah satuan air yang diserap persatuan berat kering yang dibentuk atau
banyaknya air yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan berat kering
tanaman. Selama pertumbuhan tanaman terus-menerus mengisap air dari tanah
dan mengeluarkannya pada saat transpirasi. Kehilangan air pada tanaman dapat
terjadi melalui transpirasi dan akibat sampingan fiksasi CO2 dalam pemecahan
karbon dan oksigen (Jumin, 2012).
5
tanah tersebut memiliki kandungan air yang cukup serta mengandung bahan-
bahan organic didalamnya. Semakin baik kualitas tanah maka semakin baik pula
pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman.
Tanah Loteng dengan kadar lengas 6,32% termasuk jenis tanah vertisol yaitu
jenis tanah yang banyak dimanfaatkan sebagai areal persawahan. Sedangkan
tanah KLU dengan kadar lengas 3,75% termasuk jenis tanah entisolyaitu tanah
yang cocok untuk budidaya tanaman hias, buah, dan sayuran.
BAB V. KESIMPULAN
8
DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
9
Jakarta.
Jumin, Basri Hasan. 2012. Dasar-Dasar Agronomi Edisi Revisi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Ma’shum, Mansur dan Sukartono, H. 2012. Pengolahan Tanah. Arga Puji Press.
Mataram
Nurwindasari, Ayu. 2016. Laporan Dasar Ilmu Tanah Acara I kadar Lengas
Tanah.http://ayuwindapert.blogspot.com/laporan-dasar-ilmu-tanah.
[Diakses pada 30/03/2018].
Yuliawan, I Putu. 2012. Kadar Air Tanah, Bulk Density Dan Ruang Pori Total.
http://iputuyuliawanapp.blogspot.com/kadar-air-tanah-bulk-density.
[Diakses pada 02/04/2018].
LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif halus kasarnya fraksi tanah halus
dari berbagai ukuran (lempung, debu, dan pasir). Tekstur tanah menunjukkan
komposisi partikel penyususun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai
perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (berdiameter 2,00-0,20 mm
atau 2000-200 μm¿ ,debu (berdiameter 0,20-0,002 mm atau 200-2 μm¿, dan liat (
¿ 2 μ ¿. Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro
(disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-
pori meso/sedang (agak poreus). Sedangkan tanah yang didominasi liat akan
banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus. Tanah bertekstur
kasar atau tanah berpasir mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir
atau pasir berlempung (Hanafiah,2007).
Tanah-tanah yang bertekstur pasi, karena butiran-butirannya berukuran
lebih besar, maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram) mempunyai luas
permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-
tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas
permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menyimpan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi
kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2002).
Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah
mengikat lengas, udara tanah, dan hara tanah. Tekstur tanah juga mempengaruhi
ruang pergerakan tanaman, konsistensi dan keterolahan lahan. Tekstur tanah
sangat berpengaruh terhadap daya serap air, ketersediaan air didalam tanah, besar
erosi, infiltrasi, dan laju pergerakan air. Tekstur dapat menentukan tata air dalam
tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air
(Kartosapoetra,2009).
Pembagian kelas tekstur yang banyak dikenal adalah pembagian kelas
tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas, kemudian pengolahan tanah, kekeringan
14
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah georafis (Yustiani, 2015).
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas
tekstur tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase
ketiga fraksi tanah tersebut. Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah
ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas
tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir
(lebih besar 2 mm). sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi
berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,
berliat halus, dan berliat sangat halus (Aty, 2014).
15
mineral yang banyak mengandung unsur hara akan habis karena mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa.
Pengaruh tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsung. Tekstur tanah dengan ciri kadar pasir 70%, aerasi dan drainase baik.
Tanah pasir tidak pernah menyediakan air dan unsur hara yang tinggi jumlahnya.
Hal tersebut terjadi karena pasir memiliki diameter antara 2 - 0,02 mm sehingga
pori-pori pasir cukup besar. Hal ini yang membuat pasir tidak dapat mengikat air
atau unsur hara dengan baik, tentunya sangat berpngaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Jika tanaman kekurangan air dan unsur hara maka tanaman akan layu
bahkan mati. Sedangkan pada tanah liat yang diameternya kurang dari 0,002 mm
dan merupakan yang tergolong koloid. Koloid menahan air dan unsur hara yang
kemudian digunakan oleh tanaman untuk proses metabolism, tanah liat memiliki
pori-pori yang sangat kecil sehingga tanahliat terlalu banyak memegang air
akibatnya udara didalam tanah tidak kebagian pori-pori sehingga menyebabkan
tanaman mengalami defiiensi air. Jika ini terjadi tanaman akan layu. Hal ini
terjadi karena proses transpirasi terhambat. Tanah remah yaitu tanah yang relatif
seimbang antara bahan padat dengan pori-pori pada tanahnya. Kondisi tanah yang
seimbang ini berpengaruh pada kecukupan tanaman pada air, udara, bagi
pertumbuhan dan kondisi tanah yang padat cukup baik untuk akar dalam hal
mengikat tanah sehingga tanaman berdiri dengan kokoh (tidak mudah roboh).
18
BAB V. KESIMPULAN
. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
% Debu = ×100 %
15
= 40 %
9
% Debu = ×100 %
15
= 60 %
BAB I. PENDAHULUAN
bahwa struktur tanah yang baik apabila perbandingannya sama antara padatan, air,
dan udara (Suhardi, 2001).
Pengaruh struktur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi secara
langsung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya menghasilkan laju
pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu yang lebih tinggi
dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan panjang akar pada
tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah yang remah umumnya lebih
banyak dibandingkan dengan akar tanaman pakan ternak yang tumbuh pada tanah
berstruktur ringan/remah lebih cepat persatuan waktu dibandingkan akar tanaman
tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap pori-pori
tanahyang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar memiliki
kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori
dibandingkan pada tanah yang padat (Sutanto, 2005).
26
BAB V. KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Riva. 2016. Pengaruh Sifat Fisika Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman.
33
http://rivaarifin.blogspot.com/pengaruh-sifat-fisika.tanah
[Diakses pada 15/04/2018].
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Norhayati. 2015. Makalah Struktur Tanah.http://norhayati099.wordpress.com.
[Diakses pada 15/04/2018].
Suhardi. 2001. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius. Yogyakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
LAMPIRAN
a. Tanah KLU
Dik: a = 34,2 gr
b = 78,24 gr
c = 39,2 gr
d = 80,24 gr
BJ1 = BJ2 = 0,995
KL = 2,90 %
Dit: BJ =….?
Jawab:
100
Berat Tanah Kering Mutlak = (c-a) ×
100+ KL
100
= (39,2 – 34,2)×
100+2,90
100
= 5×
102,9
= 4,86 gram
b−a d −c
Volume Total Butir Tanah = ×
BJ 1 BJ 2
78,24−34,2 80,24−39,2
= −
0,995 0,995
44,04−41,04
=
0,996
= 3,02 cm3
d = 80,54 gram
BJ1 = BJ2 = 0,995
KL = 6,79 %
Dit: BJ = …?
Jawab:
100
Berat Tanah Kering Mutlak = (c-a) ×
100+ KL
100
= (33,1- 28,7) ×
100+6,79
100
= 4,4 ×
106,79
= 4,12 gram
b−a d −c
Volume Total Butir Tanah = ×
BJ 1 BJ 2
78−28 , 7 80,54−33,1
= ×
0,995 0,995
49,3 – 47,44
=
0,995
= 1,87 cm3
berat tanah kering mutlak
BJ =
volume total butir tanah
4,12
=
1,87
= 2,203 g/cm3
b−a
b) Volume Bongkah Tanah = (q – r – p) –
0,87
(11,8−34,2)
= (710 – 0 – 720) –
0,87
(−22,4)
= 10 –
0,87
= 10 – (-25,75)
= 10 + 25,75
= 35,75 ml
87 a
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) =
( 100+ KL) (0,87 ( q− p−r )− ( b−a ))
87( 34,2)
=
( 100+3,76 ) (0,87 ( 710−0−700 )−( 11,8−34,2 ))
2975,4
=
103,76(0,87 ( 10 )− (−22,4 ) )
2975,4
=
103,76(8,7+22,4 )
2975,4
=
3226,9
= 0,922 g/cm3
b. Tanah Loteng
Dik: a = 17,86 gram
b = 20,76 gram
37
p = 700
q = 720
r = 0,8
KL = 5,28 %
Dit: a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ….?
b) Volume Bongkah Tanah =….?
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) = …..?
jawab:
100
a) Berat Bongkah Tanah Kering Mutlak = ×a
100+ KL
100
= ×17,86
100+5,28
1,786
=
105,28
= 0,017 gram
b−a
b) Volume Bongkah Tanah = (q – r – p) –
0,87
(20,76−17,86)
= (720 – 0,8 – 700) –
0,87
(2,9)
= 19,2 –
0,87
= 19,2– 3,33
= 15,87 m
87 a
c) Kerapatan Massa Tanah (BV) =
( 100+ KL) (0,87 ( q− p−r )− ( b−a ))
87 (17,86)
=
( 100+5,28 ) (0,87 ( 720−0,8−700 ) −( 20,76−17,86 ))
1553,82
=
105,28(0,87 ( 19,2 )−( 2,9 ) )
1553,82
=
105,28(13,804)
1553,28
=
1453,28
38
= 1,069 g/cm3
BAB I. PENDAHULUAN
masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Reaksi tanah atau pH tanah dapat
memberikan petunjuk beberapa sifat tanah. Makin tinggi pH makin banyak basa-
basa yang terdapat dalam tanah. Tanah yang terus menerus tercuci oleh air hujan
cenderung mempunyai pH yang rendah dan miskin basa. Pada tanah masam
aktifitas (kelarutan) Al tinggi dan dapat meracuni tanaman, sedangkan pada tanah-
tanah yang mempunyai pH tinggi unsur-unsur tertentu kurang tersedia untuk
tanaman karena mengendap (Sarma, 2016).
Faktor yang mempengaruhi pH tanah terutama didaerah industri anatara
lain adalah sulfur yang merupakan hasil sampingan dari industri gas, yang jika
bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sulfur dan asam nitrit yang secara
alami merupakan komponen renik dari air hujan. Faktor lain yaitu kejenuhan basa,
sifat misel, dan macam kation yang terserap. Di daerah basah pencucian dengan
mudah melenyapkan Na karena daya ikatannya pada tanah pertukaran tidak kuat.
Adanya pengaruh garam-garam terlarut didalam tanah yang mengendap secara
alami didalam tanah didaerah yang tanahnya kering atau sebagai akibat
penambahan irigasi (Hardjowigeno, 2003).
43
BAB V. KESIMPULAN
46
DAFTAR PUSTAKA
47
BAB I. PENDAHULUAN
Batas cair adalah kandungan lengas tanah pada saat tanah dapat mengalir
bebas tanpa tekanan, dibawah standar getaran. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai BC pada tanah KLU lebih kecil daripada tanah Loteng, yaitu
pada tanah KLU nilai BC sebesar 35,68 sedangkan pada tanah Loteng nilai BC
sebesar 67,58. Nilai BC pada tanah Loteng lebih besar dari pada tanah KLU
karena tanah Loteng memiliki tekstur tanah liat sehingga lebih banyak air yang
dapat ditahan pada tanah Loteng dibandingkan dengan tanah KLU yang tekstur
tanahnya berpasir menyebabkan daya tahan air rendah pada tanah KLU.
Batas Lekat (BL) adalah kandungan lengas pada saat masih kering yang dibasahi
secara perlahan dan mulai melekat pada logam. Berdasarkan hasil pengamatan
didapatkan nilai BL pada tanah KLU ialah 33,28 dan pada tanah Loteng
didapatkan nilai BL sebesar 40,42. Nilai BL pada tanah Loteng ialah sebesar
57
40,42. Nilai BL pada tanah KLU lebih kecil dibandingkan tanah Loteng. Hal ini
dikarenakan tanah KLU berstruktur kasar sehingga kadar lengas pada tanah KLU
lebih rendah dibandingkan tanah Loteng yang struktur tanahnya halus. Tanah
KLU akan lebih sulit melekat pada alat pengolah tanah seperti bajak atau cangkul
sedangkan tanah Loteng akan lebih mudah melekat karena kadar lengasnya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanah KLU.
Batas Gulung (BG) adalah kandungan lengas tanah pada saat kelihatan
mulai terasa dan tanah dapat dibentuk sesuai dengan yang dikehendaki. Tanah
mulai berada pada kondisi semi-padat. Berdasarkan hasil pengamatan pada
sampel tanah KLU dan Loteng didapatkan nilai BG pada tanah KLU ialah 21,62
dan pada tanah Loteng sebesar 55,56. Nilai BG pada tanah Loteng lebih besar
dibandingkan pada tanah KLU dikarenakan pada tanah Loteng kadar air tanahnya
lebih tinggi dibandingkan pada tanah KLU sehingga tanah Loteng lebih mudah
diolah dan lebih teguh. Sedangkan pada tanah KLU kadar airnya rendah
menyebabkan tanah KLU sulit diolah.
Batas Berubah Warna (BBW) adalah kandungan lengas tanah pada saat
pasta mulai kering karena masih ada air kapiler, tetapi udara mulai masuk
kedalam pori yang ditandai oleh perubahan warna secara tegas menjadi bewarna
lebih muda dan tanah memasuki kondisi padat. Berdasarkan hasil pengamatan
diperoleh nilai BBW pada tanah KLU sebesar 26,86 dan pada tanah Loteng nilai
BBW-nya ialah 21,43. Nilai BBW pada tanah KLU lebih besar dibandingkan
tanah Loteng. Hal ini dikarenakan tanah KLU memiliki kandungan bahan organik
yang rendah sehingga warna tanah KLU lebih terang dari pada warna tanah
Loteng. Tanah Loteng kandungan bahan organiknya tinggi dan kandungan airnya
rendah dibandingkan tanah KLU menyebabkan tanah Loteng berwarna lebih
gelap.
Indeks Plastisitas (IP) adalah selisi antara BC dan BG yang menunjukkan
perbedaan kadar air pada batas cair dengan batas gulung. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan nilai IP pada tanah KLU sebesar 14,06 dan pada tanah
Loteng niali IP sebesar 12,06. Nilai IP pada tanah KLU lebih besar dibandingkan
pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan pada tanah KLU kandungan litany lebih
58
tinggi dibandingkan pada tanah Loteng sehingga tanah KLU lebih plastis atau
mudah membentuk bola.
Jangka Olah Tanah (JO) adalah perbedaan kandungan air pada batas lekat
dengan batas gulung. Kandungan lengas ini menyebabkan tanah mudah diolah.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai JO pada tanah KLU sebesar 11,66
dan pada tanah Loteng nilai JO sebesar -15,14. Nilai JO pada tanah KLU lebih
besar dibandingkan pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan kandungan lengas
pada tanah KLU lebih tinggi dibandingkan pada tanah Loteng yang kadar
lengasnya rendah. Kadar lengas pada tanah KLU ini menyebabkan tanah KLU
mudah diolah sedangkan tanah Loteng lebih sukar untuk diolah.
Persediaan Air Maksimum (PAM) ialah selisih antara BC dan BBW. Nilai
PAM merupakan jumlah kandungan lengas tersedia bagi tanaman. Berdasarkan
pada hasil perhitungan didapatkan niali PAM pada tanah KLU sebesar 8,82 dan
pada tanah Loteng didapatkan nilai PAM sebesar 46,15. Nilai PAM pada tanah
KLU lebih rendah dibandingkan pada tanah Loteng. Hal ini dikarenakan pada
tanah KLU berstruktur kasar dan lebih dominan pori-pori makro sehingga tanah
KLU memiliki kandungan lengas tanah yang tersedia bagi tanaman lebih rendah
dibandingkan pada tanah Loteng yang lebih dominan pori mikro dan struktur
tanahnya halus sehingga kandungan lengas tanah tinggi.
Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah ialah tekstur tanah, kadar air
tanah, porositas, jenis liat, dan bahan organik. Tekstur tanah yang kasar daya
plastisitasnya rendah. Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan
menjadikan tanah lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan
batas plastisitasnya serta konsistensinya rendah. Bila porositas tanah tinggi maka
konsistensi tanah rendah. Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat
akan berpengaruh pada daya lekat tanah tersebut baik dalam keadaan kering,
lembab, maupun basah. Kandungan bahan organik mempengaruhi daya serap
tanah akan air, apabila kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan
tanah untuk menyimpan air menjadi rendah. Begitu juga sebaliknya. Manfaat
konsistensi tanah yaitu konsistensi tanah sangatlah penting dalam menentukan
daya guna tanah secara praktis dalam pertanian dan sangat penting untuk
59
BAB V. KESIMPULAN
60
DAFTAR PUSTAKA
61
Fathullah, Anas. 2015. Laporan Penetapan Tekstur Tanah dan Konsistensi Dasar
Ilmu Tanah.http://anasfathullah.blogspot.com.
[Diakses pada 15/04/2018].
Hanafiah, Kemas Ali. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta.
Windra, Kely. 2016. Konsistensi Tanah.http://kelywindra.blogspot.com.
[Diakses pada 15/04/2018].
LAMPIRAN
62
( 4,74−4,58 )
= × 100 %
(4,58−3,84)
0,16
= × 100 %
0,74
= 21,62 %
b. Tanah Loteng
Dik: a = 4,01gram
b = 4,43 gram
c = 4,28 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 4,43−4,28 )
= × 100 %
(4,28−4,01)
0,15
= × 100 %
0,27
= 55,56 %
4. Kadar Lengas Batas Berubah Warna (BBW)
a. Tanah KLU
Dik: a = 4,51 gram
b = 7,06 gram
c = 6,52 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 7,06−6,52 )
= ×100 %
(6,52−4,51)
0,54
= × 100 %
2,01
= 26,86 %
b. Tanah Loteng
65
Dik: a = 5,13gram
b = 8,02 gram
c = 7,51 gram
Dit: Kadar Lengas (KL) = …..?
Jawab:
( b−c )
KL = ×100 %
( c−a )
( 8,02−7,51 )
= × 100 %
(7,51−5,13)
0,51
= ×100 %
2,38
= 21,43 %
Dik: BL = 33,28
BG = 21,62
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BL – BG
= 33,28 – 21,62
= 11,66 %
b. Tanah Loteng
Dik: BL = 40,42
BG = 55,56
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BL – BG
= 40,42 – 55,56
= -15,14 %
7. Kadar Lengas Persediaan Air Maksimum (PAM)
a. Tanah KLU
Dik: BC = 35,68
BBW = 26,86
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC - BBW
= 35,68 – 26,86
= 8,82 %
b. Tanah Loteng
Dik: BC = 67,58
BBW = 21,43
Dit: Kl =……?
Jawab:
KL = BC - BBW
= 67,58 – 21,43
67
= 46,15 %
8. Nilai Batas Cair (BC)
a. Tanah KLU
Dik: Wn = 37,96
n = 15
Dit: BC =……?
Jawab:
BC = Wn ×(n/25)0,21
= 37,96 ×(15/25)0,21
= 37,96 × 0,94
= 35,68
b. Tanah Loteng
Dik: Wn = 71,89
n = 15
Dit: BC =……?
Jawab:
BC = Wn ×(n/25)0,21
= 71,89 ×(15/25)0,21
= 71,89 × 0,94
= 67,58
68
BAB I. PENDAHULUAN
permukaan air tanah yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu
warna kelabu biru hingga kelabu hijau (Purnomo, 2013).
Warna tanah ditentukan dengan membandingkan warna tanah dengan
warna standar pada buku Munsell Soil Colour Chart. Diagram warna buku ini
disusun tiga variable yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spectrum
yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan gelap
terangnya warna. Sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan dan chroma
mnunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spectrum. Chromma
didefinisikan juga sebagai gradasi kemurnian dari warna atau derajat pembeda
adanya perubahan warna dari kelabu atau putih netral ke warna lainnya (Sarma,
2015).
Tanah yang berwarna hitam, kandungan bahan organiknya tinggi, banyak
air yang dapat dipertahankan. Kondisi ini memungkinkan tanah tersebut untuk
mempertahankan panas lebih lama. Tanah yang berarna cerah kandungan bahan
organiknya kurang dan tidak dapat mempertahankan panas lebih lama. Keadaan
udara dalam tanah disebut dengan aerasi. Aerasi tanah ditentukan oleh air yang
terdapat dalam tanah. Kadar oksigen yang tinggi terdapat dekat permukaan tanah,
hal ini dicirikan oleh warna tanah yang cokelat yang disebabkan oleh unsur-unsur
yang teroksidasi, antara lain: ferri oksida (Fe3O4), nitrat (NO3-) dan sulfat (SO4-).
Warna gelap mnunjukkan erosi yang lebih lanjut. Semakin dalam top soil tanah
diolah, makin cenderung berwarna merah dan kuning (Hasan, 2012).
Warna tanah merupakan sifat tanah yang paling jelas dan mudah
ditentukan. Walaupun warna mempunyai pengaruh yangkeil terhadapkegunaan
tanah, tetapi kadang-kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifa-sifat khusus dari
tanah. Misalnya warna tanah gelap mencirikan kandungan bahan organik tinggi,
warna kelabu menunjukkan bahwa tanah sudah mengalami pelapukan lanjut
(Susanto, 2005).
72
proses pelapukan maka jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam tanah akan
bertambah banyak dan secara langsung akan berpengaruh pada kesediaan bahan
organik yang terdapat pada tanah. Selain itu tanah yang kadar airnya lebih tinggi
atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi gelap.
Warna tanah KLU lebih gelap dari pada tanah loteng. Ini berarti bahwa
kandungan bahan organik pada tanah KLU lebih tinggi dari tanah Loteng. Warna
tanah KLU adalah Dark Yellowish Brown mengandung bahan organik asam yang
lapuk sebagian dan mineral limonit. Sedangkan warna Brown pada tanah Loteng
hanya mengandung bahan organik asam. Warna Dark Yellowish Brown pada
tanah KLU kandungan unsur haranya tinggi sehingga sangat cocok untuk
budidaya tanaman hias, buah, dan sayuran. Tanah KLU termasuk jenis tanah
entisol yaitu tanah yang secara fisik memiliki drainase dan aerasi yang baik.
Sedangkan tanah Loteng dengan warna Brown termasuk jenis tanah vertisol yaitu
tanah yang memiliki kandungan liat tinggi.
Dalam buku Munsell Soil Colour Chart, hue dibedakan menjadi 5R, 7,5R,
10R, 2,5YR, 5YR, 7,5YR, 10YR, 2,5Y, dan 5Y yaitu mulai dari spektrum
dominan paling-paling merah (5R) sampai spektrum dominan paling kuning (5Y).
Value dibedakan dari 0 sampai 8, dimana makin tinggi value menunjukkan warna
makin terang (makin banyak sinar yang dipantulkan). Chroma juga dibagi dari 0
sampai 8, dimana makin tinggi chroma menunjukkan kemurnian spektrum atau
kekuatan warna spektrum makin meningkat.
Warna tanah akan berbeda dari setiap jenis tanah, namun pada pengamatan
kali ini didapatkan data hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa warna dari
sampel tanah KLU dan Loteng sama. Ini disebabkan karena kesalahan dari
praktikan saat melakukan
75
BAB V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTKA
BAB I. PENDAHULUAN
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan
keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer
dinamakan muka air tanah (Pasaribu, 2007).
Tanah adalah sumber daya alam yang sangat penting dibidang pertanian
dan bidang-bidang lainnya, karena tanah merupakan salah satu sumber daya alam
penyusun lahan. Lahan merupakan sumber daya dalam penyusun kerak bumi.
Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman sekaligus penyedia unsur hara bagi
tanaman (Rahadjo, 2005).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antar fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat yang ada dalam tanah. Struktur tanah dapat
mempengaruhi sifat fisik yaitu pada kerapatan partikel semakin mantap struktur
tanah maka partikel penyusunnya juga akan semakin rapat. Konsistensi tanah juga
ditentukan oleh seberapa mantap struktur tanah yang ada, misalnya pada jenis
struktur remah maka akan sulit mempertahankan bentuknya karena sangat padat.
Selain itu warna tanah juga berhubungan dengan struktur pembentuk tanahnya,
misalnya pada tipe struktur tanah granuler dan remah, warnanya lebih gelap
karena mengandung banyak bahan organik (Hanafiah, 2008).
Kemasaman tanah atau kealkalian tanah (pH tanah) adalah suatu
parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan yang berkesinambungan
dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan tidak larut yang
82
9. Ditentukan konsistensinya
10. Dicatat hasilnya
° 35' 13,5 dan LS 116° 12' 12,1 dan kemiringan 5° dengan kondisi cuaca cerah dan
iklim panas serta relief lahannya lurus. Lahan ini memiliki drainase baik, bahan
induknya adalah rock dan erosi lahan berbentuk lembar dengan intensitas 10%.
Dalam lahan ini terdapat 4 jenis vegetasi dengan persentase tertentu yaitu pohon
tinggi 10% didominasi oleh pohon kelapa, pohon rendah 20% didominasi oleh
singkong dan jagung, vegetasi jenis belukar 20% didominasi oleh eceng gondok,
dan vegetasi rumput 50% didominasi oleh padi dan rumput teki. Vegetasi yang
paling banyak ialah rumput yang didominasi oleh padi dan rumput teki. Hal ini
karena pada saat itu petani di lahan percobaan tersebut sedang membudidayakan
tanaman padi dan selain itu tanah pada lahan percobaan tersebut termasuk jenis
inceptisol, dimana tanah jenis inceptisol ini banyak mengandung air dan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman sehingga vegetasi yang mendominasi ialah padi.
O Jelas Bergelombang
A Baur Bergelombang
B Baur Rata
C Jelas Rata
R Jelas Rata
Diamati profil tanah dengan kedalaman 86 cm. Profil tanah ini memiliki horizon
yang lengkap yaitu horizon O dengan ketebalan 17 cm, horizon A dengan
ketebalan 10 cm, horizon B dengan ketebalan 15 cm, horizon C dengan ketebalan
14 cm dan horizon R dengan ketebalan 30 cm. Perbedaan ketebalan ini terjadi
karena masing-masing lapisan proses pembentukannya berbeda-beda. Pada
horizon O merupakan horizon timbunan bahan organik. horizon A terbentuk dari
hasil pencampuran antara tanah mineral dengan bahan organik. Horizon B
terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi)koloid liat dan atau koloid organik
pada horizon A. Horizon C terbentuk akibat pelapukan batuan menjadi tanah
mineral, sebagai akibat dari efek komponen iklim terhadap batuan. Sedangkan
horizon R merupakan batuan keras yang belum terlapuk.
Pada penetapan tekstur tanah dari 5 lapisan tanah tersebut didapatkan kelas
tekstur pada horizon C dan R adalah pasir, sedangkan pada horizon A dan B
didapatkan kelas tekstur liat serta pada horizon O didapatkan kelas tekstur debu.
Hal ini menunjukkan bahwa pada lapisan C dan R cenderung mudah melepas
87
unsur hara yang dibutuhkan tanaman akibatnya tanaman akan sulit mendapatkan
unsur hara, sehingga pertumbuhan tanaman akan mudah tereganggu. Sebaliknya
pada lapisan A dan B kemampuan menahan air dan unsur hara tinggi dan lebih
aktif dalam reaksi kimia daripada lapisan yang bertekstur pasir (kasar). Hal ini
karena tanah bertekstur liat lebih halus sehingga setiap satuan berat mempunyai
luas permukaan yang lebih besar dan lebih banyak mengandung pori-pori mikro.
Sedangkan untuk lapisan O lebih dominan debu sehingga tekstur tanah ini
memudahkan akar untuk berpenetrasi dan semakin mudah air dan udara untuk
bersirkulasi serta air tidak mudah hilang, tekstur tanah ini mudah lapuk sehingga
lebih subur daripada lapisan C dan R.
4.4. Penetapan Struktur Tanah
Tabel 13. Hasil Penetapan Struktur Tanah
Lapisan Struktur
O Lemah
A Lemah
B Lemah
C Lemah
R Tak Berstruktur
Struktur tanah yang didapatkan pada hasil pengamatan dari 5 lapisan tanah
ialah pada lapisan O-C memiliki struktur tanah yang lemah. Sedangkan pada
lapisan paling bawah yaitu lapisan R tanahnya tidak berstruktur. Hal ini berarti
lapisan O-C strukturnya sudah rusak, tidak mudah membentuk bola. Sedangkan
lapisan R banyak mengandung pasir yaitu tanahnya memiliki partikel-partikel
yang belum tergabung, sehingga lapisan ini sulit menahan air. Pada semua lapisan
ini tidak ditemukan tanah yang berstruktur baik, dimana struktur tanah yang baik
ialah tanah yang memiliki perbandingan antara pori mikro dan makro sama serta
tahan terhadap pukulan tetes air hujan.
2 7,5YR 4 4 Brown
5 10YR 4 3 Brown
Pada pengamatan warna tanah didapatkan warna tanah yang berbeda pada
setiap lapisan. Pada lapisan O warna tanahnya Very Dark Graiyish Brown, pada
lapisan A dan R warna tanahnya adalah Brown, pada lapisan B warna tanahnya
adalah Dark Yellowish Brown dan pada lapisan C warna tanahnya adalah
Yellowish Brown. Perbedaan ini disebabkan karena kandungan BO dan jenis
batuan induknya. Lapisan O sangat gelap dibandingkan lapisan-lapisan lain, ini
berarti kandungan bahan organik pada lapisan O ini sangat tinggi dibandingkan
lapisan yang lain serta banyak terkandung kadar air (kadar lengas tinggi). Pada
lapisan B yang berwarna Dark Yellowish Brown, hal itu disebabkan karena besi
(Fe) dalam tanah teroksidasi. Warna pada pada lapisan B lebih gelap dari pada
lapisan C meskipun warnanya sama-sama kuning. Hal ini menunjukkan lapisan B
lebih tinggi kadar lengasnya dan bahan organiknya dibandingkan lapisan C. Pada
lapisan A dan R warnanya lebih terang dari lapisan O. Hal ini berarti bahwa
kandungan air dan bahan organiknya lebih rendah dari lapisan O.
Berdasarkan hasil penetapan konsistensi tanah pada dua kondisi tanah yang
berbeda yaitu pada kondisi lembab dan kering. Pada kondisi lembab setiap lapisan
memiliki konsistensi yang berbeda-beda yaitu pada lapisan O memiliki
konsistensi sangat teguh, pada lapisan A dan B memiliki konsitensi tanah yang
teguh, pada lapisan C memiliki konsistensi tanah gembur, dan pada lapisan R
konsistensi tanahnya lepas. Lapisan O dapat membentuk gumpalan tanah yang
sangat hancur, diperlukan tenaga yang kuat. Demikian juga pada tanah lapisan A
dan B, namun lapisan O lebih membutuhkan tenaga yang kuat serta perlu
dilakukan lapisan ini hanya diperlukan sedikit tenaga yaitu dengan meremas
tanah. Pada lapisan R tanah pada lapisan ini melekat satu sama lain sehingga
butir tanahnya mudah terpisah. Selain pada kondisi lembab terdapat juga
konsistensi tanah pada kondisi kering, dimana setiap lapisan juga memiliki
konsistensi berbeda-beda. Pada lapisan O konsistensi tanahnya lunak yang
dicirikan gumpalan tanah mudah hancurr bila diremas atau tanah lapisan ini
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
Pada lapisan A konsistensi tanahnya keras yang dicirikan dengan makin susah
untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur. Pada
lapisan B dan R memilliki konsistensi lepas, ini berarti butir-butir tanah mudah
pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain dan banyak mengandung pasir.Pada
lapisan C konsistensinya agak keras yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan
hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari
tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
90
O Sedang Rendah
A Tinggi tinggi
B Sedang sedang
C Tinggi sedang
R Rendah rendah
O 50
A 30
B 15
C 5
R 0
pada kondisi kering pada lapisan O lunak, lapisan A keras, lapisan B dan
R lepas, dan lapisan C agak keras.
7. Kandungan BO pada lapisan O dan B adalah sedang,pada lapisan A dan C
kandungan BO-nya tinggi dan pada lapisan R BO-nya rendah. Sedangkan
kandungan kapur pada lapisan O dan R ialah rendah, pada lapisan A
kapurnya tinggi serta pada lapisan B dan C kandungan kapurnya sedang.
8. Lahan berada pada ketinggian 132 MDPL dengan posisi BT 08° 35' 13,5
dan LS 116° 12' 12,1 dan kemiringan 5° dengan kondisi cuaca cerah dan
iklim panas serta relief lahan lurus. Lahan ini drainasenya baik dengan
erosi lahan berbentuk lembar dengan intensitas 10 %.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN