Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2

Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti


Gasal 2013/2014
KELOMPOK 2
1. Anissa Rizky Faradilla (082.11.005)
2. Widyaningrum Permata Siwi (082.11.047)
Asisten : Ria Stephani

KADAR N-TOTAL DALAM KOMPOS


I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Atmosfer terdiri dari 79 % nitrogen ( berdasarkan volume ) sebagai gas
padat N2 yang tidak bereaksi dengan unsur-unsur lainnya yang menghasilkan
suatu bentuk nitrogen yang dapat digunakan oleh sebagian besar tanaman.
Peningkatan penyediaan nitrogen tanah untuk tanaman terdiri terutama dari
meningkatnya jumlah pengikatan nitrogen secara biologis atau penambahan
nitrogen pupuk.
Diantara berbagai macam unsur hara yang dibutuhkan tanaman nitrogen
merupakan salah satu diantara unsur hara makro tersebut yang sangat besar
peranannya bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pertumbuhan. Diantara
tiga unsur yang biasa mengandung pupuk buatan yaitu kalium, fosfat, dan
nitrogen, rupanya nitrogen mempunyai efek paling menonjol.
Penetapan N-total tanaman dan beberapa bahan kompleks yang
mengandung N sangat sulit. Bahan-bahan yang membantu perubahan N
menjadi NH4 adalah garam-garam, biasanya K2SO4yang bertujuan untuk
meningkatkan suhu. Selain itu beberapa katalisator seperti selenium, air raksa
atau tembaga digunakan untuk merangsang dan mempercepat oksidasi bahan
organik.

Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik tanah, bahan organik
halus, N tinggi, C/N rendah, bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Bahan
organik merupakan sumber bahan N yang utama di dalam tanah. Selain N,
bahan organik mengandung unsur lain terutama C, P, S dan unsur mikro.
Pengikatan oleh mikrorganisme dan N udara.
Gejala-gejala kekurangan N adalah tanaman kerdil, pertumbuhan akar
terbatas, daun-daun kuning dan gugur, dan gejala-gejala kebanyakan N adalah
memperlambat kematangan tanaman, batang-batang lemah mudah roboh, dan
mengurangi daya tahan pada tanaman.
.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar Ntotal dalam pupuk kompos dengan metode Kjedhal.

II.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami,
alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota dan sebagainya. Proses
pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
Secara garis besar, membuat kompos berarti merangsang perkembangan bakteri
(jasad-jasad renik) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang
dikomposkan hingga terurai menjadi senyawa lain. Proses penguraian tersebut
mengubah unsur hara yang terikat dalam senyawa organik sukar larut menjadi
senyawa organik larut sehingga berguna bagi tanaman (Lingga dan Marsono,
2004).

B. Standar Kualitas Kompos


Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan
pembentuknya, tidak berbau atau berbau seperti tanah, kadar air rendah, dan
mempunyai suhu ruang. Kematangan kompos juga dapat dilihat dari
kandungan karbon dan nitrogen melalui rasio C/N-nya. Kompos yang

memiliki rasio C/N mendekati rasio C/N tanah yaitu 10-12, lebih dianjurkan
untuk digunakan (Indriani, 2001). Pada kompos, terdapat unsur lain yang
variasinya cukup banyak walaupun kadarnya rendah seperti nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium dan magnesium. Kadar hara kompos memang sangat
ditentukan oleh bahan yang dikomposkan. Walaupun demikian, kadar haranya
memang tidak pernah tinggi dan susunan hara dari kompos memang tidak
pernah tetap (Lingga dan Marsono, 2004). Standar nasional Indonesia (SNI)
memiliki syarat mutu produk kompos untuk melindungi konsumen dan
mencegah pencemaran lingkungan. Standar ini dapat dipergunakan sebagai
acuan bagi produsen kompos dalam memproduksi kompos. Adapun standar
kualitas kompos dari sampah organik domestik yang merujuk pada SNI 197030-2004. Kematangan kompos ditunjukkan dari hal-hal seperti rasio C/N
mempunyai nilai (10-20):1, suhu sesuai dengan suhu air tanah, berwarna
kehitaman dan tekstur seperti tanah serta berbau tanah.
III.

ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
No.
1

Alat
Neraca analitik

Ukuran

Jumlah
1

250 ml

(Ohaus Carat
Series)

Erlenmeyer
(pyrex)

Gambar

Labu kjeldahl

250 ml

(pyrex)

Buret

Heater

(HB502)

Soklets

Labu destilasi

Pipet volum

25 ml

(pyrex 0,06
ml)

Bulb

3.2 Bahan
No.
1

Bahan
Kompos organik

Jumlah
0,5 g

BOF

ZnSO4

0,2 g

Larutan pencerna

25 ml

Gambar

Aquades

Secukupnya

Indicator PP

2-3 tetes

H3BO4 4%

25 ml

Hcl 0,05 N
Secukupnya

Indikator campuran
2 tetes

IV.

CARA KERJA
4.1 Kadar air

Masukan kompos 0,5 gr


kedalam labu kjeldahl dan
tambahkan 0,2 gr ZnSO4
dan 25 ml larutan pencerna

Lakukan destruksi hingga


larutan menjadi bening

Destilasi sampel hingga


berwarna hijau yang
sebelumnya erlenmeyer
telah diberi 25 ml asam
borat dan indikator
campuran

Pipet 10 ml sampel
pindahkan pada labu
destilasi. Tambahkan 3
tetes indicator PP, NaOH
hingga berubah ungu dan
aquades

Titrasi larutan sampel


dengan Hcl 0,05 N hingga
berubah warna menjadi
ungu

Diagram 4.1 Cara Kerja

V.

HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran
Kelompok
1-2
3&5
4, 6-7
8-9

Jenis
kompos
A
A
B
B

N Hcl
0.0486
0.0486
0,0486
0,0486

Tabel 5.2 Hasil pengamatan

Kadar N
(%)
1,6
2,04
0,34
0,408

No.
1

Gambar

Keterangan
Hasil destruksi

2
Hasil destruksi + 3 tetes PP

3
Hasil destruksi
+ Indikator PP
+ NaOH
4
Hasil destilasi
+ Asam borat
+ indikator campuran
5
Hasil akhir destilasi

6
Hasil Titrasi

7
Hasil Titrasi semua
kelompok

VI.

PERHITUNGAN
6.1 Rumus

Standarisasi HCl
N Hcl

Dimana :
Mg Na2CO3

= Berat kompos

V Hcl

= Volume Hcl

BE Na2CO3

= Berat ekivalen Na2CO3


= Faktor pengenceran

Kadar N (%)
N (%)

Dimana :
= Faktor pengenceran
V Hcl
N Hcl
Ar N
Mg contoh

= Volum Hcl yang digunakan saat titrasi


= Nilai normalitas Hcl
= Berat atom relatif N
= Berat kompos

6.2 Perhitungan

Standarisasi HCl
Dimana,

Na2CO3

= 259,1 mg

V Hcl

= 10,05 ml

BE Na2CO3

= 53

Maka,
N Hcl

=
= 0,0486

Kadar N (%)
Dimana,
V Hcl titrasi
N Hcl
Ar N
Mg Contoh

= 2,5 ml
=
= 14
= 259,1 mg

N (%)

=
=
= 0,032
= 3,2 %

VII.

PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini tentang kadar N-total pada pupuk kompos
dilakukan pengukuran terhadap kadar nitrogen total dalam kompos. Kompos
yang digunakan dalam praktikum terdiri dari dua kompos. Untuk kelompok 15 menggunakan kompos A dan kelompok 1-6 kompos B.

Pada tahap pertama, dilakukan analisis secara destruksi. Pada tahapan ini
sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Unsur karbon, hidrogen teroksida menjadi CO, CO2
dan H2O sedangkan nitrogennya berubah menjadi ammonium sulfat
(NH4)2SO4. Asam sulfat yang digunakan adalah 10 ml. Sampel yang
dianalisa sebanyak 0,5 g. Untuk mempercepat proses destruksi maka
ditambahkan batu didih. Dengan penambahan batu didih tersebut titik didih
asam sulfat akan dipertinggi sehingga hasil dari proses destruksi lebih cepat.
Suhu destruksi berkisar antara 370-410 oC. Proses destruksi selesai apabila
larutan telah berubah menjadi jernih Setelah dilakukan tahap destruksi sampai
warna kompos menjadi jernih, dilakukan tahapan selanjutnya yaitu tahap
destilasi. Pada tahap destilasi, ammonium sulfat ditambah dengan (NH3) dan
penambahan NaOH sampai alkalis berwarna ungu dan dipanaskan. Amonia
yang dibebaskan selanjutnya akan ditangkap oleh larutan standar. Asam
standar yang dapat dipakai adalah asam borat dalam jumlah yang berlebihan.
Ujung tabung destilasi harus tercelup sedalam mungkin dalam larutan asam
borat agar kontak antar asam dan amonia terjadi lebih baik. Untuk mengetahui
asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator. Indikator yang
digunakan dalam praktikum ini adalah indikator campuran. Destilasi diakhiri
bila larutan asam borat dan indikator campuran berubah menjadi warna hijau,
yang artinya semua ammonia sudah terdestilasi sempurna. Tahap terakhir
yang dilakukan adalaha tahap titrasi. Larutan titran yuang digunakan untuk
menitrasi larutan asam borat hasil destilasi adalah larutan HCl. Pada tahap ini,
larutan asam borat hasil titrasi dititrasi sampai perubahan warna dari menjadi
pink muda. Volume HCl yang digunakan kelompok 5 saat titrasi sebanyak 2,5
ml. Setelah dilakukan perhitungan, kelompok 5 dengan sampel kompos A
didapat nilai kadar N-total sebesar 0,52 % sedangkan menurut SNI no
19=7030-2004 tentang standar kualitas kompos, nilai minimal Nitrogen yang
terkandung dalam kompos sebesar 0,4 %. Artinya kompos A , nilai N-totalnya
sudah memenuhi standar SNI kompos yang ada. Jika nilai N pada kompos
kurang dari 0,4%,

Kesimpulan :

1. Konsentrasi kadar uji N-total (%) yaitu 0,52 %


2. Pada kompos A dapat dikatakan bahwa lokasi lokasi sampling bukan daerah
berbahaya karena kadar N-total pada yang memenuhi standar baku mutu yang
sudah ditetapkan.
3. Namun, apabila kandungan N dalam kompos terlalu banyak juga menikbulkan
kerugian pada tanaman, seperti memperlambat kematangan tanaman, batangbatang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan pada tanaman.

Menurut SNI no 19=7030-2004 tentang standar kualitas kompos, nilai


minimal Nitrogen yang terkandung dalam kompos sebesar 0,4 %. Artinya,
baik kompos A maupun kompos B, nilai N-totalnya sudah memenuhi standar
SNI kompos yang ada. Jika nilai N pada kompos kurang dari 0,4%,

Perbedaan nilai N-total yang sesuai pada kemasan kompos tidak


sesuai. Faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu antara lain,
penambahan volume HCl untuk menitrasi larutan tidak teliti, artinya
meskipun sudah terjadi perubahan warna pada larutan, titrasi masih tetap
dilanjutkan sehingga perubahan warna terlalu pekat dan volume HCl yang
digunakan

juga

berlebih.

Begitu

juga

dengan

keloompok

yang

menggunakan jenis kompos B. Pada kemasan kompos B, komposisi


nitrogen sebesar 0,58% sementara perhitungannya didapat sebesar 0,34
dan 0,408%. Perhitungan ini tidak begitu jauh berbeda. Namun perbedaan
antar kelompok meskipun jenis komposnya sama, juga dikarenakan
ketidaktelitian praktikan dalam melihat perubahan warna yang terjadi pada
sampel. fungsi kompos sebagai penyubur tanaman tidak maksimal, karena
tanaman yang kekurangan nitrogen akan menyebakan pertumbuhan akar
menjadi terbatas dan daun-daun menjadi kekuningan dan gugur. Namun,
apabila kandungan N dalam kompos terlalu banyak juga menikbulkan
kerugian pada tanaman, seperti memperlambat kematangan tanaman,
batang-batang lemah mudah roboh, dan mengurangi daya tahan pada
tanaman.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar N-total kompos A kelompok 2 sebesar 1,6 %
2. Kadar N-total semua jenis kompos dari semua kelompok memenuhi
standar kualitas kompos yanitu sebesar 0,4 %.
3. Perbedaan nilai N-total meskipun jenis kompos yang digunakan sama
dikatrenakan human error dalam pengamatan perubahan warna saat titrasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/pdf/SNI%2019-7030-2004.pdf (Diakses
pada tanggal 17 Desember 2013 14.00 WIB)
Yuwono, 2002. (Online)
http://jurnalingkungan.wordpress.com/pengomposan/ (Diakses pada tanggal 17
Desember 2013 14.00 WIB)

Indriani, 2001. (online)


http://materialcerdas.wordpress.com/.../kompos-berkualitas-tinggi-dengan-zeolit
(Diakses pada tanggal 17 Desember 2013 14.00 WIB)

Lingga & Marsono, 2004. (online)


www.wikihow.com/Add-Nitrogen-to-Compost (Diakses pada tanggal 17 Desember
2013 14.00 WIB)

LAMPIRAN

Tabel 1. SNI standar kualitas kompos

Anda mungkin juga menyukai