Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH DAN PEMUPUKAN


PENGAPURAN TANAH

KELAS C
KELOMPOK 4 :

1. MURNI ANGGLIANI (1904072)


2. TEO ARBIMA GARA (1904074)
3. ANDRE UTAMA (1904076)
4. FITRAH KHOLIL HARAHAP (1904096)
5. WILDAH ADHWIYAH HASIBUAN (1904098)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang mengandung dan
menopang kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh tanaman. Tanah
merupakan aspek penting dalam media tumbuh tumbuhan. Mengingat tempat dan
kegunaannya bagi tumbuhan, maka dari itu diperlukan usaha untuk
mempertahankan fungsi dari tanah tersebut.
Kesuburan lahan pertanian di Indonesia sebagian besar mengalami
penurunan kesuburan tanah. Kondisi ini menyebabkan menurunnya hasil
produktivitas dari tanaman yang ditanam petani tersebut. Penyebab menurunnya
hasil produktivitas tanaman ini antara lain yaitu tanah yang mengalami
kemasaman (rendahnya nilah pH). Kemasaman dalam tanah ini menunjukkan
kadar H+ dan OH- pada larutan tanah. Ketersediaan unsur hara esensial bagi
tanaman tergantung pada keadaan pH tanah, dimana pH netral pada tanah yaitu
berkisar pada 6 – 7 .
Dalam hal ini tanah yang masam tidak dapat membantu proses
pertumbuhan tanaman dengan baik. Tanah mengalami keadaan masam karena pH
nya yang rendah dan keadaan tanah yang mengalami kekurangan unsur CaO dan
MgO. Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut diperlukanlah tindakan yang
tepat agar tanah dapat terfungsikan dengan baik dan menguntungkan. Pengapuran
adalah cara untuk menjaga pH tanah agar stabil atau pada tanah dalam keadaan
pH rendah dapat meningkatkan nilai pH dari tanah tersebut. Al, Fe, Mn dan Cu
merupakan unsur hara yang sering dijumpai pada tanah masam dengan jumlah
yang berlebihan dan menyebabkan tanah tersebut mengalami keracunan. Hal ini
dapat diatasi dengan pengapuran menggunakan kapur pertanian. Kapur yang
sering dijumpai dan dipakai oleh petani untuk menetralkan pH tanah yaitu kapur
dolomit. Penetralan pH tanah menggunakan kapur ini dilakukan karena, kapur
pertanian lebih cepat terlarut dan lebih mudah bercampur secara homogen dengan
tanah serta dapat dengan cepat menetralisir keadaan tanah.
Kemasaman yang dialami oleh tanah ini menunjukkan indeks keadaan
tanah tersebut tidak lah baik bagi pertumbuhan tanaman. Dari keadaan tanah yang
masam tersebut menjadi salah satu hal yang melatar belakangi dilakukannya
kegiatan praktikum pengapuran tanah.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman.
2. Mahasiswa mengetahui manfaat pengapuran, cara, dan sumber kapurnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

pH tanah merupakan suatu ukuran intensitas kemasam, bukan ukuran total


asam yang ada ditanah tersebut. Pada tanah-tanah tertentu seperti tanah liat berat,
gambut yang mampu menahan perubahan pH atau kemasaman yang lebih besar
dibandingkan dengan tanah yang berpasir. Tanah yang mampu menahan
kemasaman tersebut dikenal sebagai tanah yang berpenyangga baik. (Mukhlis,
2014).
Tingkat kemasaman setiap tanah berbeda dan nilainya sangat dinamis.
Nilai pH tanah selalu berubah sesuai perubahan-perubahan reaksi kimiawi yang
terjadi didalam tanah. Perubahan reaksi kimia dalam tanah dapat disebabkan oleh
pengaruh tindakan budidaya pertanian, pengelolaan tanah dan atau dipacu oleh
faktor tanah dan faktor iklim (Damanik, dkk, 2011).
Perbaikan lingkungan tumbuh perlu dilakukan untuk menetralisir
pengaruh buruk kemasaman tanah dan keracunan Al di lahan-lahan pertanian.
Pengapuran merupakan salah satu cara yang cukup efektif dan cepat untuk
memperbaiki tingkat kesuburan dan keadaan tanah, terutama pada lahan-lahan
pertanian yang baru dibuka (Koesrini, dkk, 2015).
Pengapuran dapat memperbaiki kualitas tanah dan meningkatkan hasil
produktivitas tanaman di lahan sulfat masam rgani. Pengapuran secara nyata
meningkatkan pH tanah dan menurunkan kejenuhan Al. Pengapuran juga
meningkatkan pertumbuhan (tinggi tanaman, berat brangkasan tanaman dan akar)
serta hasil dari tanaman yang dibudidayakan (Kuswantoro, 2014).
Dalam hal tersebut maka dilakukanlah pengapuran menggunakan kapur.
Kapur merupakan bahan yang umum digunakan untuk menurunkan tingkat
kemasaman dan kesuburan tanah. Usaha pertanian pada lahan kering masam akan
menghadapi sejumlah permasalahan. Secara kimia, jenis tanah ini umumnya
mempunyai pH rendah (4,0-5,0) yang menyebabkan kandungan Al terlarut tinggi
sehingga dapat meracuni tanaman, tanah miskin unsur hara esensial makro dan
mikro seperti N, P, K, Ca, dan Mg, serta bahan rganic. Misalnya saja lahan Ultisol
dan Inceptisol (Irwan, 2018).
III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Adapun Praktikum Dasar Ilmu Tanah dan Pemupukan dengan acara
Pengapuran Tanah dilakukan pada hari jumat, 8 Mei 2020, pada pukul 13.30 –
15.00 WIB. Pada acara ini tidak dicantumkan tempat praktikum karena adanya
Pandemik (Covid-19) dan adanya surat edaran dari Direktur Politeknik LPP
Yogyakarta yang memutuskan bahwa kegiatan perkuliahan dilakukan secara
daring (online).
B. Alat dan Bahan
Pada acara praktikum kali ini alat dan bahan yang digunakan yaitu pH
meter, pengaduk, tanah diameter 2mm, aquadest, gelas beker 50cc, botol plastic
kecil/cepluk, kapur CaCO3, dan timbangan.
C. Prosedur Kerja
Hal awal yang dilakukan yaitu dengan membuat pH tanah awal. Setelah itu
dilakukan kegiatan penambahan kapur CaCO3. Kemudian langkah selanjutnya
timbang tanah sebanyak 20 gram, lalu masukkan kedalam botol plastic/cepluk.
Tambahkan kapur CaCO3 sebanyak 1 gram, campur hinngga merata. Tambahkan
aquadest hingga kapasitas lapang dan jangan lupa pastikan semua pori-pori terisi
dengan air. Inkubasi selama 2 minggu. Setelah selesai masa inkubasi, timbang
tanah sebanyak 10 gram dari tanah yang telah diberi kapur dari masing masing
jenis tanah yang ada. Masukkan kedalam gelas beker 50ml, lalu tambahkan
aquadest sebanyak 25ml. Aduk hingga rata dan homogen selama kurang lebih 40
menit. Setelah selesai diaduk, selanjutnya cek pH tanah tersebut menggunakan pH
meter.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Pengaruh Pemberian Kapur Pada pH Tanah.
Jenis Tanah pH tanah awal pH tanah setelah diberi kapur
Entisol 7,19 7,45
Inceptisol 6,81 7,075
Alfisol 5,89 6,665
Vertisol 7,48 7,96

B. Pembahasan
Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang mengandung dan
menopang kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh tanaman. Tanah
merupakan aspek penting dalam media tumbuh tumbuhan. Mengingat tempat dan
kegunaannya bagi tumbuhan, maka dari itu diperlukan usaha untuk
mempertahankan fungsi dari tanah tersebut. Tanah masam (pH rendah) adalah
kondisi yang biasanya terjadi di dalam tanah yang diakibatkan karena tanah
tersebut kekurangan kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang dimana
penyebabnya ialah karena curah hujan tinggi, pupuk pembentuk asam, drainase,
adanya unsur berlebihan, proses dekomposisi bahan organic.
Pengapuran adalah pemberian kapur yang di gunakan untuk meningkatkan
pH tanah yang dalam kondisi masam agar mendekati netral kembali atau menjadi
netral yang bertujuan agar tanah tersebut bisa menjadi wadah yang baik bagi
tanaman, ph tanah netral nya umunya adalah ph 6, 5-7. Faktor penghambat
meningkatnya produksi tanaman adalah karena adanya masalah kemasaman tanah.
Tanah asam memberikan pengaruh yang buruk pada pertumbuhan tanaman hingga
hasil yang dicapai rendah. Di dalam mengatasi keasaman tanah maka
dilakukanlah pemberian kapur kedalam tanah.
Dalam praktikum kali ini, praktikan mengambil 4 sampel contoh tanah
yang digunakan untuk menetapkan pH tanah masing masing jenis tanah tersebut,
dan sebagai perbandingan masing – masing jenis tanah dan agar mengetahui tanah
yang jenis apa saja yang harus dilakukan pemberian kapur ke dalam tanah.
Pengapuran tanah ini sangat lah penting karena dapat memperbaiki tanah agar
pengaruh yang diberikan kepada tanaman menjadi baik.
Pada tanah Entisol didapatkan bahwa jenis tanah ini ph awal sebelum
dilakukan pengapuran adalah 7,19, setelah dilakukan pengapuran ph tanah
menjadi 7,45. Tanah yang berada diatas 7 disebut dengan tanah basa/alkalis,
maka tanah ini termasuk tanah basa/alkalis. pH tanah basa/alkalis biasanya unsur
P diikat oleh Ca dan Mg menjadi CaPO4, pada tanah ini unsur Mo (molibdenum)
dan garam dalam konsentrasi yang tinggi yang dapat bersifat menjadi toxic bagi
tanaman karena tanaman biasanya tidak akan dapat tumbuh dan berproduksi
secara maksimal, kondisi ini berpengaruh terhadap keharaan yang diperlukan bagi
tanaman karena tanaman mempunyai syarat optimum di dalam melakukan
pertumbuhan, ph tanah menentukan mikroorganisme di dalam tanah..
Pada tanah Inceptisol didapatkan bahwa jenis tanah ini ph awal sebelum
dilakukan pengapuran adalah 6,81 setelah dilakukan pengapuran ph tanah menjadi
7,07. Tanah yang ber pH 7 disebut secara murni adalah pH tanah yang netral,
maka tanah ini termasuk tanah netral. PH netral adalah pH yang baik bagi
tanaman karena tanah ber ph netral biasanya mempunyai unsur hara yang cukup
dan baik bagi pertumbuhan tanaman, sehingga tanah ini dapat mendukung dan
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan yang membuat produktivitas
tanaman sesuai dengan yang ingin kita capai.
Pada tanah Alfisol didapatkan bahwa jenis tanah ini ph awal sebelum
dilakukan pengapuran adalah 5,89, setelah dilakukan pengapuran ph tanah
menjadi 6,66. Sebelum dilakukan pengapuran tanah ini memiliki ph yang masam
ketika setelah dilakukan pengapuran tanah ini sudah mendeketi netral, tetapi ph
tanah murninya dikatakan netral ketika ber ph 7, tanah ini dapat dikatakan baik
karena biasanya tanah pada ph 6,5 mempunyai kondisi keharaan yang baik
sehingga dapat membuat tanaman terpenuhi syarat optimum nya, dan produksi
yang dilakukan tanaman menjadi optimal, tetapi biasanya tanaman ini akan sering
diserang oleh hama.
Pada tanah Vertisol didapatkan bahwa jenis tanah ini ph awal sebelum
dilakukan pengapuran adalah 7,48 setelah dilakukan pengapuran ph tanah menjadi
7,96. Sebelum dilakukan pengapuran tanah ini memiliki ph yang basa tetapi
ketika setelah dilakukan pengapuran tanah ini menjadi semakin basa/alkalis, hal
ini dapat disebabkan karena pemberian zat kimia yang salah pada tanah, karena
tanah yang basa seharusnya diberikan sulfur, belerang, dan bahan organik. Tanah
yang bersifat basa/alkalis akan membuat tanaman tidak sesuai dengan syarat
pertumbuhannya dapat membuat tanaman akan rentan terhadap penyakit dan
membuat tanaman tersebut tidak dapat berproduksi secara maksimal, sehingga
tanaman tersebut hasil nya tidak memuaskan.
Salah satu kendala tanah dalam penyediaan hara dan serapan hara oleh
tanaman adalah kadar pH tanah yang terlalu masam. pH tanah merupakan faktor
utama yang memengaruhi daya larut dan memengaruhi ketersediaan hara
tanaman. Cara untuk memperbaiki ph tanah ini ialah dengan cara pemberian
kapur yang diharapkan dapat memperbaiki sifat tanah masam demi mendapatkan
pH optimum sehingga gangguan keseimbangan hara di dalam tanah dapat
diperbaiki. Keefektifan pengapuran ini dipengaruhi oleh jenis kapur, takaran,
penempatan, distribusi, kadar air tanah, dan tekstur tanah, dapat membuat ph
yang tidak sesuai dengan tanaman budidaya menjadi mendekati atau sesuai
dengan syarat optimum tanaman budidaya tersebut, memperbaiki kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah, yang dimana mikroorganisme berperan penting
di dalam menyediakan unsur hara, memperbaiki pembentukan bintil bintil akar
(Rhizobium) yang berfungsi sebagai penambat unsur N sehingga
mikroorganisme bisa hidup dengan baik, menambah ketersediaan unsur hara
phosphor dan Mo (molibdenum)..
Pada saat melakukan pengapuran ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar kapur dapat memperbaiki kerusakan tanah dengan optimal. Hal
yang harus diperhatikan adalah pelaksanaan pengapuran harus memperhatikan
dosis-dosis yang dianjurkan, penebaran, pembenaman, dan pencampuran kapur
pada tanah harus dalam dan merata, dan penebaran dan pembenaman kapur ke
dalam tanah supaya dilakukan pada akhir musim kemarau menjelang musim hujan
misalnya 2-4 minggu sebelum tanam, pengapuran harus disertai pemberian bahan
organik tanah atau pengembalian sisa panen ke dalam tanah. Hal ini sangat
penting untuk menghindari pemadatan tanah dan pencucian, serta meningkatkan
efek pemupukan, dalam melakukan pengapuran di tanah masam hal yang harus
kita perhatikan ialah waktu pengapuran, Waktu pengapuran yang paling baik
adalah pada saat penghujung musim kemarau, apabila hujan sedang giat-giatnya
turun, maka sebaiknya pengapuran janganlah di lakukan. Dosis kapur, Sebaiknya
dosis yang di berikan jangan sampai over, karena bisa menyebabkan tanah
menjadi basa, jika tanah basa maka harus di beri belerang, dan hal ini sungguh
sangat merepotkan. Untuk tanah yang terlalu asam, di anjurkan untuk melakukan
pengapuran secara bertahap, misalnya setelah pengapuran pertama berjalan 2-3
minggu kemudian tanah di kapur lagi. Hal inilah yang harus diperhatikan saat
melakukan pengapuran.
Didalam melakukan pengapuran haruslah sesuai dengan dosisnya karena
haruslah sesuai dengan pH tanah yang diperlukan oleh tanaman karena masing
masing jenis tanaman memerlukan pH yang relative berbeda, harus
memperhatikan bentuk kapur dan kehalusannya, jumlah kapur yang diberikan
harus ditetapkan berdasarkan perkiraan yang tepat berapa kenaikan ph yang
diinginkan, cara pemberian kapur, pengapuran harus disertai pemberian bahan
organic tanah pengembalian sisa panen ke dalam tanah. Ketika kita memberikan
pemberian kapur secara berlebihan tidak sesuai dengan dosisnya akan
memberikan pengaruh diantaranya adalah membuat kekurangan besi, mangan,
tembaga dan seng yang diperlukan dalam proses fisiologis tanaman, Tersedianya
fosfat dapat menjadi berkurang kembali karena terbentuknya kompleks kalsium
fosfat tidak larut, Absorpsi fosfor oleh tanaman dan metabolisme tanaman
terganggu, Pengambilan dan penggunaan boron dapat terhambat, perubahan pH
yang melonjak dapat merugikan terhadap aktivitas mikroorganisme tanah, dan
ketersediaan unsur hara yang tidak seimbang. Ini lah hal – hal yang
mempengaruhi didalam overliming.
.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengaruh pH tanah terhadap pertumbuhan tanaman yaitu menghambat
peningkatan produksi tanaman dikarenakan adanya masalah kadar pH
tanah. pH tanah yang tidak sesuai memberikan pengaruh yang buruk pada
pertumbuhan tanaman hingga hasil yang dicapai rendah.
2. Pengapuran memiliki manfaat untuk meningkatkan pH tanah yang dalam
kondisi masam agar mendekati netral kembali atau menjadi netral yang
bertujuan agar tanah tersebut bisa menjadi wadah yang baik bagi tanaman.
Cara pengapuran tanah ini dapat dilakukan dengan pemberian kapur
pertanian dengan memperhatikan waktu dan dosis penggunaan kapur yang
tepat. Untuk sumber kapur pertanian tersebut kita dapat diperoleh dari
kulit binatang seperti kulit kerrang yang digiling dan cangkangnya, serta
dapat diperoleh juga dari belerang.

B. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan pada praktikum kali ini yaitu pada
proses penentuan rata-rata berbagai jenis kadar pH tanah agar lebih teliti, demi
diperolehnya data-data kadar pH tanah yang akurat dan tepat, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya eror data.
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi., Sarifuddin, H. Hanum. 2011.


Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press, Medan.
Irwan A. W. T, Nurmala. 2018. Pengaruh pupuk hayati dan pengapuran terhadap
produktivitas kedelai di tanah Inceptisol Jatinangor. Jurnal Kultivasi
17(2): 656-663.
Koesrini, Khairil A, Eva B. 2014. Penggunaan Kapur dan Varietas Adaptif Untuk
Meningkatkan Hasil Kedelai di Lahan Sulfat Masam Aktual. Berita
Biologi 14(2): 155-161.
Kuswantoro H. 2014. Relative Growth Rate of Six Soybean Genotypes under Iron
Toxicity Condition. International Journal Biology 6(3): 11-17.
Mukhlis. 2014. Analisis Tanah Tanaman. Edisi kedua. USU Press, Medan.
LAMPIRAN

Entisol
pH tanah awal = (7,32 + 7,06)/2
= (14,38)/2
= 7,19
pH tanah setelah diberi kapur = (7,54 + 7,36)/2
= (14,9)/2
= 7,45
Inceptisol
pH tanah awal = (7,31 + 6,31)/2
= (13,62)/2
= 6,81
pH tanah setelah diberi kapur = (7,06 + 7,09)/2
= (14,15)/2
= 7,075
Alfisol
pH tanah awal = (6,17 + 5,60)/2
= (11,77)/2
= 5,89
pH tanah setelah diberi kapur = (6,76 + 6,57)/2
= (13,33)/2
= 6,665
Verisol
pH tanah awal = (7,53 + 7,43)/2
= (14,96)/2
= 7,48
pH tanah setelah diberi kapur = (7,90 + 8,01)/2
= (15,91)/2
= 7,96

Anda mungkin juga menyukai