Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA DAN KIMIA TANAH

PENETAPAN KANDUNGAN AIR TANAH

Oleh:
Dewi Fitri Anggraini
NIM A1C017038

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah memiliki peranan penting bagi kehidupan makhluk hidup dimanan

makhluk hidup melakukan semua kegiatan diatas tanah. Tanah merupakan bagian

permukaan kulit bumi yang berfungsi sebagai tempat organisme. Tanah juga

memiliki peran penting dalam siklus hidrologi yaitu air hujan yang jatuh mencapai

tanah akan mengalami infiltrasi. Infiltrasi merupakan peristiwa dimana air bergerak

melalui celah-celah dan pori-pori batuan yang ada di bawah tanah yang dapat

bergerak vertikal atau horizontal.

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara

larut bagi pertumbuhan tanaman. Air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke

akar-akar tanaman. Keadaan air terlalu banyak tersedia mengakibatkan hara-hara

dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam

terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga

membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh

oksigen (O2 ) sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati. Jumlah air yang

diterima tanah sebagian besar tergantung pada kemampuan tanah menyerap air

cepat dan meneruskan air yang diterima kebawah. Gaya yang bekerja pada air tanah

yaitu gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.

Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu

memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan

tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan

tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar

seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun.

Terkadang pokok bahasan ini dianggap mudah sehingga perhatian terhadap

materi ini boleh dianggap kurang. Pokok bahasan ini tidak begitu rumit, seperti

pokok bahasan lain dalam sifat fisika dan kimia tanah. Beberapa mahasiswa belum

bisa membedakan tanah, jenis-jenis tanah, oleh karenanya, perlu di adanya

praktikum fisika dan kimia tanah mengenai kandungan air tanah disamping untuk

memperdalam ilmu pengetahuan mahasiswa, juga membantu mahasiswa

mengetahui lebih jauh mengenai kandungan air tanah, dan bisa membedakan jenis-

jenis tanah. Sehingga, dengan praktikum ini pengetahuan mahasiswa terhadap

pokok bahasan tanah akan lebih mendalam lagi, sehingga kekeliruan bisa

diminimalkan.

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengukuran kadar air tanah menggunakan metode gravimetri.

2. Mengetahui nilai kadar air menggunakan metode resistansi pada suatu tanah.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Ketersediaan air dalam tanah merupakan salah satu faktor penting bagi

pertumbuhan tanaman. Kadar air pada berbagai keadaan tanah seperti kadar air

kapasitas lapang dapat ditetapkan dengan metode yang berbeda. Air merupakan

salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air

yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-pori tanah. Setiap jenis

tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda, yang akan

mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah. Kadar air kapasitas lapang

didefinisikan sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air drainase sudah berhenti

atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya grafitasi setelah sebelumnya

tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Haridjaja dkk., 2013).

Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses

pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara

larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak

hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara

dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam

terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan juga

membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman memperoleh

O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutanto, 2005).

Sebagian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini

harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setiap tumbuhan

berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan

lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama

terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inchi

(650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah

hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat

tercemar (Hanafiah 2014).

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan

dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada

dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,

biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen

adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan

yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara

permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto,

2005).

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan

dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu

persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan

karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada

volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah

tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu

tertentu (Hakim, 1986).

Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang

terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula

menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada

tanah. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi,

seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh (Hakim, 1986).

Menurut Hermawan (2014), cara untuk penenetapan kadar air dapat

bermacam-macam salah satunya yaitu menggunakan metode gravimetri. Metode

gravimetri merupakan metode pemisahan air dari matriks tanah dengan cara

pemanasan. Pertama contoh tanah dikeringkan, ditumbuk, dan diayak

dengan ayakan bermata saring 2 mm. Kedua yaitu kadar air contoh tanah,

kering angin ditetapkan secara gravimetri. Sekitar 1 kg

tanah kering angin (Wta) ukuran 0-2 mm dimasukkan ke dalam bejana plastik dan

diketahui berat dan volumenya. Berat tanah tersebut dikoreksi

dengan kadar air sehingga diperoleh berat tanah setara kering oven (Wt). Metode

gravimetri dapat menentukan nilai dari kelembaban volumetrik sehingga nilai

volumetriknya dapat diketahui (Olzeweska dan Nowicka, 2015).

Pengukuran kadar air perlu dilakukan untuk mengetahui berat kering dari

suatu bahan. Faktor-faktor yang menmpengaruhi pengukuran kadar air salah

satunya yaitu tanah kering angin mash mengandung air dan apabila dipanaskan

pada suhu 105oC, maka air akan menguap dan mengakibatkan keadaan air tersebut

tidak stabil serta mengakibatkan penyimpangan sebagai dasar

penghitungan. Faktor lain yang dapat mempengaruhipengukuran kadar air yaitu

kesalahan metode atau prosedur yang sering kali dilakukan, hal ini akan

berpengaruh langsung terhadap hasil pengitungan (Rosmarkam dan Yuwono,

2009).
Brendan (2014) mengatakan bahwa kadar air kering untuk menghilangkan

air pada tanah membutuhkan suhu oven pada kisaran 105 C – 110 C. penggunaan

suhu oven yang seperti itu mengakibat kan tanah menjadi lebih stabil untuk

menghitung kadar air mutlak. Kadar air mutlak digunakan untuk mengukur pori

tanah yang berada di tanah guna mengetahui daya serap tanah terhadap air. Daya

serap tanah dipengaruhi oleh bahan organik, apabila bahan organic tinggi maka

kadar air atau daya serap tanah semakin tinggi karena sifat dari bahan organic yang

mampu menyimpan air dengan banyak.

Kadar air pada tanah tidak selalu baik ketika musim kering tiba. Kadar air

pada tanah pada musim kering mengalami sedikit tersediannya air sehingga kadar

air perlu dicari. Pencarian kadar air pada tanah bisa melalui alat yang berupa radar.

Alat tersebut dapat mengecek kandungan air pada tanah dengan langsung tanpa

dibawa ke lab. Uji coba yang dilkukan adalah dengan cara acak untuk pemilihan

lokasinya tanpa perhitungan guna mewakili dari semua tanah yang ada pada lahan.

Penggunaan alat pada radar sudah di praktekan pada kebun sayuran yang berada di

luar negeri. Penggunaan alat ini sangat efektif untuk mengetahui kadar air pada

tanah (Graham et al, 2013).

Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan

koefisien yang menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai

kebutuhan tanaman, terdiri dari :

1. Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh

ruang pori tanah terisi oleh air.


2. Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori

tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga

lebih besar dari gaya gravitasi.

3. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang

ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk

aktivitas, dan mempertahankan turgornya.

4. Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat

oleh gaya matrik tanah.

Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.

Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada

tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir

umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau

liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau

air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan

langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar

bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan

kedalaman solum tanah atau lapisan tanah.

Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas

lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga

bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang

dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik

layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik

layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Sampel tanah

2. Stopwatch

3. Oven

4. Air

5. Cawan

6. Timbangan

7. Pipet

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Dari total 8 kelompok dibagi menjadi 4 kelompok.

3. Cawan besar diambil oleh masing-masing kelompok.

4. Sampel tanah diambil setengah cawan.

5. Berat cawan dan berat cawan + tanah diukur. Serta setiap kelompok diberi

penambahan air (kel 1&2= 0 ml, kel 3&4= 5 ml, kel 5&6= 10 ml, kel 7&8= 15

ml).

6. Berat tanah, berat cawan + air, berat tanah + air, dan berat tanah + cawan + air

dihitung.
7. Setelah dilakukan penambahan air, lalu masukan cawan ke dalam oven selama

24 jam dengan suhu 102oC.

8. Berat cawan + tanah dan tanah saja diukur kembali. Lalu dihitung dengan

menggunakan kadar air basis basah dan basis kering.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data hasil pengamatan


Berat
Berat
Berat Berat cawan
Nama Berat cawan Berat
Penambahan tanah cawan +
Cawan cawan + tanah
air (ml) + air + air tanah
Kelompok (gr) tanah (gr)
(gr) (gr) + air
(gr)
(gr)
2 38.93 56.60 17.67 0 17.67 56.60 56.60
4 43.77 62.91 19.14 5 23.84 48.47 67.61
6 40.32 57.66 17.34 10 26.89 49.87 67.21

Tabel 2. Data hasil pengamatan setelah dioven

Nama Cawan Berat cawan +


Berat tanah (gr)
Kelompok tanah (gr)

2 50.65 11.72
4 58.69 14.92
6 52 11.68

2. Perhitungan

a. Kelompok 2

bobot total − bobot akhir


Bbasah = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

17.67−11.72
= x 100%
17.67

= 33.67 %
bobot total − bobot akhir
Bkering = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

17.67−11.72
= x 100%
11.72
= 50.77 %
b. Kelompok 4

bobot total − bobot akhir


Bbasah = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

19.14−14.92
= x 100%
19.14

= 22.05 %
bobot total − bobot akhir
Bkering = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

19.14−14.92
= x 100%
14.92

= 28.28 %

c. Kelompok 6

bobot total − bobot akhir


Bbasah = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

17.34−1.68
= x 100%
17.34

= 32.64 %
bobot total − bobot akhir
Bkering = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

17.34−11.68
= x 100%
11.68

= 48.46 %

B. Pembahasan

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan

dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah jumlah air yang ada

dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir keluar dan dengan nyata,

biasanya dinyatakan dengan persentase berat. Kadar air pada titik layu permanen
adalah yang dinyatakan dengan persentase berat kering. Pada saat daun tumbuhan

yang terdapat dalam tanah tersebut mengalami pengurangan kadar air secara

permanen sebagai akibat pengurangan persediaan kelembaban tanah (Sutanto,

2005).

Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan

dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu

persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan

karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada

volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah

tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C – 110 °C untuk waktu

tertentu (Hakim, 1986).

Kadar air dihitung dengan menggunakan berat air dan berat benda uji kering

pada tanah berbutir halus (kohesif), konsistensi tanah yang diberikan tergantung

pada kadar airnya, sedangkan kadar air tanah yang berhubungan dengan batas cair

dan batas plastik digunakan untuk menyatakan konsistensi relatif atau indeks

kecairan (Anonim, 2008).

Kadar air tanah juga dapat mempengaruhi keadaan tekstur tanah. Tanah yang

memiliki kadar air tinggi maka memiliki tekstur tanah yang lembab atau gembur

atau dapat menyimpan air dengan baik. Apabila tanah tersebut mempunyai tekstur

tidak gembur atau padat maka tanah tersebut hanya sedikit menyimpan air. Jadi

kadar air tanah yang baik ketika tekstur gembur dan mampu menyimpan air dengan

banyak. Penyimpanan air pada tanah bisa menggunakan bahan organik untuk

menyimpan lebih banyak dari kapasitasnya. Bahan organik selain menyimpan air
lebih banyak juga dapat menggemburkan tanah dan menyuburkan tanah

(Hermawan, 2013).

Menurut Hanafiah (2004), kadar dan ketersediaan air tanah dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

1. Tekstur tanah

Kadar air tanah bertekstur liat > lempung > pasir, misalnya pada

tegangan 1/3 atm (kapasitas lapang), kadar air masing-masingnys adalah

sekitar 55%, 40%, dan 15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur

terhadap proporsi bahan koloida ruang pori dan luas permukaan adsorptif,

yang makin halus teksturnya akan makin banyak, sehingga makin besar

kapasitas menyimpan air. Hasilnya berupa peningkata kadar dan

ketersediaan air tanah.

2. Kadar bahan organik

Bahan organk tanah mempunyai pori-pori mikro yang jauh lebih

banyak ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan

penjerap (kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi

kadar bahan organik akan makin tinggi kadar dan kesediaan air tanah.

3. Senyawa kimiawi

Garam-garam dan senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) baik

alamiah maupun non alamiah mempunyai gaya osmotik yang dapat menarik

dan menghidrolisis air, sehingga koefisien layu meningkat.

4. Kedalaman solum/lapisan tanah


Kedalaman solum menentukan volume simpan air, makin dalam

makin besar sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak.

Kedalaman solum/lapisan ini sangat penting bagi tanaman berakar tunggang

dan dalam.

Tujuan dari mengetahui kadar air tanah adalah sebagai bahan informasi yang

dapat menentukan jenis suatu komoditas yang dapat dikembangkan pada tanah

tersebut. Pengukuran kadar air memiliki manfaat yang besar dan merupakan salah

satu faktor yang sangat penting dalam hal peningkatan kualitas tanah. Selain itu,

kadar air tanah digunakan untuk perhitungan besar irigasi, drainase dan

evapotranspirasi.

Dari praktikum acara 4 ini didapatkan data hasil pengamatan dan juga hasil

perhitungan berat basah dan juga berat kering tanah yang dapat dihitung

menggunakan data yang sudah didapatkan. Dari data yang didapatkan, dibutuhkan

pengukuran seperti mengukur berat cawan, berat cawan ditambah dengan tanah,

berat tanah, kemudian dilakukan penambahan air pada tanah yang ada di cawan,

kemudian ditimbang berapa beratnya ketika sudah dilakukan penambahan air. Lalu

didapatkan data lagi ketika tanah dalam cawan sudah di oven selama 24 jam, tapi

yang diamati hanya berat cawan dengan tanah dan juga berat tanahnya.

Kemudian dilakukan perhitungan berat basah dan berat kering dari masing-

masing kelompok dengan menggunakan rumus seperti berikut:

bobot total − bobot akhir


Bbasah = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

bobot total − bobot akhir


Bkering = x 100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
pada kelompok 1 dan 2, didapatkan berat basah sebesar 2.8% dan berat kering

sebesar 38.9%, kemudian pada kelompok 3 dan 4, didapatkan berat basah sebesar

22.8% dan berat kering sebesar 29.6%, pada kelompok 5 dan 6, didapatkan berat

basah sebesar 36.5% dan berat kering sebesar 57.7%, lalu yang terakhir pada

kelompok 7 dan 8, didapatkan berat basah sebesar 26.7% dan berat kering sebesar

36.5%.

Pada praktikum ini tidak didapatkan kendala yang berarti artinya praktikum

berjalan dengan lancar dan tanpa kendala. Mungkin untuk para praktikan bisa lebih

kondusif lagi ketika sedang praktikum agar asisten juga dapat menerangkan dengan

benar dan jelas arahan dari praktikum yang akan dilakukan. Untuk kedepannya

asisten juga harus dapat mengontrol para praktikan agar praktikum dapat berjala

dengan lancar dan tanpa kendala.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum acara ini dapat disimpulkan bahwa penetapan kadar air tanah

dapat dilakukan secara langsung dengan pengukuran metode gravimetri, dengan

fokus terhadap perbedaan berat tanah. Metode gravimetri merupakan metode

standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi. Namun, metode ini harus

dilakukan di laboratorium sehingga penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga

yang banyak untuk mendapatkan satu nilai kadar air tanah. Terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi kadar air tanah, yaitu kadar bahan organik tanah,

kedalaman solum atau lapisan tanah, iklikm dan vegetasi, senyawa kimia, tekstur

tanah, struktur tanah, pori tanah, dan permeabilitas tanah.

B. Saran

Masing-masing dari asisten harus lebih mendalami tentang materi yang akan

disampaikan atau acara yang akan dilakukan agar tidak terjadi miss komunikasi dan

praktikum dapat berjalan dengan selarasnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Cara Uji Penentuan Kadar Air Untuk Tanah dan Batuan.
http://:blogspot.com.html. Diakses tanggal 23 Maret 2015.

Brendan, C., O. Kelly and V. Sivakumar. 2014. Water Content Determinations for
Peat and Other Organic Soils Using the Oven-Drying Method. Drying
Technology, 32(6): 631 – 643.

Buckman, H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara : Jakarta.

Graham, K. M., K. Preko, and B. K. A. Boasiako. 2013. Estimating the Volumetric


Soil Water Content of a Vegetable Garden using the Ground Penetrating
Radar. Scientific and Research Publications, 3(1): 1 – 14.

Hakim. N. Et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas


Lampung.
Hanafiah, K.A. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Rajawali Pers.

Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.

Haridjaja, Oteng., D. P. T. Baskoro1 dan M. Setianingsih. 2013. Perbedaan Nilai


Kadar Air Kapasitas Lapang Berdasarkan Metode Alhricks, Drainase Bebas,
dan Pressure Plate pada Berbagai Tekstur Tanah dan Hubungannya dengan
Pertumbuhan Bunga Matahari (Helianthus Annuus L.). J. Tanah Lingk,
15(2): 52-59.

Hermawan, Bandi. 2014. Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat
Dielektrik pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia, 6(2): 66 - 74.

Olszewska, Beata dan E. Nowicka. 2015. Comparison of Gravimetric Method and


Tdr Method Applied to Medium Alluvial Soils of The Valley of The Oder
River In The Region of Brzeg Dolny In The Period Of 2010–2014. Journal
of Ecological Engineering, 16(4): 44–48.

Rosmarkam, A dan N. W. Yuwono. 2009. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:


Kanisius.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan.


Yogyakarta: Kanisius.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai