Anda di halaman 1dari 27

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sifat tanah yang sangat berperan dalam keadaan suatu jenis tanah adalah

sifat kimia karena sifat kimia selalu berhubungan dengan sifat fisika dan biologi,

begitu juga sebaliknya. Namun sifat kimia lebih menjelaskan hubungannya

dengan ketersediaan unsur hara. Ada beberapa porses kimia yang berperan

penting dalam system tanah yaitu, pembentukan tanah seperti kalsifikasi,

sulfidasi, dulfurisasi, melanisasi, gleysasi, dan lain-lain (Mukhlis et al., 2011).

Sifat kimia tanah merupakan sifat tanah yang mempelajari proses-proses

kimia yang terjadi di dalam tanah. Kimia tanah sangat erat kaitannya dengan

kimia koloid (permukaan koloid), geokimia, kesuburan tanah, dan mineralogi

tanah dan biokimia atau mikrobiologi tanah. Pada kesuburan tanah berkaitan erat

dengan tanah sebagai media pertumbuhan tanaman, mineralogi tanah mempelajari

kimia struktural padat, pada mikrobiologi tanah mempelajari yang berkaitan

dengan biokimia tanah (Musa et al., 2006).

Secara umum, pada setiap jenis tanah memiliki sifat dan karakteristik yang

berbeda satu sama lain bila ditinjau dari sifat fisik, sifat kimia, maupun sifat

biologi tanah. Khususnya pada daerah Aek Milas, dengan jenis tanah Ultisol,

memiliki karakteristik tanah yang perlu untuk diidentifikasi dengan melakukan tes

uji tanah baik secara langsung di Lapangan melalui pembukaan profil tanah

maupun dianalisis di Laboratorium.

Untuk uji tanah dengan analisis kimia di laboratorium dilakukan untuk

menduga ketersediaan hara dalam tanah. Sehingga dapat diketahui proses-proses

yang terjadi di dalam tanah guna mengetahui keadaan hara yang dapat diberikan
2

tanah bagi tanaman. Dalam arti yang luas, uji tanah menyangkut aspek-aspek

interpretasi, evaluasi dan penyusunan rekomendasi pupuk dari hasil uji tanah serta

pengambilan contoh tanah ( Setyorini et al., 2003).

Karakteristik kimia lahan gambut di Indonesia sangat ditentukan oleh

kandungan mineral, ketebalan, jenis mineral, pada substratum (di dasar gambut)

dan tingkat dekomposisi gambut. Kandungan mineral mineral gambut di

Indonesia umumnya kurang dari 5 % dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi

organik terdiri dari senyawa-senyawa kimia humat sekitar 10 hingga 20 % dan

sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tanin,

resin, suberin, protein dan senyawa lainnya (Agus dan Subiksa, 2008).

Tanah yang subur adalah tanah yang subur secara kimia, subur secara fisik

dan subur secara biologi. Pada aspek kimia perlu dilakukan pengujian sifat tanah

gambut karena masalah mendasar mengenai tanah gambut banyak terdapat pada

masalah sifat kimia tanah gambut itu sendiri misalnya pH dan ketersediaan unsur

hara. Sehingga sangat perlu dilakukan uji sifat kimia tanah tersebut agar diperoleh

hasil keadaan kesuburan tanah gambut pada sifat kimia tanahnya. Pada percobaan

ini tanah yang digunakan sebagai objek pengamatan untuk diuji sifat kimianya

adalah Tanah Ultisol Aek Milas.

Berdasarkan uraian di atas maka beberapa sifat kimia yang akan dikaji

adalah pH tanah, kandungan mineral amorf, zero point of charge (ZPC), retensi

fosfat dan daya hantar listrik tanah tersebut sebagai parameter pewakil yang

sangat penting untuk dijadikan penilaian tingkat kesuburan tanah Ultisol Aek

Milas dari sifat kimianya.


3

Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah Ultisol Aek Milas dari aspek

sifat kimia.

Kegunaan percobaan

Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di

laboratorium kimia tanah fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan .


4

TINJAUAN PUSTAKA

pH Tanah

Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam

tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masamlah tanah

tersebut. Di dalam tanah selain ion H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-,

yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. untuk tanah-tanah

di Indonesia umumnya tanahnya bereaksi masam dengan pH 4,0 – 5,5 sehingga

tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan netral meskipun sebenarnya

masih agak masam (Hardjowigeno, 2003).

Nilai pH tanah sebetulnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang

komplit sekali. Namun yang menonjol antara lain adalah :

a. Kejenuhan basa adalah perbandingan antara kation basa dengan jumlah kation

yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah.

b. Sifat misel yang berbeda-beda dalam mendisosiasikan ion H+ terjerat

menyebabkan pH tanah berbeda pada koloid yang berbeda, walaupun

kejenuhan basanya sama.

c. Macam koloid terjerap, pengalaman menunjukkan bahwa koloid yang

mengandung natrium dalam (Na) lebih tinggi mempumyai nilai pH lebih tinggi

pula pada kejenuhan basa yang sama.

(Hakim et al., 1986)

Tipe kemasaman aktif disebabkan oleh adanya ion H+ di dalam larutan

tanah. Keasaman ini diukur dengan menggunakan suspensi tanah-air dengan

nisbah 1 : 1,1 : 2,5 dan 1,5. Keasaman ini ditulis dengan pH (H2O). Tipe

keasaman potensial/keasaman tertukar dihasilkan oleh H+ dan Al3+ tertukar yang


5

oleh koloid tanah. Reaksi Al3+ dengan H2O : Al3+ + 3H2O. AlCOH3 + 3H+.

Potensial keasaman diukur dengan menggunakan larutan tanah elektro pada

umumnya KCl/CaCl2 (Sutanto, 2005). Pengukuran pH dapat juga mempergunakan

NaF yang berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya mineral amorf (bahan

andik) yang dinyatakan apabila nilai pH NaF 9.4, dan CaCl2 untuk mengurangi

keragaman akibat kandungan garam dari tanah non salin (Mukhlis, 2007). Secara

umum kemasaman dapat dibagi menjadi 4 yaitu : kemasaman aktif, kemasaman

dapat dipertukarkan, kemasaman residual, dan kemasaman potensial

(Mukhlis et al., 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran pH tanah adalah 1) tekanan

parsial CO2, dimana semakin besar CO2 maka pH tanah semakin rendah, 2)

konsentrasi garam dalam suspense, 3) perbandingan tanah-pelarut yang biasanya

digunakan adalah pasta jenuh ; 1:1 ; 1:2.5 ; 1:5 ; 1:10, dan 4) jenis garam pelarut .

yaitu penggunaan NaF, CaCl2, dan KCl (Mukhlis, 2007).

Daya Hantar Listrik

Pemilihan nilai kritis untuk DHL pad 4 mmho/cm dilaporkan didsarkan

atas kemungkinan tingkat kerusakan tanaman akibat kadar garam. Nilai DHL 4

menganggap tanah bersifat salin pada DHL 7,4 mmho/cm bersesuaian denagn

satuan tekanan osmotik pada kapasitas lapang sebesar 5 bar (Tan, 1995).

Di antara cara yang dapat digunakan untuk membebaskan tanah paling

sedikit sebagian dari garam yang berlebihan ada tiga yang bisa dilaksanakan :

(1) Drainase bawah, (2) pelindian atau pembasuhan, dan (3) penggarukan.

Pembatasan penguapan juga merupakan usaha penting dalam pengendalian tanah


6

beragam. Ini tidak hanya menghambat naiknya garam larut ke zona perakaran

(Buckman and Brady, 1982)

Parameter yang lebih baik untuk menduga salinitas tanah adalah daya

hantar listrik (DHL) = electric conductivity (EC). EC merupakan ukuran yang

dapat dipercaya, tidak mahal dan cepat. Sehingga EC selalu diukur dalam uji

tanah laboratorium. EC didasarkan pada konsep bahwa arus listrik dihantarkan

oleh larutan garam dibawah kondisi standar akan meningkat dengan

meningkatkan konsentrasi garam di larutan (Mukhlis et al., 2011).

Tipe tanah yang terbentuk diwilayah iklim sangat kering (arid):

1. Tanah salin adalah tanah yang mengandung cukup garam terlarut sehingga

dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Daya hantar listrik DHL

(Electrical Conductivity = EC) diukur pada tanah jenuh air lebih dari 4

milimhos/cm (0,4 simen /meter ), pH 8,5 atau lebih kecil.dan persentase

Na-dd<15%.

2. Tanah alkali (sodik) adalah tanah non salin dan mempunyanyi nilai

prosentasi natrium dapat ditukar (Exehangable Sodium Presentase = ESP)

15% atau lebih atau rasio adsorbi natrium (Radium Adsorption Ratio =

S.AK) ekstrak jenuh 13 atau lebih, pH biasanya pada kisaran 8,5-10,0.

3. Tanah salin-sodik tanah dengan ciri salinitas dan persentase natrium dapat

ditukar 15% atau lebih pH diatas 8,5.

(Musa et al., 2006).

ZPC (Zero Point of Charge)

Pada mineral yang bermuatan variable, muatan permukaan akan terbentuk

ion-ion yang terabsopsi pada permukaannya sehingga muatan ditentukan dengan


7

kelebihan ion yang terabsopsi tersebut. Sifat yang sangat penting bagi tanah yang

bermuatan variable adalah Zero Point of Chart. Nilai ZPC dapat didefinisikan

sebagai nilai pH saat mana koloid bermuatan nol atau artinya sama dengan iso

electric point (Mukhlis, 2007).

Muatan tanah yang variable dan disebabkan akibat koloid tanah yang ada.

Koloid tanah dapat menunjukan muatan positif seperti halnya muatan negatif.

Muatan tersebut diperkirakan berasal dari protonasi atau penambahan ion H+ ke

gugus hidroksil. Biasanya proses ini hanya berarti pada lempung oksida Al dan

Fe, tapi hal ini kurang penting pada oksidasi Si. Titik atau nilai pH0 ini

sebelumnya disebut muatan ttik nol yakni pH0. Pada nilai pH diatas pH0, koloid

bermuatan negatif, dan pada pH dibawah pH0 bermuatan positif (Tan, 2003).

Nilai ZPC perlu diketahui karena nilai ini dapat dijadikan sebagai patokan

apakah suatu koloid bermuatan negatif atau positif. Bila:

- pH > ZPC, keadaan asam, maka koloid bermuatan negatif

- pH < ZPC, keadaan basa, maka koloid bermuatan positif

- pH = ZPC, koloid bermuatan nol

(Musa et al., 2006).

Nilai ZPC dapat ditentukan dengan tiga metode yaitu metode salt titration,

potentiometric titration, dan Autopotentimetri (Mukhlis, 2007). Penentuan mineral

amorf dengan metode salt titration didasarkan pada membandingkan pH tanah

akibat pemberian asam dan basa kuat dengan berbagai taraf dan

membandingkannya dengan nilai pH dengan pemberian garam netral.


8

Mineral Amorf dan Alofan

Mineral amorf merupakan mineral aluminosilikat yang mempunyai

struktur tidak dimensi dengan atom yang tersusun secara teratur dan relatif cukup

panjang. Mineral amorf yang paling banyak ditemukan adalah mineral alofan,

dimana mineral dengan rumus kimia Al2 1.3–2.0(SiO2).2.5-3.0(H2O) (Mukhlis,

dkk., 2011). Kehadiran Alofan memberikan sifat-sifat yang khas pada tanah

Alofan yaitu mempunyai muatan terubahkan yang besar. Mineral ini juga bersifat

amfoter dan dilaporkan dapat meningkat fosfat dalam jumlah banyak. Nilai KTK

berkisar antara 20 dan 50 meq per 100g (Tan, 1995).

Alofan umumnya terbentuk dari hancuran iklim (weathering) abu volkan,

dan merupakan mineral penting bagi tanah Andisol, selain itu juga ditemukan

dalam horizon Bs tanah Spodosol. Alofan memberi sifat khas seperti bahan

organik tinggi, kapasitas absorbs air dan porositas tinggi, BD rendah serta retensi

fosfat tinggi (Mukhlis et al., 2011).

Ada beberapa metode yang telah digunakan untuk menetapkan bahan

amorf, baik dengan alat yang rumit maupun secara sederhana, misalnya dengan

mikroskop electron, Spektro Infra red, Spektro Sinar X, DTA, dan model struktur.

Namun dalam hal analisis kimia, metode yang sering digunakan adalah metode

segalen dimana metode ini berprinsip bahwa di dalam larutan asam dan alkali

mineral amorf akan mudah larut dibandingkan mineral kristal, sehingga bila tanah

yang banayak mengandung mineral amorf diekstrak akan meningkat dan

kemudian lambat laun akan tetap (Mukhlis, 2007).


9

Retensi Fosfat Tanah

Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-larutan tanah merupakan hasil

keseimbangan antara suplai P dan pelapukan mineral-mineral P. Pelarutan

(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa

mobilitas oleh tanaman, fiksasi dan perlindian P. tanah-tanah tua di Indonesia

(Podsolik dan Latosol), umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi

tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P berkemungkinan besar

akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah, 2005).

Ada tiga problem fosfor :1) jumlah total dalam tanah kecil, 2) tidak

tersedianya fosfor asli, 3) fiksasi fosfat dapat larut yang ditambahkan. Karena

pangangkutan fosfor oleh tanaman relatif kecil dan dunia memberikan fosfat

dalam jumlah yang cukup besar, problem 1) yaitu pemberian fosfor yang cukup,

tidaklah gawat. Karena itu problem yang paling penting ialah meningkatkan

tersedianya fosfor asli tanah dan menghambat fiksasi atau perubahan fosfat yang

ditambahkan (Buckman and Brady, 1982).

Tanah-tanah masam biasanya mengandung ion Al3+, Fe3+ dan Mn2+

terlarut dan tertukarkan dalam jumlah yang cukup nyata. Apabila ada fosfat dapat

terjerap pada permukaan koloid dengan ion-ion Al3+, Fe3+ dan Mn2+ tersebut

bertindak sebagai jembatan. Fosfat yang terikat dengan cara ini masih tersedia

bagi tanaman. Reaksi semacam ini dapat juga terjadi dengan lempung jenuh-Ca

(Tan, 1995).
10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dimulai pada tanggal

8 September s/d 1 Desember 2017.

Bahan dan Alat

Penetapan pH Tanah

Adapun bahan yang digunakan adalah :

- Tanah Ultisol (Aek Milas) sebagai bahan percobaan

- Aquadest sebagai bahan pelarut

- Label sebagai penanda

- Tissue digunakan untuk mengelap elektroda pH meter

- KCl 1N sebagai bahan pelarut (menentukan pH potensial tanah)

- CaCl2 0.01 M sebagai bahan pelarut (mengurangi keragaman tanah non-salin)

- NaF 1 M sebagai bahan pelarut (ada atau tidaknya mineral amorf).

Adapun alat yang digunakan adalah :

- Shaker untuk menghomogenkan bahan

- Tabung plastik (botol kocok) sebagai wadah

- Timbangan analitik untuk mengukur berat tanah

- pH meter untuk mengukur pH larutan tanah

- Sendok tanah digunakan untuk mengambil contoh tanah

- Gelas ukur digunakan untuk mengukur larutan


11

Penetapan Daya Hantar Listrik

Bahan yang digunakan adalah :

- Tanah Ultisol (Aek Milas) sebagai objek percobaan

- Aquadest sebagai pelarut

- Label nama sebagai penanda

- Tissue digunakan untuk membersihkan alat

- Larutan KCl 0,010 M

- Larutan baku NaCl 0,010 N

Alat yang digunakan adalah :

- Conductivity meter sebgai alat untuk mengukur daya hantar listrik

- Timbangan analitik digunakan untuk mengukur berat tanah

- Sendok tanah digunakan untuk mengambil tanah

- Shaker sebagai alat untuk menggoncang larutan

- Kalkulator digunakan untuk alat menghitung

- Botol kocok sebagai wadah untuk larutan sewaktu di guncang

- Stopwatch untuk menghitung waktu

Penetapan Nilai ZPC Tanah Dengan Metode Salt Titration

Bahan yang digunakan adalah:

- Tanah Ultisol (Aek Milas) sebagai objek pengamatan

- Tissue digunakan untuk membersihkan alat

- Label digunakan sebagai penanda

- Air aquadest untuk melarutkan bahan

- Larutan NaOH 0.1 N.

- Larutan HCl 0.1 N.


12

- Larutan NaCl 2.0 N.

Alat yang digunakan adalah

- Botol kocok sebagai wadah

- Gelas ukur untuk mengukur volume larutan

- Timbangan analitik untuk mengukur berat bahan

- Sendok tanah digunakan untuk mengambil tanah

- Shaker untuk menghomogenkan larutan,

- pH meter untuk mengukur pH larutan.

Penetapan Mineral Alofan Dan Bahan Anorganik Amorf Metode Segalen

Adapun bahan yang digunakan adalah :

- Tanah Ultisol (Aek Milas) digunakan sebagai objek pengamatan

- Tissue digunakan untuk membersihkan alat

- Karet gelang digunakan untuk mengikat

- Platik digunakan sebagai penutup

- Label digunakan sebagai penanda

- Air aquadest sebagai pelarut

- Larutan HCl 8 N.

- Larutan NaOH 0.5 N.

- Aquadest

Adapun alat yang digunakan adalah :

- Ayakan 70 mesh untuk mengayak tanah,

- Oven untuk mengeringkan tanah,

- Tabung sentrifusi sebagai wadah,

- Sentrifusi untuk mengendapkan tanah dari perkolasi,


13

- Water bath untuk memanaskan larutan

- Timbangan analitik untuk menimbang,

- Shaker untuk mengguncang larutan

- Sendok tanah digunakan untukmengambil contoh tanah

- Gelas ukur untuk mengukur larutan

- Komputer dan Aplikasi Ms. Excle digunakan untuk membuat grafik

Penetapan Retensi Fosfat

Bahan yang digunakan adalah :

- Tanah Ultisol (Aek Milas) sebagai bahan percobaan

- Larutan Fosfat Retensi 1000 ppm P.

- Larutan Reagen Fosfat B

- Larutan Deret Standar Retensi P

- Aquadest sebagai pelarut

- Label sebagai penanda

- Tissue sebagai pembersih alat

Adapun alat yang digunakan adalah:

- Shaker sebagai alat pengocok

- Sentrifuse sebagai alat untuk memisahkan larutan dan padatan

- Spektrofotometer sebagai alat untuk membaca panjang gelombang

- Tabung reaksi sebagai wadah analit sebelum dibaca oleh spektrofotometer

- Pipet skala digunakan untuk memindahkan larutan dalam jumlah tertentu

- Timbangan analitik sebagai alat untuk menimbang bahan tanah

- Sendok tanah untuk mengambil contoh tanah

- Erlenmeyer untuk menampung larutan


14

- Stopwatch untuk mengukur waktu

- Kalkulator sebagai alat hitung

Metode Percobaan

Penetapan pH Tanah

 Penetapan pH dengana berbagai perbandingan Tanah dan Air

- Tanah Ultisol (Aek Milas) ditambahkan H2O dengan perbandingan

yang berbeda

- Dishaker larutan tanah kemudian diukur PH dari masing-masing

perlakuan dengan pH meter

 Penetapan pH dengana berbagai ekstraktan

- Tanah Ultisol (Aek Milas) ditambahkan ekstraktan H2O , KCl 1 N,

CaCl2 0,01 M, dan NaF 1 M.

- Dishaker larutan tanah kemudian Diukur PH dari masing-masing

perlakuan dengan pH meter

 Penetapan pH tanah dalam keadaan terbuka dan tertutup

- Tanah Ultisol (Aek Milas) ditambah kan H2O kedalam 4 tabung

kemudian 2 tabung di beri perlakuan terbuka dan 2 tabung di beri

perlakuan tertutup

- Dishaker larutan tanah kemudian diukur PH dari masing-masing

tabung setiap hari selama 7 hari

Penetapan Daya Hantar Listrik

- Tanah Ultisol (Aek Milas) di tambahkan H2O dan dishaker kemudian

di ukur Daya Hantar Listrik larutan tanah dengan

Conductivity Meter
15

Penetapan Zero Point of Charge (ZPC)

- Tanah Ultisol (Aek Milas) ditambahkan HCl 1 N pada tabung 1 s/d 3

sebanyak 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL. Pada tabung 5 s/d 7 ditambahkan

NaOH 0,1 N sebanyak 0,5 mL, 1 mL, 1,5 mL. kemudian ditambahkan

H2O ke dalam tabung 1 s/d 7 hingga menjadi 20 mL larutan.

- Dishaker selama 30 menit setiap hari selama 4 hari dan diukur pH

Larutan sebagai pH 1

- Ditambah 0,5 ml NaCl 2 N dan dishaker 3 jam kemudian diukur pH

larutan sebagai pH2

- Sehingga diperoleh grafik ZPC dengan ∆pH hasil dari pengurangan

pH2 dengan pH1 sebagai sumbu Y dan pH1 sebagai sumbu X

Penetapan Mineral Alofan Tanah

- Tanah Kering Oven Ultisol (Aek Milas) ditambahkan 50 ml HCl 8 N

dan ditutup kemudian dishaker dan disentrifuse lalu dibuang

supernatannya

- Tanah dicuci dengan Aquadest dishaker 30 menit kemudian

disentrifuse lalu dibuang supernatannya

- Tanah ditambahkan 50 ml NaOH kemudian diwaterbath selama 5

menit kemudian di sentrifuse lalu dibuang supernatan

- Dicuci residu tanah dengan menambahkan aquades secukupnya

kemudian di sentrifuse lalu dibuang supernatan

- Diovenkan tabung dan tanah lalu ditimbang untuk memperoleh

%berat hilang
16

- Lakukan sebanyak 4 kali sehingga diperoleh %berat hilang sebanyak 4

data

Penetapan Retensi Fosfat Tanah

- Tanah Kering Overn Ultisol (Aek Milas) dtambahkan larutan standar

1000 ppm P kemudian dishaker lalu disentrifuse

- Diambil supernatan dan ditambahkan asam Vanadomolibdat lalu

didiamkan

- Diukur dengan spectronik dengan filter 466nm lalu dihitung

absorbence dari hasil pembacaan transmitan

- Diinterpolasi absorbence sampel ke grafik standar retensi P


17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penetapan pH

Dari hasil percobaan diperoleh penetapan pH tanah yang ditentukan

dengan metode elektrometri dan disajikan pada tabel 1 sampai 3 sebagai berikut:

Tabel 1. Penetapan pH tanah dengan berbagai perbandingan Tanah dan Air


Tabung Perlakuan Berat Tanah Volume H2O pH
1 Pasta 10 g secukupnya 5,23
2 1:1,0 10 g 10 mL 6,11
3 1:1,25 10 g 25 mL 6,20
4 1:5,0 10 g 50 mL 6,37
5 1:10 10 g 100 mL 6,11

Dari Tabel 1. diketahui bahwa nilai pH tanah Ultisol Aek Milas dengan

perbandingan tanah dan air, nilai pH tertinggi pada perlakuan 1:5,0 dengan

volume H2O 25 mL yaitu sebesar 6.37 dan nilai pH terendah pada perlakuan

pasta dengan volume H2O secukupnya.

Tabel 2. Penetapan pH Tanah dengan Berbagai Ekstraktan


Tabung Perlakuan Berat Tanah Volume H2O pH
1 H2O 10 g 25 mL H2O 5,32
2 KCl 10 g 25 mL KCl 1N 4,87
3 CaCl2 10 g 20 mL CaCl2 0,01 M 5,09
4 NaF 1g 50 mL NaF 1M 8,57

Dari Tabel 2. diketahui bahwa nilai pH tanah Ultisol Aek Milas dengan

berbagai ekstraktan menimbulkan nilai yang berbeda-beda. Nilai pH dengan

menggunakan larutan KCl (4,87) yang merupakan indeks dari kemasaman

tanah. pH KCl dapat menggunakan menunjukkan Al tukar, jika pH KCl < 5,5 dan

untuk ekstraktan NaF (8,57) diketahui tanah tersebut tidak memiliki mineral

amorf. Karena indikator adanya bahan andik (alofan) jika pH NaF > 9,4.
18

Tabel 3. Penetapan pH dalam Keadaan Tertutup dan Terbuka


Tabung Perlakuan Ph
I II III IV V VI
1 Terbuka 4,50 4,52 4,74 4,32 4,23 4,12
2 Terbuka 4,66 4,70 4,82 4,95 4,16 4,14
3 Tertutup 4,96 4,64 4,29 4,06 4,05 4,17
4 Tertutup 4,52 4,49 4,32 4,24 4,17 4,14

Dari Tabel 3. pada percobaan penetapan pH tanah dengan perlakuan

terbuka dan tertutup untuk tanah Ultisol Aek Milas diketahui bahwa pada kedua

perlakuan baik terbuka dan tertutup mengalami rataan penurunan nilai pH setiap

minggunya. Namun rataan nilai pH pada tanah dengan perlakuan tertutup lebih

tinggi dibandingkan dengan tanah yang terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya pengaruh CO2 terhadap penurunan nilai pH tanah.

Penetapan ZPC Tanah

Dari hasil percobaan diperoleh nilai ZPC tanah Ultisol Aek Milas yang

ditetapkan dengan metode salt titration dan disajikan pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Penetapan Nilai ZPC tanah Histosol Pollung


Jenis Tanah Nilai ZPC pH Aktual
Ultisol Aek Milas - 3,29

Dari Tabel 4. diketahui tidak ada nilai ZPC pada tanah Ultisol Aek Milas

dengan metode salt titration dan pH aktual sebesar 6.51. Hal ini menandakan

bahwa koloid bermuatan permanen. Koloid yang bermuatan permanen

menunjukkan muatan pada koloid tanah tidak akan berubah pada pH tertentu.

ZPC (Zero point of charge) ditujukan untuk menentukan variabel positi atau

negatif.
19

0.6
0.55
0.5
0.45
0.4
0.35
∆pH 0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
pH1

Prinsip ZPC adalah dengan mengekstrak tanah dengan menggunakan

asam dan basa kuat maka larutan akan bereaksi dengan koloid tanah sehingga

akan menyebabkan ikatan bermuatan yang diukur dengan membandingkan nilai

pH dengan nilai pH larutan garam netral.

Penetapan Daya Hantar Listrik

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai daya hantar listrik pada tanah

Ultisol Aek Milas disajikan pada tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Penetapan Nilai Daya Hantar Listrik Tanah Ultisol Aek Milas
No. Jenis Tanah DHL (mmhos/cm)
1. Ultosol Aek Milas 6 x 10-2 mho/cm

Dari Tabel 5. diketahui bahwa tanah Ultisol Aek Milas memiliki nilai

DHL sebesar 6 x 10-2 mho/cm.

Penetapan Mineral Amorf Tanah

Berdasarkan hasil percobaan diketahui kandungan mineral alofan yang

ditetapkan dengan metode segalen disajikan pada tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Persentase Mineral Amorf dengan metode Segalen


No. Jenis Tanah Mineral Amorf (%)
1. Ultisol Aek Milas 32

Dari Tabel 6 diatas diketahui bahwa tanah Ultisol Aek Milas memiliki

kandungan mineral amorf sebesar 32%.


20

%Berat Hilang
35%
30%
25%
20%
15%
10% %Berat Hilang
5%
0%
I II III IV V
Percobaan

Penetapan Retensi Fosfat

Kadar retensi P pada tanah ditentukan dengan metode Blackmore yang

disajikan pada tabel 7 sebagai berikut :

Tabel 7. Penentuan Retensi P dengan Metode Blackmore


No. Contoh Tanah Retensi P (%)
1. Ultisol Aek Milas 31,08

Dari Tabel 7. diatas diketahui bahwa tanah Ultisol Aek Milas memiliki

nilai retensi P sebesar 31,08 %. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan P di

tanah ini tinggi.

Kurva Retensi P
1.6
1.55 y = 0.6183x + 0.9665
1.5
1.45 R² = 0.9769
1.4
1.35
Absorben

1.3
1.25
1.2
1.15
1.1
1.05
1
0.95
0.9
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Retensi P
21

Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pH

tanah merupakan nilai yang didapat dari pengukuran pH tanah dengan

menggunakan elektroda pH meter pada tanah Ultisol Aek Milas. Nilai ini didapat

dengan menghitung aktivitas ion H+ pada tanah. Pada pemberian H2O dengan

berbagai volume menyebabkan perbedaan pH tanah. Dengan pemberian Volume

air yang banyak akan meningkatkan pH tanah.

Nilai pH tanah dengan menggunakan ekstraktan H2O diperoleh hasil lebih

tinggi dibandingkan dengan pH tanah yang menggunakan ekstraktan KCl. Hal ini

disebabkan karena dengan menggunakan H2O yang dihitung adalah kemasaman

aktif atau aktual sedangkan dengan ekstraktan KCl yang dihitung adalah

kemasaman total yaitu jumlah dari kemasaman potensial dan kemasaman aktual.

Hal ini dikarenakan pada penggunaan ekstraktan H2O besar ion H+ yang dihitung

hanya yang berada di larutan tanah, sedangkan dengan menggunakan ekstraktan

KCl telah terjadi pertukaran kation yang terjerap dipermukaan koloid akibat

adanya ion K+.

Berdasarakan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa reaksi

tanah pada penentapan tanah dengan menggunkan berbagai ekstraktan adalah

sebagai berikut:

- Dengan menggunakan ekstraktan H2O

- H+ - H+ -

- Mg2+ + 2 H20 - Mg2+ + H20

- Al3+ - Al2+
22

- Dengan menggunakan ekstraktan KCl

- H+ - K+ + HCl

- Mg2+ + KCl - K+ + MgCl2

- Al2+ - K+ + CalCl3

- Dengan menggunakan ekstraktan Cacl2

- H+ - Ca2+ + HCl

- Mg2+ + CaCl2 - Ca2+ + MgCl2

- Al3+ - Ca2+ + AlCl3

- Dengan menggunakan ekstraktan NaF

Al (OH)3 + 6 NaF Na3 AlF6 + 3Na0H

Sedangkan reaksi tanah dengan keadaan terbuka dan tertutup adalah sebagai

berikut ini:

- Dengan keadaan terbuka dan tertutup

H20 + CO2  H2CO3

H2CO2  H+ + HCO3

Dari reaksi di atas diketahui bahwa dengan keadaan terbuka pH tanah

semakin rendah karena adanya bantuan CO2 dalam menurunkan pH tanah. Hasil

yang terbentuk dari kadaan terbuka yaitu H2CO3 sehingga menyebabkan tanah

lebih masam.

Pengukuran pH tanah ditujukan untuk mengukur tingkat kemasaman suatu

tanah. Dengan mengetahui tingkat pH tanah dapat dilakukan tindakan yang dapat

menaikkan atau menurunkan pH tanah sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.

Sehingga masalah pH dapat diatasi dengan baik.


23

Dari hasil penetapan nilai Daya Hantar Listrik (DHL) tanah Ultisol Aek

Milas diketahui bahwa tanah ini memiliki nilai DHL sebesar 6 x 10-2 mho/cm.

Berdasarkan hal tersebut, maka diketahui bahwa tingkat Daya Hantar Listrik

Tanah Ultisol Aek Milas dikategorikan rendah. Hal ini sejalan dengan penilaian

DHL tanah yang dikeluarkan oleh BPP Medan. Menurut BPP Medan (1982)

menyatakan bahwa kriteria penilaian DHL di kota medan adalah:

Kriteria
Komponen
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
DHL - - 2,5 2,6–10 >10

Berdasarkan percobaan yang dilakukan bahwa jika diperoleh nilai DHL

tanah Ultisol Aek Milas adalah 6 x 10-2 mho/cm jika ditanam tanaman padi bisa

dilakukan. Pertumbuhan tanaman padi pada nilai DHL tersebut, pertumbuhan

tanaman padi optimal. Karena nilai DHL tanah Histosol Merbau Sangat rendah

dan baik untuk pertumbuhan tanaman padi.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, bahwa prinsip kerja dari

percobaan penetapan daya hantar listrik pada tanah Ultisol Aek Milas yaitu

dengan mengukur tingkat salinitas tanah Histosol Merbau. Cara kerjanya dengan

mengukur konsentrasi garam terlarut dalam tanah yang dinyatakan dalam

mhos/cm.

Berdasarkan dari hasil percobaan penetapan ZPC tanah diketahui bahwa

tanah Ultisol Aek Milas merupakan tanah bersifat permanen, dimana muatan

koloid tidak akan berubah pada pH tertentu, muatan permanen pada tanah ultisol

aek milas adalah muatan positif. Hal ini sesuai dengan literatur Mukhlis dkk.,

(2011) yang menyatakan bahwa nilai ZPC perlu diketahui karena nilai ini dapat

dijadikan sebagai patokan apakah suatu koloid bermuatan negatif atau positif.
24

Prinsip kerja pengukuran ZPC pada tanah Ultisol Aek Milas yaitu

mensuplai H+ ke koloid melalui HCl dan mensuplai OH- ke koloid melalui NaOH.

Adapun persamaan reaksi prinsip kerja tersebut adalah sebagai berikut:

- H+ HCl - H+

- H+ - H+

- H+ H+ H+ -
H+

Larutan Tanah Larutan Tanah

Dari reaksi di atas dapat diketahui bahwa dalam koloid tanah dengan ion

bermuatan positif (kation) akan bereaksi dengan ekstraktan yang bersifat asam

(HCl). Ekstraktan HCl berfungsi menjenuhkan ion H+ yang nantinya akan diusir

dari koloid tanah menuju larutan tanah sehingga terjadi keseimbangan ion H+

yang ada dikoloid dengan yang ada di larutan tanah. Penambahan HCl akan akan

menyebabkan tanah semakin masam.

- OH- NaOH - OH-

- OH- - OH-

- OH- OH- OH- -


OH-

Larutan Tanah Larutan Tanah

Dari reaksi diatas diketahui bahwa koloid tanah bermuatan positif

sehingga ion yang terjerap pada koloid ialah yang bermuatan negatif (anion). OH-

adalah salah satu ion negatif yang terjerap pada koloid yang bermuatan positif.

NaOH merupakan salah satu ekstraktan yang dapat bereaksi pada tanah -tanah

dengan koloid yang bermuatan positif. OH- yang terjerap pada koloid tanah

nantinya akan distabilkan oleh NaOH yang diberikan sehingga terjadi

kesetimbangan OH- yang ada di koloid dan di larutan tanah.


25

Berdasarkan hasil percobaan penetapan mineral alofan dan bahan

anorganik amorf dengan metode segalen, diketahui bahwa kandungan mineral

alofan pada tanah Histosol Merbau sebesar 0%. Tanah Histosol merupakan tanah

yang tidak memiliki sifat andik yang mengandung mineral amorf karena penyusun

tanah ini mrupakan bahan organik. Kalaupun ada bahan mineral hanya 5 % saja.

Prinsip kerja penetapan mineral alofan dan bahan anorganik amorf metode

segalen adalah dengan dilakukannya pencucian bahan amorf dengan asam dan

basa kuat yang dipanaskan secara berulang-ulang. Penambahan HCl 8 N ke dalam

larutan maka akan tercuci bahan amorf dalam tanah dan juga dengan penambahan

NaOH 0,5 N akan mencuci bahan amorf dalam tanah. Hal ini sesuai dengan

literatur Mukhlis dkk., (2011) yang menyatakan bahwa bila tanah mengandung

bahan amorf banyak diekstrak dengan asam dan alkali maka jumlah komponen

yang larut akan meningkat dan kemudian lambat laun akan menetap.

Persentase retensi fosfat tanah Ultisol Aek Milas sebesar 31,08%. Hal ini

menunjukkan bahwa persentase P yang dikandung oleh tanah ini cukup banyak.

Teretensinya P pada tanah Ultisol Aek Milas menunjukkan bahwa P tersedia

dalam tanah cukup tinggi karena ion fosfat tidak terikat oleh ion alumunuim dan

besi dalam koloid. Menurut Hakim dkk., (1986) reaksi kimia yang berlangsung

antar ion-ion fosfat dengan ion aluminium dan besi. Reaksi yang terjadi dapat

ditulis sebagai berikut :

Al3+ + H2PO4 + 2H2O ↔ AlPO4.2H2O + 2H+

(Variscite)

Fe3++ H2PO4- + H2O ↔ FePO.2H2O + 2H+

(Strengit)
26

Dikatakan bahwa retensi fosfat sebesar 31,08% artinya banyaknya fosfat

yang terikat pada permukaan koloid tanah Ultisol Aek Milas sebanyak 31,08%.

Jadi sebanyak 31,08% fofat terjerap pada permukaan koloid tanah.

Dikatakan bahwa retensi adalah proses terikatnya ion-ion pada permukaan

koloid tanah sehingga menyebabkan ion tersebut tidak tersedia bagi tanaman.

Sedangkan fiksasi adalah proses terikatnya ion-ion oleh logam-logam yang

bervalensi kuat yang membentuk ikatan struktur sendiri sehingga ion tersebut

tidak tersedia bagi tanaman.

Prinsip kerja dari percobaan ini adalah dengan menjenuhkan tanah dengan

ion fosfat dengan menggoncangkan agar terjadi pertukaran P di larutan dengan

permukaan koloid jerapan. Dengan menggunakan bagian cair dari campuran tanah

dan larutan dan diukur secara coliometri (pengukuran panjang gelombang).


27

KESIMPULAN

1. Tanah Ultisol Aek Milas memiliki pH aktual sebesar 5,32 dan pH total

sebesar 4,87.

2. Tanah Ultisol Aek Milas merupakan jenis tanah bermuatan permanen karena

tidak memiliki nilai ZPC

3. Tanah Ultisol Aek Milas memiliki Daya Hantar Listrik sebesar

6 x 10-2 mmho

4. Tanah Ultisol Aek Milas mengandung mineral amorf sebesar 32%

5. Tanah Ultisol Aek Milas memiliki retensi P sebesar 31,08%

Anda mungkin juga menyukai