Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pengaruh pH Tanah dan Kelembaban Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman”

Nama : Kurniawan Pandu Wicaksono


Nim : 1710211011
Kelompok : 3 (Tiga)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui cara menentukan pH berbagai jenis tanah yang telah mengalami
pelapukan.
2. Untuk mengetahui kelembaban tanah pada berbagai tanaman.
1.2 Dasar Teori
pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan
menggunakan skala pH antara 0-7. Sifat asam mempunyai pH antara 0-7 dan sifat basa
mempunyai pH antara 7-14. Sebagai contoh, jus jeruk dan air aki mempunyai pH antara
0-7, sedangkan air laut dan cairan pemutih mempunyai sifat basa (alkali) dengan nilai pH
7-14. Dan air tawar mempunyai pH 7.
pH tanah atau lebih tepatnya pH larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara nitrogen, kalium (potassium), fosfor, dimana tanaman
membutuhkan dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan terhadap
penyakit. Jika larutan tanah meningkat diatas 5,5 nitrogen (nitrat) menjadi tersedia bagi
tanaman. Disisi lain fosfor akan tersedia bagi tanaman pada pH antara 6-7. Selain itu,
tanah juga membutuhkan kelembapan tanah yang sesuai.
Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terkandung di udara. Besar kecilnya
kelembaban tergantung pada jumlah uap air diudara. Kapasitas udara adalah jumlah uap
air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu tertentu. Kapasitas udara
untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara. Jika suhu
tinggi maka kapasitas kapasitas udara besar, jika uap air jenuh maka kapasitas udara
maksimal.
Kelembapan tanah adalah air yangmengisi sebagian atau seluruh pori-pori tanah yang
berada diatas water table (Jamulya dan Suratman, 1993). Definisi yang lain menyebutkan
bahwa kelembapan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori
tanah. Kelembapan tanah sangat dunamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui
permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi (Suyono dan Sudarmadil, 1997). Kelembapan
tanah memiliki peranan yang penting bagi pemerintah untuk mengetahui informasi
seperti potensi aliran permukaan dan pengendali banjir, kegagalan erosi tanah dan
kemiringan lereng, menajemen sumber daya air, geoteknik, dan kulaitas air. Kelembapan
tanah meruapakan salah satu variabel kunci pada perubahan dari air dan energi panas di
antara permukaan dan atmosfer melalui evaporasi dan transpirasi (Arnold, 1999).
Informasi kelembapan tanah juga dapat dipergunakan untuk menajeman sumber daya
air, peringatan awal keringatan, penjadwalan irigasi, da perkitraan cuaca (Arnold, 1999).
Selain itu, kelembapan tanah penting bagi para pakar pertanian. Pertumbuhan vegetasi
memerlukan tingkat kelembapan tanah tertentu. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa
kelembapan tanah pada tingkat tertentu dapat menentukan bentuk tata guna lahan.
Peristiwa kekeringan yang terjadi disuatu daerah juga lebih banyak berkaitan dengan
berapa besar tingkat kelembapan yang ada didalam tanah daripada jumlah kejadian hujan
yang turun di tempat tersebut. Namun demikian, perlu juga diketahui bahwa tingkat
kelembapan tanah yang tinggi dapat menimbulkan permasalahan dalam hal kegiatan
permanenan hasil pertanian atau kehutana yang menggunakan alat-alat mekanin (Asdak,
2004).
Beberapa bakteri membatu tanaman mendapatkan N (nitrogen) dengan mengubah N
di atmosfer menjadi bentuk N yang dapat digunakan oleh tanaman. Bakteri ini hidup
dalam nodul akar tanaman Leguminaseae (seperti alfalfa dan kedelai) dan berfungsi
secara baik bila tanaman dimana bakteri tersebut hidup tumbuh pada tanaman dengan
kisaran pH yang sesuai.
Sebagai contoh, alfalfa tumbuh dengan baik pada tanah pH 6,2-7,8 sementara kedelai
tumbuh dengan baik pada tanah dengan kisaran pH 5,3-6,6 banyak tanaman yang
termasuk sayuran, bungan , dan semak-semak serta buah-buahan tergantung dengan pH
dan ketersedian tanah yang mengandung nutrisi yang cukup.
Jika larutan tanah terlalu asam, tanaman tidak dapat N, P, K, dan zat-zat kimia yang
mereka butuhkan pada tanah asam, tanaman mempunyai kemungkinan yang besar untuk
teracuni logam berat, pada akhirnya tumbuhan dapat mati karena keracunan tersebut.
Herbisida, pestisida, fungisida, dan bahan kimia lainnya yang digunakan untuk
memberantas hama dan penyakit tanaman juga dapat meracuni tanaman itu sendiri.
Mengetahui pH tanah, apakah basa atau asam sangatlah penting, jika pH terlalu asam
oleh pengaruh herbisida, pestisida, fungisida tidak akan terabsobsi dan justru akan
meracuni air tanah serta air-air pada permukaan tanah dimana hal ini akan menyebabkan
polusi pada sungai, danau, dan air tanah. Sehingga,berdasarkan hal tersebut sangat perlu
menjaga pH tanah dan juga kelembapan tanah agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Agar tanaman tidak mati karena faktor kondisi pH tanah dan
kelembapan tanah yang tidak sesuai (Sarief, 1986:50-51).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
1. Tawas.
2. Gelas plastik 4 buah.
3. Timbangan.
4. Soil tester.
5. Benih jagung.
6. Penggaris.
7. Media tanah.
8. Pupuk organik wonder grow.
2.2 Skema Cara Kerja.

Menyiapkan alat dan bahan : Soil tester, Penggaris, dan beberapa tanaman
jagung yang udah dewasa.

Membagi tanaman jagung menjadi 5 kelompok, dimana setiap kelompok


terdiri dari 3 tanaman jagung yang sudah besar.

Menghitung panjang daun yang paling panjang setiap tanaman


menggunakan penggaris.

Menghitung kelembapan dan juga pH tersebut menggunakan soil tester


dengan teliti.

Mencatat hasil perhitungan panjang daun terpanjang dan juga perhitungan


pH serta kelembapan.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel hasil pengamatan
1. pH dan Kelembaban Tanah pada Hambatan 70% (Kelompok 1)
Jagung PH Tanah Kelembapan Tanah
1 4 40%
2 4,5 70%
3 5,9 50%

2. pH dan Kelembaban Tanah pada Hambatan 70% (Kelompok 2)


Jagung PH Tanah Kelembapan Tanah
1 5 55%
2 4 85%
3 5 55%

3. pH dan Kelembaban Tanah pada Hambatan 70% (Kelompok 3)


Jagung PH Tanah Kelembapan Tanah
1 3,5 80%
2 5,8 40%
3 6 40%

4. pH dan Kelembapan tanah pada hambatan 80% (Kelompok 4)


Jagung PH Tanah Kelembapan Tanah
1 5 55%
2 6 30%
3 6,3 30%

5. pH dan Kelembaban Tanah pada Hambatan 80% (Kelompok 5)


Jagung PH Tanah Kelembapan Tanah
1 4,4 62 %
2 5,4 49 %
3 5,3 50%
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada peembahasan kali ini kami melakukan praktikkum dengan acara “Pengaruh pH
Tanah dan Kelembaban Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman”. Adapun tujuan dari
praktikkum ini adalah untuk mengetahui cara menentukan pH berbagai jenis tanah yang
telah mengalami pelapukan dan untuk mengetahui kelembapan tanah pada berbegai
tanaman. Pada praktikkum kali ini kami melakukan kegiatan praktikkum yaitu mengamati
pH tanah dan juga kelembapan tanah pada tanaman jagung menggunakan alat yang
dinamakan soil tester yang mana alat tersebut untuk mengukur kelembapan tanah dan juga
kadar pH yang terkandung didalam tanah. Berikut adalah penjelasan hasil pengamatan
kami dalam melakukan praktikkum ini.
4.1 Hasil Pengamatan dan dibandingkan dengan literatur.
Pada praktikkum kali ini kami melakukan acara praktikkum dengan acara “Pengaruh
pH Tanah dan Kelembapan Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman” kami melakukan
beberapa cara kerja yang kami lakukan. Cara kerja yang pertama adalah kami
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti soil tester, penggaris, dan
beberapatanaman jagung yang sudah tumbuh sedang. Setelah menyiapkan alat dan bahan,
langkah selanjutnya kami membagi tanaman jagung menjadi 5 kelompok yang mana
setiap kelompok terdiri dari 3 tanaman jagung yang diberi nama tanaman jagung A,B,
dan C. Kemudian kami membagi tempat untuk melakukan pengamatan membagi 2
tempat, kelompok 1 sampai kelompok 3 pada hambatan sinar matahari 70% sedangkan
kelompok 4 dan kelompok 5 pada hambatan sinar 80%. Langkah selanjutnya,
menghitung panjang daun yang paling panjang setiap tanaman jagung menggunakan
penggaris. Setelah mengukur panjang daun tanaman jagung, langkah selanjutnya adalah
menghitung kelembapan tanah dan pH tanah tersebut menggunakan soil tester dengan
teliti. Langkah terakhir yang kami lakukan adalah mencatat hasil perhitungan penjang
daun terpanjang dan juga perhitungan pH tanah serta kelembapan tanah tersebut. Setelah
kami melakukan beberapa cara kerja didapatkan hasil pengamatan bahwa pada kelompok
1 pada hambatan sinar sebesar 70% pada tanaman jagung 1 memiliki pH tanah 4 dan
memiliki kelembapan tanah sebesar 40%. Pada tanaman jagung 2 memiliki pH tanah 4,5
dan memiliki kelembapan tanah sebesar 70%. Sedangkan pada tanaman jagung 3
memiliki pH tanah 5,9 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 50%. Hasil pengamatan
kelompok 2 didapatkan hasil pengamatan bahwa pada hambatan sinar sebesar 70% pada
tanaman jagung 1 memiliki pH tanah 5 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 55%.
Pada tanaman jagung 2 memiliki pH tanah 4 dan memiliki kelembapan tanah sebesar
85%. Sedangkan pada tanaman jagung 3 memiliki pH tanah 5 dan memiliki kelembapan
tanah sebesar 55%. Hasil pengamatan kelompok 3 didapatkan hasil pengamatan bahwa
pada hambatan sinar sebesar 70% pada tanaman jagung 1 memiliki pH tanah 3,5 dan
memiliki kelembapan tanah sebesar 80%. Pada tanaman jagung 2 memiliki pH tanah 5,8
dan memiliki kelembapan tanah sebesar 40%. Sedangkan pada tanaman jagung 3
memiliki pH tanah 6 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 40%.
Hasil pengamatan kelompok 4 didapatkan hasil pengamatan bahwa pada hambatan
sinar sebesar 80% pada tanaman jagung 1 memiliki pH tanah 5 dan memiliki kelembapan
tanah sebesar 55%. Pada tanaman jagung 2 memiliki pH tanah 6 dan memiliki
kelembapan tanah sebesar 30%. Sedangkan pada tanaman jagung 6,3 memiliki pH tanah
5 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 30%. Hasil pengamatan kelompok 5
didapatkan hasil pengamatan bahwa pada hambatan sinar sebesar 80% pada tanaman
jagung 1 memiliki pH tanah 4,4 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 62%. Pada
tanaman jagung 2 memiliki pH tanah 5,4 dan memiliki kelembapan tanah sebesar 49%.
Sedangkan pada tanaman jagung 3 memiliki pH tanah 5,3 dan memiliki kelembapan
tanah sebesar 50%.
Berdasarakan literatur hasil penelitian menggunakan tanaman sansivera (Restu,
2015:35) menjelaskan bahwa dataran rendah mencapai pH 8,07 sedangkan dataran tinggi
mencapai 7,56. pH tanah menunjukkan derajat keasaman tanah atau keseimbangan antara
konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan
dan produksi daun, bahkan berpengaruh pula pada kualitas kehijauan daun. pH tanah
yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman adalah antara 5.6 – 6.0. Bila tanah
bersuasana basa (pH>7.0) biasanya tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi,
sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat dan tanaman pada tanah basa seringkali
mengalami defisiensi unsur P (Rachmawati, 2009). Sesuai dengan Pramono (2008)
keasaman media tanam yang ideal untuk sansevieria adalah berkisar antara 5.5 – 7.5,
meski demikian tanaman ini masih dapat bertoleransi pada rentang pH 4.5 – 8.5.
Berdasarkan literatur (Djumali, 2014) menjelaskan bahwa pada umumnya kondisi
kelembapan tanah yang baik berkisar diatas lebih dari 50% hal ini dijelaskan pada
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kelembaban Tanah Terhadap Karakter Agronomi,
Hasil Rajangan Kering dan Kadar Nikotin Tembakau (Nicotiana Tabacuml; Solanaceae)
Temanggung Pada Tiga Jenis Tanah* (Soil Moisture Effects On Agronomic Characters,
Yield And Nicotine Content Of Temanggung Tobacco (Nicotiana Tabacuml;
Solanaceae) At Three Types Of Soil)”. Pada penelitian ini menjelaskan kadar
kelembapan tanah yang turun dari 100% menjadi 90% menyebabkan kondisi secara
morfologi seperti tinggi tanaman, akar tanaman, pertumbuhan daun dan lain-lain. Hal ini
disebabkan adanya penurunan pada laju fotosintesis.
4.2 Pengertian pH tanah dan kelembapan tanah serta reaksi terhadap pertumbuhan
tanaman.
Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dari horison-
horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan
merupakan media untuk tumbuh tanaman. Tanah berasal dari pelapukan batuan yang
bercampur dengan sisa bahan organik dan mineral vegetasi serta hewan yang hidup di
atas atau didalamnya (Hardjowigeno, 2003).
Rekasi tanah yang meliputi pH tanah juga menunjukkan sifat keasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH (potential of hydrogen). Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah. Tanah masam
memiliki nilai pH yang rendah atau kadar ion H + yang tinggi. Namun sebaliknya, tanah
basa memiliki nilai pH yang tinggi atau kadar ion H+ yang rendah. Selain ion H+ dan ion-
ion lain didalam tanah ditemukan pula ion OH- yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan ion H+. Apabila kandungan H+ dan OH- adalah sama maka tanah bereaksi netral
(Hardjowigwno, 2003).
Menurut Dikti (1991) reaski masam-basa dalam tanah dapat mempengaruhi tingkat
penguraian mineral dan bahan organik, pembentukan mineral liat, aktivitas jasad renik,
ketersediaan hara bagi tanaman dan secara langsung mapun tidak langsung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan dan produksi tanaman sangat
ditantukan oleh pH tanah.
Bruce Schaffer (2006), mengemukakan bahwa kelembapan tanah adalah jumlah air
yang ditahan didalam tanah setelah kelebihan air dialirkan, apabila tanah memilikikadar
air yang tinggi maka kelebihan air tanah dikurangi melalui evaporasi, transpirasi, dan
transpor air kebawah tanah. Untuk mengetahui kadar kelembapan tanah dapat digunakan
banyak macam teknik, diantaranya dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran
perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara rtidak langsung melalui
pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat dengan air tanah. Dua metode
penetapan kadar air tanah secara tidak langsung yang sudah banyak dikenal adalah
melalui pengukuran sebaran neutron probes dan pengukuran waktu hantaran listrik
didalam tanah (time domain reflecirometty, TDR).
Untuk pertumbuhannya, tanaman memerlukan unsur hara, air, udara, dan cahaya.
Unsur hara dan air diperlukan untuk bahan pembentuk tubuh tanaman. Udara dalam hal
ini adalah CO2, dam air dengan bantuan cahaya menghasilkan karbohidrat yang
merupakan sumber energi untuk pertumbuhan tanaman. Disamping faktor-faktor tersebut,
tanaman juga memerlukan tunjangan mekanik sebagai temaot bertumpu untuk tegaknya
tanaman. Dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman tersebut tanah berfungsi
sebagai :
1. Tunjangan mekanik sebagai temapt tanaman tegak dan tumbuh.
2. Penyedia unsur hara dan air.
3. Lingkungan tempat akar atau batang tanah melakukan aktivitas fisiknya.
Air terdapat didalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan
kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Udara dan air mengisi pori-
pori tanah. Banyaknya pori-pori didalam tanah kurang lebih 50% dan volume tanah,
sedangkan jumlah air dan udara didalam tanah berubah-ubah, kelebihan dan kekurangan
air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Muslimen Mustafa, 2012).
Guslim (2007) mengemukakan beberapa kegunaan air bagi pertumbuhan tanaman,
yaitu :
1. Sebagai unsur hara tanaman. Tanaman memerlukan air dan tanah sebagai
reagen yang oenting untuk proses fotosintesis serta CO2 dan udara untuk
membentuk gula dan karbohidrat untuk proses tersebut.
2. Sebagai pelarut unsur hara, seperti garam-garam, gas-gas dan mineral-mineral
lainnya. Unsur-unsur hara yag terlarut tham air diserap oleh akar-akar tanaman
dan larutan tersebut dan melalui dinding sel serta jaringan esensial untuk
menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses
membuka dan menutupnya stomata, serta kelangsungan gerak struktur tumbuh-
tumbuhan.
3. Sebagai bagian dan sel-sel jaringan tanaman yaitu sekitar 80%. Pada kasus-
kasus tertentu jumlah air dalam jaringan tanaman bahkan bisa mencapai 90%.
Air merupakan bagian dari protoplasma.
4.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan.
Jika ditinjau berdasarkan literatur dijelaskan bahwa pertumbuhan adalah proses dalam
kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan
juga yang menentukan hasil tanaman (Sitompul & Guritno 1995). Pertambahan ukuran
tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-
bagian tanaman akibat dari pertambahan jaringan sel yang dihasilkan oleh pertambahan
ukuran sel. Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa terdapat dua macam
pengukuran pertumbuhan yang lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume
atau ukuran, yang sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran ke satu arah atau
dua arah, seperti tinggi, diameter dan luas. Nyakpa et al. (1988), menyatakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Faktor genetis Salah satu peran penting faktor genetis adalah kemampuan suatu
tanaman untuk berproduksi tinggi. Potensi hasil tinggi, serta sifat-sifat lainnya
(mutu, ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, kekeringan) berhubungan
erat dengan susunan genetika tanaman.
2. Faktor lingkungan Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah suhu, ketersediaan air, energi matahari, mutu atmosfer, struktur
dan komposisi udara tanah, reaksi tanah dan organisme tanah. Sitompul &
Guritno (1995) menambahkan bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang
dilakukan oleh tanaman yang hidup pada lingkungan tertentu dan dengan
sifat-sifat tertentu untuk menghasilkan kemajuan perkembangan dengan
menggunakan faktor lingkungan. Energi matahari merupakan faktor yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Nyakpa et al.
(1988), tanaman umumnya mampu tumbuh sempurna tanpa penyinaran matahari
seharian penuh.
Silalahi (2004), menyatakan bahwa suhu secara langsung mempengaruhi fotosintesa
tumbuhan, respirasi, permeabilitas dinding sel, absorbsi air dan unsur hara, transpirasi,
aktifitas enzim dan koagulasi protein. Kualitas atmosfer di sekitar bagian atas tanah
dekat tanaman dibawah kondisi tertentu akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Gas-gas tertentu seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO) dan asam fluorida
(HF), jika dibebaskan ke udara dalam jumlah yang banyak akan menjadi racun bagi
tanaman. Konsentrasi abnormal dari SO 2 dapat menghambat pertumbuhan tanaman,
tetapi dalam konsentrasi rendah justru dapat memasuki stomata daun dan berguna untuk
tanaman sebagai sumber Sulfur. Struktur tanah terutama tanah-tanah yang mengandung
sejumlah liat dan debu yang banyak mempunyai pengaruh yang cukup nyata terhadap
pertumbuhan akar dan bagian tanaman yang lain. Tanah berdrainase baik dengan struktur
yang bagus, pertumbuhan tanaman tidak akan terhambat oleh kandungan oksigen,
kecuali jika terjadi penggenangan atau kejenuhan tanah yang besar, sehingga suplai
O2 serta serapan unsur hara menurun (Nyakpa et al. 1988).
(Aditya, 2009) mengemukakan bahwa banyak faktor alasan atau penyebab yang
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan, tanaman, pohon, dll.
Apabila faktor tersebut kebutuhannya tidak terpenuhi maka tanaman tersebut bisa
mengalami dormansi / dorman yaitu berhenti melakukan aktifitas hidup. Faktor pengaruh
tersebut yakni :
1. Faktor Suhu / Temperatur Lingkungan
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh
kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik
bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan
pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
2. Faktor Kelembaban / Kelembapan Udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan
tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan
dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan
berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
3. Faktor Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan
fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya
matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-
kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses
pertumbuhan.
4. Faktor Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses
perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu
perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel,
hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.
4.4 Pengertian jagung dan klasifikasi jagung.
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonena
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Subfamilia : Ponicoidae
Genus : Zea
Species : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim(annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif
dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada
varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan
tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietasdapat
menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan
ini.Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul
akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya
tanaman (Barnito, 2009).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat,sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak
seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga
tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung
lignin.Daun jagungadalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepahdan
helai daunterdapat ligula.Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun
ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang
khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentukkipas.
Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel
daun.Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu
tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina
tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif
meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan
lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan
jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri). Bunga betina jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam
pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik (Barnito,
2009).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikkum kali ini kami melakukan acara praktikum yaitu “Pengaruh pH
Tanah dan Kelembaban Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman” dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya pH yang optimal yang digunakan pada pertumbuhan adalah 5-7
yang mana biasanya pada kisaran angka tersebut kelembapan tanah juga tinggi dan sangat
baik digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Jika ditinjau dengan kelembapan tanah,
kelembapan tanah yang baik adalah lebih besar dari 50%. Berdasarkan literatur juga
dijelaskan bahwa penurunan kadar kelembapan tanah sebesar 10% dapat menurukan
kualitas morfologi tanaman dalam melakukan pertumbuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

Tim mata kuliah fisiologi tumbuhan. 2019. Petunjuk Praktikkum Fisiologi Tumbuhan.
Jember : Universitas Muhammadiyah Jember.
Hardanto, Afik. 2009. Metode Irigasi Tetes dan Perlakuan Komposisi Bahan Organik
dalam Budidaya Stroberi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Kastono, Dody. 2019. Pengaruh Ketinggian Tempat Tumbuh terhadap Hasil dan Kualitas
Minyak Cengkih (Syzygium aromaticum (L.) Merr. & Perry.) di Kecamatan
Samigaluh, Kulon Progo. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Amaru, Kharistya. 2013. Kajian Kelembaban Tanah dan Kebutuhan Air Beberapa Varietas
Hibrida DR UNPAD. Bandung : Universitas Padjajaran.
Karamina, H. 2017. Kompleksitas pengaruh temperatur dan kelembaban tanah
terhadapnilai pH tanah di perkebunan jambu biji varietas kristal (Psidiumguajaval.)
Bumiaji, Kota Batu. Bandung : Universitas Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai