Disusun Oleh :
NPM : 21801032002
Kelas : Agrisbisnis 3A
Kelompok : 03 (tiga)
FAKULTAS PERTANIAN
2020
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………....i
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1. Kapasitas penahanan maksimum jenuh.
2. Kapasitas lapang.
3. Koefisien layu
4. Koefisien higroskopis
Secara praktis air yang tertahan mempengaruhi kapasitas tanah
untuk menyimpan air serta ketersediaan air tanah bagi tanaman dan
organisme lain. Sehingga untuk menunjang jumlah ketersediaan air bagi
tanaman kita perlu mengetahui kadar air di dalam tanah dengan melakukan
segala uji coba yakni menentukan kadar air tanah dan menentukan kadar
air tanah kapasitas lapang dengan metode gravimetri
1.2 Tujuan
Tujuan diadakan praktikum yaitu untuk menetapkan kadar air contoh tanah
kering angin, kapasitas lapang, dan kadar air maksimum tanah (jenuh air)
dengan metode gravimetri perbandingan massa air dengan massa padatan
tanah (atau disebut berdasarkan % berat)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dipanaskan dengan oven yang bersuhu 105° C hingga diperoleh berat
tanah kering yang tetap.( Hardjowigeno,2010)
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi,
kohesi dan gravitasi maka air tanah di bedakan menjadi sebagai berikut :
1) Air Higroskopis
Air Higroskopis adalah air yang di adsorbsi oleh tanah dengan
sangat kuat, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat
sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah.
Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara
31-10.000 atm (pF 4,0 – 4,7).
2) Air Kapiler
Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya
kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan dengan gaya
gravitasi. Air ini bergerak ke samping atau ke atas karena gaya
kapiler. Air kapiler ini menempati pori mikro dan dinding pori mikro,
ditahan pada tegangan 1/3 – 15 atm (pF 2,52 - 4,20) Air kapiler
dibedakan menjadi :
a. Kapasitas lapang, yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air
gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah
dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam,
sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas
lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanaman karena
pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air.
Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3
atm atau pada pF 2,54.
b. Titik layu permanen, yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan
menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman
mulai layu dan jika hal ini dibiarkan maka tanaman akan mati. Pada
titik layu permanen air di tahan pada tegangan 15 atm atau pada pF
4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai koefisien layu tanaman.
3) Air Gravitasi
4
Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah
karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gravitasi. Air
gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara
seperti N, K, Ca. Sehingga tanah menjadi masam dan miskin unsur
hara.( Hardjowigeno,2012)
5
1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga
lebih besar dari gaya gravitasi.
3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
4. Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya
curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi),
tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau
kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid,
2007).
Air yang tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara
kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman
juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah
yang dapat digunakan oleh akar tanaman
6
BAB III
METODOLOGI
7
1. Memasukkan 20 gram tanah kering udara dalam kaleng oven,
dimana beratnya telah diketahui terlebih dahulu, kemudian
menimbang tanah + kaleng.
2. Memindahkan contoh tanah dalam kaleng oven.
3. Dioven selama 24 jam pada suhu 105 ◦C.
4. Mengambil contoh tanah dan kalengnya, dinginkan dan
ditimbang.
8
3.2.3 Menentukan kadar air jenuh
1. Menyiapkan beaker glass dan meletakkan tissue di dasar beaker
glass, kemudian meletakkan pipa kapiler atau sedotan tepat
ditengan beaker glass tersebut.
2. Menyiapkan contoh tanah kering yang telah dihaluskan
sebanyak 200 cc.
3. Sementara tangan kiri memegang beaker glass dan pipa
kapiler/sedotan memasukkan tanah sambil menggoyang-
goyangkan agar kepadatan merata.
4. Menyemprot air pada permukaan tanah yang sebelum ditutup
plastik secara merata, hingga air dari permukaan turun secara
bersama sama sampai kurang lebih 1/3 dari tanah.
5. Mengambil sampel tanah jenuh sebanyak dua kali pengambilan
sampel dan diletakan pada kaleng oven.
6. Mengoven tanah selama 24 jam pada suhu 105 ◦C.
7. Menimbang berat kering tanah setelah di oven
9
BAB IV
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan percobaan yang berjudul
penetapan kadar air tanah. Percobaan ini dilakukan dengan mengambil
beberapa sampel tanah biasa yang akan di uji berdasarkan kualifikasi tanah
meliputi, Tanah Kering Udara (TKU), Tanah Jenuh (TJ), Tanah Kering Lapang
(TKL). Setiap pengujian, dilakukan pengambilan dua sampel tanah.
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
gravimetri, yakni dengan melakukan proses pengeringan didalam oven dengan
suhu sekitar 105°C selama 24 jam. Setelah itu barulah diketahui kadar air tanah
nya dengan cara melakukan pengurangan berat tanah sebelum dan sesudah di
oven.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa kadar air yang terkandung di dalam
setiap tanah yang dijadikan sebagai sampel berbeda-beda. Untuk sampel (TKU)
diperoleh TKU 1= 28,42 % dan TKU 2 = 27,84% sehingga kadar air yang ada
di tanah kering udara relatif kering serta kurang jenuh, apabila digunakan untuk
penanaman maka akan banyak memerlukan air, perlu adanya sistem yang
membantu menstabilkan kadar air tanah tersebut, yaitu dengan melakukan
irigasi, baik irigasi permukaan, irigasi lapisan bawah maupun dengan teknik
10
springkle, harus ditentukan untuk membantu pertumbuhan tanaman tersebut
agar tumbuh menjadi lebih baik dan stabil.
Untuk (TKJ) diperoleh TKJ 1 =82,15 % dan TKJ 2= 84,28 %, maka
variasi distribusi kadar air pada tanah jenuh akan berpengaruh terhadap nilai
derajat kejenuhan air dan udara pada tanah. Sehingga pengaplikasian dalam
penanaman tanaman sangat mempengaruhi vigor benih serta berpengaruh juga
terhadap akar tanaman.
Untuk (TKL) diperoleh TKL 1=70,06 % dan TKL 2=71,72 %, maka
keadaan air pada kapasitas lapang ini adalah jumlah banyaknya kandungan air
dalam tanah sesudah air gravitasi turun sama sekali. Tanah yang jenuh air
karena hujan lebat atau irigasi kemudian dibiarkan selama 24 jam sehingga air
gravitasi dengan bebas turun sama sekali. Pada keadaan ini tanah mengandung
air yang terbanyak bagi tanaman, yaitu pori makro terisi oleh udara dan air
yang tersedia, sedangkan pori-pori mikro diisi seluruhnya oleh air.
Perbedaan ini bisa diakibatkan karena lingkungan tempat tanah tersebut
berda ataupun karena struktur dan komposisi dari tanah itu sendiri. Dari hasil
rata-rata sampel diketahui bahwa tanah yang mengandung kadar air yang cocok
untuk tanaman dan mampu untuk menunjang tumbuh kembang tanaman adalah
sampel (TKL) dan sampel (TKJ) dengan rata-rata kadar air tanah 70,89% untuk
TKL dan 83,215% untuk sampel TKJ. Hal ini dikarenakan tanaman dapat
tumbuh dengan baik apabila kadar air dalam tanah tidak kurang dari 50% serta
tidak melebihi ambang batas atau terlalu banyak, untuk sampel tanah kering
udara (TKU) diperoleh hasil rata-rata yaitu 28,13% masih menunjukan jumlah
kadar air yang sedikit bagi tanaman.
11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan praktikum penetapan kadar air tanah dapat di
simpulkan bahwa :
1) Air tanah merupakan salah satu sifat fisik yang berpengaruh langsung
terhadap pertumbuhan tanaman dan aspek aspek kehidupan manusia
lainnya.
2) Penyerapan air tanah tergantung dari tekstur tanah, struktur dan kandungan
bahan organik dalam tanah.
3) KA % Massa TKU 1 dan 2 mempunyai rata-rata kadar air 28,42 % dan
27,84 %
4) KA % Massa TKJ 1 dan 2 memiliki rata rata kadar air antara 82,15 % dan
84,28 %
5) KA % Massa TKL 1 dan 2 mempunyai rata rata kadar air 70,06 % dan
71,72 %
6) Kadar air yang cocok untuk tanaman dan mampu untuk menunjang
tumbuh kembang tanaman adalah sampel (TKL) dan (TKJ) dengan rata-
rata kadar air tanah 70,89% untuk TKL dan 83,215% untuk sampel TKJ.
1) Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori
tanah terisi oleh air.
2) Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori
tanah mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga
lebih besar dari gaya gravitasi.
3) Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk
aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
12
4) Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat
oleh gaya matrik tanah.
5.2 Saran
Sebaiknya jika ingin membudidayakan tanaman apapun kita terlebih
dahulu harus mengetahui kadar air yang terkandung di dalam tanah itu, apakah
akan cocok atau tidak dengan syarat tumbuh tanaman yang akan kita tanam. Dari
praktikum kali ini kami menyarankan untuk menggunakan jenis tanah kapasitas
lapang (TKL) karena jumlah kadar air tanah nya dinilai cocok serta baik untuk
pertumbuhan tanaman.
13
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., and Brady. 2011. Ilmu Tanah. Jakarta: Bharata Karya Aksara.
Hakim. N. Et al. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas
Lampung.
Hanafiah, K.A. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.
Hanafiah, K dan Sutherland, R.A. 2007. “Spatial variability of 137Cs and
influence of sampling on estimates of sediment redistribution”,
Catena, 21, Page:57 – 71.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2010. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono H. 2012. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademik Pressindo.
Indriatmoko, R. Haryoto. 2012. Teknologi Konservasi Air Tanah Dengan Sumur
Resapan (Online)
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Unsri.
Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah Jilid II. Rajawali. Jakarta
Sutanto, Rachman. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.
Yogyakarta: Kanisius.
14
Lampiran Perhitungan
Perhitungan :
Sampel TKU1
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,21 – 3,54
= 16,67 gr
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 16,52 – 3,54
= 12,98 gr
KA % Massa =
= 28,42 %
Sampel TKU2
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,31 – 3,55
= 16,76 gr
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 16,66 – 3,55
= 13,11 gr
KA % Massa =
= 27,84 %
Sampel TKJ1
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,18 – 2,73
= 17,45 gr
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 12,31 – 2,73
= 9,58 gr
15
KA % Massa =
= 82,15 %
Sampel TKJ2
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,25 – 2,78
= 17,47 gr
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 12,26 – 2,78
= 9,48 gr
KA % Massa =
= 84,28 %
Sampel TKL1
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,21 – 3,51
= 16,7 gr
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 13,33 – 3,51
= 9,82 gr
KA % Massa =
= 70,06 %
Sampel TKL2
BTSO = (BTSO + BK) – BK
= 20,22 – 3,46
= 16,76 gr
16
BTKO = (BTKO + BK) – BK
= 13,22 – 3,46
= 9,76 gr
KA % Massa =
= 71,72 %
Ket :
MA (Massa Air) = BTSO – BTKO
MP (Massa Padatan) = BTKO
17