Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
A. Jerapan dan pertukaran ion
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks dan merupakan raboratorium
kimia alami. Fraksi-fraksi pasir, debu, dan bahan organik kasar yang belum melapuk
sempurna merupakaan kerangka dari tubuh, mineral liat dan humus sebagai koloid
tanah yang merupakan inti yang berperan aktif dalam proses-proses kimia tanah.
Tanah sebagai tubuh alami yang mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda dari
tempat yang satu ke tempat yang lain dari waktu kewaktu.
Fenomena jerapan atau absorbsi dan pertukaran ion di temukan pertama kali oleh
thomas way (1852), waktu itu dia mengamati bau yang tidak sedap dari pupuk
kandang bisa hilang setelah bercampur dengan tanah. Dia juga mengamati bahwa
kehilangan amoniak dari pupuk kandang dapat di kurangi bila di campur dengan
tanah. Timbul dalam fikiran thomas way bahan apa yang kira yang dikandung oleh
tanah yang dapat menyerap amoniak.setelah itu thimas melakukan penyelidikan dan
berhasil menemukan bahwa bahan aktif dari tanah yang berperan dalam menjerap dan
mempertukarkan ion adalah tanah yang berbentuk koloidal yaitu liatdan bahan
organik.

1. Koloid tanah
a) Koloid liat
Liat yang berfungsi sebagai koloid mempunyai ukuran <0,001 mm, sehingga
tidak semua fraksi iat dikatakan koloid. Koloid liat tersusun mineral-mineral liat yaitu
selikad dan nonselikad yang menyebabkan sifat mineral liat akan menentukan sifat
dan ciri koloid liat.
Sifat dan ciri koloid liat:
1. umumnya berbentuk kristal
2. Mudah mengalami subsitusi isomorfik
2. Umumnya bermuatan negatif
3. Dapat menyerap air
4. Mempunyai permukaan luas
5. Merupakan garam yang bersifat masam.
b) Koloid organik
Bahan organik bersifat koloid adalah humus yang juga bermuatan negatif yang
berasal dari gugus karboksil dan fenolik yang dinetralkan dan berasosiasi dengan
unit-unit pusat dari koloid humus. Koloid humus tergantung pada pH. Perbedaan
utama dari kolid humus dengan koloid liat anatara lain adalah unit misel humus yang
tersusun atas CO2, O2, H, sedangkan tersusun dari Si, Al, dan O2. Daya jerap koloid
humus lebih besar dari daya jerap kolid liat, sedangkan humus tidak semantap liat
karena humus bersifat dinamis mudah dihancurkan dan dibentuk.

2. Kapasitas tukar kation (KTK)


KTK merupakan suatu kemampuan koloid tanah jerap dan mempertukarkan
kation. Kemampuan atau daya jerap unsur hara dari suatu koloid tanah dapat
ditentukan dengan mudah. Jumlah unsur yang terjerap dapat ditukar dangan dengan
Ba+ atau NH4+ ini ditentukan melalui penyulingan. Jumlah Ba dan NH, yang
tersuling akan sama banyak dengan jumlah unsur hara yang ditukar pada koloid
tanah. KTK dari berbagai tanah sangat beragam, bahkan pada jenis tanah yang
samapun akan mempunyai KTK yang berbeda. Nilai KTK di pengaruhi oleh sifat
tanah dan ciri tanah, antara lain:
a) pH tanah
b) Tekstur tanah
c) Jenis mineral liat
d) Bahan organik
e) Pengapuran dan pemupukan.
Tanah yang mengandung KTK tinggi akan memerlukan pemupukan kation
tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila di beriakan
dalam jumlah sedikit maka akan berkurang kurang tersedia bagi tanaman karena
akan lebih banyak terjerap . Sebaliknya pada tanah-tanah dengan KTK rendah,
pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena akan mudah tercuci oleh air,
itu sebabnya pemupukan yang terlalu berlebihan pada tanah dengan KTK rendah
sangat tidak efesien.

3. Persentase kejenuhan basa


Persen kejenuhan basa (KB) suatu tanah adalah perbandingan antara jumlah
melliequivalen (me) KTK, di singkat dengan rumus :

Persentase basa = me kation basa / me KTK . 100%

Bila kejenuhan basa basa 40% berarti 40/100 atau 2/3 bagian dari seluruh KTK
ditempati oleh kation basa (Ca,Mg,K,Na). Dengan demikian, 40% kejenuhan basa,
60% adalah Al3+ dan H + sehingga pH tanah menjadi rendah dan sebaliknya di
daerah ysng kering, kation basah jauh lebih banyak dari kation asam sehingga pH
akan tinggi. Kejenuhan basa suatu tanah sangat di pengarui oleh iklim (curah hujan)
dan pH tanah. Hubungan kejenuhan basa dengan pH rendah umumnya mempunyai
kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah-tanah dengan pH tinggi akan mempunyai
kejenuhan basa yang tinggi pula.
Tanah-tanah dengan kejenuhanan basa rendah, berarti kompleks jarapan lebih
banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu Al3+ dan H+. Apabila jumlah kation lebih
banyak, terutama Al3+ dapat menyebabkan racun bagi tanaman. Keadaan seperti ini
terdapat pada tanah-tanah yang asam.

4. Reaksi Tanah (pH tanah)


Ada dua faktor penyebab pH tanah berubah yaitu ;
a) bertambah nya H+ terjerap
b)Naik nya jumlah basah terjerap
Dalam proses pelapukan bahan organik terbentuk asam organik dan asasm
anorganik.bentuk sederhana yang sering di jumpai adalah asam karbonat (H2CO3)
yang merupakan ha lasil reaksi antara CO2 dengan H2O. Pengaruh pelarut H2CO3
terhadap susuanan mineral tanah dapat di tunjukan dengan dengan larutan batu
kapur.Asam anorganik seperti H2SO4 dan HNO3 merupakan asam penyumbang ion
H+kedam tanah yang akan menimbulkan kemasaman sedang sehingga sangat
masam.Asam sulfat dan nitrat di bentuk bukan hanya dari pelapukan bahan oraganik
tetapi juga dari kegiatan mikroorganisme dalam tanah.proses lain yang menimbulkan
suasana masam adalah pencucian,karena dapat menciptakan suasana masam dalam
tanah secara tidak lansung yaitu dengan menghilangkan basa basa dalam tanah.

Dalam tanah masam ada dua kelompok ion H+ yang di jumpai dalam larutan
tanah dan yang terjerap dalam kompleks koloida. Kedua kelompok ini berada dalam
keseimbangan dan secara konsekuen kedua nya harus di anggap sebgai faktor yang
mengatur nisba ion H+ dan hidroksil dalam larutan tanah. Bebas nya ion H+ akan
menimbulkan kemasaman aktif ( aktual ) dan ion H+ yang terjerap dalam koploit
akan menimbulkan kemasaman cadangan ( potensial ).Tanah yang sangat masam
akan menghasilkan pH yang rendah.( pH <4,5 ) dan sedikt mengandung Cadd dan
Mgdd, sedangkan Al,fB,Mn,Br larut bnyak terdapat dalam tanah, dan sedikit Mo
terlarut. Tanah sedikit basa (pH 6-7) akan banyak mengandung Ca, Mg, dan Mo
sedangkan Al,Fe,Mn dan Br relatif sedikit dalam tanah.

Nilai pH tanah umumnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah, diantaranya ;
1. Kejenuhan basa, kejenuhan basa 100% mencerminkan pH tanah netral, <100%
mencerminkan pH tanah masam, dan >100% berarti terdapat pH tanah basa
2. Sifat misel (koloid) sifat misel yang berbeda - beda dalam mendisosiasikan ion
H terjerap menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda,
walaupun kejenuhan basanya sama.
3. Macam kation terjerap, koloid yang banyak mengandung Na akan mempunyai
nilai pH yang tinggi pada kejenuhan basa yang sama, demikian pula koloid
yang banyak mengandung Ca, Mg, dan K.
Pada pH tanah yang masam akan menyebabkan unsur - unsur hara mikro
menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro terlalu banyak di dalam
tanah. Yang termasuk unsur mikro adalah Fe, Mn, Zn, Cu, dan Co. Keasaman pH
tanah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses kimia, fisika, dan
biologi dalam tanah, dan juga terdapat sifat tanah yang lain.
1. Gatra pedologi, yaitu kesamaan pH mempengaruhi proses pembentukan dan
pengembangan tanah ditinjau dari alih rupa mineral dan bahan organik dan
selanjutnya proses perkembangan tanah.
2. Gatra ekologi, yaitu pengaruh pH cukup besar terhadap ketersediaan unsur
hara di dalam tanah. Pengaruh pH terhadap sifat tanah dan proses yang terjadi,
termasuk ketersediaan unsur hara, kondisi tanah terbaik (tidak mengandung
bahan yang beracun) terjadi kondisi agak asam sampai netra (pH 5,0 - 7,5), akan
tetapi persediaan jenis tanaman maupun pola tanam yang menghendaki kondisi
tertentu.

B. Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah merupakan hal yang biasa terjadi pada daerah yang
mempunyai curah hujan yang tinggi setiap tahunya. Dengan curah hujanm yang
tinggi akan menyebabkan tercucinya basa - basa dari kompleks jerapan dan
hilang melalui air drainase. Pada keadaan basa - basa hilang dari tanah, maka
dalam tanah tertinggal kation asam (Al dan H) yang akan menyebabkan tanah
bereaksi masam. Dengan demikian Al dianggap penyebab kemasaman tanah dan
penyumbanh ion H kedalam tanah. Disamping Al dan H hasil dekomposisi bahan
organik dan oksidasi senyawa pirit juga penyebab kemasaman tanah.
Kemasaman tanah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ;
1. Kemasaman aktif (aktual), adalah kemasaman tanah yang disebabkan oleh
ion H dalam larutan tanah.
2. Kemasaman cadangan (potensial) yaitu terjadimpada ion H terjerap dalam
tanah.
Dari berbagai hasil penelitian tentang tanah masam, ada beberpa hal masalah
kemasaman tanah yaitu;
1. Unsur P tersedia dalam tanah sangat sedikit
2. Kekurangan unsur Ca dan Mg
3. Kekurangan unsur Mo
4. Fiksasi N dari leguminosa terhambat
5. Kandungan Al, Mn, dan Fc banyak dalam tanah, sehingga dapat menjadi racun
dalam tanaman
6. Kelarutan Al sangat tinggi sehingga akan mengakibatkan terhambat
pertumbuhan tanaman.
Keenam masalah tersebut sering dijumpai secara serempak dan erat kaitanya
dengan pertumbuhan tanaman. Penambahan unsur - unsur P, Ca, Mg, K, Na, N, dan
Mo tidak diatasi. Teknik untuk mengatasi bahaya dari Al, Mn, dan Fe dalam tanah
masam adalah dengan pengapuran. Secara umum pemberian kapur kedalam tanah
dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, secara kegiatan mikroorganisme
dalam tanah. Dari segi kimia tujuan pengapuran adalah menetralkan keasaman tanah
dan meningkatkan ketersediaan unsur - unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Jadi,
tujuan dari pengapuran tanah adalah untuk meningkatkan pH tanah mendekati pH
netral, yaitu dengan jalan menghilangkan pengaruh dari Al dalam tanah.

Anda mungkin juga menyukai