Anda di halaman 1dari 23

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah yang akan dimanfaatkan sebagai lahan sebgai lahan pertanaman
perlu mendapat penelitian yang seksama agar pertanaman itu berhasil dengan
baik, untuk pertanamna apa yang cocok untuk tanah itu, kandungan bahan pada
tanah apakah mencukupi atau masih terdapat kekurangan, atau asa diantara
bahan-bahan yang terkandung itu mengandung racun, sehingga tanaman akan
mati kalau ditanam pada tanah itu, selain itu apakah tanah terlalu masam atau
memiliki kadar salinitas yang tinggi dan lain sebagainya.
Status hara dalam tanah dapat diamati melalui beberapa metode, antara lain:
percobaan pemupukan pada plot di lapangan; percobaan pot di rumah kaca;
melihat gejala-gejala pada tanaman; analisis tanaman; analisis jaringan secara
cepat; uji biologi dan analisis kimia tanah secara cepat. Setiap metode yang dapat
digunakan diatas mempunyai keterbatasan bila diaplikasikan pada lahan
pertanaman secara individu maupun pertanamna yang menggunakan dasar secara
umum. Analisi kimia tanah atau uji tanah (Soil Testing) merupakan metode yang
paling cepat, tidak membutuhkan biaya besar, lebih akurat dan dapat dijadikan
sumber bagi percobaan di lapangan, rumah kaca maupun laboratorium untuk
memprediksi kebutuhan kapur dan pupuk pada tanah sebelum tanaman di
tentukan.
Tanah bagi pertanaman sangat erat hubunganya dengan air, karena tanah
tanpa air akan memungkinkan tanaman tidak dapat tumbuh. Mengenai airpun
tidak sembarang air yag selalu dapat mendukung pertumbuhan tanaman dengan
baik, untuk inipun perlu dilakukan analisis untuk mendiagnosa air yang bakal
menunjang keberhasilan usaha pertanaman yang kita lakukan. Air yang dimaksud
adalah air hujan dan air pengairan yang masuk ke petak pertanaman serta air
pengatusan yang keluar dari petak pertanaman. Analisia terhadap air yang masuk
bertujuan untuk mengetahui peranan air selaku sumber yang mengandung hara
tanaman serta peranan air selaku unsur yang dapat mempengaruhi keadaan
lingkungan perakaran. Analisa terhadap air yang keluar bertujuan untuk
mengetahui berapa persen hara dan bahan-bahan pupuk serta bahan obat-obatan
2

yang teragkut, yang apabila persentasenya sangat besar dapat menimbulkan


pencemaran maupun kontaminasi terhadap air bagi kepentingan umum.
Analisis jarinngan tanaman biasannya dilakukan untuk memperkirakan
perkembangan atau produksi tanaman dengan cara : monitoring dan mengetahui
efisiensi program uji kesuburan tanah. Mengukur efektivfitas laju pupuk,
penempatan, sumber pupuk dan saat pemberian. Membedakan pengaruh
modifikasi lingkungan terhadap ketersediaan dan serapan unsur hara oleh
tanaman. Mempelajari pengaruh interaksi unsur hara dalam puuk terhadap
serapan unsur hara. Mengevalusi efisiensi penggunaan beberapa macam pupuk.
Menghubungkan percobaan unsur hara terlarut pada percobaanlapangaan
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Praktikum Analisa Tanah, Air, Pupuk, dan Jaringan Tanaman
2018 ini secara umum adalah :
1. Untuk mengetahui kadar lengas, pH, kandungan unsur hara P dan K di dalam
tanah.
2. Untuk mengetahui kualitas air meliputi pH, DHL, dan sedimen terlarut.
3. Untuk mengetahui kandungan N dan C-organik pada pupuk organik.
4. Untuk mengetahui kandungan unsur hara P dan K di dalam jaringan
tanaman.
3

II. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Variabel Tanah
1. Kadar Lengas Tanah
Tabel 2.1. Kadar Lengas Tanah
Ctka Ø Jenis Tanah
(mm) Tadah Hujan Non Organik
0,5 4,13%
Sumber: laporan sementara
Menurut Buringh (1991) lingkup lengas tanah adalah petunjuk umum
tentang keadaan lengas tanah yang secara kasar menunjukkan massa tanah
berada dalam keadaan kering atau lembab berdasarkan keadaannya dalam
penggal baku tanah (soil control section). Metode yang digunakan untuk
mengukur kadar lengas adalaah metode gravimetri. Metode gravimetri yaitu
menghitung selisih berat lengas antara sebelum dan sesudah dikeringkan,
namun dalam pemakaiannya timbangan harus sensitif karena diperlukan
ketelitian yang tinggi dalam baca data agar hasil tidak salah dan
menyimpang, sehingga menimbang data harus digunakan timbangan yang
sama agar hasilnya lebih akurat, keunggulan dari metode ini adalah harganya
yang murah dan tidak memakan biaya yang besar. Hasil pengamatan untuk
kadar lengas pada tanah tadah hujan non organik 4,13%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kandungan kadar lengas pada tanah hujan non organik
sangat kecil, karena tanah tadah hujan non organik hanya memperoleh air
dari sumber hujan saja tidak mendapat tambahan suplai air dari saluran
irigasi dan jumlah suplai bahan organik yang sedikit membuat tanah
kesulitan mengikat air.
Menurut Suwarto (2003) kadar lengas yang rendah akan menurunkan
penyerapan unsur hara contohnya kalium, disebabkan oleh penurunan
ketersediaan K akibat peristiwa fiksasi K. Kadar lengas yang terlalu tinggi
juga menyebabkan hal yang sama karenan kelebihan lengas akan
menurunkan ketersediaan udara, menyebabkan respirasi akar terhambat.
Penyerapan unsur hara K oleh akar tanaman memerlukan tenaga yang
diperoleh dari peristiwa respirasi ini. Kadar lengas tanah merupakan faktor
4

yang mempengaruhi kandungan unsur hara K yang tersedia pada tanah,


asalkan ketersediaan unsur hara ini tidak pada keadaan yang kritis.
2. Reaksi Tanah
Tabel 2.2. Kadar Reaksi pH Tanah
Jenis Tanah
pH
Tadah Hujan Non Organik
H2O 5,87
Sumber: laporan sementara
Menurut Widodo (2006) tingkat kemasaman (pH) sangat
mempengaruhi status ketersediaan hara bagi tanaman. pH yang paling
optimal untuk menyediakan hara berkisar antara 6-7. Metode yang
digunakan dalam kadar reaksi pH tanah ini adalah metode pH meter.pH
meter memiliki kelebihan yaitu angka yang diperoleh lebih akurat karena
menunjukkan nilai pasti, tetapi harga alatnya relatif mahal dan
pengoprasiannya juga tidak mudah. PH diklasifikasikan berdasarkan bahan
pengekstrak menjadi dua yaitu pH aktual dan pH potensial. PH aktual (pH
H2O) adalah pH yang menunjukkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah
sesuai dengan kondisi alam sebenarnya. Bahan pengekstraknya adalah air
suling (H2O), sedangkan pH tanah potensial adalah pH yang menunjukkan
nilai pH tanah setelah H+ dalam kompleks jerapan atau didesak keluar dan
masuk kedalam larutan tanah oleh kation lain. PH tanah potensial juga
merupakan potensial yang mungkin dapat terjadi karena pengaruh lain.
Larutan pengekstrak adalah KCN. Meskipun demikian, pH meter modern
masih mempunyai kekurangan, yaitu perubahan yang lambat, yang
merupakan masalah penting dalam menentukan skala yang valid.
Berdasarkan data dapat dilihat bahwa pH tanah cenderung masam lemah
yaitu 5,87.
pH rendah menurut Widodo (2006) pH rendah akan mengakibatkan
penurunan ketersediaan hara tertentu. Kebanyakan unsur hara akan
terhambat ketersediaannya. pH tanah yang tinggi ataupun rendah dapat
mencerminkan ketersediaan hara pada tanah tersebut. Kondisi pH yang
terlalu rendah atau tinggi akan menghambat ketersediaan beberapa unsur
5

hara. Sedangkan pada kondisi pH netral usnur-unsur hara cenderung lebih


tersedia.
3. P – Tersedia Tanah
Tabel 2.3. Kadar P – Tersedia Tanah
Ctka Ø Jenis Tanah
(mm) Tadah Hujan Non Organik
0.5 19.48
Sumber: laporan sementara
Metode P Olsen merupakan metode yang paling sesuai untuk tanah
berkapur, terutama pada tanah-tanah dengan kandungan kalsium karbonat >
2%. Akan tetapi, Fixen and Grove (1990) menyatakan bahwa metode P
Olsen cukup efektif juga untuk tanah asam. Metode P Olsen berlandaskan
penggunaan HCO3-, CO3-2, dan OH pada pH 8,5. Larutan 0,5 M NaHCO 3
yang digunakan akan menurunkan konsentrasi larutan dari Ca 2+ terlarut
dengan terbentuk endapan CaCO3. Reaksi – reaksi tersebut menyebabkan
terjadinya peningkatan kelarutan P tanah.
Pengukuran larutan P yang telah terekstrak dilakukan dengan
menggunakan Spektrofotometer. Spektrofotometer adalah instrument yang
digunakan untuk mengukur transmitan pada panjang gelombang warna
dengan menggunakan molibdat dan asam askorbat. Ion orthofosfat dan
molibdat berkondensasi dalam larutan asam heteropoli untuk menghasilkan
asam molibdofosfat heteropoli (asam fosfat molibdat). Asam molibdofosfat
yang dihasilkan direduksi dengan hidrazinium sulfat sehingga menghasilkan
kompleks warna biru yang dapat larut. Intensitas warna biru yang mula-mula
dimasukkan kedalam heteropoli selektif menghasilkan warna biru.
Keuntungan spektrofotometer adalah memberikan cara sederhana untuk
menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil dan merupakan metode yang
tepat untuk konsentrasi zat terlarut (Bassett dkk. 1994).
Hasil analisis menunjukkan kandungan P tersedia tanah untuk tanah
tadah hujan non organik adalah 19.48 ppm. Nilai tersebut tergolong tinggi.
Menurut Saraswati et al. (2006) ketersediaan P dalam tanah jarang ada yang
melebihi 0.01% dari jumlah total P. Sebagian besar P terikat oleh koloid
tanah sehingga tidak tersedia oleh tanaman. Unsur P juga dapat dengan
6

mudah mengalami immobilisasi menjadi fosfor organik yang jika dianalisis


di laboratorium akan terbaca sebagai kandungan bahan organik tanah, bukan
kandungan P tersedia tanah. Ketersediaan P di dalam tanah tergantung
kepada: (a) jumlah dan jenis mineral tanah, (b) pH tanah, (c) pengaruh
kation, (d) pengaruh anion, (e) tingkat kejenuhan P, (f) bahan organik, (g)
waktu dan suhu, dan (h) penggenangan (Havlin et. al. 1999).
Ketersediaannya yang sedikit juga disebabkan karena unsur P dapat dengan
mudah terikat oleh unsur Al dan Fe menjadi Al-P dan Fe-P.
4. K – Tersedia Tanah
Tabel 2.4. Kadar K – Tersedia Tanah
Ctka Ø Jenis Tanah
(mm) Tadah Hujan Non Organik
0.5 0,59
Sumber: laporan sementara
Metode yang digunakan untuk analisis K tersedia dalam tanah adalah
metode penjenuhan ammonium asetat. Metode analisis kation basa (K,Ca,
Mg) dalam tanah di laboratorium menggunakan metode ekstraksi dengan
penjenuhan ammonium asetat I M NH4Oac pH 7,0. Koloid tanah
mempunyai muatan negatif sehingga dapat menjerap kation dan ditukar
dengan kation NH4. Kation K+ ditetapkan dengan menggunakan
flamephotometer (Sulaeman et al. 2005).Hasil analisis menunjukkan
kandungan K tersedia tanah tadah hujan non organik sekitar 0,59 ppm.
Kandungan K tersedia tanah sedang diduga berhubungan dengan tipe koloid
tanah. Ketersediaan kalium dalam tanah dipengaruhi oleh pengikatan kalium
oleh koloid tanah. Menurut Nursyamsi et al. (2008) tipe koloid 2:1 tidak
mampu menyediakan unsur K aktual atau siap digunakan tanaman dalam
jumlah banyak karena tipe koloidnya akan menjerap kalium total tanah.
Sementara itu tipe koloid 1:1 secara umum akan mengikat kation dengan
jumlah yang lebih sedikit sehingga pada tanah dengan tipe koloid 1:1 jumlah
kalium tersedia pada tanah cukup banyak.
7

B. Variabel Tanaman
1. P – Jaringan
Tabel 2.5. Kadar P – Jaringan Tanaman
Jaringan Tanaman
P jaringan
Padi Cisadane
% 0.12
Sumber: laporan sementara
Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004), ada beberapa tujuan
analisis jaringan daun antara lain: (a) mendiagnosis atau memperkuat
diagnosis gejala yang terlihat, (b) mengidentifikasi gejala yang terselubung,
(c) mengetahui kekurangan hara sedini mungkin (d) sebagai alat bantu dalam
menentukan rekomendasi pupuk.Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion
ortofosfat (H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4). Selain itu, unsur P
masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu bentuk pirofosfat dan
metafosfat, bahkan ada kemungkinan unsur P diserap dalam bentuk senyawa
organik yang larut dalam air, misalnya asam nukleat dan phitin. Fosfor yang
diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah menjadi senyawa
fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak antar jaringan tanaman.
Metode yang digunakan dalam analisis P jaringan tanaman ini adalah
metode destruksi HNO3 dan HClO4. Asam nitrat (HNO3) pekat banyak
digunakan untuk mempercepat proses destruksi. Asam ini merupakan
oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan
suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350 0C, dengan demikian komponen
yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat
dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik. Asam
perklorat (HClO4) pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi, karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat.
Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah meledak (explosive)
sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.Kadar
optimal fosfor dalam tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif adalah 0.3%
- 0.5% dari berat kering tanaman.Kadar P pada tanaman Padi Cisadane
sebesar 0.12%. Karateristik fosfor yaitu, fosfor bergerak lambat dalam tanah;
8

pencucian bukan masalah, kecuali pada tanah yang berpasir. Fosfor lebih
banyak berada dalam bentuk anorganik dibandingkan organik. Di dalam
tanah kandungan F total bisa tinggi tetapi hanya sedikit yang tersedia bagi
tanaman.Tanaman menambang fosfor tanah dalam jumlah lebih kecil
dibandingkan nitrogen dan K (Rosmarkam dan Yuwono 2002).
Fosfor terdapat dalam bentuk phitin, nuklein dan fosfatide, merupakan
bagian dari protoplasma dan inti sel. Sebagai bagian dari inti sel, sangat
penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi perkembangan jaringan
meristem, pertumbuhan jaringan muda dan akar, mempercepat pembungaan
dan pemasakan buah, penyusun protein dan lemak. Fungsi dari unsur Fosfor
pada tanaman yaitu: (a) untuk pembentukan bunga dan buah, (b) bahan
pembentuk inti sel dan dinding sel, (c) mendorong Pertumbuhan akar muda
dan pemasakan biji pembentukan klorofil, (d) penting untuk enzim-enzim
pernapasan, pembentukan klorofil, (e) penting dalam cadangan dan transfer
energi (ADP+ATP) (f) komponen asam nukleat (DNA dan RNA), (g)
berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman
(Taiz 2002).
2. K – Jaringan
Tabel 2.6. Kadar K – Jaringan Tanaman
K Jaringan Tanaman
jaringan Padi Cisadane
% 0.14
Sumber: laporan sementara
Kalium merupakan unsur kedua terbanyak yang dibutuhkan tanaman
setelah Nitrogen, tanaman yang mengalami defisiensi Kalium ditandai
dengan terjadinya klorosis pada daun tua (kehilangan klorofil), kemudian
bagian tepi daun mengalami nekrosis atau kematian sel sebagai akibat dari
adanya kerusakan sel akut (Marschner 1995).
Diantara ketiga unsur hara yang banyak di serap oleh tanaman (N, P,
K), kalium lah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi. Tanah,
sekitar 90-98% berbentuk mineral primer yang tidak dapat terserap oleh
tanaman. Sekitar 1-10% terjebak dalam koloid tanah karena kalium nya
bermuatan positif. Bagi tanaman, ketersediaan kalium pada posisi ini agak
9

lambat. Sisanya, sekitar 1-2% terdapat di dalam larutan tanah dan mudah
tersedia bagi tanaman.
Unsur hara makro dan mikro total dalam tanah dapat diekstrak dengan
cara pengabuan basah menggunakan campuran asam pekat HNO3 dan
HClO4. Kadar unsur makro dan mikro dalam ekstrak diukur menggunakan
spektrofotometer serapan atom (SSA), fotometer nyala dan spektrofotometer.
Asam nitrat (HNO3) pekat banyak digunakan untuk mempercepat proses
destruksi. Asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan
oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350
0
C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi
pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan
kadar abu lebih baik. Asam perklorat (HClO4) pekat dapat digunakan untuk
bahan yang sulit mengalami oksidasi, karena perklorat pekat merupakan
oksidator yang sangat kuat. Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat
mudah meledak (explosive) sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan
harus sangat hati-hati.Kadar kalium dalam jaringan tanaman Padi Cisadane
sekitar 0.14%. Kandungan kalium sangat tergantung pada jenis mineral
pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam
tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh
tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah. Biasanya tanaman
menyerap kalium lebih banyak dari pada unsur lain, kecuali nitrogen
(Musyarofah 2006).
Kalium ditemui pada cairan sel tanaman. Kalium tidak terikat secara
kuat dan tidak merupakan bagian dari senyawa organik tanaman. Kalium
sangat mudah di serap oleh tanaman dan bersifat sangat mobil. Kalium akan
bergerak dari jaringan-jaringan tua ke titiktitik pertumbuhan akar dan tajuk.
Kalium selalu di serap lebih awal dari pada nitrogen dan fosfor. Hal ini
berarti akumulasi kalium di periode pertumbuhan dan selanjutnya
ditranslokasikan kebagian-bagian tanaman lainnya, sehingga gejala
defesiensi K pertama kali pada daun-daun tua. Peranan kalium di dalam
tanaman sangat berhubungan dengan kualitas hasil dan resistensi tanaman
terhadap patogen-patogen tanaman (Ginting 2010).
10

C. Variabel Air
1. ReaksiAir
Tabel 2.7. Kadar pHAir
Air
pH
Sungai Bengawan Solo
H2O 6,81
Sumber: laporan sementara
Air juga dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan, pemamfaatannya salah
satu dalam sektor pertanian yaitu sebagai air irigasi. Air irigasi merupakan
air yang penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman padi
(Partowijoto 2002). Metode yang digunakan dalam analisis kadar pH air
adalah dengan metode pH meter. Menggunakan pH meter memiliki
kelebihan yaitu angka yang diperoleh lebih akurat karena menunjukkan nilai
pasti, tetapi harga alatnya relatif mahal dan pengoprasiannya juga tidak
mudah. Meskipun demikian, pH meter modern masih mempunyai
kekurangan, yaitu perubahan yang lambat, yang merupakan masalah penting
dalam menentukan skala yang valid.
Hasil pengujian kadar pH pada sampel air Sungai Bengawan Solo
memiliki pH sekitar 6,81. Berdasarkan pengharkatan, pH pada sampel air
tersebut netral.pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena ia
mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan dalam air. Selain
itu, ikan dan makhluk- makhluk lainnya hidup pada selang pH tertentu,
sehingga dengan diketahuinya nilai pH, kita dapat mengetahui apakah air
tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupan mereka. pH
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Keasaman air (pH) juga
mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan
jasad renik. Perairan asam kurang produktif, malah dapat membunuh ikan.
pH air sungai berkisar 4 - 9. Kisaran pH yang cocok untuk organisme akuatik
tidak sama tergantung pada jenis organisme tersebut.
Nilai pH suatu perairan memiliki ciri yang khusus, adanya
keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan yang diukur adalah
konsentrasi ion hidrogen. Adanya asam-asam mineral bebas dan asam
karbonat menaikkan pH, sementara adanya karbonat, hidroksida dan
11

bikarbonat dapat menaikkan kebasaan air.Keasaman dan kebasaan dari air


dinyatakan dalam pH dan diukur dalam skala 0 sampai 14. Angka yang
semakin rendah menunjukkan kondisi larutan yang semakin masam,
sebaliknya semakin tinggi pH maka kondisi larutan semakin alkalin.
Pengukuran pH mencerminkan reaksi kimia air dan larutan hara.
2. DHL Air
Tabel 2.8. Kadar DHL Air
Air
DHL
Sungai Bengawan Solo
µmhos/cm 0,369
Sumber: laporan sementara
Daya hantar listrik merupakan satu parameter yang berkaitan dengan
salinitas (kadar garam). Hal ini dikarenakan garam bisa menghantarkan
listrik, sehingga dengan mengetahui daya hantar listrik pada air kita dapat
mengetahui kandungan garam di dalam air. Dalam menentukan metode kadar
DHL air ini digunakan metode konduktometri. Konduktometri merupakan
metode untuk menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam
mengantarkan muatan listrik di antara dua elektroda. Ini berarti
konduktometri adalah salah satu metode analisa elektrokimia di samping
potentiometri, amperometri dan sebagainya. Titrasi konduktometri tidak
perlu mencari titik eivalen dengan melihat adanya perubahan warna.
Walaupun demikian masih banyak kelemahan – kelamahan dalam titrasi
konduktometri ini. Karena kita tahu bahwa dalam titrasi konduktometri
hanya terbatas untuk larutan yang tergolong kedalam larutan elektrolit saja.
Sedangkan untuk larutan non elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi
konduktometri. Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya
hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion – ion dalam
larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam larutan. Arus
listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang tidak terdapat ion – ion,
sehingga larutan non elektrolit tidak bisa menghantarkan arus listrik. Dalam
titrasi konduktometri ini juga sangat berhubungan dengan konsentrasi dan
temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga ikita
harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan,
12

sehingga kita dapat memebedakan perbedaan dari daya hantar larutan hanya
berdasarkan perbedaan konsentrasi saja. Jika temperatur berubah – ubah
maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya hantar yang
besar malah memiliki daya hantar yang kecil karena suhunya menurun.
Sehingga ion – ion dalam larutan tidak dapat begeraka dengan bebas.
Daya hantar listrik pada air Sungai Bengawan Solo berkisar 0,369
µmhos/cm. Kemampuan air sebagai penghantar listrik dipengaruhi oleh
jumlah ion atau garam yang terlarut di dalam air. Semakin banyak garam
yang terlarut semakin tinggi daya hantar listrik yang terjadi. DHL merupakan
pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi garam yang dapat
digunakan untuk menentukan secara umum kesesuaian air untuk budidaya
tanaman dan untuk memonitor konsentrasi larutan hara. Pengukuran DHL
dapat digunakan untuk mempertahankan target konsentrasi hara di zona
perakaran yang merupakan alat untuk menentukan pemberian larutan hara
kepada tanaman. Menurut Ayers dan Westcot (1976), kadar DHL yang
bermasalah berkisar antara 0,75-3 mS.
3. Kadar Lumpur
Tabel 2.9. Kadar Lumpur
Kadar Air
Lumpur Sungai Bengawan Solo
gr/l 0,4
Sumber: laporan sementara
Tanah atau bagian-bagian tanah yang terangkut oleh air dari suatu
tempat yang mengalami erosi pada suatu daerah aliran sungai (DAS) dan
masuk ke dalam suatu badan airsecara umum disebut sedimen. Sedimen
yang dihasilkan oleh proses erosi dan terbawa oleh aliran air akan
diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan alirannya melambat atau
terhenti (Mananoma et al. 2013). Kandungan sedimen pada air menunjukkan
kandungan lumpur atau bahan padata pada air. Adanya sedimen pada air
dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada tanah dan tanaman.
Sedimen yang berupa bahan koloid bisa berpengaruh pada struktur tanah,
karena koloid dapat mengikat agregat tanah sehingga memicu proses
agregasi. Pengaruh lainnya dari sedimen terhadap tanah ataupun tanaman
13

masih banyak lagi.Analisis konsentrasi sedimen tersuspensi dilakukan


dengan metode analisis Gravimetri di laboratorium. Gravimetri merupakan
suatu cara analisis jumlah untuk menetapkan unsur- unsur atau senyawa-
senyawa berdasarkan pengendapan atau penimbangan berat. Sejumlah
sampel dilarutkan kemudian langsung ditambahkan suatu pereaksi untuk
mengubah zat yang kadarnya akan ditetapkan menjadi senyawaan baru
berupa endapan yang bobotnya dapat diketahui dengan penimbangan.
Kelebihan dari metode gravimetri adalah pengotor dalam sampel dapat
diketahui, mudah dilakukan, hasil analisisnya spesifik dan akurat, presisi,
dan sensitif. Kekurangan dari metode gravimetri yaitu membutuhan waktu
yang lama.Kandungan sedimentasi pada air Sungai Bengawan Solo berkisar
0,4 gr/l.
D. Variabel Pupuk
1. N – Total Pupuk
Tabel 2.10. Kadar N – Total Pupuk
Pupuk
N total
Organik
% 0.29
Sumber: laporan sementara
Nitrogen merupakan unsur yang esensial bagi tanaman. Nitrogen
tersedia dalam tanah berbentuk NO3- dan NH4. Kekurangan N pada budidaya
tanaman akan berdampak buruk bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan
pemupukan. Kadar N pada pupuk organik menandakan tingkat kematangan
suatu pupuk organik yaitu dilihat dari perbandingannya dengan C, atau biasa
disebut C/N rasio.Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk
penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang
mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis
dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap
secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi.
Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan
secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi
yang sedikit dan waktu analisa yang pendek. Metode ini kurang akurat bila
14

diperlukan pada senyawa yang mengandung atom nitrogen yang terikat


secara langsung ke oksigen atau nitrogen. Tetapi untuk zat-zat seperti amina,
protein, dan lain – lain hasilnya lumayan. N-organik dan N-NH 4 yang
terdapat dalam contoh didestruksi dengan asam sulfat dan selenium mixture
membentuk amonium sulfat, didestilasi dengan penambahan basa berlebih
dan akhirnya destilat dititrasi. Nitrogen dalam bentuk nitrat diekstraksi
dengan air, direduksi dengan devarda alloy, didestilasi dan ahirnya dititrasi.
Berdasarkan hasil pengamatan, kadar N pada pupuk organikyaitu 0,29%
dengan harkat tinggi (Arsyad 1989).
2. C – Organik Pupuk
Tabel 2.11. Kadar C – Organik Pupuk
Pupuk
C organik
Organik
% 9.80
Sumber: laporan sementara
Kandungan karbon organik yang tinggi merupakan salah satu ciri-ciri
dari pupuk organik. Selain itu persentase C pada pupuk organik juga dapat
memberikan informasi mengenai kematangan suatu pupuk organik.
Kematangan pupuk organik dapat dilihat dari C/N ratio pupuk tersebut.
Kompos yang sudah matang akan memiliki kandungan bahan organik yang
dapat didekomposisi dengan mudah, C/N rasio antara 15 - 25, tidak
menyebarkan aroma yang ofensif, kandungan kadar airnya memadai dan
tidak mengandung unsur-unsur yang merugikan tanaman.
Metode yang dipakai untuk penentuan C-Organik adalah metode
Walkley and Black. Metode ini dipakai karena dianggap sederhana, cepat,
mudah dikerjakan dan membutuhkan sedikit peralatan. Tetapi bagaimanapun
metode aliran K2Cr2O7 (metode Walkley and Black) memiliki beberapa
kelemahan, yaitu adanya gangguan unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+, dan
MnO2(Nelson dan Sommer 1982). Analisis kandungan C-organik tanah
untuk melihat sifat tanah secara lebih rinci tentunya membutuhkan biaya
yang lebih besar dan resiko yang lebih tinggi, mengingat mahal dan
berbahayanya kalium dichromat (K2Cr2O7). Karbon organik dalam contoh
dioksidasi oleh dikromat dalam suasana asam. Krom III yang terbentuk
15

setara dengan C-organik yang teroksidasi dan diukur secara spektrometri.


Sampel pupuk organik mempunyai C organiksebesar 9,80% dengan harkat
sangat tinggi (Arsyad 1989).
16

3. C/N Ratio Pupuk


Tabel 2.12. Kadar C/N Ratio Pupuk
Pupuk
C/N ratio
Organik
33.54
Sumber: laporan sementara
Marvelia et al. (2006) menyatakan bahwa C/N rasio yang masih tinggi
meskipun waktu dekomposisi sudah cukup lama ini memberikan indikasi
bahwa bahan-bahan mentah organik sebagai bahan dasar kompos merupakan
bahan yang sulit hancur, sehingga dekomposisinya membutuhkan waktu
yang lebih lama lagi. Nilai C/N pupuk organik sebesar 33.54 dengan harkat
sangat tinggi. Nilai C/N yang tinggi juga menunjukkan bahwa ketersediaan
karbon berlebih sedangkan jumlah nitrogen sangat terbatas.Kematangan
pupuk organik dapat dilihat dari C/N ratio pupuk tersebut. Kompos yang
sudah matang akan memiliki kandungan bahan organik yang dapat
didekomposisi dengan mudah, C/N rasio antara 15 - 25, tidak menyebarkan
aroma yang ofensif, kandungan kadar airnya memadai dan tidak
mengandung unsur-unsur yang merugikan tanaman.
17

Analisis Data
1. Kadar lengas tanah

2. P tersedia tanah

3. K tersedia tanah

4. P jaringan

0.12 %

5. K jaringan

0.14%

6. Kadar lumpur air


18

gram

7. N total pupuk

8. C organik pupuk

9.80 %

9. C/N ratio pupuk


19
19

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Analisis Tanah, Air, Pupuk,
dan Jaringan Tanaman adalah sebagai berikut :
1. Kadar lengas pada tanah dipengaruhi oleh berbagai variabel seperti tipe
tanah, iklim, presipitasi dan sebagainya. Kadar lengas adalah kandungan uap
air yang terdapat dalam pori tanah. Praktikum kadar lengas ini bertujuan
untuk mengetahui jumlah kadar air dalam tanah. Metode yang digunakan
pada praktikum ini adalah metode gravimetri. Besarnya kadar lengas pada

tanah tadah hujan non organik sebesar %.


2. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode pH meter.
Pengukuran dilakukan dengan mencampurkan sampel tanah dengan H2O
dan tanah organik memiliki pH H2O sebesar 5,87. Hal tersebut menunjukkan
kadar kemasamannya masam lemah.
3. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode penjenuhan
ammonium dengan hasil ketersediaan K di tanah yaitu sebesar 0,5910774
me/100gr.
4. P terikat oleh koloid tanah sehingga tidak tersedia oleh tanaman. Metode
yang digunakan pada praktikum ini adalah metode olsen. Kandungan P
tersedia tanah untuk tanah tadah hujan non organik adalah 19.47601 ppm.
5. Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk ion anorganik cepat berubah
menjadi senyawa fosfor organik. Fosfor ini mobil atau mudah bergerak antar
jaringan tanaman.Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
ekstrak HNO3 dan HClO4. Kadar P pada tanaman Padi Cisadane sebesar
0.1208166%.
6. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode ekstrak HNO3
dan HClO4. Kadar kalium dalam jaringan tanaman Padi Cisadane sekitar
0.144466 %. Kandungan kalium sangat tergantung pada jenis mineral
pembentuk tanah dan kondisi cuaca setempat. Persediaan kalium di dalam
tanah dapat berkurang karena tiga hal, yaitu pengambilan kalium oleh
tanaman, pencucian kalium oleh air, dan erosi tanah.
7. Kualitas air adalah kondisi kualitatif air yang diukur dan atau diuji
berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu. Kualitas juga
20

sering disebut sebagai mutu.Kualitas air dapat diidentifikasi secara


sedarhana melalui analisa pH sebesar 6,81 dengan metode pH meter, Daya
Hantar Listrik (DHL) sebesar 0,369µmhos/cm dengan metode
konduktometer, dan analisa sedimentasi sebesar 0,4 gr/ldengan metode
gravimetri.
8. Kadar N pada pupuk organik dengan metode kjedahl yaitu 0,292062168 %
dengan harkat tinggi sedangkan sampel pupuk organik mempunyai C
organik dengan metode walkey and black sebesar 9,79654997% dengan
harkat sangat tinggi. Nilai C/N pupuk organik sebesar 33.54269 dengan
harkat sangat tinggi.
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka saran yang dapat kami
berikan sebagai berikut:
1. Sebaiknya saat melaksanakan praktikum persiapannya harus lebih matang,
khususnya untuk praktikan.
2. Jadwalpraktikum sebaiknya tidak terganggu oleh keterbatasan alat dan
bahan.
3. Bahan praktikum sebaiknya dicari oleh praktikan sendiri, agar praktikan
bisa mengetahui cara pengambilan sampel.
4. Komunikasi antara co-ass dan praktikan harus lebih baik di saat praktikum
berlangsung maupun di luar praktikum agar tidak terjadi kesalahpahaman.
5. Semoga apa yang telah didapatkan pada Praktikum Analisa Tanah, Air,
Pupuk, dan Jaringan Tanaman ini dapat digunakan mahasiswa untuk kerja.
21

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ayers, R. S. and D. W. Westcot. 1976. Water Quality for Agriculture. Food and
Agriculture. Organization of the United Nations. Rome.
Basset, J., R. C. Denney, G.H Jeffrey, J. Mendhom. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia.
Analisa Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Buringh, P. 1991. Pengantar Pengkajian Tanah Tropik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Fixen, P. E. and J. H. Grove. 1990. Testing Soils for Phosphorus. Soil Testing and
Plant Analysis, 3rd Edition, Madison pp. 141-180.
Ginting, F. 2010. Analisa Unsur Hara Kalium (K) Dalam Tanah Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit
(PPKS) Medan. Universitas Sumatra Utara.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.M. Tisdale, and W.L. Nelson. 1999. Soil Fertility and
Fertilizers. An introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Upper
Saddle River, New Jersey. P. 154-194.
Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Mananoma, T., L. Tanudjaja, dan A. Binilang 2013. Analisis Sedimentasi di Muara
Sungai Salunwangko di Desa Tounelet Kecamatan Kakas Kabupaten
Minahasa. Jurnal Sipil Statik 1(6): 452-458.
Marschner H. 1995. Mineral nutrition of higher plants.Second edition. 889pp.
London: Academic Press.
Marvelia, A., S. Darmanti, dan S. Parman. 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis
(Zea mays L. Saccharata) yang Diperlakukan Dengan kompos Kascing
Dengan Dosis yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 16 (2) : 7-18.
Musyarofah, N. 2006. Respon Tanaman Pegagan (Centella asiatica L.) Terhadap
Pemberian Pupuk Alami di Bawah Naungan. Tesis Agronomi. Bogor:
Institus Pertanian Bogor Press.
22

Nelson, D.W. and L.E. Sommers. 1982. Total Carbon, Organic Carbon and Organic
Matter: In: A.L. Page, R.H. Miller and D.R. Keeney) Methods of Soil
Analysis. Part 2 Chemical and Microbiological Properties, pp: 539-579.
Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A. Rachim, dan A. Sofyan. 2008. Pengaruh
Asam Oksalat, Na, NH4, dan Fe3 terhadap Ketersediaan K Tanah, Serapan
N, P, dan K Tanaman, serta Produksi Jagung pada Tanah-tanah yang
Didominasi Smektit. Bogor: IPB Press.
Partowijoto A. 2002. Penelitian kebutuhan Air Lahan dan Tanaman di Beberapa
Daerah Irigasi, Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pengairan Vol.16
No.49 Pusat penelitian dan Pengembangan Pengairan, Bandung.
Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta:
Kanisius.
Saraswati, R., H.Edi, dan C. B. G. Rohani. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat, hal
141-158. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian.
Sulaeman, Suparto, dan Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, dan Air. Balai
Penelitian Tanah. Badan Litbang. Pertanian. 136 halaman.
Suwarto. 2003. Pengaruh Lengas Tanah terhadap Serapan K dan Ketersediaannya di
Tanah Vertisol. Sains Tanah, 3(1), 24-28.
Taiz, L. and E. Zeiger. 2002. Plant Physiology (Third Edition). Sinauer Associates,
Inc., Publishers, Sunderland, 67-86.
Widodo, R.A. 2006. Evaluasi Kesuburan Tanah Pada Lahan Tanaman Sayuran Di
Desa Sewukan Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. J. Tanah dan Air.
7(2):142 - 150.
23

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai