Anda di halaman 1dari 11

Pengertian Kompos

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pupuk kompos, ada baiknya jika kita
mengetahui terlebih dahulu tentang kompos itu sendiri. Kompos adalah hasil
penguraian yang tidak lengkap (parsial) dari bahan-bahan organik yang kemudian
dipercepat oleh beberapa jenis bakteri atau mikroba dalam kondisi tertentu.

Hasilnya adalah kompos yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara itu,
pengomposan adalah proses bahan organik yang mulai mengalami penguraian dan
dibantu oleh bakteri sebagai sumber energinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompos adala pupuk campuran
yang terdiri dari bahan organik, seperti daun atau jerami yang telah membusuh dan
bercampur dengan kotoran hewan.

Sedangkan menurutu Wield (2014), pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari
bahan-bahan hijau atau organik lainnya yang dengan sengaja ditambah bahan
tertentu agar proses pembusukan terjadi lebih cepat.

Hasil dari pembusukan atau dekomposisi organik, seperti sisa tanaman, hewan, dan
bahan organik lainnya dapat bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah, serta
kehidupan mikroorganisme yang hidup pada lingkungan tersebut. Kompos juga
berperan untuk meningaktkan daya ikat air terhadap tanah dan memperbaiki sifat
tanah lainnya.

Manfaat Pupuk Kompos


Membahas tentang manfaat pupuk kompos, tentunya manfaatnya sangat banyak.
Berikut ini beberapa poin yang dapat menjelaskan secara singkat mengenai
kegunaan kompos:

 Kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.


 Kompos membantu memperbaiki karakteristik dan struktur tanah.
 Kompos membantu meningkatkan aktivitas mikroba pada tanah.
 Kompos membantu meningkatkan daya serap air tanah.
 Kompos membantu meningkatkan kualitas hasil panen.
 Kompos membantu menyediakan unsur hara pada tanah.
 Kompos membuat tanah menjadi lebih gembur dan tidak keras.
 Kompos menekan pertumbuhan penyakit tanaman.
 Kompos menyediakan vitamin dan juga hormon yang dibutuhkan oleh
tanaman.

Itulah beberapa manfaat penting dari jenis pupuk alami ini. Maka dari itu, pupuk
kompos mulai banyak dimanfaatkan, karena hampir tidak memiliki efek samping
buruk bagi lingkungan.

Jika dijelaskan lebih lanjut, kompos bermanfaat bagi sektor ekonomi, lingkungan,
tumbuhan dan tanah sebagai berikut:
1. Manfaat Ekonomi
Penggunaan bahan alami sebagai pupuk tentunya akan menghemat biaya petani
untuk menyuburkan lahan pertanian maupun perkebunan. Keuntungan ini dapat
dialokasikan untuk pembelian bibit unggul maupun tahap pemeliharaan tanaman
agar hasil panen maksimal.

2. Manfaat Lingkungan
Menggunakan pupuk kompos lebih ramah terhadap lingkungan dan mengurangi
pencemaran air maupun tanah. Sampah-sampah organik yang berserakan dapat
dikumpulkan untuk diolah menjadi pupuk sehingga tidak menyumbat aliran sungai
yang dapat menimbulkan banjir

Banyaknya tumpukan sampah juga berpotensi mengganggu kesehatan. Sampah


dapat menjadi tempat berkembangbiak bagi bakteri maupun organisme lain yang
memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan.

Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sampah yang efektif, yakni keseimbangan
antara hasil sampah dan pengolahan. Salah satunya adalah mengolah limbah atau
sampah organik menjad pupuk kompos yang menyuburkan tanah.

3. Manfaat Bagi Tanaman


Kompos memberikan kesuburan bagi tanah karena menyediakan unusr-unsur hara
dan mineral yang diperlukan tanaman. Pengguanaan kompos dalam bidang
pertanian maupun perkebunan tentu akan menghasilkan produktivitas yang lebih
tinggi serta hasil tanaman yang lebih sehat.

4. Manfaat Bagi Tanah


Pupuk alami juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki lahan-lahan kritis. Struktur
tanah yang telah terdegradasi dapat diperbaiki, selain itu kompos juga dapat
memperbaiki drainase, tata udara tanah, serta memperkuat daya serap air.

Kandungan kompos dalam tanah juga menjadi sumber makanan bagi berbagai
mikroorganisme, menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan serta membantu
proses pelapukan mineral tanah.

Jenis Pupuk Kompos


Bahan utama pembentuk pupuk kompos adalah sampah organik. Sampah organik
adalah sampah-sampah yang berasal dari sisa makanan, hewan, dan juga
tumbuhan. Di lingkungan permukiman sendiri, sampah organik dapat ditemukan di
pasar dalam bentuk sisa sayuran, atau di rumah dan rumah makan dalam bentuk
sisa makanan.

Sampah organik itu bebeda-beda jenisnya, sehingga menghasilkan jenis kompos


yang berbeda juga. Berikut beberapa di antaranya:

1. Pupuk Kompos Hijau


Pupuk kompos hijau adalah jenis pupuk alami yang terbuat dari bahan baku sampah
organik hijau. Biasanya sampah organik hijau ini berupa sisa sayuran, rerumputan,
dedaunan, sisa buah-buahan, sampah dari dapur, ampas kopi atau teh, hingga
kotoran hewan ternak (pupuk kandang).

baca juga:  Pertanian Organik - Pengertian, Sejarah, Perkembangan &


Keuntungan

Sampah organik hijau mengandung zat nitrogen. Nitrogen adalah unsur ini
dibutuhkan oleh tanaman pada siklus nitrogen. Tugasnya adalah untuk membentuk
asam amino.

2. Pupuk Kompos Cokelat


Adapun pupuk kompos cokelat merupakan pupuk organik yang dibuat dari bahan
baku sampah organik cokelat. Beberapa contoh sampah organik cokelat antara lain
daun kering, rumput kering, jerami, sekam, kulit jagung, sisa serutan atau gergaji
kayu, dan semisalnya.

Sampah organik cokelat mengandung zat karbon yang dibutuhkan sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme.

3. Kompos Cacing
Kompos cacing adalah kompos yang dihasilkan dari proses timbal balik
mikroorganisme dan cacing tanah dalam mengurai limbah-limbah organik. Cacing
tanah membantu proses penguraian yang selanjutnya diteruskan oleh
mikroorganisme lain.

Sebutan lain untuk kompos cacin adalah casting. Casting mengandung berbagai
unsur hara yang diperlukan tanaman, yakni fosfot, nitrogen, mineral dan vitamin
tanah. Casting juga mengandung 20 C/N untuk pemupukan tanaman.

4. Kompos Bagase
Kompos Bagase adalah pupuk organik yang berasal dari ampas tebu dari limbah
padat industri gula. Limbah bagase umumnya terdapat dalam jumlah melimpah dan
memiliki potensi untuk dikembangkan guna menyuburkan tanah.

Penggunaan kompos bagase biasanya dilakukan oleh para petani perkebunan tebu,
atau dengan kata lain tebu menghasilkan pupuk tebu untuk tanaman tebu kembali.

Akan tetapi, pembuatan kompos bagase diperlukan waktu yang cukup lama serta
perlakuan khusus dengan menambahkan mikoorganisme selulotik karena nisma C.N
bagase terlalu tinggi, sekitar 220.

5. Kompos Bokashi
Kompos bokashi merupakan pupuk alami dari bahan-bahan organik yang melalui
proses fermentasi dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). EM4
mengandung beberapa mikroorganisme seperti Lactobacillus sp., Actinomycetes,
Khamir, dan Streptomyces.

EM4 merupakan kultur campuran yang terdiri bakteri-bakteri dalam bentuk cairan
untuk memfermentasi limbah organik dalam tanah atau sampah sehingga
memberikan manfaat bagi kesuburan tanah.

Selain itu, EM4 juga memberikan rangsangan terhadap perkembangan


mikroorganisme lain dan mengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikroorganisme yang
merugikan tanaman. Penggunaan EM4 juga bertujuan agar proses pembusukan
atau dekomposisi berlangsung lebih cepat.

Kelebihan
Pupuk kompos merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan oleh petani. Hal ini
dikarenakan kelebihan yang dimilikinya jika dibandingkan dengan jenis pupuk
lainnya. Berikut ini beberapa kelebihan dari pupuk organik, antara lain:

 Pupuk kompos kaya akan unsur hara yang lengkap. Sedangkan pupuk
buatan tidak memiliki unsur hara yang seperti itu. Unsur hara di pupuk alami
ini tersedia mulai dari unsur mikro sampai unsur makro.
 Pupuk kompos memiliki kandungan asam organik (misalnya asam fulfic,
asam humic, enzim, hormon, dan sebagainya). Kandungan asam organik
seperti ini tidak ada di pupuk buatan. Padahal fungsi dari asam organik
sangat bermanfaat untuk mikroorganisme tanah, cacing dan juga tanaman.
 Pupuk kompos mengandung senyawa yang mampu membantu memperbaiki
sifat fisik tanah dan juga mampu menjaga struktur tanah.

Pixabay
Kekurangan
Di balik kelebihan-kelebihannya, tentu pupuk alami ini juga memiliki kekurangan.
Berikut ini beberapa kekurangan dari pupuk kompos:

 Kandungan unsur hara di pupuk kompos cukup lengkap, namun dalam jumlah
atau persentasenya kecil. Sehingga, jumlah kompos yang harus dibtuhkan
tanaman akan lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
 Jika pengadaan pupuk kompos sangat banyak, maka biaya operasional
pembuatan pupuk juga akan meningkat. Proses pengomposan yang
dilakukan juga menjadi lebih mahal.
 Jika tanah yang akan diberikan kompos ternyata sudah tidak sehat, maka
kebutuhan akan kompos akan menjadi semakin meningkat. Sedangkan biaya
pembuatan pupuk alami atau pengadaan kompos juga akan meningkat.

Bahan Kompos
Bahan baku pembuatan kompos masing-masing memiliki sifat fisik, biologi dan
kimia. Sifat fisik bahan organik berperan terhadap sifat fisik tanah seperti
memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi dan meningkatkan daya ikat air.
Sifat biologi bahan organik berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang
manfaat untuk fiksasi nitrogen dan pertukran hara. Sedangkan sifak kimia bahan
organik berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation yang meningkat dan
berpengaruh terhadap sertapan unsur hara tumbuhan.

alamtani.com
Berikut ini adalah jenis bahan organik yang dapat dioleh menjadi pupuk kompos,
antara lain:

 limbah dan residu tanaman


 pupuk hijau
 limbah dan residu ternak
 sekam padi
 gulma
 penambat nitrogen seperti jerami
 seluruh bagian vegetatif tumbuhan
 kotoran padat hewan
 sisa pakan ternak
 limbah ternak cair
 mikroorganisme
 mikoriza dan rhizobium

Selain daftar tersebut, bahan alami lain yang dapat dikomposkan adalah sayuran,
buah, rumput, dedaunan, serta limbah oganik rumah tangga. Bahan-bahan yang
mengandung selulosa seperti kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami dan pohon
merupakan bahan yang memiliki struktur sekuler yang terdiri dari lignin dan selulosa
dengan kadar air rendah.

Limbah protein yang terdiri dari kotoran ternak juga menjadi bagain terbaik untuk
kompos karena mengandung protein dan nutrisi yang baik untuk tanaman.

Syarat Pembuatan
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa pupuk kompos dapat dibuat sendiri baik dalam
skala kecil maupun dalam skala besar. Pengomposan dilakukan dengan
memanfaatkan sampah organik dan jenis bakteri tertentu untuk mempercepat
pembusukan. Sehingga dari sanalah muncul kompos yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman.

Pembuatan kompos membutuhkan beberapa persyaratan agar berjalan baik, di


antaranya:

1. Tempat dan Bangunan Layak – Tempat merupakan sebuah hal yang harus
diperhatikan dalam pengomposan. Bangunan untuk membuat kompos itu
sendiri sebisa mungkin dibuat dengan mekanisme yang baik. Biasanya
bangunan untuk kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu, sementara
bagian atapnya bisa juga dengan atap rumbia. Sebisa mungkin, bangunan
harus tahan bocor dan tahan terhadap limpasan air hujan.
2. Kadar Air 60% – Syarat berikutnya adalah kadar air. Kadar air sebisa
mungkin dipertahankan pada angka 60%. Tujuannya adalah agar bakteri
pengurai mampu bekerja dengan baik. Bakteri inilah yang akan mempercepat
proses pengomposan. Jika dalam prosesnya kompos terlihat kering, maka
tambahan air perlu diberikan agar kadar air tetap terjaga di 60%.
3. Suplai Oksigen – Tidak hanya air, oksigen pun juga perlu diperhatikan.
Karena bakteri pengomposan akan bekerja dengan baik pada kadar oksigen
yang baik juga. Jika tidak, maka proses pengomposan akan berjalan kurang
efisien.
4. pH Kompos (Basa) – Selain air dan oksigen, sifat keasaman dari kompos juga
harus dilihat dan diperhatikan. Pada dasarnya pH kompos itu bersifat basa.
Sehingga pH dalam proses pengomposan tidak boleh menjadi asam. Maka
dari itulah abu dapur atau kapur dibutuhkan dalam proses pengomposan,
tujuannya adalah agar pH kompos tetap basa.
5. Tinggi Tumpukan Kompos – Tinggi tumpukan kompos perlu dibuat minimal 1
meter. Tujuannya agar kompos tetap memiliki suhu yang ideal untuk proses
penguraiannya.

baca juga:  Inilah Perbedaan Cuaca dan Iklim

Proses Membuat Pupuk Kompos


Pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan alami, seperti kotoran hewan, daun-
daunan, dan lain sebagainya melalui proses pengomposan. Proses pengomposan
perlu dilakukan dengan bahan dan mekanisme tertenu. Adapun bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat 1 ton kompos, antara lain:

 100 kg arang sekam


 20 kg kaptan (gamping atau dolomit)
 400 kg jerami padi
 400 kg kotoran ternak
 5 kg mikroorganisme pengurai (Orgadec)
 80 kg serbuk geraji

Pixabay
Berikut beberapa langkah pembuatan kompos yang perlu diketahui:

1. Mengumpulkan semua bahan dan mempersiapkan peralatan untuk membuat


kompos.
2. Mencampurkan 5 kg mikroorganisme pengurai dengan 10 kg arang sekam.
3. Mencampurkan jerami padi, arang sekam, serbuk gergaji, kotoran ternak,
kaptan, kemudian mengaduk semua bahan hingga merata.
4. Jika bahan kompos kering, maka menambahkan air diperlukan hingga
kadarnya mencapai 60%. Lalu bagaimana cara menakar kadar air yang 60%
itu? Cara tradisional yang bisa dilakukan adalah dengan tes sederhana.
Genggam adonan kompos dengan tangan, kemudian lepaskan. Jika ketika
dilepaskan, adonan kompos masih berbentuk genggaman tangan (tidak
buyar), maka itu tandanya adonan kompos sudah memiliki kelembaban 60%.
5. Cara menata kompos pun perlu diperhatikan. Pertama, hamparkan bahan
kompos kira-kira setebal 10 cm di tempat yang sudah disediakan. Kemudian
mikroorganisme pengurai ditaburkan di bagian atasnya. Tumpuk lagi dengan
adonan kompos berikutnya, juga dengan tebal 10 cm. Lalu taburi lagi dengan
mikroorganisme pengurai. Cara ini diulang terus hingga adonan kompos
mencapai ketinggian minimal 1 meter.
6. Tumpukan kompos kemudian diberikan penutup yang rapat. Tujuannya
adalah untuk menjaga proses pengomposan tetap konsisten, dan juga suhu
dan kelembapannya.
7. Pada hari kedua setelah proses di atas dilaksanakan, pengecekan suhu perlu
dilakukan. Jika suhu meningkat dari sebelumnya, maka itu artinya proses
pengomposan berjalan dengan baik.
8. Kemudian setiap 7 hari atau 1 pekan, kompos perlu dibalik. Tujuannya adalah
untuk menambah suplai oksigen. Jangan lupa juga untuk mengecek
kelembabannya. Jika kompos kering, maka pemberian air perlu dilakukan
agar tetap memiliki kelembaban 60%.
9. Tanda bahwa proses pengomposan berakhir adalah suhu adonan yang
mengalami penurunan, yaitu di bawah 30 derajat Celcius. Tutup rapat kembali
dengan plastik. Di hari ke-21, proses pembalikan dilakukan dua kali.
Kemudian suhu perlu dicek kembali di hari tersebut. Tidak hanya itu, warna
kompos pun perlu dicek. Biasanya menjadi cokelat tua kehitaman.
10. Kompos bisa disaring dengan saringan kawat, kemudian dimasukkan ke
dalam karung. Penyimpanan kompos perlu dilakukan di ruangan yang
terhindar dari hujan dan juga sinar matahari langsung.

Faktor Keberhasilan
Agar pembuatan kompos berhasil, maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:

1. Rasio C/N
Mikroorganisme pengurai bahan organik membutuhkan karbon dan nitrogen sebagai
energi untuk pertumbuhan dan pembentukan protein. Diperlukan rasion C/N sebesar
20:1 hingga 30:1 agar pengomposan berhasil.

Nilai C/N bahan organik diusahakan sama atau mendekati nila C/N dalam tanah
agar pupuk dapat diserap oleh tanaman. Umumnya kita perlu menurunkan kadar
C/N sampah organik menjadi kurang dari 20 agar sama dengan C/N tanah. Selain
itu, kadar C/N yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap proses pengomposan
yang semakin lama.

2. Ukuran Partikel
Semakin kecil dan homogen ukuran partikel, maka proses pembuatan kompos
semakin cepat. Ukuran partikel kecil dan homogen memiliki luas permukaan yang
lebih luas dibanding partike berukuran besar.

Ukuran partikel yang ideal adalah 5 hingga 10 cm, sehingga mikroorganisme


dekomposer lebih cepat menghancurkan bahan-bahan organik.
3. Aerasi
Agar pengomposan berjalan lancar, maka dibutuhkan suplai oksigen atau aerasi
yang baik. Bakteri mikroba memerlukan sirkulasi oksigen selama proses penguraian.
Oleh sebab itu, diperlukan pembalikan timbunan bahan organik ketika proses
penguraian agar bakteri mendapat oksigen dan menjangkau ke seluruh bahan
kompos.

4. Porositas
Porositas adalah kuran ruang kosong diantara tumpukan materian bahan organik.
Besaran dan banyaknya rongga dalam proses pengomposan bergunan untuk
mengalirkan pasokan oksigan agar sampah tidak jenuh. Pengomposan juga dapat
terganggu jika rongga-rongga tersebut tersisi air.

5. Kelembaban
Kelembaban bahan organik memberikan pengaruh terhadap proses pengomposan.
Timbunan bahan pupuk harus selalu lembab agar mikroorganisme tetap hidup.
Kandungan lengas yang digunakan antara 50% hingga 60% karena kelembaban
harus sesuai, tidak lebih maupun kurang.

Kelebihan kadar air akan menyebabkan volume udara berkurang sehingga aerasi
terganggu, sedangkan kekurangan kadar air akan menghentikan aktivitas mikroba
pengurai.

6. Suhu
Dalam proses pengomposan, suhu memegang peranan penting agar proses
dekomposisi berhasil. Proses penguraian akan menyebabkan peningkatan suhu
hingga 70%. Hal itu dipengaruhi oleh volume timbunan terhadap permukaan
sehingga diperlukan penentuan ektinggain timbunan bahan organik.

Semakin tinggi volume sampah terhadap permukaan, maka semakin tinggi suhu
panas yang terisolasi dan membuat proses pengomposan menjadi lebih cepat.

7. pH
Seluruh bahan organik ber-pH 3 sampai 11 dapat dijadikan pupuk kompos, namun
idealnya adalah bahan dengan ph 5,5 sampai 8. Kondisi ini sesuai dengan
mikroorganisme yang lebih menyukai pH netral, sedangkan jamur yang menyukai
pH asam. Dalam proses pengomposan, pH akan berubah mulai dari awal yang
bersifat asam kemudian menjadi netral pada tahp akhir pengomposan.

baca juga:  Kebakaran Hutan 1997, Sejarah Kelam Hutan Indonesia

8. Unsur Hara
Kandungan hara dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga
perlu diperhatikan. Semakin kaya kandungan hara makan aktivitas mikroba dalam
proses dekomposisi semakin cepat dan lebih bermanfaat bagi tanaman.

9. Bahan Berbahaya
Tidak menutup kemungkinan jika bagan alami yang akan dijadikan kompos
mengandung unusr berbahaya. Kita perlu memilah dan menghindarkan
pengomposan dari bahan berbaya yang sulit diuraikan, seperti plastik, batu, logam
dan bahan lain yang bersifat racun dan tercemar.

10. Lama Pengomposan


Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, proses
pengolahan serta jenis mikroba dalam proses dekomposisis. Setidaknya diperlukan
waktu 2 hingga 3 bulan untuk menghasilkan pupuk kompos berkualitas baik.

Kualitas Kompos Terbaik


Kualitas pupuk kompos yang baik ditentukan oleh kematangan kompos. Kompos
yang berkualitas memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. tidak berbau
2. tekstur remah
3. warna kehitaman karena kandungan hara tinggi
4. pH > 5
5. rasio C/N < 20
6. rendah toksik
7. tinggi kandungan mikroba yang menguntungkan, seperti termofiliki dan
aktinomucetes sebagai pengendali penyakit tumbuhan

Mutu kompos yang baik juga dipengaruhi oleh bahan baku dan proses
pengomposan. Bahan baku yang baik dan pembuatan kompos yang baik akan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi.

Selain itu, pastikan kompos tidak tercemar oleh zat logam berat, seperti merkuri,
seng, kromium, dan kadmium serta bahan kimia seperti pestisida

Peluang Bisnis Pupuk Kompos


Pupuk kompos saat ini mulai dilirik untuk menjadi salah satu penyubur di dunia
tanaman karena berbagai macam manfaat positifnya. Oleh karena itu, tentu saja
imbasnya membuat peluang bisnis untuk produksi kompos terbuka lebar.

Apalagi bahan-bahan untuk membuat kompos sebagian besar sudah tersedia, yaitu
dari sampah organik di sekitar kita. Peluang semacam ini akan menjadi kekuatan
tersendiri bagi setiap pengusaha. Terlebih lagi, bisa bermanfaat untuk mengurangi
sampah lingkungan.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai peluang bisnis pupuk organik yang perlu
diketahui:
1. Target Pasar
Salah satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai sebuah usaha adalah
mengetahui target market atau sasaran penjualan. Tentunya pupuk kompos sangat
berkaitan dengan sistem pertanian atau perkebunan organik.

Di Indonesia permintaan akan pupuk organik semakin hari semakin meningkat.


Bahkan banyak di antaranya yang memang membutuhkan keberadaan pupuk
kompos organik, baik skala kecil maupun skala besar.

Kebanyakan pupuk kompos organik dimanfaatkan untuk pertanian tanaman


hortikultura dan tanaman pangan lainnya. Bahkan, menurut hasil penelitian,
sebagian lahan pertanian di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi, memang menggunakan pupuk organik.

Terlebih lagi kebutuhan pupuk organik ini juga dalam jumlah yang besar. Dalam 5,9
juta hektar lahan petani membutuhkan hingga 3 juta ton pupuk organik. Sementara
itu, pada lahan 94 ribu hektar, dibutuhkan hingga 190 ribu ton pupuk organik.

Tentu jumlah itu menjadi masuk akal dan dipertimbakan untuk memulai
mengembangkan bisnis pupuk kompos. Selain pangsa pasarnya tersedia, bahan-
bahan pun mudah didapatkan.

2. Keuntungan Bisnis Kompos


Peluang bisnis pupuk kompos memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah
modal awal yang tidak begitu besar. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang
diperlukan adalah sampah. Bahkan produksi kompos dalam skala kecil bisa dibuat
sendiri di rumah. Dan hal ini sudah bisa dijadikan peluang bisnis rumahan skala kecil
yang menarik.

Proses pembuatan pupuk kompos yang relatif mudah pun bisa menjadi andalan bagi
pebisnis baru yang baru saja merintis sebuah usaha. Namun untuk pebisnis kompos
dalam skala besar, memang dibutuhkan peralatan dan tempat usaha yang memadai.
Namun hal ini akan menjadi peluang usaha yang menguntungkan.

3. Kendala Bisnis Pupuk Kompos


Di balik keuntungan sebuah bisnis, tentu ada kendalanya pula. Kendala utama dari
bisnis pupuk kompos adalah persaingan usaha. Karena semakin hari, semakin
banyak pelaku bisnis di bidang pupuk organik, sehingga persaingan menjadi
semakin ketat. Maka dari itu diperlukan inovasi baru yang lebih menarik untuk
menggaet pelanggan.

Selain itu, saat ini proses pengomposan juga bisa dilakukan dalam kurun waktu
yang lebih cepat dari biasanya dengan mesin jenis tertentu. Hal ini akan menambah
biaya modal awal, khususnya bagi pelaku bisnis yang baru saja merintis.

Kendala lainnya adalah sertifikasi kelayakan dari Departemen Pertanian di Indonesia


yang sangat sulit untuk didapatkan. Maka dari itu, hingga hari ini masih banyak
produsen pupuk kompos yang belum disertifikasi. Hal ini akan mempengaruhi harga
jual di pasaran yang akan sangat murah. Sehingga persaingan harga di pasaran
akan sangat terasa.

4. Strategi Pemasaran
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi pemasaran adalah
dengan mendata target pasarnya. Biasanya target pasar pupuk kompos adalah para
pecinta tanaman dan para petani.

Jika di sebuah kawasan, terdapat banyak petani atau pecinta tanaman, maka
kelompok tersebut berpotensi menjadi pembeli yang stategis untuk bisnis ini.
Strategi pemasaran pun bisa dilakukan dengan mengajak petani untuk membeli
produk. Cara lainnya adalah menawarkan langsung kepada target konsumen yang
potensial.

Dampak Buruk Kompos


Tidak hanya memberikan manfaat positif, akan tetapi penggunakan kompos secara
juga dapat berakibat negatif bagi tanah dan tanaman. Pupuk kompos dapat
menyebabkan kerugian jika digunakan dalam keadaan belum matang. Sebab bahan
organik akan terserang oleh mikroba yang menyebabkan unsur harata tanaman
berkurang.

Selain itu, kandungan unsur hara dalam kompos tidak selengkap unusr hara dari
pupuk organik, sehingga diperlukan waktu lebih lama agar tanaman dapat lebih
produktif.

Meski memiliki kekurangan tersebut, namun manfaat kompos jauh lebih banyak dan
penguntungkan jika dikelola dan diterapkan dengan benar.

https://rimbakita.com/pupuk-kompos/

Anda mungkin juga menyukai