Anda di halaman 1dari 7

1. Pengertian Limbah Pertanian.

Pertanian merupakan sektor yang masih luas terhampar di wilayah Indonesia.


Gencarnya pembangunan di sektor industri dan pemukiman penduduk belum mampu
menggeser sektor pertanian sebagai icon Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris.
Pembangunan pertanian saat ini telah mencapai pengembangan agribisnis dan
agroindustri. Pengembangan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor pertanian
tetap terjadi peningkatan. Begitu pula halnya yang terjadi pada subsektor peternakan,
meskipun saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis, peternakan Indonesia masih tetap
eksis bahkan menunjukkan peningkatan, diantaranya produksi daging meningkat 4,01%
per tahun, telur menigkat 5,6% per tahun, dan susu meningkat 2,69% per tahun
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2005).
Peningkatan produksi yang didorong untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar
negeri disisi lain menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Diantaranya penggunaan
bahan agrokimia seperti pupuk dalam pertanian akan menyebabkan pencemaran
lingkungan dan menurunkan kualitas lahan dengan hilangnya lapisan subur akibat erosi
dan pencucian hara. Selain itu, tersedianya banyak sisa hasil dari bercocok tanam, seperti
jerami yang berlimpah dan gulma yang belum dimanfaatkan dapat menjadi masalah.
Kegiatan petani yang selama ini cenderung untuk membakar sisa hasil pertanian seperti
jerami dan gulma tentu akan menyumbang banyak karbondiokasida (CO
2
) yang
ditengarai sebagai salah satu penyebab pemanasan global.
Limbah Pertanian diartikan sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian,misalnya
sabut dan tempurung kelapa,jerami dan dedak padi, kulit, tulang pada ternak potong serta
jeroan & darah pada ikan.
2. Macam-macam Limbah Pertanian
Secara garis besar limbah pertanian itu dibagi ke dalam:
1. Limbah pestisida, penggunaan pestisida untuk memberantas hama ternyata
menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran
lingkungan perairan. Permasalahan tersebut berkaitan erat dengan sifat pestisida yang
beracun dan dapat mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk biota
bukan sasaran (non target). Selain itu pada umumnya pestisida memiliki daya tahan
yang relative lama untuk didegradasi di lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi
ekosistim dalam jangka panjang (Yudha, 1999). Pestisida yang digunakan secara
berlebihan selain merusak tanaman, juga akan mematikan hewan-hewan yang berada
diskitarnya. belum lagi kalu pertisida itu mengalir ke sungai, ikan yang ada di sungai
akan ikut mati.
2. Limbah pra panen, yaitu materi-materi biologi yang terkumpul sebelum atau
sementara hasil utamanya diambil. Sebagai contoh daun, ranting, atau daun yang
gugur sengaja atau tidak biasanya dikumpulkan sebagai sampah dan ditangani
umumnya hanya dibakar saja. Kotoran ternak umumnya hanya dijadikan pupuk
kandang saja walaupun sebenarnya masih bisa diolah menjadi bahan bakar langsung,
difermentasi menjadi gas bio, media atau campuran media jamur, campuran makanan
ternak lainnya (seperti misalnya pada peternakan sistem longyam atau peternakan di
atas kolam ikan).
3. Limbah saat panen, Limbah pertanian saat panen cukup banyak berlimpah. Golongan
tanaman serealia misalnya yang populer di Indonesia antara lain padi, jagung, dan
mungkin sorgum. Sisa potongan bagian bawah jerami padi yang termasuk akar
tanaman padi belum digunakan dengan baik, selain bagian ini dirasakan kurang
efisien kalau diambil, juga bisa dikembalikan untuk kesuburan tanah. Sawah
direndam ,lalu dibajak sehingga sisa tanaman padi ini masuk ke dalam tanah dan
dibiarkan membusuk. Potongan atasnya setelah diambil gagang dan bulir padinya
daun dan sebagian batangnya dibakar, dibuat atap, atau dibenamkan ke dalam lumpur
untuk pupuk. Daun dan batang atau jerami padi dapat difermentasikan atau dibuat
silase jadi pakan ternak ruminansia. Panen jagung menyisakan batang dan daun yang
mengering. Sering sisa batang dan daun ini cukup dibakar saja. Demikian juga halnya
pada panen sorgum, sisa tanaman jarang dimanfaatkan lebih optimal. Beberapa
peternak dapat membuat silase yang terkadang ditambahkan tetes tebu. Hampir
semua tanaman setahun masih menyisakan sisa tanaman yang sampai sejauh ini
hanya dibuang atau dibakar atau dimanfaatkan sebagian untuk makanan ternak,
kompos, bibit (misalnya ubi jalar), dan belum ada pemanfaatannya yang lebih baik
misalnya diekstrak klorofilnya untuk bahan pewarna makanan dan lain sebagainya.
Sisa panen pisang berupa batang, pelepah dan daun di perkebunan pisang perlu
dipikirkan cara penanganannya yang lebih baik. Serat batang pisang masih bisa
dimanfaatkan untuk karung misalnya. Sama halnya di kebun nenas setelah diambil
tunas batangnya untuk bibit, sisanya kebanyakan dipotong lalu dibuang walaupun
peremajaannya dilakukan setelah tanaman pokok berumur 3-4 tahun bahkan ada yang
membiarkannya terus. Serat yang ada di daun-daunnya mungkin masih bisa
dimanfaatkan.
4. Limbah pasca panen, demikian juga cukup banyak seperti tempurung, sabut dan air
buah pada kelapa, afkiran buah atau sayuran dan hasil lainnya yang rusak atau tidak
memenuhi ketentuan kualitas,
.
3. Penanggulangan dan penanganan limbah pertanian.
a) Melakukan sistem integrasi tanaman-ternak.
Konsep sistem integrasi tanaman-ternak ini hadir sebagai salah satu bentuk
pertanian terpadu. Pola integrasi antara tanaman dan ternak muncul sebagai
kegiatan pertanian dan peternakan yang saling melengkapi. Pola ini akan akan
menjadi solusi bagi usaha pertanian. Salah satu contoh integrasi yang terjadi
antara hewan ternak dan tanaman adalah limbah ternak berupa kotoran diolah
menjadi pupuk cair dan kompos dan kemudian diaplikasikan pada lahan
pertanian. Manfaat kompos yang dapat memperbaiki struktur tanah, menaikkan
daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah dan
sumber zat makanan bagi tanaman tentu akan berpengaruh besar bagi pertanian.
Sebaliknya limbah pertanian berupa jerami, gulma dan dedak dapat dimanfaatkan
pula sebagai pakan ternak.
Selain itu, bentuk integrasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengembalakan
ternak di pinggir atau pada lahan yang belum ditanami dan pada lahan setelah
pemanenan hasil, sehingga ternak dapat memanfaatkan limbah tanaman pangan,
gulma, rumput, semak dan hijauan pakan yang tumbuh di sekitar tempat tersebut
atau menggunakan tenaga sapi atau kerbau untuk pengolahan tanah. Sementara
itu, ternak dapat mengembalikan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah
melalui urin dan kotoran padatnya.
Harapan dari pola tersebut petani yang ketergantungan akan bahan agrokimia
seperti pupuk sintesis yang sudah jelas mempunyai efek negatif dan limbah ternak
berlimpah belum tertangani akan terselesaikan dengan adanya penyediaan pupuk
kandang dari limbah ternak dilahan pertanian, sehingga terbentuk peternakan
tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah
pertanian untuk makan ternak. Adapun dampak negatif dari pertanian berupa
kerusakan tanah dan pemanasan global dalam jangka panjang dapat
diminimumkan.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah integrasi tanaman-ternak dimaksudkan
untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki
kondisi kesuburan tanah dan upaya penangan limbah usaha pertanian. Interaksi
antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling
menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan
meningkatkan keuntungan hasil usaha tani.
Adapun saran untuk kedepan perlu digalakkannya sistem integrasi tanaman-
ternak, mengingat sistem ini di samping menunjang pola pertanian organik yang
ramah lingkungan, juga mampu meningkatkan usaha pertanian secara umum.

b) Mendaur ulang limbah hasil pertanian menjadi pupuk kompos.
Pada saat ini banyak dijumpai berbagai merk dagang pupuk organik yang dijual
dipasaran. Pupuk organik dapat berupa pupuk kandang, kompos dan campuran
keduanya. Kunci pokok dalam pemilihan pupuk kandang adalah tingkat
kematangan, perbandingan Carbon dan Nitrogen (C/N) dan kandungan unsur
hara. Pupuk kandang selain berfungsi untuk memperbaiki sifat tanah juga sebagai
sumber unsur hara walaupun dalam jumlah kecil. Dengan sifat fisik tanah yang
balk, maka tanaman menjadi lebih subur karena leluasa dalam pengambilan unsur
hara. Sedangkan kelebihan kompos yang dibuat dengan memanfaatkan aktif atau
mikroba adalah mengandung mikroba yang berfungsi untuk melindungi tanaman
dari serangan hams dan penyakit. Beberapa contoh kompos yang dibuat dengan
menggunakan mikroba decomposer/pengurai antara lain: Bokashi, Fine Compost
dan Kompos Bioaktif. Pupuk organik kompos bioaktif ini dibuat dari limbah
pertanian padat (tandan kosong kelapa sawit, sisa pangkasan teh, kulit buah
kakao, jerami padi, batang jagung, dll.) yang proses dekomposisinya
menggunakan orgadec. Orgadec adalah aktivator pelapukan, bukan penghancur
sehingga hasil pengomposan tidak hancur dan banyak dipergunakan oleh
perkebunan besar.






4. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. integrasi tanaman-ternak dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha
yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah
dan upaya penangan limbah usaha pertanian. Interaksi antara ternak dan
tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling
menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi
produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha tani.
2. Limbah usaha pertanian berpeluang mencemari lingkungan jika tidak
dimanfaatkan
3. Pemanfaatan limbah pertanian akan mengurangi tingkat pencemaran
lingkungan baik pencemaran air, tanah, maupun udara. Pemanfaatan
tersebut juga menghasilkan nilai tambah yang bernilai ekonomis.

Adapun saran untuk kedepan, yaitu:
1. Penggunaan pestisida tidak digunakan secara berlebihan
2. Perlu digalakkannya sistem integrasi tanaman-ternak
3. Produksi pupuk kompos oleh petani atau industri pertanian dengan
memanfaatkan limbah pertanian.
Karena dengan sistem seperti ini, Industri peranian di Tanah Air bisa lebih
mandiri, di samping menunjang pola pertanian organik yang ramah lingkungan, juga
mampu meningkatkan usaha pertanian secara umum.

Anda mungkin juga menyukai