Anda di halaman 1dari 15

PENGELOLAHAN LIMBAH SEBAGAI MULSA

Oleh :
Kelompok 9
1. Achmad Farel Widya Dhana (05101281722028)

2. Endah Tri Nuraeni (05101381722040)

3. Effendi Yusuf (05101381722055)

4. Jessica indriany Panjaitan (05101181722013)

5. Muhammad Faisal ( 05101281722036)

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam
(crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat
berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan
atau eksploitasi hutan. Usaha tani (farming) adalah bagian inti dari pertanian karena
menyangkut sekumpulan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya. “Petani” adalah sebutan
bagi mereka yang menyelenggarakan usaha tani, sebagai contoh “petani tembakau” atau
“petani ikan”. Pelaku budidaya hewan ternak (livestock) secara khusus disebut sebagai
peternak.
Berdasarkan PP No. 18/1999 Jo. PP 85/1999 Limbah didefinisikan sebagai sisa atau
buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah pertanian atau sering disebut Crop
Residue adalah bahan organik yang berasal dari bagian tanaman pertanian seperti bagian
pucuk, daun, batang, akar, hingga produk tanaman tersebut yang masih tersisa setelah
dipanen. Limbah pertaniana mudah mengalami pengomposan (Dekomposisi) dengan
bantuan mikroorganisme pengurai (Dekomposer), karena tersusun dari senyawa- senyawa
oraganik. Dalam usaha pertanian selalu dihasilkan limbah yang berupa padat, cair, dan gas.
Petani kita sering membuangnya sehingga menimbulkan pencemaran dan polusi terhadap
lingkungan dan ekosistem baik pada air, tanah, udara hingga makhluk hidup lain. Untuk
petani yang memiliki ternak mungkin masih dijadikan sumber pakan bagi ternak mereka
terutama untuk jenis ternak ruminansia baik besar atau kecil meakipun tanpa harus diolah.
Pengolahan merupakan suatu usaha pemanfaatan kembali sesuatu hal yang pada
mulanya tidak berguna lagi. Sedangkan Pengolahan limbah pertanian yaitu suatu usaha
pemanfaatan kembali sisa-sisa hasil pertanian atau hasil sampingannya dengan cara fisik,
kimiawi atau biologis. Pengolahan setiap limbah pertanian tidak sama karena metode,
prinsip hingga teknik yang digunakan selama proses pengolahan limbah pertanian harus
disesuaikan dengan sifat-sifat dari limbah pertanian tersebut sehingga sering kali
pengembangan dan penerapan system pengolahan limbah pertanian tidak berjalan dengan
lancar.
Mulsa merupakan salah satu pengolahan limbah pertanian. Menurut Buckman dan
Brandy (1969) dalam Utomo (2007) bahwa mulsa adalah semua bahan yang digunakan
pada permukaan tanah terutama untuk menghalangi hilangnya air karena penguapan atau
untuk mematikan tanaman pengganggu. Mulsa sering juga disebut sersah. Sersah sudah
terbukti efektif sekali untuk mengurangi penguapan dan menghindari tumbuhnya tanaman
pengganggu, tetapi pada umumnya tidak dapat digunakan pada tanaman yang memerlukan
pengolahan tanah susulan.
Dewasa ini kebutuhan manusia semakin meningkat. Hal tersebut dapat terjadi karena
pertumbuhan penduduk semakin meningkat. Dari kebutuhan pangan, sandang, papan dan
energi. Kebutuhan tersebut harus dipenuhi demi kelangsungan kehidupan manusia. Dari sisi
pangan yang setiap hari manusia makan, dari sisi sandang atau pakaian yang selalu
dikenakan, dari sisi papan yang jelas dibutuhkan untuk tempat manusia tinggal. Tidak lupa
juga dari sisi energi yang dibutuhkan untuk membantu kinerja manusia. Seperti kebutuhan
energi listrik, bahan bakar dan lain sebagainya.
Dari kebutuhan penting tersebut hal yang mungkin dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan, dapat dilakukan dengan cara produksi pertanian. Pertanian berperan penting
dalam menghasilkan kebutuhan tersebut. Dari pangan, sandang, papan, dan energi dapat
diperoleh dalam bidang pertanian.
Proses produksi pertanian adalah proses mebudidayakan atau memperbanyak
tanaman atau hewan yang bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan manusia melalui usaha
tani. Dalam pemenuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam dan
berternak. Walaupun pertanian selalu identik dengan tanaman, tetapi peternakan juga
termasuk dalam lingkup pertanian. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan peternakan
memiliki maksud yang sama yaitu membudidayakan dan memperbanyak demi pemenuhan
kebutuhan manusia.
Dalam pemenuhan kebutuhan yang seiring waktu semakin meningkat, hal terdasar
yang perlu dilakukan adalah peningkatan proses produksi. Proses produksi dilakukan secara
terus menerus dan tidak dapat dihentikan. Jika dihentikan, hal tersebut mengakibatkan
kekacauan dan dapat mengakibatkan kekukarangan pasokan kebutuhan yang harus segera
dipenuhi.
Dengan peningkatan proses produksi, hasil yang dihasilkan semakin meningkat dan
kebutuhan manusia juga semakin terpenuhi. Di sisi lain proses produksi yang terus
menghasilkan kebutuhan manusia, proses produksi juga menghasilkan limbah yang sangat
jelas tidak diingikan oleh manusia.
Proses produksi tidak dapat lepas dengan yang namanya limbah. Limbah
merupakan suatu hal yang sangat perlu untuk diperhatikan dan tidak dapat disepelekan.
Seiring berjalannya waktu limbah semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Begitu juga
dalam bidang pertanian. Limbah pertanian juga semakin banyak karena produksi yang
meningkat.
2.2. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makala ini adalah kita dapat memahami cara
pengelolahan limbah pertanian sebagai mulsa organik.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Limbah Pertanian

Limbah pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian seperti
jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, jerami kacang tanah, kotoran ternak, sabut dan
tempurung kelapa, dedak padi, dan yang sejenisnya. Limbah pertanian dapat berbentuk
cair, padat, dan gas.

Secara garis besar limbah pertanian dibagi ke dalam limbah pra, saat panen, dan
limbah pasca panen. Lebih lanjut, limbah pasca panen dapat digolongkan ke dalam
kelompok limbah sebelum diolah dan limbah setelah diolah atau limbah industri pertanian
(Anonimus 2008b).
Pengertian limbah pertanian pra panen yaitu materi-materi biologi yang terkumpul
sebelum atau pada saat hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau batang
tanaman. Limbah tersebut biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan umumnya hanya
dibakar. Kotoran ternak sebagian besar hanya digunakan sebagai pupuk kandang, walaupun
sebenarnya masih dapat diolah menjadi bahan bakar langsung atau didifermentasi menjadi
biogas. Media jamur dan campuran makanan ternak merupakan beberapa contoh lain dari
limbah pertanian pra panen.
Limbah pertanian saat panen merupakan limbah yang tersedia pada musim panen.
Golongan tanaman serealia seperti padi, jagung, dan sorgum merupakan golongan limbah
pertanian yang ketersediaannya cukup banyak pada musim panen. Sisa potongan bagian
bawah jerami dan akar tanaman padi belum dimanfaatkan secara optimal. Sisa-sisa
tanaman ini umumnya direndam dan akan mengalami pembusukan saat dilakukan
pembajakan. Sementara jerami bagian atas tanaman padi, jagung atausorgum sebagian ada
yang difermentasikan atau dibuat silase untuk pakan ternak ruminansia, dan sebagian
lainnya dibakar.
Limbah pasca panen-pra olah demikian juga cukup banyak seperti tempurung,
sabut dan air buah pada kelapa, afkiran buah atau sayuran dan hasil lainnya yang rusak atau
tidak memenuhi ketentuan kualitas, kulit, darah, jeroan, pada ternak potongan. Demikian
pula kepala ikan dan jeroan, kulit kerang/tiram, udang dan ikan, dan banyak lagi macam
dan jenisnya yang lain termasuk sampah-sampah basah baik dari rumah tangga maupun
pabrik bekas-bekas pembungkus seperti daun pisang.Di penggilingan padi limbah bisa
dikumpulkan antara lain sekam kasar, dedak, dan menir. Sekam banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pengisi untuk pembuatan bata merah, dipakai sebagai bahan bakar, media
tanaman hias, diarangkan untuk media hidroponik, diekstrak untuk diambil silikanya
sebagai bahan empelas dan lain-lain.
Dedak halus digunakan sebagai pakan ternak ayam, bebek atau kuda, sementara
menirnya dimanfaatkan sebagai campuran makanan bayi karena kandungan vitamin Bl
tinggi, makanan burung, dan diekstrak minyaknya menjadi minyak katul (bran oil). Hasil
panen jagung menghasilkan limbah dalam bentuk klobot jagung yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan pengemas makanan secara tradisional (wajik, dodol), tongkolnya kurang
dimanfaatkan walaupun sebenarnya mungkin masih bisa untuk media jamur atau lainnya.
Hasil penggilingan jagung menjadi tepung, lembaganya bisa
diekstrak menjadi minyak jagung dan tentu saja ampasnya masih bisadiberdayakan
karena kandungan proteinnya dan mungkin lemaknya masih ada.
2.2. Mulsa

Mulsa adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga membuat
tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa dibedakan menjadi dua macam dilihat dari
bahan asalnya, yaitu mulsa organik dan anorganik. Mulsa organik berasal dari bahan-bahan
alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa
organik diberikan setelah tanaman /bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah lebih
ekonomis (murah), mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan
bahan organik dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang - alang/jerami, ataupun
cacahan batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya. Mulsa anorganik
terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar/tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik
adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak atau karung. Mulsa anorganik ini harganya
mahal.

A. Jenis Mulsa
Mulsa sangat berguna untuk membantu pertumbuhan tanaman, menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit. Dari bahan
asalnya mulsa dibedakan menjadi duayaitu:
1. Mulsa organic
Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa
tanaman seperti jerami dan alang-alang. Mulsa ini murah dan mudah didapat.
Keuntungan lainnya adalah mulsa ini dapat terurai sehingga menambah kandungan
bahan organik dalam tanah. Sebaiknya cacah terlebih dahulu jerami atau alang-
alang sebelum ditebarkan di atas tanah sebagai mulsa. Hanya saja pada beberapa
waktu kemudian perlu ditambahkan cacahan jerami atau alang-alang untuk
mengganti yang mulsa yang telah terurai. Selain jerami dan alang-alang dapat
digunakan cacahan batang dan daun jagung atau rumput-rumputan lainnya.
2. Mulsa anorganik
Mulsa anorganik terbuat dari bahan-bahan sintetis yang sukar atau tidak dapat
terurai. Contoh mulsa anorganik adalah mulsa plastik, mulsa plastik hitam perak
(MPHP) dan karung. Kalau mulsa organik diberikan setelah tanaman atau bibit
ditanam, maka mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman atau bibit ditanam.
Kemudian mulsa dilubangi sesuai dengan jarak tanam.

2.3 Pengelolahan Limbah Pertanian Sebagai Mulsa Organik

Limbah Pertanian sebagai Sumber Bahan Organik dan hara Tanah, limbah pertanian
termasuk di dalamnya perkebunan dan peternakan seperti jeramai, sisa tanaman atau
semak, kotoran binatang peliharaan dan yang sejenisnya merupakan sumber bahan organik
dan hara tanaman. Limbah tersebut dapat langsung ditempatkan di atas lahan pertanian atau
dibenam. Untuk hasil lebih efektif, sebaiknya dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu.
Menurut Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (2007), pelapukan limbah-
limbah tersebutsecara alami membutuhkan waktu 3-4 bulan lebih, sehingga upaya
pelestarian dengan penggunaan bahan organik pada lahan-lahan pertanian mengalami
hambatan. Hal itu akan lebih rumit lagi jika dihadapkan pada masa tanam yang mendesak,
sehingga sering dianggap kurang ekonomis dan tidak efisien. Salah satu metode dapat
digunakan dengan pembuatan mulsa sehingga tidak terjadi penimbunan limbah dan dapat
dianggap layak baik secara ekonomis maupun lingkungan. Limbah pertanian saat panen
merupakan limbah yang tersedia pada musim panen. Golongan tanaman serealia seperti
padi, jagung, dan sorgum merupakan golongan limbah pertanian yang ketersediaannya
cukup banyak pada musim panen. Sisa potongan bagian bawah jerami dan akar tanaman
padi belum dimanfaatkan secara optimal. Sisa-sisa tanaman ini umumnya direndam dan
akan mengalami pembusukan saat dilakukan pembajakan. Sementara jerami bagian atas
tanaman padi, jagung atau sorgum sebagian ada yang difermentasikan atau dibuat silase
untuk pakan ternak ruminansia, dan dapat dimanfaatkan sebagai mulsa yang berguna
untuk menutupi permukaan tanah sekaligus cukup mudah diaplikasikan oleh petani.
Disamping itu pengunaan mulsa sebagai upaya pengelolahan limbah pertanian juga dapat
Menguntungkan secara ekonomi, berarti petani dapat menghasilkan sesuatu yang cukup
untuk memenuhi kebutuhannya sendiri/pendapatan, dan cukup memperoleh pendapatan
untuk membayar buruh dan biaya produksi lainnya. Keuntungan menurut ukuran ekonomi
tidak hanya diukur langsung berdasarkan hasil usahataninya, tetapi juga berdasarkan fungsi
kelestarian sumberdaya dan menekan kemungkinan resiko yang terjadi terhadap
lingkungan. Pemanfaatannya dapat secara langsung, yaitu ditutupkan pada permukaan
tanah di sekitar tanaman. Tanah yang tidak menggunakan mulsa akan mudah terkena erosi
bila erkena air hujan maupun pecah-pecah apabila terlalu banyak penguapan. Seperti
diketahui bahwa erosi akan memperburuk kesuburan tanah dan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman serta tanaman menjadi mudah roboh. Sedangkan kondisi tanah
yang pecah-pecah pada musim kemarau akan berpengaruh buruk pada perakaran tanaman
berupa putusnya akar.
Dalam budidaya pertanian, beberapa jenis tanaman memerlukan mulsa sebagai
penutup tanah agar pertumbuhan dan produksi tanaman dapat dioptimalkan sesuai dengan
potensi genetis tanaman. Mulsa dapat diperoleh dari limbah tanaman seperti jerami, tongkol
jagung, rumput, dan yang sejenisnya. Beberapa peneliti melaporkan bahwa mulsa
mempunyai banyak fungsi dalam sistem pertanian. Anis et al, (2007) melaporkan bahwa
penggunaan mulsa jerami pada fase pertumbuhan tanaman -stroberi dapat meningkatkan
efesiensi penggunaan air sebesar 58,65%, yaitu dari 319,87 mm tanpa mulsa menjadi
187,60 mm dengan mulsa jerami. Hal ini akan mempunyai art! dan manfaat yang sangat
penting pada lahan kering. Menurut Suhayatun (2006) mulsa dapat menjaga stabilitas suhu
tanah sehubungan dengan kemampuannya dalam menahan intensitas sinar matahari di siang
hari, dan tetap mempertahankan penurunan suhu tanah di malam hari.
Dari hasil penelitian Elly dan Yogi (2003) diperoleh bahwa pemberian mulsa jerami
padi dapat menekan pertumbuhan gulma sebesar 56-66% dan meningkatkanhasil biji
kedelai sebesar 77%. Sementara Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (2008)
melaporkan dampak penggunaan mulsa terhadap unsur hara yang hilang melalui erosi
selama pertanaman jagung seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Dampak penggunaan mulsa dan pupuk kanda terhadap kehilangan unsur hara
dan laju erosi tanah.

Perlakuan Erosi Kehilangan Hara (kg/ha)


(ton/ha/th)
N P K

Kontrol (tanpa rehabilitasi) 93,48 1.065,8 108,5 197,0

Pupuk kandang 19,95 292,2 35,5 68,2

Mulsa jerami 1,96 -38,4 5,5 8,9

Mulsa mucuna sp 14,19 196,5 29,1 45,2

penggunaan mulsa saja kurang memacu pertumbuhan tanaman karena peran mulsa
lebih kepada kesuburan tanah bukan pada tanaman secara langsung, seperti yang
dinyatakan oleh Thomas et al, (1993) bahwa fungsi mulsa jerami adalah untuk menekan
pertumbuhan gulma, mempertahankan agregat tanah dari hantaman air hujan, memperkecil
erosi permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan melindungi tanah dari terpaan sinar
matahari. Juga dapat membantu memperbaiki sifat fisik tanah terutamastrukturtanah
sehingga memperbaiki stabilitas agregat tanah.

Penggunaan mulsa organik penutup tanah merupakan teknik tradisional dan


telahdigunakan untuk produksi tanaman secara intensif di Sukoharjo. Penggunaan mulsa
organik pada pertanaman cabai merah diharapkan mampu menciptakan iklim mikro yang
sesuai bagi tanaman, memperbaiki lingkungan fisik dan kimia tanah, melancarkan
pendauran hara dalam sistem tanah-air-tanaman dan memperbaiki ketersediaan hara bagi
tanaman. Peningkatan hara pada tanah yang diberi mulsa organik terjadi karena proses
dekomposisi bahan organik yang dilakukan oleh mikroorganisme perombak yang
membebaskan hara sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia. Tindakan ini
selanjutnya mengurangi biaya produksi, mengurangi ketergantungan pupuk impor, dan
juga menguntungkan bagi lingkungan sehingga dapat mendukung sistem pertanian lestari.
Pengelolahan limbah pertanian yang digunakan sebagai mulsa memiliki banyak
manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:

Aspek Ekonomi:

• Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah

• Mengurangi volume/ukuran limbah

• Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan :

• Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah

• Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.

Aspek bagi tanah/tanaman:

• Meningkatkan kesuburan tanah

• Memperbaiki struktur dan aerasi tanah

• Meningkatkan kapasitas jerap air tanah

• Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

• Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa,-nilai gizi, dan jumlah panen)

• Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

Kandungan Mulsa Organik ( Jerami )


Beberapa unsur hara yang terkandung dalam jerami adalah Si 4-7 %, K20 1,2 -1,7
%, P205 0,07 – 0,12 % dan N 0,5 -0,8 % dll.

Cara mengolah limbah pertanian (jerami) sebagai mulsa

Bahan:

1. Jerami atau batang jagung.

Alat:

1. Gunting pemotong bisa menggunakan pisau cingcang atau mesin.

Cara membuat:

1. Jika anda menggunakan pemotong anda bisa membuatnya secara manual dengan cara
mencingcang, ukuran yang digunakan biasanya 3-4 cm pada irisan yang digunakan. Jika
anda menggunakan mesin maka bisa langsung dimasukan pada mesin yang khusus
memotong secara kasar.

Cara memasang:

Untuk memasang mulsa alami anda bisa menggunakan tangan dan langsung diratakan pada
bagian bedengan.

1. Letakan jerami pada sebidang tanah yang akan ditanami, ketebalan mulsa organik
dari bahan jerami sekitar 10 cm.
2. Peletakan sebaiknya jangan terlalu dekat dengan tanaman utama beri kerenggangan
sekitar 10-15 cm.
3. Sebelum dilakukan penanaman alangkah baiknya mulsa jerami disemprot
menggunakan Trichoderma supaya lebih aman dari sernagan hama yang
ditimbulkan dari jerami, setelah itu didiamkan selama 3-5 hari baru ditanami.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Limbah pertanian merupakan produk sampingan yang tidak dapat dilepaskan dari sistem
pertanian. Limbah pertanian yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dampak
negatif baik pada lahan pertanian itu sendiri maupun berpengaruh terhadap lingkungan
yang lebih luas seperti pemanasan global dan perubahan iklim. Sebaliknya pemanfaatan
limbah pertanian yang optimal dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pendapatan petani dan perbaikan kualitas lahan pertanian sehingga dapat digunakan secara
berkesinambungan. Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau
kompos yang dapat digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
serta dapat dipakai untuk menurunkan serangan beberapa penyakit tanaman.

3.2. Saran
Sebaiknya pengelolahan limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai mulsa lebih
dioptimalakan dengan manfaatnya yang sangat banyak dan potensi mulsa organik sangat
besar untuk meningkatkan taraf kehidupan petani .
DAFTAR PUSTAKA

Anis dianto, Ridwan Zahab, dan Iskandar Zulkarnain. 2007. Pengaruh Penggunaan
lerhadap Penghematan Air Pada Fase Vegetatif Tanaman Stroberi (Fragariax visca).
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Unna.
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2007. BioDek, Bio-Aktivator
PercepatLimbah Pertanian Menjadi Kompos. http://www.!
itbang.deptan.go.id/berita/one/513/
Elly Indra Swari dan Yogi Sugito dan Jody Moenandir. 2003. Pengaruh Takaran
rjmjmJerami dari Beberapa Varietas Padi terhadap Penekanan Gulma pada
tbbbhubKedelai. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai