Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

PENETAPAN KEMASAMAN TANAH(PH) SEBELUM TANAM

Dosen pengampu :

Asti Asfianti, S.P., M.P

Disusun oleh :

Nama : Muhamad Fajar

Kelas : Agroteknologi A

NPM : 24031122040

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GARUT

2023
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan produk hasil transformasi bahan mineral dan organic yang
ada di permukaan hingga pada kedalaman tertentu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor
lingkungan dan genetis, seperti bahan induk, iklim, organisme hidup berupa mikro dan
makro, topografi, serta waktu selama proses terjadi. Tanah terbentuk melalui proses
pelapukan batuan dengan bantuan komponen organisme dan tanaman. proses
pembentukan tersebut dikenal sebagai pedogenesis. Tanah sebagai elemen dasar
pertanian harus dapat memenuhi syarat tumbuh bagi tanaman agar dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dan optimal. Syarat tersebut mencangkup aspek-aspek
kebutuhan unsur hara, bahan organic, air, tingkat keasaman, dan zat yang terkandung
di dalam tanah tersebut.
Adanya hubungan komponen ketersediaan tersebut dapat memengaruhi
konsentrasi H tanah yang serta merta dipersulit karena adanya bahan tanah lain.
Penentuan pH tanah sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap syarat tumbuh
tanaman. Reaksi tanah terhadap pH dikategorikan menjadi tig akelas, yaitu masam, netral,
dan basa. Tanah pertanian yang memiliki tingkat masam akan jauh lebih besar bermasalah
dibanding tanah dengan sifat alkalinitas. Kemasaman terjadi akibat adanya tingkat
pelapukan secara berkelanjutan dan curah hujan yang tinggi serta bahan induk masam
pada tanah yang dapat berdampak langsung pada kesuburan tanah.
Zat kapur merupakan salah satu komponen yang terdapat di dalam tanah.
Pengapuran pada tanah beruhubungan langsung dnegan peningkatan pH tanah, dimana
pengapuran dapat meningkatkan pH tanah sehingga kapur pada tanah yang masam dapat
merangsang pembentukan struktur keremahan tanah, memengaruhi pelapukan bahan
organic, dan pembentukan humus. Berdasarkan uraian di atas, maka praktikum pada
kali ini membahas mengenai pengukuran tingkat kemasaman dan zat kapur pada tanah
yang sangat penting dilakukan sebelum melalukan kegiatan pertanian dan menentukan
bahwa sebuah lahan memiliki tanah dengan tingkat kesuburan yang baik ata
.
2.1 Metodologi
4.1.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/tanggal praktikum : Kamis, 2 Nomember 2023
Waktu pelaksanaan : 11.50-14.50
Tempat pelaksanaan : Laboratorium 1 Faperta
4.1.2 Alat dan Bahan
• Alat
 Botol kocok 100 ml
 Gelas ukur
 Labu semprot 500 ml
 pH meter 3.3
• Preaksi
 Larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0
 KCL 1 M
 Larutan 74,5 g KCL p.a dengan air bebas ion hingga 1 l.
4.1.3 Prosedur Kerja
1. Timbang 10,00 g contoh tanah sebanyak dua kali.
2. Masukkan ke dalam botol kocok.
3. Tambahkan 50 ml air bebas ion ke botol yang satu (pH H20) dan 50 ml KCI 1
M ke dalam botol lainnya (pH KCI).
4. Kocok dengan mesin pengocok selama 30 menit.
5. Suspensi tanah diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan
larutan sangga pH 7,0 dan pH 4.0. Laporkan nilai pH dalam satu desimal.

3.1 Hasil dan Pembahasan


1. Hasil dari praktikum identifikasi pupuk didapat data sebagai berikut :

pH tanah KCL pH tanah Akuades


2. Pembahasan

pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan


menggunakan skala pH antara 0 hingga 14.Kemasaman tanah merupakan salah satu
sifat yang penting, sebab terdapat hubungan pH dengan ketersediaan unsur hara juga
terdapat beberapa hubungan antara pH dengan sifat-sifat tanah. pH tanah merupakan
kondisi keterikatan antar unsur atau senyawa yang terdapat di dalam tanah, nilai pH
tanah terdiri dari masam, netral dan alkalis. Nilai pH yang netral akan mempengaruhi
tingkat penyerapan unsur hara oleh akar tanaman, karena pada pH netral tersebut
kebanyakan unsur hara yang terkandung di dalamnya mudah larut di dalam larutan
tanah (Hardjowigeno, 2010).
Pada tanah masam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe. Ionion ini
akan mengikat unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman, terutama unsur P (fosfor),
S (sulfur), sehingga tanaman tidak dapat menyerap makanan dengan baik meskipun
kandungan unsur hara dalam tanahnya banyak. Pada kondisi ini, derajat kemasaman
tanah bernilai < 7. Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut
juga meracuni tanaman. Pada tanah masam, kandungan unsur mikro seperti seng (Zn),
tembaga (Cu) dan kobalt (Co) juga tinggi sehingga meracuni tanaman. pH netral
bernilai 7, pada kondisi ini kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air sehingga
tanaman dapat dengan mudah menyerap unsur hara. Kemasaman tanah erat
hubungannya dengan ketersediaan hara yang dapat mempengaruhi produksi
tanaman(Sutedjo dan Kartosapoetra, 2009)
pH termasuk salah satu parameter penting suatu tanaman dapat tumbuh atau
tidak. Semakin rendah pH tanah maka semakin sulit tanaman untuk tumbuh karena
tanah bersifat masam dan mengandung toksik (racun). Sebaliknya, jika pH tanah tinggi
maka tanah bersifat basa dan mengandung kapur. Reaksi tanah (pH) merupakan sifat
kimia yang penting dari tanah sebagai media pertumbuhan tanaman. Reaksi tanah
dirumuskan dengan pH = - Log [H+ ]. Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman
aktif dan kemasaman cadangan (potensial). Kemasaman aktif disebabkan oleh adanya
ion-ion H+bebas didalam larutan tanah, sedang kemasaman cadangan disebabkan oleh
adanya ion-ion H+dan AL3+yang teradsorpsi pada permukaan kompleks adsorpsi
(Sugeng, 2013).
Penilain mengenal produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga
aspek,yaitu sifat fisik tanah,sifat kimia tanah,dan biologis tanah. Ketiga aspek ini dapat
diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah, apabila salah
satu dari ketiga ini resdah, sementara yang lainnya tinggi maka produktivitas tanah yang
maksimum belum tercapai.( pairunan 2010)
Nilai pH menunjukkan konsentrasi ion H+dalam larutan tanah, yang dinyatakan
sebagai log[H+]. Peningkatan konsentrasi H+menaikkan potensial larutan yang diukur
oleh alat dan dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif
khusus H+, hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan
kenaikan konsentrasi H+. Potensial yang timbul diukur berdasarkan potensial elektrode
pembanding (kalomel atau AgCl). Biasanya digunakan satu elektrode yang sudah
terdiri atas elektrode pembanding dan elektrode gelas (elektrode kombinasi).
Konsentrasi H+yang diekstrak dengan air menyatakan kemasaman aktif (aktual)
sedangkan pengekstrak KCl 1 N menyatakan kemasaman cadangan (potensial)
(Hanafiah, 2014).

4.1 Kesimpulan
1. pH adalah tingkat keasaman atau suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala
pH antara 0 hingga 14.
2. Pada tanah masam (pH rendah), tanah didominasi oleh ion Al, Fe.
Selain ion-ion Al, Fe, dan Mn mengikat unsur hara, ion-ion tersebut juga meracuni
tanaman.
3. Reaksi tanah dirumuskan dengan pH = - Log [H+].
4. Ketiga aspek ini dapat diketahui sama penting peranannya dalam menentukan
kesuburan tanah, apabila salah satu dari ketiga ini resdah, sementara yang lainnya
tinggi maka produktivitas tanah yang maksimum belum tercapai.(pairunan 2010) Nilai
pH menunjukkan konsentrasi ion H+dalam larutan tanah, yang dinyatakan sebagai
log[H+].
5. Peningkatan konsentrasi H+menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan
dikonversi dalam skala pH. Elektrode gelas merupakan elektrode selektif khusus H+,
hingga memungkinkan untuk hanya mengukur potensial yang disebabkan kenaikan
konsentrasi H+.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, K.A. (2014). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Rajawali Pers.


Herdiana, I. K. T., Iswan, I., & Zakaria, A. (2018). Stabilisasi Tanah Lempung yang
Dicampur Zat Additive Kapur dan Matos Dtinjau Dari Waktu Perendaman. Jurnal Rekayasa
Sipil dan Desain, 6(1), 115-126.
Manda, J. (2016). Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah: Reaksi Tanah (pH).
Jurusan Ilmu Lingkungan Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan. Kendari :
Universitas Halu Oleo.
Nangaro, R. A., Zetly, E., & Titah, T. (2021, January). Analisis kandungan bahan organik tanah
di kebun tradisional desa sereh kabupaten kepulauan talaud. In COCOS (Vol. 3, No.
1).
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2018). Analisis tanah sebagai indikator tingkat kesuburan
lahan budidaya pertanian di Kota Semarang. Cendekia Eksakta, 2(2).
Purnama, D.S. (2015). Menghitung pH Tanah, Bahan Organik, dan Kapur. Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rukmana, A., Susilawati, H., & Galang, G. (2020). Pencatat pH Tanah Otomatis. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Teknik Elektro Telekomunikasi Indonesia, 10(1).
Yakin, G., Wibawa, I. M. S., & Putra, I. K. (2021). Rancang Bangun Alat Pengukur pH Tanah
Menggunakan Sensor pH Meter Modul V1. 1 SEN0161 Berbasis Arduino Uno. Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, 22(2),
105-111.
Yaqin, N., & Kartikasari, T. D. (2019). PENURUNAN KADAR KESADAHAN DENGAN
MENGGUNAKAN FILTERPADA AIR TANAH DI DESA DOUDO
KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK METODE
KOMPLEKSOMETRI. Jurnal Sains, 9(17).
LAMPIRAN

Penghalusan Penimbangan Pengukuran Proses pH Akuades


sampel tanah sampel tanah Akuades dan penghomogena
KCL n

pH KCL

Anda mungkin juga menyukai