Anda di halaman 1dari 15

I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

A. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH DENGAN METODE


KURVA Ca(OH)2 DENGAN PH

Reaksi tanah sekitar netral merupakan keadaan baik untuk pertumbuhan


optimum tanaman pada umumnya, karena pada PH demikian unsur – unsur
hara paling banyak tersedia dan lebih berimbang. Tanah di indonesia pada
umumnyabereaksi masam dengan ph 4.0-5.5, untuk menunjang pertumbuhan
tanaman yang baik maka ph tanah masam harus dinaikkan dengan
menambahkan kapur ke dalam tanah. Salah satu metoda penentuan kebutuhan
kapur tanah untuk mencapai suatu ph tertentu adalah metode kurva Ca(OH)2
dengan ph.

Reaksi Ca(OH)2 dengan tanah-tanah masam secara relatif adalah rendah,


karena sulitnya difusi ion-ion didalam struktur koloid tanah yang sangat
halus, maka tidak praktis jika meniter sejumlah berat tanah secara langsung
dengan larutan alkali dari buret. Sebagai gantinya maka tanah dikocok dengan
sejumlah Ca(OH)2 yang meningkat untuk beberapa kali perlakuan. Harus
dijaga agar perbandingan tanah larutan selalu tetap yaitu 1 :2,5.

B. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH BERDASARKAN Al


DAPAT DIPERTUKARKAN (Al-dd)
Tanah masam mempunyai sifat yang erat hubungannya dengan
persentase ion H+ dan AL3+ yang dapat dipertukarkan . (H-dd dan Al-dd).
Aluminium merupakan sumber kemasaman tanah yang peting karena Al3+
akan menyumbangkan ion H+ kedalam larutan tanah melalui proses sebagai
berikut :
Al (H2O)63+ + H2O ===== Al(OH) (H2O) 52+ + H3O+
Al (H2O)52+ (H2O) + H2O ===== Al(OH) (H2O) 42+ + H3O-
Al (H2O) (H2O)4+ + H2O ===== Al(OH)3(H2O)30+ + H3O+
Al (OH)3 (H2O)30 + H2O ===== Al(OH)4(H2O)2- + H3O+
Aluminium dalam tanah berasal dari pelarutan mineral – mineral silikat.
Aluminiun terdapat dalam lempeng tetrahedron maupun oktahedron.
Al Si2O5 (OH)4 + 6N+ ------ 2 Al3+ + 2 Si (OH)4 + H2O+
Ion Al3+ sangat reaktif didalam larutan tanah. Ion Al akan selalu terhidrolisa
membentuk kompleks Al (H2O)63+ dimana 1 ion Al diikat oleh 6 molekul air.
Terbentuknya Al valensi dua atau satu tergantung pada keadaan ph tanah.
Pada ph terdapat senyawa Al (H2O)63+. Jika ph tanah naik hidrolisa terjadi
dengan membebaskan ion H+ kedalam larutan tanah sehingga berturut-turut
akan terbentuk senyawa Al(OH)2(H2O)4+ (PH 4.7 – 6.5) dan Al(OH)3(H2O)30
(PH 6.5-8.0).

Kation-kation Al tersebut dijerap kuat oleh kompleks jerapan tanah dan


umumnya hanya ion Al(H2O)63+ yang terdapat digantikan bila dilakukan
pencucian dengan garam dari asam kuat. Jika ph tinggi maka hidrolisa Al
tidak terjadi.

Pada tanah bereaksi masam, persoalan utama adalah kelarutan yang


tinggi dari ion Al, Fe, Mn dan unsur mikro lainnya yang bersifat racun bagi
tanaman. Juga terjadi interaksi antara Al dan P dimana P terikat oleh bahan-
bahan tanah yang berasal dari pelapukan mineral dan pupuk sehingga menjadi
senyawa yang terlarut. Jumlah Al yang dapat dipertukarkandan larut dsidalam
larutan tanah akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Pengapuran terarti penambahan bahan kapur dari senyawa oksida,


hidroksida karbonat Ca dan Mg kedalam tanah. Kebutuhan kapur tanah
tergantung pada ; ph tanah yang diinginkan, penetralan Al, kemampuan
menyangga dari tanah, ph tanah semula, kapasitas : tukar kation dan tanaman
yang akan ditanam.

Derajat kemasaman tanah dibedakan atas derajat kemasaman aktif / nyata


dan derajat kemasaman potensial. Ion Al3+ dan H+ umumnya terjerap pada
permukaan kemasaman potensial dan ion H+ didalam larutan tanah
merupakan kemasaman aktif. Semua ion ini ada dalam keseimbangan
dinamik antara yang tedapat didalam larutan tanah dan yang terjerap pada
permukaan koloid tanah.
Titik optimum ketersediaan unsur hara pada umumnya adalah pada
keadaan ph 6.0-6.5. kemasaman tanah dapat diatasi dengan penambahan
kapur didalam tanah. Pengapuran tanah-tanah masam umumnya bertujuan
untk menjadikan ph tanah sampai pada suatu kemasaman tertentu sehingga
dapat menjamin tersedianya hara yang dibutuhkan tanaman.

Reaksi bahan kapur, misalnya CaCO3 dalam tanah adalah sebagai


berikut:

CaCO3 + H2O - - - - - > Ca++ + HCO 3- + OH-

Penentuan kebutuhan kapur berdasarkan Al-dd dalam tanah yang


dinyatakan oleh kamprath sebagai berikut : kebutuhan kapur ekuivalen
dengan 1 : 1.5 Al-dd akan naik / menaikkan ph tanah 5.3-5.6 dan kejenuhan
Al akan turun menjadi 30 – 15 % Al. Kebutuhan kapur menurut metode ini
beragam menurut kepekaan tanaman terhadap Al. Bagi tanaman yang peka
terhadap Al penetralan 2 ekuivalen Al-dd adalah cara terbaik. Pertumbuhan
optimum kedelai membutuhkan, penetralan Al hingga yang tersisa pada
kompleks jerapan 20%, sehingga untuk jagung diperlukan kejenihan Al
sampai <44%.

Kandungan Al-dd dapat ditetapkan dengan metode titrasi. Prinsip kerja


kandungan Al-dd dengan metode titrasi adalah malindi / membasuh Al-dd
dari sistem koloid tanah dengan suatu pelarut garam kuat, seperti KCl (1N).
Pemberian KCl (1N) kedalam sistem tanah akan menghasilkan AlCl3 dan
membebaskan HCl yang dapat dititrasi dengan suatu alkali baku. Kemudian
dititrasi lagi dengan asam baku setelah penambahan Naf kekompleks Al
untuk membebaskan ion OH bentuk dapat dititrasi.

Kegiatan titrasi pada tahap pertama itu akan mengukur jumlah total asam
dapat dititrasi yang digantikan oleh ion K yang setara dengan jumlah ion H
yang digantikan, sehingga junlah ion Al yang digantikan dapat dihitung
dengan pengurangan. Kandungan Al-dd dan H-dd dinyatakan dalam millie
quivalen (me) per 100 gram tanah kering.
C. PENETAPAN BAHAN ORGANIK
Bahan organik merupakan akumulasi dari sisa tanaman dan hewan yang
mengalami pelapukan parsiil dan sebagian merupakan bahan resisten. Banyak
sedikitnya bahan organik dalam tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah. Seperti
daya penahan air, kapasitas jerapan kation, kapasitas penyediaan unsur N, P,
dan S, stabilitas tanah, aerasi dan sebagainya. Dengan demikian perananan
bahan organik sangat besar dalam meningkatkan kesuburan tanah dan tidak
dapat digantikan bahan yang lain
Penetapan bahan organik tanah adalah berdasarkan oksidasi. Macam
oksidasi yang sering digunakan untuk penetapan bahan organik adalah
oksidasi basah dan oksidasi kering. Penetapan bahan organik pada percobaan
ini menggunakan oksiadasi basah, menurut metode Walkey Black, dimaan
bahan organik tanah dioksidasi oleh kalium dikromat berlebih diberikan
untuk mengoksidasi bahan organik. Kalium dikromat yang berlebih tidak
digunakan untuk proses oksidasi tersebut dititrasi dengan ferrosulfat yang
sudah diketahui normalitasnya. Difinilame dalam H2SO4 pekat digunakan
untuk petunjuk titik akhir titrasi sedangakn pemberian H3PO4 85 % untuk
menghulangkan gangguan yang mungkin timbul karena adanya ion ferro.
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
A. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH DENGAN METODE KURVA
Ca(OH)2 DENGAN PH
Tujuan :
Agar mahasiswa dapat menetapkan kebutuhan kapur tanah dengan
menggunakan metoda kurva Ca(OH)2 dengan PH.
B. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH DENGAN BERDASARKAN
Al DAPAT DIPERTUKARKAN (Al-dd)
Tujuan :
1. Agar mahasiswa dapat menetapka jumlah Al dapat dipertukarkan (Al-
dd) dalam tanah.
2. Agar mahasiswa dapat mentapkan kebutuhan kapur (KK) tanah
berdasarkan jumlah dd.
C. PENETAPAN BAHAN ORGANIK
Tujuan :
Agar mahasiswa dapat menetapkan kandungan bahan organik tanah dengan
metode “Wakley dan Blak” dan metode “kurmies kolorometer”.
II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengapuran adalah suatu teknologi pemberian kapur kedalam tanah, yang
dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah. Sebelum pengapuran
dilakukan, terlebih dahulu harus diketahui mengenai tujuannya, cara
penentuan kebutuhan, bahan dan mutu kapur yang akan digunakan serta cara-
cara pengguanannya. Secara umum pengapuran bertujuan untuk memperbaiki
sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi dari tanah. Di wilayah-wilayah subtropika,
pengapuran bertujuan untuk menaikkan ph hingga 6,5 atau 7. Alasan mereka
karena pada kisaran ph tersebut adalah paling cocok untuk wilayah-wilayah
tropik. Pemberian kapur untuk mencapai ph, sering dapat menurunkan
produksi karena terjadi kelebihan kapur (Hakim,1996).
Semakin besar nilai perhitungan yang didapatkan, maka kandungan
kapur dalam tanah juga semakin banyak. Faktor-faktor yang menentukan
kadar / banyaknya kapur dalam tanah antara lain adalah ph tanah, tekstur
tanah, kadar bahan organik tanah, mutu kapur, dan jenis tanaman yang hidup.
Faktor ph tanah dapat menunjukan kejenuhan basa dan ph tanah yang rendah,
maka kapur juga rendah. Tekstur dan kandungan bahan organik menentukan
besarnya kapasitas absorsi dan besarnya daya penyangga (buffering capacity)
dari tanah (Kartasapoetra, 1991).
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Bahkan
kandungan kapur dari lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan dibawahnya.
Hal ini disebabkan oleh adanya proses pelindian kapur pada lapisan atas oleh
air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Kapur dalam tanah
memiliki asosiasi dengan keberadaan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini
wajar, karena keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi
dengan karbonat. Secara umum pemberian kapur ketanah dapat
mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta kegiatan jasad renik tanah.
Selain itu, keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang
ada disuatu lokasi (poerwowidodo, 1992).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang
yang terdapat didalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan
bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova,
1961).
Menurut (Stevenson, 1994), bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut didalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah
penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung
meningkat sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun
intensitasnya meningkat. (red) Bahan organik tanah juga merupakan salah
satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan
organik yang rendah. Kesehatan tanah penting untuk menjamin produktivitas
pertanian. Bahan organik dalam tanah merupakan fraksi bukan mineral yang
ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat
dalam tanah Alfisol berkisar antara (0,005-5) % dan merupakan tanah yang
ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60 % dan
pada titik oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan yang
menurun (Pairunan, dkk. 1985).
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan
organik tanah terdiri dari sisa-sisa tumbuhan atau binatang melapuk. Tingkat
pelapukan bahan organik berbeda-beda dan tercampur dari berbagai macam
bahan.
Fungsi bahan organik tanah :
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena
memiliki beberapa peranan kunci ditanah. Peranan-peranan kunci bahan
organik tanah dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
 Fungsi Biologi
Menyediakan makanan dan tempat hidup (Habitat) untuk organisme
(termasuk mikroba) tanah menyediakan energi untuk proses-proses
biologi tanah memberikan kontribusi pada daya pulih (resiliansi)
tanah.
 Fungsi Kimia
Merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya
pulih tanah akibat perubahan PH tanah menyimpan cadangan hara
penting, khususnya N dan K.
 Fungsi Fisika
Mengikat partikel-partikel tanah menjadi remah untuk meningkatkan
stabilitas struktur tanah, meningkatkan kmamapuan tanah dalam
menyimpan air perubahan moderate terhadap suhu tanah
Fungsi – fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu dengan yang
lain. Sebagai contoh, bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas
mikroba yang juga dapat meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan
meningkatkan daya pulih tanah (Miller et al, 1985).
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan
karena mempengaruhi jumlah bahan organik. (Miller et al, 1983).
Berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah bahan organik
dalam tanah adalah sifat jumlah bahan organik yang dikembalikan,
kelembapan tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi tanah, topografi dan sifat
penyediaan hara. Pemberian bahan organik kedalam tanah memberikan
dampak yang baik terhadap tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan
memberikan respon yang positif apabila tempat tanaman tersebut tumbuh
memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangannya.
Bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah menyediakan zat pengatur
tumbuh tanaman memberikan kondisi yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah
menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman seperti, Vitamin, asam amino,
auksin dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik
(Brady, 1990).
Pengapuran tanah masam secara umum bertujuan untuk meningkatkan ph
tanah dan kejenuhan basa, agar ketersediaan hara bagi tanaman meningkat
dan potensi toksik dari unsur mikro atau unsur toksik (seperti Al) menjadi
tertekan. Dengan membaiknya sifat kimia tanah, maka aktivitas mikrpba
dalam penyediaaan hara dan zat perangsang tumbuh juga membaik, sehingga
secara akumulatif akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman
yang optimum. Apabila pengapuran dilakuakn secara tepat akan berpengaruh
positif terhadap sifat kimawi dan biologis tanah. Namun demikian, apabila
berlebihan pengapuran dapat berdampak negatif berupa penurunan
ketersediaan Zn, Mn, Cu, dan B yang dapat menyebabkan tanaman menjadi
defisiensi keempat unsur ini, serta dapat mengalami keracunan Mo. Oleh
karena itu, pengapuran (juga pemupukan) harus dilakukan dengan empat
tepat, yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, dan tepat kondisi (Hanafiah,
2007).
III

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat yang diselenggarakan dalam praktikum ini :
 Hari / Tanggal : Senin / 20 November 2017
 Tempat : Laboratorium ilmu tanah
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
 Alat :
1. Erlenmeyer isi 100 ml dan erlenmeyer 125 ml
2. PH meter
3. Mesin pengocok
4. Neraca halus
5. Gelas piala 50 ml
6. Gelas ukur 100 ml
7. Corong
8. Pipet 25 ml
9. Biuret
 Bahan :
1. Contoh tanah
2. Ca(OH)2
3. Toluena
4. Air
5. Kertas saring
6. KCl 1 N
7. NaOH 0,1
8. NHCl 0,1 N
9. NaF 4% dan aluran indikator fenolptalin (larutan penunjuk PP, dibuat
dengan melarutkan 0,1 gr bubuk kering penunjuk PP dalam 100 cc
etanol (95%)
10. N K2Cr2O7 (larutan 49,4 g serbuk K2Cr2O7) kedalam air dan
jadikan menjadi 1 liter larutan
11. Asam sulfat pekat
12. Dipheminylamine : 0,5 g diphenillamine dalam campuran yang
berasal dari 100 ml H2SO4 pekat 20 ml aquadest
13. FeSO4 0,5 N
3.3 Prosedur kerja
A. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH DENGAN METODE
KURVA Ca(OH)2 DENGAN PH
1. Dimasukkan masing-masing 10 gr tanah kering udara yang berukuran 10
mesh kedalam 6 buah erlenmeyer 10 ml yang bersih dan sudah diberi
label.
2. Ditambahkan kesetiap erlenmeyer tersebut masing-masing 0.02, 0.04, 08,
dan 0.16 g Ca(OH)2
3. Ditambahkan 25 ml air kedalam setiap erlenmeyer tersebut
4. Dikocok setiap erlenmeyer tersebut dengan mesin kocok/tangan selama
10 menit, ditambahkan 2 tetes toluena untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme, lalu simpan selama1 minggu
5. Diukur masing-masing ph dari setiap perlakuan tersebut dengan ph meter
6. Dibuat grafik dari hasil pengukuran tersebut
7. Diperhitungkan :
Jika berat tanah lapisan olah dalam 1 ha = 2 x 106, maka agar ph tanah
menjadi 5.90 kebutuhan kapurnya adalah :
KK = 2 x 109 g / ha x 0,01 g Ca(OH)2 = 2 T on Ca(OH)2 / Ha
10 g
B. PENETAPAN KEBUTUHAN KAPUR TANAH BERDASARKAN Al
DAPAT DIPERTUKARKAN (Al-dd)
1. Ditimbang 5 gr tanah kedalam erlenmeyer 125 ml
2. Ditambahkan 50 ml larutan KCl 1 N kedalamnya dan selanjutnya
dikocok dengan mesin pengocok selama 30 menit
3. Disaring dan ditampung hasil saringan
4. Pipet 25 ml hasil saringan dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 125 ml
5. Ditambahkan 5 tetes larutan indikator fenolptalin
6. Dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai warna merah muda lenyap lagi
7. Ditambahkan HCl 0,1 N sampai warna merah muda lenyap
8. Ditambahkan 10 ml NaF 4%, warna merah muda akan timbul kembali
9. Dititrasi lagi dengan HCl 0,1 N sampai warna merah tadi hilang kembali.
Jumlah asam yang dipakai dipertukarkan
10. Dihitung :
PPm AL = ML HCL x N HCL x f.r, x 9.103
Bobot tanah kering 1060c
t.p = faktor pengenceran
me Al/100 g = ppm Al/90
Penetapan kebutuhan kapur berdasarkan Al yang dapat dipertukarkan
1. Dihitung kadar Al yang dapat dipertukarkan dalam tanah yang belum
diukur sebelumnya
2. Kebutuhan kapur didasarkan pada perhitungan :
Me Al /100 g tanah = me, CaCO3 / 100 g tanah
3. Ditetapkan kebutuhan kapur berdasarkan penetapan Al 0,50, 100, dan
200 persen Al yang dapat dipertukarkan dalam kg CaCO3 / ha.
C. PENETAPAN BAHAN ORGANIK
METODE WALKLEY DAN BLAK
1. Ditimbang 0,1 g tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 70
mesh
2. Ditambahkan 10 ml K2CR2O7 1 N(pergunakan pipet) digoncang dengan
tangan
3. Ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat, kemudian digoncang 3-4 menit,
selanjutnya diamkan selama 30 menit
4. Ditambahkan 20 ml air suling dan 10 ml H3PO4 85% ditambahkan 20
tetes diphenilamida, digoncang larutan sampai berwarna biru tua
5. Dititrasikan dengan FeSO4 0,5 dari buret hingga warna berubah menjadi
hijau
6. Dibuat blanko titrasi, dimana yang dititer adalah perlakuan 2-4 dengan
peniter yang sama
7. Dibuat perhitungannya :
% bahan organik = 10 (1-t/s) 6.7
T = tanah yang dititrasi
S = blanko titrasi
METODE KURMIES KOLORIMETER
1. Ditimbang 0,5 g tanah kering udara yang telah diayak dengan ayakan 70
mesh masukkan kedalam labu ukur 100 ml.
2. Ditambahkan 5 ml K2Cr2O4 dan 7,5 ml asam sulfat
3. Dipanaskan selama 90 menit didalam pemanas air dan digoyang goyang
setiap 15 menit
4. Didinginkan dan dipenuhkan dengan air dengan air suling sampai tanda
dan dikocok, diamkan semalaman
5. Diukur intensitas warna pada kolorimeter spectronik 20 dengan panjang
gelombang 559 mu
6. Dibuat standar C dengan memipet 5 ml larutan glukosa 50000 ppm
kedalam labu ukur 100 ml.
7. Dihitung dengan rumus : % C = 55 / E std E contoh
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan : Terlampir
4.2 Pembahasan
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Pada praktikum ini, sebaiknya memberikan

Anda mungkin juga menyukai