Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK IRIGASI

KETERSEDIAAN AIR TANAH

Disusun oleh :

Praktikum 4 – Kelompok 4

1. Putri Arafah Anwariah (F44170083)

2. Akbar Renaldi Loebis (F44170084)

3. Giovan Aldri David Dohong (F44170089)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2020
PENDAHULUAN
Air telah menjadi kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia. Ketersediaan air
di muka bumi ini hanya sekitar 2.5% dari total volume air yang ada (UNESCO 1978
dalam Kodoatie dan Sjarief, 2010). Air tanah adalah air permukaan yang mengalami
infiltrasi di daerah isian sehingga terdapat di bawah permukaan bumi (Juanda dan
Hutasoit, 1999). Seiring laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, maka
kebutuhan air pun semakin meningkat. Pemanfaatan air tanah sebagai sumber air
bersih menjadi solusi terbaik dan termurah. Hal ini menyebabkan keberadaan air
tanah semakin berkurang (Kartasapoetra 2007)

Kisaran air tanah tersedia bagi tanaman merupakan air yang terikat antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen yang besarnya bervariasi tergantung pada
tekstur tanah, makin halus tekstur makin besar kisarannya (Hakim et all. 1986).
Klasifikasi kadar air tanah meliputi air tersedia,air tidak tersedia, air higroskopis, air
adhesi.air tersedia terdapat pada kisaran kapasitas dan titik layu permanen (pF 2,54 –
4,17), air tidak tersedia yaitu air yang berada pada tegangan diatas titik layu
permanen ( pF > 4,17), air higroskopis yaitu air yang diiikat oleh partikel tanah
dengan sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman, air adhesi juga air
yang terikat kuat antara tanah dan air sehingga tidak dapat digunakan oleh air dan
tanaman (Susanawati dan Suharto 2017)

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ketersediaan air tanah pada kondisi
Daerah Irigasi Amandit, pada beberapa rekayasa jenis tekstur tanah yang berbeda, dan
pada pola tanam sesuai dengan Daerah Irigasi Amandit.

METODOLOGI
Penelitian Kebutuhan Air Tanaman dilakukan pada hari Sabtu, 8 Februari 2020.
Alat yang digunakan berupa perangkat komputer/laptop yang sudah ter-install
perangkat lunak Cropwat dan Climwat. Data sekunder yang digunakan merupakan
data sekunder iklim rata-rata 10 tahun di Stasiun Banjarmasin yang dapat ditemukan
dengan menggunakan perangkat lunak Climwat. Jadi, pemasukan data iklim cukup
dengan menetukan titik lokasi pada peta yang dapat ditemukan pada tampilan
perangkat lunak Climwat kemudian dilanjutkan dengan export data menuju perangkat
lunak Cropwat.
Data iklim berupa temperatur, kecepatan angin, kelembapan, dan sinar matahari yang
telah di-export dari Climwat dimasukkan dalam tabel pilihan Climate/ETo pada
Cropwat melalui perintah Open. Lalu, data curah hujan dimasukkan ke tabel pilihan
Rain memakai data yang telah di-export dari perangkat lunak Cropwat.

Sebelumnya, tanaman yang akan ditanam dan tanah pada lokasi ditentukan juga
dengan memasukkannya juga ke Cropwat, yang mana berdasarkan studi literatur
didapatkan daerah Kalimantan Selatan mengandung tanah dengan jenis black clay
soil. Fitur Crop diklik kemudian diisi dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Jenis
tanamannnya dapat dipilih melalui perintah Open dan di sana tersedia berbagai jenis
tanaman. Tanaman yang akan dianalisa pada penelitian ini merupakan jenis tanaman
satu musim, yaitu padi yang banyak ditemukan pada D.I. Amandit, Kalimantan
Selatan. Dari data faktor iklim dan faktor tanaman tersebut, kebutuhan air tanaman
dan kebutuhan air irigasi akan secara otomatis didapatkan dengan Perangkat lunak
Cropwat. Kemudian, fitur “Schedule”, jenis “Irrigation timing”-nya memaki default
mode yang telah diatur oleh Food and Agricultural Organization (FAO). Kemudian
dilakukan rekayasa pada jenis tekstur tanah yaitu selain black clay soil, digunakan
juga jenis tekstur tanah red sandy loam, red loamy, dan red sandy. Untuk penjelasan
selanjutnya sama dengan penjelasan yang telah dijelaskan di atas. Untuk
memudahkan dapat dilihat pada diagram alir berikut ini pada Gambar 1.
PEMBAHASAN

Pergerakan air di dalam penampang tanah merupakan proses yang dinamis, dengan
sekuen berselang seling antara basah dan kering. Selama hujan atau pemberian air
irigasi, air masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Selanjutnya air bergerak ke
lapisan tanah yang lebih dalam, meningkatkan kandungan air di dalam penampang
(profil) tanah. Apabila penampang tanah telah jenuh, kelebihan air di dalam
penampang tanah akan bergerak secara gravitasi ke lapisan tanah yang lebih dalam
lagi, yang akan mengisi cadangan air bawah tanah (groundwater storage). Dalam
waktu yang bersamaan akan terjadi kehilangan air dari dalam tanah melalui
evaporasi, dan diambil oleh tanaman untuk proses fisiologis dan transpirasi.
Evaporasi dari permukaan tanah dipengaruhi oleh kondisi iklim dan permukaan tanah
itu sendiri, sedangkan transpirasi lebih banyak ditentukan oleh kondisi tanaman dan
stadium pertumbuhannya, serta ketersediaan air di dalam tanah (Anggraini et al.
2013)

Untuk mengetahui hubungan antara tanah, air, dan tanaman, dikenal konsep air
tersedia bagi tanaman (Sosrodarsono 2006). Air tersedia bagi tanaman adalah kisaran
nilai kandungan air di dalam tanah, dan sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan
tanaman. Kondisi ini berkaitan erat dengan kemampuan tanah dalam menahan air
atau disebut retensi tanah. Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam
menyerap dan/atau menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari
dalam pori-pori tanah. Kondisi ini sangat tergantung pada tekstur dan struktur tanah,
pori- pori tanah meso dan mikro, drainase, dan iklim khususnya suhu dan hujan. Oleh
sebab itu, untuk mengkuantifikasi kebutuhan air dan mengoptimalkan penggunaan air
irigasi, maka dengan mengetahui retensi air di dalam tanah merupakan upaya yang
baik dalam perencanaan pertanian (Juhana et al. 2015).

Kapasitas lapang adalah kandungan air (θ) di dalam tanah, biasanya dicapai 2 atau
3 hari sejak terjadi pembasahan atau hujan, dan setelah proses drainase berhenti.
Definisi tersebut berlaku untuk penampang tanah homogen, dan tidak terjadi
penguapan dari permukaan tanah. Bila tanah dalam keadaan kering, pemberian air
ditujukan untuk membasahi tanah sampai mencapai kapasitas lapangan, khususnya di
sekitar daerah perakaran tanaman. Kandungan air tanah pada kapasitas lapangan
sangat tergantung pada berbagai macam faktor, diantaranya tekstur tanah, kandungan
air tanah awal, dan kedalaman permukaan air tanah. Titik layu permanen adalah
kandungan air tanah dimana tanaman sepenuhnya layu, dan pada akhirnya mati,
karena tidak mampu lagi mengembalikan fungsi turgor dan aktivitas biologisnya.
Ketika tanaman layu, kandungan air di dalam daun mencapai nilai tertentu,
tergantung jenis tanaman dan stadium pertumbuhannya, serta kondisi lingkungan.
Jumlah air maksimum yang tersedia untuk tanaman adalah selisih kandungan air pada
kapasitas lapangan dan titik layu permanen. Dapat dilihat pada Grafik 1 di bawah ini.
Grafik 1 Hubungan antara kandungan air tanah dan kelas tekstur tanah

Pembahasan yang dilakukan adalah untuk tanaman padi yang sering kali ditemukan
di D.I. Amandit. Data yang digunakan merupakan data yang di peroleh dari perangkat
lunak Climwat yaitu berasal dari location 14, lebih spesifik yaitu Stasiun BMKG
Banjarmasin pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut. Setelah seluruh data
dimasukan ke dalam Cropwat, hasil dari fitur CWR maka didapatkan hasil curah
hujan efektif maksimum terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 160 mm. Sedangkan
untuk kebutuhan air irigasi yang paling maksimum terjadi di bulan Januari minggu
pertama sebesar 90,4 mm/dec. Dekade disini maksudnya adalah 10 hari dari setiap
bulan. Irigasi tidak diperlukan dari bulan Febuari awal sampai dengan Mei akhir.
Perlu diketahui bahwa tanah yang relatif ada pada daerah Kalimantan Selatan
berdasarkan studi literatur yaitu black clay soil. Nilai koefisien tanaman yang
didapatkan relatif berbeda-beda tergantung pada golongan waktu tanam yang mana
Nilai terbesar diperoleh pada mid season sebesar 1,05.

Tanaman padi mulai ditanam pada tanggal 30 Januari dan melalui aplikasi
Cropwat menunjukan bahwa pemanenan dapat dilakukan pada tanggal 28 Mei.
Melalui fitur Crop Irrigation Schedule dapat diketahui kebutuhan irigasi dengan
timing yang berbeda-beda.
Pengaturan pada fitur ini menggunakan metode yang standar dengan Food and
Agricultural (FAO) yaitu pada Rice schedulling, tampilan Irrigation timing memakai
Irrigate at fixed waterdepth dengan kedalaman 5 mm kemudian pada Irrigation
application memakai Refill to fixed waterdepth dengan Refill waterdepth to 100 mm,
dilanjutkan dengan efisiensi irigasi sebesar 70% kemudian tahap selanjutnya pada
fitur Land Preparation menggunakan metode standar dengan Food and Agricultural
(FAO). Pada penelitian kali ini digunakan jenis tanah yang berbeda-beda dan
menggunakan pola tanam rice dikarenakan tanaman yang menjadi tujuan adanya
irigasi di D.I. Amandit adalah 100% rice salah satunya tekstur tanah black clay soil
yang relatif berada di D.I. Amandit kemudian dilakukan rekayasa untuk jenis tekstur
tanah yang berbeda yaitu red loamy, red sandy loam, dan red sandy. Masing-masing
hasil perhitungan mengenai ketersediaan air tanah dapat digambarkan dalam bentuk
tabel hasil perhitungan di perangkat lunak Cropwat dan berupa grafik. Hasil
perhitungan pada tanah dengan tekstur tanah black clay soil sangat berbeda jauh
dengan hasil tanah pada jenis tekstur tanah lainnya. Kecenderungan nilai dari grafik
dan juga gambar hasil tabel perhitungan menunjukkan nilai yang menurun seiring
dengan perubahan jenis tekstur tanah yaitu dari black clay soil sampai red loamy, red
sandy loam, dan red sandy. Untuk memudahkan dalam mengetahui nilai-nilai tersebut
di bawah ini dipaparkan gambar-gambar hasil perhitungan dengan memakai
perangkat lunak Cropwat.

Gambar 2 Hasil perhitungan untuk menentukan evapotranspirasi acuan (ETo)


Grafik 2 Nilai curah hujan effektif

Gambar 3 Nilai koefisien tanaman padi pada berbagai waktu tanam


Gambar 4 Data tanah pada D.I. Amandit berdasarkan studi literatur

Gambar 5 Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman berdasarkan data tanah D.I Amandit

Grafik 3 Rice irrigation scheduling graph pada jenis tekstur tanah D.I. Amandit
Gambar 6 Scheme Supply pada jenis tekstur tanah D.I. Amandit

Gambar 7 Data tanah dengan rekayasa red loamy


Gambar 8 Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman dengan rekayasa red loamy

Grafik 4 Rice irrigation scheduling graph dengan rekayasa red loamy


Gambar 9 Scheme Supply dengan rekayasa red loamy

Gambar 10 Data tanah dengan rekayasa red sandy loam


Gambar 11 Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman dengan rekayasa red sandy loam

Grafik 5 Rice irrigation scheduling graph dengan rekayasa red sandy loam
Gambar 12 Scheme Supply dengan rekayasa red sandy loam

Gambar 13 Data tanah dengan rekayasa red sandy


Gambar 14 Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman dengan rekayasa red sandy

Grafik 6 Rice irrigation scheduling graph dengan rekayasa red sandy


Gambar 15 Scheme Supply dengan rekayasa red sandy

SIMPULAN
Setelah seluruh data dimasukan ke dalam Cropwat, hasil dari fitur CWR maka
didapatkan hasil curah hujan efektif maksimum terjadi pada bulan Januari yaitu
sebesar 160 mm. Sedangkan untuk kebutuhan air irigasi yang paling maksimum
terjadi di bulan Januari minggu pertama sebesar 90,4 mm/dec. Dekade disini
maksudnya adalah 10 hari dari setiap bulan. Irigasi tidak diperlukan dari bulan
Febuari awal sampai dengan Mei akhir. Tanaman padi mulai ditanam pada tanggal 30
Januari dan melalui aplikasi Cropwat menunjukan bahwa pemanenan dapat dilakukan
pada tanggal 28 Mei. Melalui fitur Crop Irrigation Schedule dapat diketahui
kebutuhan irigasi dengantiming yang berbeda-beda. Pengaturan pada fitur ini
menggunakan metode yang standar dengan Food and Agricultural (FAO) yaitu pada
Rice schedulling, tampilan Irrigation timing memakai Irrigate at fixed waterdepth
dengan kedalaman 5 mm kemudian pada Irrigation application memakai Refill to
fixed waterdepth dengan Refill waterdepth to 100 mm, dilanjutkan dengan efisiensi
irigasi sebesar 70% kemudian tahap selanjutnya pada fitur Land Preparation
menggunakan metode standar dengan Food and Agricultural (FAO).

Pada penelitian kali ini digunakan jenis tanah yang berbeda-beda dan menggunakan
pola tanam rice dikarenakan tanaman yang menjadi tujuan adanya irigasi di D.I.
Amandit adalah 100% rice salah satunya tekstur tanah black clay soil yang relatif
berada di D.I. Amandit kemudian dilakukan rekayasa untuk jenis tekstur tanah yang
berbeda yaitu red loamy, red sandy loam, dan red sandy. Masing-masing hasil
perhitungan mengenai ketersediaan air tanah dapat digambarkan dalam bentuk tabel
hasil perhitungan di perangkat lunak Cropwat dan berupa grafik. Hasil perhitungan
pada tanah dengan tekstur tanah black clay soil sangat berbeda jauh dengan hasil
tanah pada jenis tekstur tanah lainnya.
Kecenderungan nilai dari grafik dan juga gambar hasil tabel perhitungan
menunjukkan nilai yang menurun seiring dengan perubahan jenis tekstur tanah yaitu
dari black clay soil sampai red loamy, red sandy loam, dan red sandy.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini F, Suryanto A, Aini N. 2013. Sistem tanam dan umur bibit pada tanaman
padi sawah (Oryza sativa L.) varietas inspasri 13. Jurnal Produksi Tanaman 1(2) :
1-10.

Juhana EA, Permana S, Farida I. 2015. Analisis kebutuhan air irigasi pada Daerah
Irigasi Bangbayang UPTD SDAP Leles Dinas Sumber Daya Air dan
Pertambangan Kabupaten Garut. Jurnal Konstruksi. 13(1) : 1-10.

Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Saul MR, Diha MA, Hong GB,
Bailey HH. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Lampung (ID) : Universitas Lampung.

Kartasapoetra. 2007. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


Jakarta (ID) : Pradnya Paramitha.

Kodoatie, Robert J, Roestam S. 2010.Tata Ruang Air. Yogyakarta(ID) : Penerbit


ANDI.

Sosrodarsono, Suyono, Takeda, Kensaku, 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta


(ID) : Pradnya Paramitha.

Susanawati LD, Suharto B. 2017. Kebutuhan air tanaman untuk penjadwalan irigasi
pada tanaman jeruk keprok 55 di Desa Selorejo menggunakan Cropwat 8.0.
Jurnal Irigasi. 12(2) : 109 - 118.

Anda mungkin juga menyukai