Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum

Dasar – Dasar Ilmu Tanah

KADAR AIR TANAH

NAMA : SAHRUL
NIM : G011181030
KELAS : DASAR – DASAR ILMU TANAH
KELOMPOK :1
ASISTEN : FIRLY HAMDAN P.

DEPARTEMEN ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer)
dibawah permukaan tanah, mengiri ruang pori batuan dan berada dibawah water
table. Akuifer merupakan suatu lapisan, formasi atau kumpulan formasi geologi
yang jenuh air yang punya kemampuan untuk menyimpan dan meluluskan air
dalam jumlah cukup dan ekonomis, serta bentuk dan kedalamannya terbentuk
ketika terbentuknya cekungan air tanah. Cekungan air tanah adalah suatu wilayah
yang dibatasi oleh batas hidrologis, tempat semua kejadian hidrologis seperti proses
pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung. Air menutupi
hampir 71% permukaan tanah, air diperlukan untuk kelangsungan proses biokimia
organisme hidup, sehingga sangat esensial (Haridjaja, 2013).
Kadar air tanah diukur berdasarkan kebutuhan harian yang ditentukan oleh
besarnya evapotranspirasi pada hari tersebut. Pengukuran dilakukan dengan cara
setiap hari memberikan air kedalam polibag dengan jumlah yang sama misalnya
1000 ml, kemudian dibiarkan sampai seluruh air gravitasi turun, sedangkan air yang
terikat pada tanah menjadi air kapasitas lapang (Ichsan, dkk. 2010).
Air diperlukan oleh tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya,
antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi dimana reaksi kimia
dalam tanah hanya berlangsung bila terdapat air. Pelepasan suatu unsur-unsur hara
dari mineral primer terutama juga karena pengaruh air, dimana yang kemudian
mengangkutnya ke tempat lain atau pencucian unsur hara. Sebaliknya, kemampuan
air menghanyutkan unsur hara dapat pula dimanfaatkan untuk mencuci garam-
garam yang berada dalam tanah (Hanafiah 2014).
Sebagaian besar air yang diperlukan oleh tumbuhan berasal dari tanah. Air ini
harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya. Kebutuhan air setap tumbuhan
berbeda. Tumbuhan air memerlukan air lebih banyak dibandingkan jenis tumbuhan
lainnya. Air merupakan substansi yang paling umum di atas bumi dan diperlukan
untuk semua kehidupan. Penyediaan air tawar dalam jangka waktu lama selama
terus-menerus sama dengan presipitasi (hujan) tahunan yang rata-ratanya 26 inci
(650 mm) untuk permukaan lahan dunia. Air dibagikan tidak merata oleh curah
hujan, berubah bentuk, berpindah dari satu tempat ke lainnya (Hanafiah, 2014).
Bedasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan pratikum pengamatan kadar
air tanah karena kita ingin mengetahui kandungan air pada tiap lapisan. Dan juga
kita ingin memahami lebih detail mengenai kandungan air dalam tanah karena
kandungan air sangat berpengaruh pada kesesuaian tanah untuk diolah.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari pratikum kadar air tanah adalah untuk memahami bagaimana kadar air
tanah diukur dan dihitung dan memahami bahwa tanah yang berbeda memiliki
kadar air yang tidak sama, meskipun peranan energi yang memegang air di dalam
tanah adalah sama. Kegunaan dari pratikum kadar air tanah adalah agar kita dapat
mengetahui perbedaan kadar air pada setiap tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air Tanah


Kadar air tanah dipengaruhi oleh sifat fisik tanah. Dimana kadar air tanah adalah
selisih dari masukan air melalui inflitrasi. Ditambah kondensasi oleh tanaman dan
adsorbsi oleh tanah dikurangi kehilagan air melalui evaportranspirasi, aliran
permukaan, perkolasi dan rembesan literal, dimana adsorbsi air oleh tanah dan
masukya air kedalam tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan porositas tanah
sehingga air yang masuk tergantung dari tanah (Hanafiah, 2014).
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah
tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 °C-110 °C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Penentuan kandungan air dalam tanah dapat ditentukan dengan istilah nisbi,
seperti basah dan kering dan istilah jenuh atau tidak jenuh (Gusli 2015).
Koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari Jenuh atau
retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah
mulai menipis, sehingga tegangan antar air-udara meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi. Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang
ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas,
dan mempertahankan turgornya. Koefisien higroskopis adalah kondisi di mana air
tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah (Hanafiah 2014).
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada
tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir
umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau
liat. Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman. Ketersediaan air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau
air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan
langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar
bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Rayes, 2014).
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Air
Menurut Hanafiah, 2014 faktor-faktor yang mempengaruhi kadar dan ketersediaan
air tanah adalah:
1. Tekstur tanah
Kadar air tanah bertekstur liat, lempung, pasir, misalnya pda tegangan 1/3 atm
(kapasitas lapang), kadar air masing-masingnya adalah sekitar 55%, 40% dan
15%. Hal ini terkait dengan pengaruh tekstur terhadap proporsi bahan koloidal,
ruang pori dan luaas permukaan adsorptive, yang makin halus teksturnya akan
makin banyak, sehingga makin besar kapasitas menyimpan air. Hasilnya berupa
peningkatan kadar air dan ketersediaan air tanah.
2. Kadar bahan organik
Bahan organik tanah mempunyai pori-pori mikro ynag jauh lebih banyak
ketimbang partikel mineral tanah, yang berarti luas permukaan penjerap
(kapasitas simpan) air juga lebih banyak, sehingga makin tinggi kadar bahan
organic akan makin tinggi kadar dan ketersediaan air tanah.
3. Senyawa kimiawi
Garam-garam dan senyawa pupuk/amelioran (pembenah tanah) bauk alamiah
maupun non alamiah mempunyai gaya ostomik yang dapat menarik dan
menghidrolisi air, sehingga koefisien layu meningkat.
4. Kedalaman solum/ lapaisan tanah
Kedalaman solum menentukan volume simpan air, makin dalam makin besar,
sehingga kadar dan ketersediaan air juga makin banyak. Kedalaman solum atau
lapisan ini sangat penting bagi tetenaman berakar tunggng dan dalam.
2.3 Hubungan Kadar Air dengan Pertumbuhan Tanaman
Kadar air tanah merupakan salah satu bagian penyusun tanah. Air tanah hampir
seluruhnya berasal dari udara dan atau atmosfer terutama di daerah tropis air hujan
itu dapat merembes ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sedangkan sisanya
mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan tanah. Air infiltrasi tadi bila
dalam jumlah banyak dan terus merembes kedalam tanah secara vertikal dan
meninggalkan daerahnya perakaranya yang disebut perkolasi, yang akhirnya
sampai pada lapisan yang kedap air yang kemudian ekumpul disitu menjadi air
tanah atau sering disebut ground water. Mengetahui banyaknya air di dalam tanah
yang tersedia bagi tanaman adalah penting sekali terutama dalam hal penentuan
pemberian air pada tanaman atau pengairan tanaman agar supaya tidak terjadi
kelebihan ataupun kekurangan air. Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukan
terutama oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur
yang halus, sebaliknya tekstur yang rendah mempunyai teksttur yang kasar nilainya
akan lebih rendah lagi dibandingkan dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air
tanah maksimum adalah jumlah air maksimal yang dapat ditampung oleh tanah
setelah hujan turun dengan sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik
makro maupun mikro, dalam keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi
jenuh dengan air. Jika terjadi penambahan air lebih lanjut, maka akan terjadi
penurunan air gravitasi yang bergerak lurus terus kebawah (Hanafiah, 2014).
Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman dicari dengan jalan penentuan
kandungan air pada tanaman lapang dikurangi dengan presentase keadaan tanah
pada titik layu permanen. Dalam hal ini nilai-nilainya sangat ditentukn terutama
oleh tekstur tanah. Tekstur tanah yang lebih tinggi mempunyai tekstur yang halus,
sebaliknya tekstur tanah yang kasar nilainya akan lebih rendah dibandingkan
dengan hal yang tadi. Kapasitas kandungan air tanah maksimum adalah jumlah air
maksimal yang dapat ditampung oleh tanah setelah setelah hujan turun dengan
sangat lebat atau besar. Semua pori-pori tanah baik makro maupun mikro, dalam
keadaan terisi oleh angin sehingga tanah menjadi jenuh (Hanafiah, 2014).
Dengan tersedianya kadar air di dalam tanah, maka proses pertumbuhan
tanaman akan berlangsung dengan baik. Sebab air tanah dapat bekerja sebagai
pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman. Selain itu
juga sebagai pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak
tersedia menjadi hara yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Kadar air juga
menopang aktivitas mikroba dalam merombak unsur hara serta sebagai pembawa
oksigen terlarut ke dalam tanah. Dimana oksigen yang berada dalam tanah ini juga
dibutuhkan bagi tanaman dalam pertumbuhannya. Kadar air tanah dapat menjadi
stabilisator temperatur tanah serta mempermudah dalam pengolahan tanah yang
cocok untuk pertanian (Defriyanto, 2015).
Menurut Astiningrum, (2015), kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman
adalah:
1. sebagai unsur hara tanaman, tanaman memerlukan air dari tanah dan CO 2 dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis.
2. air sebagai pelarut, segala sesuatu di dalam tanah selalu dapat larut di dalam air,
terutama jika air tersebut mengandung asam-asam atau basa-basa. Kelarutan
merupakan ukuran kekuatan stabilitas suatu kristal, suatu garam dapat larut
dalam air jika daya tarik-menarik ion-ion terhadap molekul-molekul air lebih
kuat dibandingkan daya tarik menarik ion-ion yang satu terhadap ion yang
lainnya. Kemampuan air dalam melarutkan sebagian bahan mempunyai arti
penting pada pembentukan tanah dan pertumbuhan tanaman.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum kadar air tanah dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Keseburan
Tanah, Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21, 24, dan 28 September 2018
Pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan Petridis, oven,
dan buku penuntun. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah
terganggu pada lapisan I dan II.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menimbang cawan Petridis, kenudian tambahkan 20 gr tanah kering udara
2. Mengeringkan tanah dalam cawan tersebut di dalam oven dengan suhu 105ºc
selama 2 x 24 jam.
3. Mengeluarkan cawan Petridis dan tanah dari oven, keringkan dalam desikator
kemudian menimbang cawan Petridis bersama tanah.
4. Menghitung dengan rumus:
a. Berat cawan Petridis = a gram
b. Berat cawan Petridis + Tanah kering udara = b gram
c. Berat cawan Petridis + Tanah kering oven = c gram
d. Berat tanah kering udara = (b – a)
e. Berat tanah kering oven = (c – a)
f. Berat air yang hilang = (b – c)

(𝑏−𝑎)−(𝑐−𝑎)
Kadar air tanah = (𝑐−𝑎)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan kadar air tanah yang dilakukan di laboratorium,
maka dapat diperoleh data sebagai berikut:
Tabel. 1 hasil pengamatan kadar Air Tanah

Lapisan Kedalaman (cm) Kadar Air (g/g)

I 0 – 10 0,041

II 10 – 40 0,052

4.2 Pembahasan
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan
dengan berat kering. Kadar air tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu
persentase volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan
karena dapat memberikan gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada
volume tanah tertentu.
Percobaan kadar air untuk menentukan persen maksimum tanah menyimpan
air. Hal ini sangat erat kaitannya dengan tekstur tanah, yaitu partikel yang ada di
dalam tanah dalam hal ini adalah partikel liat. Tanah dengan tekstur halus memiliki
total pori-pori lebih banyak dibandingkan dengan tanah yang bertekstur kasar.
Dengan makin tingginya jumlah pori-pori tanah, makin banyak air yang dapat
ditampung oleh tanah tersebut. Dengan demikian tanah dengan tekstur halus
memiliki jumlah air tersedia lebih banyak dibandingkan tanah bertektur kasar.
Tanah yang sudah berstruktur memiliki total pori yang lebih banyak dibandingkan
tanah-tanah yang belum mengalami perkembangan agregat (struktur pejal atau
massif dan lepas-lepas atau loose).
Berdasarkan data yang didapat pada Tabel diatas pada lapisan I dengan
kedalaman 0 – 10 cm memiliki persen kadar air sebesar 0,041g/g. Sedangkan pada
lapisan II dengan kedalaman 10 – 40 cm memiliki persen kadar air sebesar
0,052g/g. Jadi, perbandingan antara lapisan pertama dan kedua disebabkan karena
pori – pori pada lapisan pertama lebih banyak dibandingkan pada lapisan kedua
yang keduanya dikarenakan memiliki tekstur tanah yang berbeda.
Pada lapisan I yang memiliki kadar air sebesar 0,041g/g dengan tekstur tanah
Lempung Berpasir. Sedangkan pada lapisan II memiliki kadar air sebesar 0,052g/g
dengan tekstur tanah Liat Berpasir. Dapat dilihat bahwa kedua lapisan ini memiliki
kadar air dan tekstur tanah yang berbeda pula. Hal ini dikarenakan pada setiap
lapisan memiliki kadar partikel liat yang berbeda, menurut Astinigrum, (2015)
tanah yang bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar hingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Apabila dihubungkan
dengan pertumbuhan tanaman berdasarkan hasil diatas maka tanaman yang tumbuh
lahan dominan tumbuhan yang memiliki system perakaran yang bagus atau system
perkaran dikotil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Conclution
Based on the above practicum, a conclusion is drawn that the water content is the
power of the soil to store water in the soil. This is related to the previous practicum,
namely soil texture. The more texture the soil is dominant, the stronger the soil
binds to water, which increases the water content in the soil.
5.2 Suggestion
In the soil air-conditioning lab, be careful in using an oven that allows it to dry soil
samples and is expected to better maintain and evaluate agar soil samples and also
calculate soil air content more accurately.
DAFTAR PUSTAKA

Astiningrum, Murti. 2015. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Magelang: Fakultas Pertanian


Universitas Tidar.
Cahyono, Ongko. 2014. Ilmu Tanah. Surakarta: Universitas Tugas Pembangunan.
Darwis. 2017. Pengelolaan Air Tanah. Pustaka AQ. Yogyakarta.
Defriyanto. 2015. Sifat Fisik Tanah dan Tingkat Kepekaan Erosinya Pada
Kawasan Karst Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Universitas Negeri
Semarang. Semarang.
Gusli, S. 2015. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu tanah. Makassar: Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
Hanafiah. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada, Palembang.
Hanafiah, K.A. 2014. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.
Haridjaja. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air Kapasitas Lapang Berdasarkan
Metode Alhricks, Drainase Bebas, Dan Pressure Plate Pada Berbagai
Tekstur Tanah Dan Hubungannya Dengan Pertumbuhan Bunga Matahari
(Helianthus annuus L.). Jurnal Tanah Lingkungan. Vol. 5, No. 2, hal. 52-59.
Ichsan, Cut Nur, dkk. 2010. Respon Kedelai Kultivar Kipas Putih dan Wilis Pada
Kadar Air Tanah Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil [Versi
elektronik]. Jurnal Agrista, 14(1): 25-29.
Rayes, Mochtar Lutfi. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Malang: UB Press.
LAMPIRAN

(𝑏−𝑎)−(𝑐−𝑎)
Kadar air tanah = (𝑐−𝑎)

Dik:
Berat lapisan O= 27,8
Berat lapisan A=27,7
Berat cawan O= 8,6
Berat cawan A= 8,7
Penyelesaian:
Berat tanah kering O= Berat lapisan O- Berat cawan
= 27,8-8, 6
= 19,2 g
Berat tanah kering A= Berat lapisan A- Berat cawan
= 27,7-8, 7
= 19 g
Jadi,
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Lapisan I :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

20−19,2
:
19,2
0,8
:
19,2

: 0,041 g/g
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
Lapisan II :
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
20−19
:
19
1
:
19
: 0,052 g/g

Anda mungkin juga menyukai