Sebelum membahas lebih dalam mengenai pupuk kompos, ada baiknya jika kita
mengetahui terlebih dahulu tentang kompos itu sendiri. Kompos adalah hasil
penguraian yang tidak lengkap (parsial) dari bahan-bahan organik yang kemudian
dipercepat oleh beberapa jenis bakteri atau mikroba dalam kondisi tertentu.
Hasilnya adalah kompos yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara itu,
pengomposan adalah proses bahan organik yang mulai mengalami penguraian dan
dibantu oleh bakteri sebagai sumber energinya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompos adala pupuk campuran
yang terdiri dari bahan organik, seperti daun atau jerami yang telah membusuh dan
bercampur dengan kotoran hewan.
Sedangkan menurutu Wield (2014), pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari
bahan-bahan hijau atau organik lainnya yang dengan sengaja ditambah bahan
tertentu agar proses pembusukan terjadi lebih cepat.
Hasil dari pembusukan atau dekomposisi organik, seperti sisa tanaman, hewan, dan
bahan organik lainnya dapat bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah, serta
kehidupan mikroorganisme yang hidup pada lingkungan tersebut. Kompos juga
berperan untuk meningaktkan daya ikat air terhadap tanah dan memperbaiki sifat
tanah lainnya.
Itulah beberapa manfaat penting dari jenis pupuk alami ini. Maka dari itu, pupuk
kompos mulai banyak dimanfaatkan, karena hampir tidak memiliki efek samping
buruk bagi lingkungan.
Jika dijelaskan lebih lanjut, kompos bermanfaat bagi sektor ekonomi, lingkungan,
tumbuhan dan tanah sebagai berikut:
1. Manfaat Ekonomi
Penggunaan bahan alami sebagai pupuk tentunya akan menghemat biaya petani
untuk menyuburkan lahan pertanian maupun perkebunan. Keuntungan ini dapat
dialokasikan untuk pembelian bibit unggul maupun tahap pemeliharaan tanaman
agar hasil panen maksimal.
2. Manfaat Lingkungan
Menggunakan pupuk kompos lebih ramah terhadap lingkungan dan mengurangi
pencemaran air maupun tanah. Sampah-sampah organik yang berserakan dapat
dikumpulkan untuk diolah menjadi pupuk sehingga tidak menyumbat aliran sungai
yang dapat menimbulkan banjir
Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sampah yang efektif, yakni keseimbangan
antara hasil sampah dan pengolahan. Salah satunya adalah mengolah limbah atau
sampah organik menjad pupuk kompos yang menyuburkan tanah.
Kandungan kompos dalam tanah juga menjadi sumber makanan bagi berbagai
mikroorganisme, menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan serta membantu
proses pelapukan mineral tanah.
Sampah organik hijau mengandung zat nitrogen. Nitrogen adalah unsur ini
dibutuhkan oleh tanaman pada siklus nitrogen. Tugasnya adalah untuk membentuk
asam amino.
Sampah organik cokelat mengandung zat karbon yang dibutuhkan sebagai sumber
makanan bagi mikroorganisme.
3. Kompos Cacing
Kompos cacing adalah kompos yang dihasilkan dari proses timbal balik
mikroorganisme dan cacing tanah dalam mengurai limbah-limbah organik. Cacing
tanah membantu proses penguraian yang selanjutnya diteruskan oleh
mikroorganisme lain.
Sebutan lain untuk kompos cacin adalah casting. Casting mengandung berbagai
unsur hara yang diperlukan tanaman, yakni fosfot, nitrogen, mineral dan vitamin
tanah. Casting juga mengandung 20 C/N untuk pemupukan tanaman.
4. Kompos Bagase
Kompos Bagase adalah pupuk organik yang berasal dari ampas tebu dari limbah
padat industri gula. Limbah bagase umumnya terdapat dalam jumlah melimpah dan
memiliki potensi untuk dikembangkan guna menyuburkan tanah.
Penggunaan kompos bagase biasanya dilakukan oleh para petani perkebunan tebu,
atau dengan kata lain tebu menghasilkan pupuk tebu untuk tanaman tebu kembali.
Akan tetapi, pembuatan kompos bagase diperlukan waktu yang cukup lama serta
perlakuan khusus dengan menambahkan mikoorganisme selulotik karena nisma C.N
bagase terlalu tinggi, sekitar 220.
5. Kompos Bokashi
Kompos bokashi merupakan pupuk alami dari bahan-bahan organik yang melalui
proses fermentasi dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). EM4
mengandung beberapa mikroorganisme seperti Lactobacillus sp., Actinomycetes,
Khamir, dan Streptomyces.
EM4 merupakan kultur campuran yang terdiri bakteri-bakteri dalam bentuk cairan
untuk memfermentasi limbah organik dalam tanah atau sampah sehingga
memberikan manfaat bagi kesuburan tanah.
Kelebihan
Pupuk kompos merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan oleh petani. Hal ini
dikarenakan kelebihan yang dimilikinya jika dibandingkan dengan jenis pupuk
lainnya. Berikut ini beberapa kelebihan dari pupuk organik, antara lain:
Pupuk kompos kaya akan unsur hara yang lengkap. Sedangkan pupuk
buatan tidak memiliki unsur hara yang seperti itu. Unsur hara di pupuk alami
ini tersedia mulai dari unsur mikro sampai unsur makro.
Pupuk kompos memiliki kandungan asam organik (misalnya asam fulfic,
asam humic, enzim, hormon, dan sebagainya). Kandungan asam organik
seperti ini tidak ada di pupuk buatan. Padahal fungsi dari asam organik
sangat bermanfaat untuk mikroorganisme tanah, cacing dan juga tanaman.
Pupuk kompos mengandung senyawa yang mampu membantu memperbaiki
sifat fisik tanah dan juga mampu menjaga struktur tanah.
Pixabay
Kekurangan
Di balik kelebihan-kelebihannya, tentu pupuk alami ini juga memiliki kekurangan.
Berikut ini beberapa kekurangan dari pupuk kompos:
Kandungan unsur hara di pupuk kompos cukup lengkap, namun dalam jumlah
atau persentasenya kecil. Sehingga, jumlah kompos yang harus dibtuhkan
tanaman akan lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
Jika pengadaan pupuk kompos sangat banyak, maka biaya operasional
pembuatan pupuk juga akan meningkat. Proses pengomposan yang
dilakukan juga menjadi lebih mahal.
Jika tanah yang akan diberikan kompos ternyata sudah tidak sehat, maka
kebutuhan akan kompos akan menjadi semakin meningkat. Sedangkan biaya
pembuatan pupuk alami atau pengadaan kompos juga akan meningkat.
Bahan Kompos
Bahan baku pembuatan kompos masing-masing memiliki sifat fisik, biologi dan
kimia. Sifat fisik bahan organik berperan terhadap sifat fisik tanah seperti
memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi dan meningkatkan daya ikat air.
Sifat biologi bahan organik berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang
manfaat untuk fiksasi nitrogen dan pertukran hara. Sedangkan sifak kimia bahan
organik berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation yang meningkat dan
berpengaruh terhadap sertapan unsur hara tumbuhan.
alamtani.com
Berikut ini adalah jenis bahan organik yang dapat dioleh menjadi pupuk kompos,
antara lain:
Selain daftar tersebut, bahan alami lain yang dapat dikomposkan adalah sayuran,
buah, rumput, dedaunan, serta limbah oganik rumah tangga. Bahan-bahan yang
mengandung selulosa seperti kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami dan pohon
merupakan bahan yang memiliki struktur sekuler yang terdiri dari lignin dan selulosa
dengan kadar air rendah.
Limbah protein yang terdiri dari kotoran ternak juga menjadi bagain terbaik untuk
kompos karena mengandung protein dan nutrisi yang baik untuk tanaman.
Syarat Pembuatan
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa pupuk kompos dapat dibuat sendiri baik dalam
skala kecil maupun dalam skala besar. Pengomposan dilakukan dengan
memanfaatkan sampah organik dan jenis bakteri tertentu untuk mempercepat
pembusukan. Sehingga dari sanalah muncul kompos yang dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk tanaman.
1. Tempat dan Bangunan Layak – Tempat merupakan sebuah hal yang harus
diperhatikan dalam pengomposan. Bangunan untuk membuat kompos itu
sendiri sebisa mungkin dibuat dengan mekanisme yang baik. Biasanya
bangunan untuk kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu, sementara
bagian atapnya bisa juga dengan atap rumbia. Sebisa mungkin, bangunan
harus tahan bocor dan tahan terhadap limpasan air hujan.
2. Kadar Air 60% – Syarat berikutnya adalah kadar air. Kadar air sebisa
mungkin dipertahankan pada angka 60%. Tujuannya adalah agar bakteri
pengurai mampu bekerja dengan baik. Bakteri inilah yang akan mempercepat
proses pengomposan. Jika dalam prosesnya kompos terlihat kering, maka
tambahan air perlu diberikan agar kadar air tetap terjaga di 60%.
3. Suplai Oksigen – Tidak hanya air, oksigen pun juga perlu diperhatikan.
Karena bakteri pengomposan akan bekerja dengan baik pada kadar oksigen
yang baik juga. Jika tidak, maka proses pengomposan akan berjalan kurang
efisien.
4. pH Kompos (Basa) – Selain air dan oksigen, sifat keasaman dari kompos juga
harus dilihat dan diperhatikan. Pada dasarnya pH kompos itu bersifat basa.
Sehingga pH dalam proses pengomposan tidak boleh menjadi asam. Maka
dari itulah abu dapur atau kapur dibutuhkan dalam proses pengomposan,
tujuannya adalah agar pH kompos tetap basa.
5. Tinggi Tumpukan Kompos – Tinggi tumpukan kompos perlu dibuat minimal 1
meter. Tujuannya agar kompos tetap memiliki suhu yang ideal untuk proses
penguraiannya.
Pixabay
Berikut beberapa langkah pembuatan kompos yang perlu diketahui:
Faktor Keberhasilan
Agar pembuatan kompos berhasil, maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:
1. Rasio C/N
Mikroorganisme pengurai bahan organik membutuhkan karbon dan nitrogen sebagai
energi untuk pertumbuhan dan pembentukan protein. Diperlukan rasion C/N sebesar
20:1 hingga 30:1 agar pengomposan berhasil.
Nilai C/N bahan organik diusahakan sama atau mendekati nila C/N dalam tanah
agar pupuk dapat diserap oleh tanaman. Umumnya kita perlu menurunkan kadar
C/N sampah organik menjadi kurang dari 20 agar sama dengan C/N tanah. Selain
itu, kadar C/N yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap proses pengomposan
yang semakin lama.
2. Ukuran Partikel
Semakin kecil dan homogen ukuran partikel, maka proses pembuatan kompos
semakin cepat. Ukuran partikel kecil dan homogen memiliki luas permukaan yang
lebih luas dibanding partike berukuran besar.
4. Porositas
Porositas adalah kuran ruang kosong diantara tumpukan materian bahan organik.
Besaran dan banyaknya rongga dalam proses pengomposan bergunan untuk
mengalirkan pasokan oksigan agar sampah tidak jenuh. Pengomposan juga dapat
terganggu jika rongga-rongga tersebut tersisi air.
5. Kelembaban
Kelembaban bahan organik memberikan pengaruh terhadap proses pengomposan.
Timbunan bahan pupuk harus selalu lembab agar mikroorganisme tetap hidup.
Kandungan lengas yang digunakan antara 50% hingga 60% karena kelembaban
harus sesuai, tidak lebih maupun kurang.
Kelebihan kadar air akan menyebabkan volume udara berkurang sehingga aerasi
terganggu, sedangkan kekurangan kadar air akan menghentikan aktivitas mikroba
pengurai.
6. Suhu
Dalam proses pengomposan, suhu memegang peranan penting agar proses
dekomposisi berhasil. Proses penguraian akan menyebabkan peningkatan suhu
hingga 70%. Hal itu dipengaruhi oleh volume timbunan terhadap permukaan
sehingga diperlukan penentuan ektinggain timbunan bahan organik.
Semakin tinggi volume sampah terhadap permukaan, maka semakin tinggi suhu
panas yang terisolasi dan membuat proses pengomposan menjadi lebih cepat.
7. pH
Seluruh bahan organik ber-pH 3 sampai 11 dapat dijadikan pupuk kompos, namun
idealnya adalah bahan dengan ph 5,5 sampai 8. Kondisi ini sesuai dengan
mikroorganisme yang lebih menyukai pH netral, sedangkan jamur yang menyukai
pH asam. Dalam proses pengomposan, pH akan berubah mulai dari awal yang
bersifat asam kemudian menjadi netral pada tahp akhir pengomposan.
8. Unsur Hara
Kandungan hara dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga
perlu diperhatikan. Semakin kaya kandungan hara makan aktivitas mikroba dalam
proses dekomposisi semakin cepat dan lebih bermanfaat bagi tanaman.
9. Bahan Berbahaya
Tidak menutup kemungkinan jika bagan alami yang akan dijadikan kompos
mengandung unusr berbahaya. Kita perlu memilah dan menghindarkan
pengomposan dari bahan berbaya yang sulit diuraikan, seperti plastik, batu, logam
dan bahan lain yang bersifat racun dan tercemar.
1. tidak berbau
2. tekstur remah
3. warna kehitaman karena kandungan hara tinggi
4. pH > 5
5. rasio C/N < 20
6. rendah toksik
7. tinggi kandungan mikroba yang menguntungkan, seperti termofiliki dan
aktinomucetes sebagai pengendali penyakit tumbuhan
Mutu kompos yang baik juga dipengaruhi oleh bahan baku dan proses
pengomposan. Bahan baku yang baik dan pembuatan kompos yang baik akan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Selain itu, pastikan kompos tidak tercemar oleh zat logam berat, seperti merkuri,
seng, kromium, dan kadmium serta bahan kimia seperti pestisida
Apalagi bahan-bahan untuk membuat kompos sebagian besar sudah tersedia, yaitu
dari sampah organik di sekitar kita. Peluang semacam ini akan menjadi kekuatan
tersendiri bagi setiap pengusaha. Terlebih lagi, bisa bermanfaat untuk mengurangi
sampah lingkungan.
Berikut ini beberapa penjelasan mengenai peluang bisnis pupuk organik yang perlu
diketahui:
1. Target Pasar
Salah satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai sebuah usaha adalah
mengetahui target market atau sasaran penjualan. Tentunya pupuk kompos sangat
berkaitan dengan sistem pertanian atau perkebunan organik.
Terlebih lagi kebutuhan pupuk organik ini juga dalam jumlah yang besar. Dalam 5,9
juta hektar lahan petani membutuhkan hingga 3 juta ton pupuk organik. Sementara
itu, pada lahan 94 ribu hektar, dibutuhkan hingga 190 ribu ton pupuk organik.
Tentu jumlah itu menjadi masuk akal dan dipertimbakan untuk memulai
mengembangkan bisnis pupuk kompos. Selain pangsa pasarnya tersedia, bahan-
bahan pun mudah didapatkan.
Proses pembuatan pupuk kompos yang relatif mudah pun bisa menjadi andalan bagi
pebisnis baru yang baru saja merintis sebuah usaha. Namun untuk pebisnis kompos
dalam skala besar, memang dibutuhkan peralatan dan tempat usaha yang memadai.
Namun hal ini akan menjadi peluang usaha yang menguntungkan.
Selain itu, saat ini proses pengomposan juga bisa dilakukan dalam kurun waktu
yang lebih cepat dari biasanya dengan mesin jenis tertentu. Hal ini akan menambah
biaya modal awal, khususnya bagi pelaku bisnis yang baru saja merintis.
4. Strategi Pemasaran
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi pemasaran adalah
dengan mendata target pasarnya. Biasanya target pasar pupuk kompos adalah para
pecinta tanaman dan para petani.
Jika di sebuah kawasan, terdapat banyak petani atau pecinta tanaman, maka
kelompok tersebut berpotensi menjadi pembeli yang stategis untuk bisnis ini.
Strategi pemasaran pun bisa dilakukan dengan mengajak petani untuk membeli
produk. Cara lainnya adalah menawarkan langsung kepada target konsumen yang
potensial.
Selain itu, kandungan unsur hara dalam kompos tidak selengkap unusr hara dari
pupuk organik, sehingga diperlukan waktu lebih lama agar tanaman dapat lebih
produktif.
Meski memiliki kekurangan tersebut, namun manfaat kompos jauh lebih banyak dan
penguntungkan jika dikelola dan diterapkan dengan benar.
https://rimbakita.com/pupuk-kompos/