Anda di halaman 1dari 15

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah atau alkalitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H+
(hidrogen) dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin
masam tanah tersebut. Nilai pH berkisar antara 0-4 dengan pH = 7 disebut netral,
sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut basa.
Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada keadaan pH netral karena
pada pH tersebut kebanyakan unsur hara dapat larut dalam air. Mengingat besarnya
pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman, maka para ahli melakukan penyelidikan
guna memperoleh pengetahuan tentang pH dan bagaimana cara yang dapat dilakukan
bila mengetahui keadaan suatu pH di lapangan yang cocok untuk keperluan budidaya
tanaman. Penilaian mengenai produktivitas atau kesuburan tanah dapat dilihat pada tiga
aspek, yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia dan biologis tanah. Ketiga aspek ini dapat
diketahui sama penting peranannya dalam menentukan kesuburan tanah. Apabila dari
salah satu dari ketiga aspek ini rendah, sementara yang lainnya tinggi maka
produktivitas tanah yang maksimum belum dapat tercapai.
Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang komplit
sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa. Reaksi tanah dapat dikategorikan
menjadi tiga kelas yaitu: masam, netral, dan basa. Tanah pertanian yang masam jauh
lebih luas masalahnya dari pada tanah yang memiliki sifat alkalinitas.
Tanah masam terjadi akibat tingkat pelapukan yang lanjut dan curah hujan yang
tinggi serta akibat bahan induk yang masam pada tanah podsolik yang banyak terdapat
di Indonesia, mempunyai aspek kesuburan keracunan ion-ion terutama keracunan H+.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kemasaman
tanah ditentukan oleh dinamika ion 𝐻 + didalam tanah, ion 𝐻 + yang terdapat dalam
suspensi tanah berada keseimbangan dengan ion 𝐻 + yang terjerap.

1 Universitas Sriwijaya
2

pH tanah adalah salah satu dari beberapa indikator kesuburan tanah, sama dengan
keracunan tanah. Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar
antara 5–7,5. tanah dengan pH rendah (acid) dan pH tinggi (alkali) membatasi
pertumbuhan tanaman. Efek pH tanah pada umumnya tidak langsung. Di dalam kultur
larutan umumnya tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhannya baik/sehat pada
level pH 4,8 atau lebih .
PH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (didalam tanah).
Makin tinggi kadar ion didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Bila kandungan
H sama dengan maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno,
2010).
Nilai pH tanah dipengaruhi oleh sifat misel dan macam katron yang komplit antara
lain kejenuhan basa, sifat misel dan macam kation yang terserap. Semakin kecil
kejenuhan basa, maka semakin masam tanah tersebut dan pH nya semakin
rendah. Sifat misel yang berbeda dalam mendisosiasikan ion H beda walau kejenuhan
basanya sama dengan koloid yang mengandung Na lebih tinggi mempunyai pH yang
lebih tinggi pula pada kejenuhan basa yang sama.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum analisis tanah air dan tanaman dalam penetapan pH
adalah untuk mengetahui pH di tanah ultisol, alluvial dan histosol serta mengetahui
pengaruhnya terhadap kesuburan tanah.

2 Universitas Sriwijaya
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. pH
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hydrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah
yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH- sedang pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka
tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Hardjowigeno, 2007).
Daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang
dari 3,0 yang disebut tanah sulfat masam (cat clay) karena banyak mengandung masam
sulfat. Di daerah yang sangat kering (arid) kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH
lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na. Tanah yang terlalu masam dapat
dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang
terlalu alkalis dapat diturukan pH-nya dengan penambahan belerang (Hardjowigeno,
2003).
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.
Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu
apabila tercapai kejenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida ,dengan
demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah. Aplikasi lumpur laut dengan
sifatsifat kimia seperti pH netral, mengandung kation basa (K, Na, Ca, Mg) yang tinggi,
unsur mikro seperti Cu, Zn, Fe, Mn, kejenuhan basa tinggi dan kapasitas pertukaran
kation rendah, dapat menyebabkan turunnya KPK gambut dan meningkatnya basa-basa
yang dicerminkan dengan peningkatan KB. Peningkatan kejenuhan basa (KB) terjadi
karena KPK menurun dan basa-basa meningkat. Penambahan kation-kation pada tanah

3 Universitas Sriwijaya
4

gambut dapat menurunkan asam-asam karboksilat dan fenolat dan menyebabkan


turunnya KPK gambut (Denah Suswati.2012).

2.2 Hubungan pH Dengan Tanaman


Kemasaman berpengaruh pada ketersediaanya atau tidak tersedianya hara
tanaman. Dalam hal ini kita mengenal pH tanah. pH tanah adalah suatu ukuran aktifitas
ion hydrogen di dalam larutan aior tanah dan dapat di pakai sebagai ukuran bagi
keasaman tanah. Hara adalah log dari harga kebalikan Cons ion Hidrogen
(Kartasapoetra, 2004 : 14).
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen
sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan
adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih.
Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat
menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim
rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi
pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
Kemasaman tanah sangatlah mempengaruhi pertumbuhan tanaman baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung tersebut adalah yaitu pengaruh
ion hidrogen, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah tidak tersedianya unsur hara
seperti kalsium, aluminium, fosfor dan mempengaruhi kegiatan jasad mikroorganisme.
Di samping itu apabilah pH rendah akan menyebabkan adanya unsur Al, Fe, dan Mn
menjadi sangat larut sehingga menjadi racun bagi tanaman. Sebaliknya bila pH naik
hingga netral atau lebih tinggi, dan diikuti hujan, maka jumlah ion-ion tersebut akan
berkurang dalam larutan tanah, sehingga menyebabkan tanaman tertentu kekurangan
Fe dan Mn (T. Nofelman, et.al, 2012)
pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa ion hidrogen
sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan
adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih.

4 Universitas Sriwijaya
5

Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0. Alkalis dapat
menunjukkan pH lebih dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim
rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi
pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2010).
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pH
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung
dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan
induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral
penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air
hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005), selain itu
bahan organik dan tekstur. Bahan organik mempengaruhi besar kecilnya daya serap
tanah akan air. Semakin banyak air dalam tanah maka semakin banyak reaksi pelepasan
ion H+ sehingga tanah menjadi masam. Tekstur tanah liat mempunyai koloid tanah
yang dapat yang dapat melakukan kapasitas tukar kation yang tinggi. tanah yang
banyak mengandung kation dapat berdisiosiasi menimbulkan reaksi masam.

2.4 Tanah masam dan Penyebarannya


Tanah mineral masam banyak dijumpai di wilayah beriklim tropika basah,
termasuk Indonesia. Luas areal tanah bereaksi asam seperti podsolik, ultisol, oxisols
dan spodosol, masing-masing sekitar 47,5, 18,4, 5,0 dan 56,4 juta ha atau seluruhnya
sekitar 67% dari luas total tanah di Indonesia. Luasnya tanah masam tersebut
sebenarnya mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha pertanian,
tetapi sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan secara maksimal mengingat
beberapa kendala yang terdapat pada tanah masam.Tanah ordo lain yang bersifat
masam adalah inseptisol dan entisol.
Keasaman tanah ditentukan oleh kadar atau kepekatan ion hidrogen di dalarn tanah
tersebut. Bila kepekatan ion hidrogen di dalam tanah terlalu tinggi maka tanah akan
bereaksi asam. Sebaliknya, bila kepekatan ion hidrogen terIalu rendah maka tanah akan
bereaksi basa. Pada kondisi ini kadar kation OH- lebih tinggi dari ion H+.

5 Universitas Sriwijaya
6

Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.
Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu
apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida ,dengan
demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah.
Di daerah rawa-rawa, tanah masam umumnya disebabkan oleh kandungan asam
sulfat yang tinggi. Di daerah ini sering ditemukan tanah sulfat masam karena
mengandung, lapisan cat clay yang menjadi sangat masarn bila rawa dikeringkan akibat
sulfida menjadi sulfat.
Kebanyakan partikel lempung berinteraksi dengan ion H+. Lempung jenuh
hidrogen mengalami dekomposisi spontan. Ion hidrogen menerobos lapisan oktahedral
dan menggantikan atom Al. Aluminium yang dilepaskan kemudian dijerap oleh
kompleks lempung dan suatu kompleks lempung-Al-H terbentuk dengan cepat ion.
Al3+ dapat terhidrolisis dan menghasilkan ion H.
Reaksi tersebut menyumbang pada peningkatan konsentrasi ion H+ dalam tanah.
Sumber keasaman atau yang berperan dalam menentukan keasaman pada tanah gambut
adalah pirit (senyawa sulfur) dan asam-asam organik. Tingkat keasaman gambut
mempunyai kisaran yang sangat lebar. Keasaman tanah gambut cendrung semakin
tinggi jika gambut semakin tebal. Asam-asam organik yang tanah gambut terdiri dari
atas asam humat, asam fulvat, dan asam humin. Pengaruh pirit yaitu pada oksida pirit
yang akan menimbulkan keasaman tanah hingga mencapai pH 2 - 3. Pada keadaan ini
hampir tidak ada tanaman budidaya yang dapat tumbuh baik. Selain menjadi
penghambat pertumbuhan tanaman, pirit menyebabkan terjadinya karatan (corrosion)
sehingga mempercepat kerusakan alat-alat pertanian yang terbuat dari logam.
Terdapat dua jenis reaksi tanah atau kemasaman tanah, yakni kemasaman (reaksi
tanah) aktif dan potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi
hidrogen yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah inilah yang diukur
pada pemakaiannya sehari-hari. Reaksi tanah potensial ialah banyaknya kadar hidrogen
dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks koloid tanah maupun yang terdapat dalam
larutan (Hanafiah, 2007).

6 Universitas Sriwijaya
7

Ada 3 alasan utama nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui :


1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman, pada
umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah netral 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air.
2. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumanium yang selain
bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman.
Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan
unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya
juga menjadi racun bagi tanaman.
3. pH tanah sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah.
Pada pH 5.5 – 7 bakteri jamur pengurai organik dapat berkembang dengan baik
Tindakan pemupukan tidak akan efektif apabila pH tanah diluar batas optimal.
Pupuk yang telah ditebarkan tidak akan mampu diserap tanaman dalam jumlah yang
diharapkan, karenanya pH tanah sangat penting untuk diketahui jika efisiensi
pemupukan ingin dicapai. Pemilihan jenis pupuk tanpa mempertimbangkan pH tanah
juga dapat memperburuk pH tanah.

7 Universitas Sriwijaya
8

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu


Adapun tempat pelaksanaan praktikum analisis tanah, air dan tanaman yaitu di
Laboratorium Kimia, Biologi dan Kesuburan Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
Adapun waktu pelaksanaan praktikum analisi tanah, air dan tanaman yaitu pada
hari selasa 03 september 2019.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum mengenai perhitungan kadar air
mutlak yaitu 1) gelas pengaduk, 2) gelas ukur 25 ml, 3) pH meter, 4) tabung film, 5)
timbangan dua decimal, dan 6) sprayer.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah 1) aquadest, 2)
KCl 1 N ( dilarutkan 74,56 dr KCl dengan aquadest hingga satu liter) 3) larutan buffer
pH 7,00 dan pH 4,00 4) sampel tanah mineral lapisan 30 – 60 cm yang sudah dikering
anginkan.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum perhitungan kadar air adalah :
1. Timbang tanah 12,56 gr tanah kering udara, masukan dalam tabung film.
2. Tambah 10 ml aquadest dan 10 ml KCl 1 N.
3. Aduk dengan gelas pengaduk sampai homogeny, lalu diamkan semalam.
4. Keesokan harinya aduk lagi dan biarkan lebih kurang 30 menit.
5. Hidupkan pH meter dan kalibrasi dengan buffer pH 7,00 dan pH 4,00
sampai stabil.
6. Kemudian cek sempel dengan pH meter.

8 Universitas Sriwijaya
9

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penetapan Kadar Air


Tabel 1. Penetapan pH
pH
No Jenis Tanah dan Kedalaman
H2O KCl
1 Ultisol ( 0-30 cm ) 4,47 4,09
2 Ultisol ( 30-60 cm ) 4,69 4,05
3 Alluvial ( 0-30 cm) 3,52 3,28
4 Alluvial (60-30 cm ) 4,58 3,98
5 Histosol ( 0-30 cm ) 4,34 3,94

4.2. Pembahasan
Tanah masam adalah tanah dengan pH rendah karena kandungan H+ yang tinggi.
Pada tanah masam lahan kering banyak ditemukan ion Al3+ yang bersifat masam
karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan H+. Dalarn keadaan tertentu, yaitu
apabila tercapai kcjenuhan ion Al3+ tertentu, terdapat juga ion Al-hidroksida ,dengan
demikian dapat menimbulkan variasi kemasaman tanah. Data yang didapat pada
praktikum ini setelah analisis diketahui pada tanah ultisol dikedalaman 0-30 cm
memiliki pH H2O 4,47 dan KCl 4,09 dan di lapisan 30-60 cm memiliki pH H2O 4,69
dan KCl 4,05 karena tanah ini telah mengalami umur lanjut sehingga pencucian yang
tinggi sehingga kadar bahan organik rendah dan biasanya pada tanah ini kandungan
unsur haranya rendah karena pada tanah ini erosi ya tinggi dan kandungan Al dan Fe
mengikat unsur lain sehingga tanah ini masam. Pada tanah alluvial digunakan pada
lapisan 0-30 memiliki pH H2O 3,52 dan Fe 3,28 dan pada lapisan 30-60 cm meiliki
ph H2O 4,58 dan KCl 3,98 karena pada tanah ini terbentuk akibat ersoi dimana
biasanya banyak sedimen, pH ditentukan juga bahan induknya yang bersifat masam,

9 Universitas Sriwijaya
10

pada tanah ini kondisi saat pengambilan kering airnya sehingga telah terjadi oksidasi
yang diamana asam sulfat teroksidasi sehingga tanah menjadi masam. Pada tanah
histosol dikedalaman 0-30 cm memiliki pH sebesar pH H2O 4,34 dan pH KCl 3,94
karena pada tanah ini belum banyak bahan organic yang terdekomposisi sempurna
sehingga karena penumpukan bahan organik pHnya rendah atau masam. Salah satu
penentu kandungan unsur hara adalah pH jika pHnya netral maka pertumbuhan
tanaman baik dan unsur hara tersedia pada pH ini. pH tanah juga menunjukkan
keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. pada tanah asam banyak
ditemukan unsur alumanium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor,
sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro
menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam
jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa
bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya
dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005)

10 Universitas Sriwijaya
11

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung
dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral tanah, air hujan dan bahan
induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan
mineral penyusunnya.
2. Pada tanah ultisol, Alluvial dan Histosol memiliki pH masam.
3. Saat pengambilan tanah alluvial kondisinya kering sehingga pirit teroksidasi.
4. Salah satu faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah curah hujan.
5. Pengecekan pH tanah menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan
indikator universal.

4.2. Saran
Adapun saran dalam praktikum kali ini adalah diharapkan semua persiapan baik
alat, data, ataupun bahan harus dipersiapkan dengan baik dan praktikan diharapkan
lebih kondusif.

11 Universitas Sriwijaya
12

DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, sarwono. Ilmu tanah . sifat-sifat kimia tanah “penetapan ph tanah”.


2010. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika. Pressindo : Jakarta
Hardjowigeno, Sarwono H, 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademik
Pressindo. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono H, 2007. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta.
Kartosapoetra. 2004. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. PT Riko cipta: Jakarta
Nofelman. T. 2013. Analisis Kesesuaian Lahan Kakao Di Kabupaten
Simeulue. Unsyiah. Darussalam Banda Aceh.
Suswati, Denah. 2012. Lumpur Laut Sebagai Alternative Pengganti Kapur
Untuk Meningkakan Pruduktifitas Tanah Gambut. Universitas Tanjungpura.

12 Universitas Sriwijaya
13

LAMPIRAN

1. Perhitungan
1. Mineral 0 - 30 cm
% KA = BTBM – BTKM x 100%
BTKM
= 10 g – 8,78 g x 100 %
8,78 g
= 13,9 %

2. Mineral 30 – 60 cm
% KA = BTBM – BTKM x 100%
BTKM
= 10 g – 8,88 g x 100 %
8,88 g
= 12,61 %

3. Aluvial 0 – 30 cm
% KA = BTBM – BTKM x 100%
BTKM
= 10 g – 9,21 g x 100 %
9,21 g
= 8,57 %

4. Aluvial 30 – 60 cm
% KA = BTBM – BTKM x 100%
BTKM
= 10 g – 9,67 g x 100 %
9,67 g

13 Universitas Sriwijaya
14

= 3,4 %

5. Gambut 0 – 30 cm
% KA = BTBM – BTKM x 100%
BTKM
= 5 g – 3,15 g x 100 %
3,15 g
= 58 %

14 Universitas Sriwijaya
15

2. Foto – Foto

Sampel Tanah Yang Pengovenan Tanah 1


Ditimbang

Pengovenan Tanah 2 Penimbangan Sampel Yang Telah


Dimasukkan ke Cawan

15 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai