Anda di halaman 1dari 12

CARA PEMBUATAN PUPUK KOMPOS ALAMI

Sebelum membahas lebih dalam mengenai pupuk kompos, ada baiknya jika kita mengetahui terlebih
dahulu tentang kompos itu sendiri. Kompos adalah hasil penguraian yang tidak lengkap (parsial) dari
bahan-bahan organik yang kemudian dipercepat oleh beberapa jenis bakteri atau mikroba dalam
kondisi tertentu.

Pixabay
Hasilnya adalah kompos yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk. Sementara itu, pengomposan adalah
proses bahan organik yang mulai mengalami penguraian dan dibantu oleh bakteri sebagai sumber
energinya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kompos adala pupuk campuran yang terdiri dari
bahan organik, seperti daun atau jerami yang telah membusuh dan bercampur dengan kotoran hewan.

Sedangkan menurutu Wield (2014), pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan hijau
atau organik lainnya yang dengan sengaja ditambah bahan tertentu agar proses pembusukan terjadi
lebih cepat.

Hasil dari pembusukan atau dekomposisi organik, seperti sisa tanaman, hewan, dan bahan organik
lainnya dapat bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah, serta kehidupan mikroorganisme yang
hidup pada lingkungan tersebut. Kompos juga berperan untuk meningaktkan daya ikat air terhadap
tanah dan memperbaiki sifat tanah lainnya.

Manfaat Pupuk Kompos


Membahas tentang manfaat pupuk kompos, tentunya manfaatnya sangat banyak. Berikut ini beberapa
poin yang dapat menjelaskan secara singkat mengenai kegunaan kompos:

 Kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.


 Kompos membantu memperbaiki karakteristik dan struktur tanah.
 Kompos membantu meningkatkan aktivitas mikroba pada tanah.
 Kompos membantu meningkatkan daya serap air tanah.
 Kompos membantu meningkatkan kualitas hasil panen.
 Kompos membantu menyediakan unsur hara pada tanah.
 Kompos membuat tanah menjadi lebih gembur dan tidak keras.
 Kompos menekan pertumbuhan penyakit tanaman.
 Kompos menyediakan vitamin dan juga hormon yang dibutuhkan oleh tanaman.
Itulah beberapa manfaat penting dari jenis pupuk alami ini. Maka dari itu, pupuk kompos mulai banyak
dimanfaatkan, karena hampir tidak memiliki efek samping buruk bagi lingkungan.

Jika dijelaskan lebih lanjut, kompos bermanfaat bagi sektor ekonomi, lingkungan, tumbuhan dan tanah
sebagai berikut:

1. Manfaat Ekonomi
Penggunaan bahan alami sebagai pupuk tentunya akan menghemat biaya petani untuk menyuburkan
lahan pertanian maupun perkebunan. Keuntungan ini dapat dialokasikan untuk pembelian bibit unggul
maupun tahap pemeliharaan tanaman agar hasil panen maksimal.

2. Manfaat Lingkungan
Menggunakan pupuk kompos lebih ramah terhadap lingkungan dan mengurangi pencemaran air
maupun tanah. Sampah-sampah organik yang berserakan dapat dikumpulkan untuk diolah menjadi
pupuk sehingga tidak menyumbat aliran sungai yang dapat menimbulkan banjir

Banyaknya tumpukan sampah juga berpotensi mengganggu kesehatan. Sampah dapat menjadi tempat
berkembangbiak bagi bakteri maupun organisme lain yang memberikan dampak negatif bagi
lingkungan dan kesehatan.

Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sampah yang efektif, yakni keseimbangan antara hasil sampah
dan pengolahan. Salah satunya adalah mengolah limbah atau sampah organik menjad pupuk kompos
yang menyuburkan tanah.

3. Manfaat Bagi Tanaman


Kompos memberikan kesuburan bagi tanah karena menyediakan unusr-unsur hara dan mineral yang
diperlukan tanaman. Pengguanaan kompos dalam bidang pertanian maupun perkebunan tentu akan
menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi serta hasil tanaman yang lebih sehat.

4. Manfaat Bagi Tanah


Pupuk alami juga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki lahan-lahan kritis. Struktur tanah yang telah
terdegradasi dapat diperbaiki, selain itu kompos juga dapat memperbaiki drainase, tata udara tanah,
serta memperkuat daya serap air.

Kandungan kompos dalam tanah juga menjadi sumber makanan bagi berbagai mikroorganisme,
menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan serta membantu proses pelapukan mineral tanah.

Jenis Pupuk Kompos


Bahan utama pembentuk pupuk kompos adalah sampah organik. Sampah organik adalah sampah-
sampah yang berasal dari sisa makanan, hewan, dan juga tumbuhan. Di lingkungan permukiman
sendiri, sampah organik dapat ditemukan di pasar dalam bentuk sisa sayuran, atau di rumah dan rumah
makan dalam bentuk sisa makanan.
Sampah organik itu bebeda-beda jenisnya, sehingga menghasilkan jenis kompos yang berbeda juga.
Berikut beberapa di antaranya:

1. Pupuk Kompos Hijau


Pupuk kompos hijau adalah jenis pupuk alami yang terbuat dari bahan baku sampah organik hijau.
Biasanya sampah organik hijau ini berupa sisa sayuran, rerumputan, dedaunan, sisa buah-buahan,
sampah dari dapur, ampas kopi atau teh, hingga kotoran hewan ternak (pupuk kandang).

baca juga: Pertanian Organik - Pengertian, Sejarah Perkembangan & Keuntungan

Sampah organik hijau mengandung zat nitrogen. Nitrogen adalah unsur ini dibutuhkan oleh tanaman
pada siklus nitrogen. Tugasnya adalah untuk membentuk asam amino.

2. Pupuk Kompos Cokelat


Adapun pupuk kompos cokelat merupakan pupuk organik yang dibuat dari bahan baku sampah organik
cokelat. Beberapa contoh sampah organik cokelat antara lain daun kering, rumput kering, jerami,
sekam, kulit jagung, sisa serutan atau gergaji kayu, dan semisalnya.

Sampah organik cokelat mengandung zat karbon yang dibutuhkan sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme.

3. Kompos Cacing
Kompos cacing adalah kompos yang dihasilkan dari proses timbal balik mikroorganisme dan cacing
tanah dalam mengurai limbah-limbah organik. Kompos cacing adalah salah satu produksi kompos
melalui cara vermikompos.

Cacing tanah membantu proses penguraian yang selanjutnya diteruskan oleh mikroorganisme lain.
Selain cacing tanah, proses vermikompos juga dapat menggunakan bantuan belatung.

Sebutan lain untuk kompos cacing adalah casting. Casting mengandung berbagai unsur hara yang
diperlukan tanaman, yakni fosfot, nitrogen, mineral dan vitamin tanah. Casting juga mengandung 20
C/N untuk pemupukan tanaman.

4. Kompos Bagase
Kompos Bagase adalah pupuk organik yang berasal dari ampas tebu dari limbah padat industri gula.
Limbah bagase umumnya terdapat dalam jumlah melimpah dan memiliki potensi untuk dikembangkan
guna menyuburkan tanah.

Penggunaan kompos bagase biasanya dilakukan oleh para petani perkebunan tebu, atau dengan kata
lain tebu menghasilkan pupuk tebu untuk tanaman tebu kembali.

Akan tetapi, pembuatan kompos bagase diperlukan waktu yang cukup lama serta perlakuan khusus
dengan menambahkan mikoorganisme selulotik karena nisma C.N bagase terlalu tinggi, sekitar 220.
5. Kompos Bokashi
Kompos bokashi merupakan pupuk alami dari bahan-bahan organik yang melalui proses fermentasi
dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). EM4 mengandung beberapa mikroorganisme
seperti Lactobacillus sp., Actinomycetes, Khamir, dan Streptomyces.

EM4 merupakan kultur campuran yang terdiri bakteri-bakteri dalam bentuk cairan untuk
memfermentasi limbah organik dalam tanah atau sampah sehingga memberikan manfaat bagi
kesuburan tanah.

Selain itu, EM4 juga memberikan rangsangan terhadap perkembangan mikroorganisme lain dan
mengikat nitrogen, pelarut fosfat dan mikroorganisme yang merugikan tanaman. Penggunaan EM4
juga bertujuan agar proses pembusukan atau dekomposisi berlangsung lebih cepat.

6. Kompos Aerob
Pupuk kompos aerob adalah pembuatan pupuk melalui proses biokimia dengan melibatkan oksigen.
Bahan baku utama jenis kompos in adalah sisa tanaman dan kotoran hewan atau campuran keduanya.

Untuk membuat kompos aerob dibutuhkan waktu 40 hingga 50 hari. Waktu tersebut bervariasi
tergantung jenis dekomposer dan bahan baku pupuk organik.

7. Kompos Cair
Kompos cair adalah pupuk organik yang dibuat melalui pengomposan basah. Proses ini melewati tahap
aerob dan anaerob. Pupuk organik cair dianggap lebih mudah terserap oleh akar tanaman.

Namun pada prakteknya, kompos cair lebih efektif sebagai pupuk daun dibanding akar kecuali pada
sistem tanam hidroponik. Pemberian kompos cair harus sesuai takaran tepat, sebab dosis yang berlebih
akan menyebabkan kelayuan daun.

Kelebihan Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan oleh petani. Hal ini dikarenakan kelebihan
yang dimilikinya jika dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya. Berikut ini beberapa kelebihan dari
pupuk organik, antara lain:

 Pupuk kompos kaya akan unsur hara yang lengkap. Sedangkan pupuk buatan tidak memiliki
unsur hara yang seperti itu. Unsur hara di pupuk alami ini tersedia mulai dari unsur mikro
sampai unsur makro.
 Pupuk kompos memiliki kandungan asam organik (misalnya asam fulfic, asam humic, enzim,
hormon, dan sebagainya). Kandungan asam organik seperti ini tidak ada di pupuk buatan.
Padahal fungsi dari asam organik sangat bermanfaat untuk mikroorganisme tanah, cacing dan
juga tanaman.
 Pupuk kompos mengandung senyawa yang mampu membantu memperbaiki sifat fisik tanah dan
juga mampu menjaga struktur tanah.

Pixabay
Kekurangan Kompos
Di balik kelebihan-kelebihannya, tentu pupuk alami ini juga memiliki kekurangan. Berikut ini beberapa
kekurangan dari pupuk kompos:

 Kandungan unsur hara di pupuk kompos cukup lengkap, namun dalam jumlah atau
persentasenya kecil. Sehingga, jumlah kompos yang harus dibtuhkan tanaman akan lebih banyak
jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
 Jika pengadaan pupuk kompos sangat banyak, maka biaya operasional pembuatan pupuk juga
akan meningkat. Proses pengomposan yang dilakukan juga menjadi lebih mahal.
 Jika tanah yang akan diberikan kompos ternyata sudah tidak sehat, maka kebutuhan akan
kompos akan menjadi semakin meningkat. Sedangkan biaya pembuatan pupuk alami atau
pengadaan kompos juga akan meningkat.

Bahan Kompos
Bahan baku pembuatan kompos masing-masing memiliki sifat fisik, biologi dan kimia. Sifat fisik
bahan organik berperan terhadap sifat fisik tanah seperti memperbaiki aerasi tanah, merangsang
granulasi dan meningkatkan daya ikat air.

Sifat biologi bahan organik berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang manfaat untuk fiksasi
nitrogen dan pertukran hara. Sedangkan sifak kimia bahan organik berpengaruh terhadap kapasitas
tukar kation yang meningkat dan berpengaruh terhadap sertapan unsur hara tumbuhan.

alamtani.com
Berikut ini adalah jenis bahan organik yang dapat dioleh menjadi pupuk kompos, antara lain:

 limbah dan residu tanaman


 pupuk hijau
 limbah dan residu ternak
 sekam padi
 gulma
 penambat nitrogen seperti jerami
 seluruh bagian vegetatif tumbuhan
 kotoran padat hewan
 sisa pakan ternak
 limbah ternak cair
 mikroorganisme
 mikoriza dan rhizobium

Selain daftar tersebut, bahan alami lain yang dapat dikomposkan adalah sayuran, buah, rumput,
dedaunan, serta limbah oganik rumah tangga. Bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kertas,
sisipan kayu, daun kering, jerami dan pohon merupakan bahan yang memiliki struktur sekuler yang
terdiri dari lignin dan selulosa dengan kadar air rendah.

Limbah protein yang terdiri dari kotoran ternak juga menjadi bagain terbaik untuk kompos karena
mengandung protein dan nutrisi yang baik untuk tanaman.

Syarat Pembuatan
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa pupuk kompos dapat dibuat sendiri baik dalam skala kecil maupun
dalam skala besar. Pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan sampah organik dan jenis bakteri
tertentu untuk mempercepat pembusukan. Sehingga dari sanalah muncul kompos yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.

Pembuatan kompos membutuhkan beberapa persyaratan agar berjalan baik, di antaranya:

1. Tempat dan Bangunan Layak – Tempat merupakan sebuah hal yang harus diperhatikan dalam
pengomposan. Bangunan untuk membuat kompos itu sendiri sebisa mungkin dibuat dengan
mekanisme yang baik. Biasanya bangunan untuk kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu,
sementara bagian atapnya bisa juga dengan atap rumbia. Sebisa mungkin, bangunan harus tahan
bocor dan tahan terhadap limpasan air hujan.
2. Kadar Air 60% – Syarat berikutnya adalah kadar air. Kadar air sebisa mungkin dipertahankan
pada angka 60%. Tujuannya adalah agar bakteri pengurai mampu bekerja dengan baik. Bakteri
inilah yang akan mempercepat proses pengomposan. Jika dalam prosesnya kompos terlihat
kering, maka tambahan air perlu diberikan agar kadar air tetap terjaga di 60%.
3. Suplai Oksigen – Tidak hanya air, oksigen pun juga perlu diperhatikan. Karena bakteri
pengomposan akan bekerja dengan baik pada kadar oksigen yang baik juga. Jika tidak, maka
proses pengomposan akan berjalan kurang efisien.
4. pH Kompos (Basa) – Selain air dan oksigen, sifat keasaman dari kompos juga harus dilihat dan
diperhatikan. Pada dasarnya pH kompos itu bersifat basa. Sehingga pH dalam proses
pengomposan tidak boleh menjadi asam. Maka dari itulah abu dapur atau kapur dibutuhkan
dalam proses pengomposan, tujuannya adalah agar pH kompos tetap basa.
5. Tinggi Tumpukan Kompos – Tinggi tumpukan kompos perlu dibuat minimal 1 meter.
Tujuannya agar kompos tetap memiliki suhu yang ideal untuk proses penguraiannya.
Proses Membuat Pupuk Kompos
Pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan alami, seperti kotoran hewan, daun-daunan, dan lain
sebagainya melalui proses pengomposan. Proses pengomposan perlu dilakukan dengan bahan dan
mekanisme tertenu. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat 1 ton kompos, antara lain:

 100 kg arang sekam


 20 kg kaptan (gamping atau dolomit)
 400 kg jerami padi
 400 kg kotoran ternak
 5 kg mikroorganisme pengurai (Orgadec)
 80 kg serbuk geraji

Berikut beberapa langkah pembuatan kompos yang perlu diketahui:

1. Mengumpulkan semua bahan dan mempersiapkan peralatan untuk membuat kompos.


2. Mencampurkan 5 kg mikroorganisme pengurai dengan 10 kg arang sekam.
3. Mencampurkan jerami padi, arang sekam, serbuk gergaji, kotoran ternak, kaptan, kemudian
mengaduk semua bahan hingga merata.
4. Jika bahan kompos kering, maka menambahkan air diperlukan hingga kadarnya mencapai 60%.
Lalu bagaimana cara menakar kadar air yang 60% itu? Cara tradisional yang bisa dilakukan
adalah dengan tes sederhana. Genggam adonan kompos dengan tangan, kemudian lepaskan. Jika
ketika dilepaskan, adonan kompos masih berbentuk genggaman tangan (tidak buyar), maka itu
tandanya adonan kompos sudah memiliki kelembaban 60%.
5. Cara menata kompos pun perlu diperhatikan. Pertama, hamparkan bahan kompos kira-kira
setebal 10 cm di tempat yang sudah disediakan. Kemudian mikroorganisme pengurai ditaburkan
di bagian atasnya. Tumpuk lagi dengan adonan kompos berikutnya, juga dengan tebal 10 cm.
Lalu taburi lagi dengan mikroorganisme pengurai. Cara ini diulang terus hingga adonan kompos
mencapai ketinggian minimal 1 meter.
6. Tumpukan kompos kemudian diberikan penutup yang rapat. Tujuannya adalah untuk menjaga
proses pengomposan tetap konsisten, dan juga suhu dan kelembapannya.
7. Pada hari kedua setelah proses di atas dilaksanakan, pengecekan suhu perlu dilakukan. Jika suhu
meningkat dari sebelumnya, maka itu artinya proses pengomposan berjalan dengan baik.
8. Kemudian setiap 7 hari atau 1 pekan, kompos perlu dibalik. Tujuannya adalah untuk menambah
suplai oksigen. Jangan lupa juga untuk mengecek kelembabannya. Jika kompos kering, maka
pemberian air perlu dilakukan agar tetap memiliki kelembaban 60%.
9. Tanda bahwa proses pengomposan berakhir adalah suhu adonan yang mengalami penurunan,
yaitu di bawah 30 derajat Celcius. Tutup rapat kembali dengan plastik. Di hari ke-21, proses
pembalikan dilakukan dua kali. Kemudian suhu perlu dicek kembali di hari tersebut. Tidak
hanya itu, warna kompos pun perlu dicek. Biasanya menjadi cokelat tua kehitaman.
10. Kompos bisa disaring dengan saringan kawat, kemudian dimasukkan ke dalam karung.
Penyimpanan kompos perlu dilakukan di ruangan yang terhindar dari hujan dan juga sinar
matahari langsung.

Faktor Keberhasilan
Agar pembuatan kompos berhasil, maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut ini:

1. Rasio C/N
Mikroorganisme pengurai bahan organik membutuhkan karbon dan nitrogen sebagai energi untuk
pertumbuhan dan pembentukan protein. Diperlukan rasion C/N sebesar 20:1 hingga 30:1 agar
pengomposan berhasil.

Nilai C/N bahan organik diusahakan sama atau mendekati nila C/N dalam tanah agar pupuk dapat
diserap oleh tanaman. Umumnya kita perlu menurunkan kadar C/N sampah organik menjadi kurang
dari 20 agar sama dengan C/N tanah. Selain itu, kadar C/N yang terlalu tinggi akan berpengaruh
terhadap proses pengomposan yang semakin lama.

2. Ukuran Partikel
Semakin kecil dan homogen ukuran partikel, maka proses pembuatan kompos semakin cepat. Ukuran
partikel kecil dan homogen memiliki luas permukaan yang lebih luas dibanding partike berukuran
besar.

Ukuran partikel yang ideal adalah 5 hingga 10 cm, sehingga mikroorganisme dekomposer lebih cepat
menghancurkan bahan-bahan organik.

3. Aerasi
Agar pengomposan berjalan lancar, maka dibutuhkan suplai oksigen atau aerasi yang baik. Bakteri
mikroba memerlukan sirkulasi oksigen selama proses penguraian. Oleh sebab itu, diperlukan
pembalikan timbunan bahan organik ketika proses penguraian agar bakteri mendapat oksigen dan
menjangkau ke seluruh bahan kompos.

4. Porositas
Porositas adalah kuran ruang kosong diantara tumpukan materian bahan organik. Besaran dan
banyaknya rongga dalam proses pengomposan bergunan untuk mengalirkan pasokan oksigan agar
sampah tidak jenuh. Pengomposan juga dapat terganggu jika rongga-rongga tersebut tersisi air.

5. Kelembaban
Kelembaban bahan organik memberikan pengaruh terhadap proses pengomposan. Timbunan bahan
pupuk harus selalu lembab agar mikroorganisme tetap hidup. Kandungan lengas yang digunakan antara
50% hingga 60% karena kelembaban harus sesuai, tidak lebih maupun kurang.
Kelebihan kadar air akan menyebabkan volume udara berkurang sehingga aerasi terganggu, sedangkan
kekurangan kadar air akan menghentikan aktivitas mikroba pengurai.

6. Suhu
Dalam proses pengomposan, suhu memegang peranan penting agar proses dekomposisi berhasil.
Proses penguraian akan menyebabkan peningkatan suhu hingga 70%. Hal itu dipengaruhi oleh volume
timbunan terhadap permukaan sehingga diperlukan penentuan ektinggain timbunan bahan organik.

Semakin tinggi volume sampah terhadap permukaan, maka semakin tinggi suhu panas yang terisolasi
dan membuat proses pengomposan menjadi lebih cepat.

7. pH
Seluruh bahan organik ber-pH 3 sampai 11 dapat dijadikan pupuk kompos, namun idealnya adalah
bahan dengan ph 5,5 sampai 8. Kondisi ini sesuai dengan mikroorganisme yang lebih menyukai pH
netral, sedangkan jamur yang menyukai pH asam. Dalam proses pengomposan, pH akan berubah mulai
dari awal yang bersifat asam kemudian menjadi netral pada tahp akhir pengomposan.

8. Unsur Hara
Kandungan hara dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga perlu diperhatikan.
Semakin kaya kandungan hara makan aktivitas mikroba dalam proses dekomposisi semakin cepat dan
lebih bermanfaat bagi tanaman.

9. Bahan Berbahaya
Tidak menutup kemungkinan jika bagan alami yang akan dijadikan kompos mengandung unusr
berbahaya. Kita perlu memilah dan menghindarkan pengomposan dari bahan berbaya yang sulit
diuraikan, seperti plastik, batu, logam dan bahan lain yang bersifat racun dan tercemar.

10. Lama Pengomposan


Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, proses pengolahan serta jenis
mikroba dalam proses dekomposisis. Setidaknya diperlukan waktu 2 hingga 3 bulan untuk
menghasilkan pupuk kompos berkualitas baik.

Pengomposan Aerobik
Pengomposan secara aerobik melalui tiga tahapan, yaitu tahap mesofiliki, termofilik dan pendinginan.
Saat tahapan mesofilik, suhu bahan akan naik 40oC karena pembentukan asam oleh bakteri dan fungi.

Kemudian akan masuk tahapan termofilik dengan suhu antara 40 oC hingga 70oC oleh bakteri dan fungi
termofilik. Pada suhu tersebut, terjadi proses stabilisasi dan degradasi secara maksimal.

Selanjutnya memasuki tahap pendinginan dimana proses ini terjadi karena aktivitas mikroba menurun
serta terjadi pertukaran mikroba termofilik dengan mesofilik. Pada proses pendinginan, air dari bahan-
bahan kompos akan menguap, terjadi stabilisasi pH dan penyempurnaan pembentukan asam humat.
Setelah melalui 3 tahap tersebut, maka kompos telah stabil dan menjadi pupuk organik sempurna.

Kualitas Kompos Terbaik


Kualitas pupuk kompos yang baik ditentukan oleh kematangan kompos. Kompos yang berkualitas
memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. tidak berbau
2. tekstur remah
3. warna kehitaman karena kandungan hara tinggi
4. pH > 5
5. rasio C/N < 20
6. rendah toksik
7. tinggi kandungan mikroba yang menguntungkan, seperti termofiliki dan aktinomucetes sebagai
pengendali penyakit tumbuhan

Mutu kompos yang baik juga dipengaruhi oleh bahan baku dan proses pengomposan. Bahan baku yang
baik dan pembuatan kompos yang baik akan menghasilkan kompos berkualitas tinggi.

Selain itu, pastikan kompos tidak tercemar oleh zat logam berat, seperti merkuri, seng, kromium, dan
kadmium serta bahan kimia seperti pestisida.

Peluang Bisnis Pupuk Kompos


Pupuk kompos saat ini mulai dilirik untuk menjadi salah satu penyubur di dunia tanaman karena
berbagai macam manfaat positifnya. Oleh karena itu, tentu saja imbasnya membuat peluang bisnis
untuk produksi kompos terbuka lebar.

Pixabay
Apalagi bahan-bahan untuk membuat kompos sebagian besar sudah tersedia, yaitu dari sampah organik
di sekitar kita. Peluang semacam ini akan menjadi kekuatan tersendiri bagi setiap pengusaha. Terlebih
lagi, bisa bermanfaat untuk mengurangi sampah lingkungan.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai peluang bisnis pupuk organik yang perlu diketahui:

1. Target Pasar
Salah satu hal yang perlu diketahui sebelum memulai sebuah usaha adalah mengetahui target
market atau sasaran penjualan. Tentunya pupuk kompos sangat berkaitan dengan sistem pertanian atau
perkebunan organik.

Di Indonesia permintaan akan pupuk organik semakin hari semakin meningkat. Bahkan banyak di
antaranya yang memang membutuhkan keberadaan pupuk kompos organik, baik skala kecil maupun
skala besar.

Kebanyakan pupuk kompos organik dimanfaatkan untuk pertanian tanaman hortikultura dan tanaman
pangan lainnya. Bahkan, menurut hasil penelitian, sebagian lahan pertanian di Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, memang menggunakan pupuk organik.

Terlebih lagi kebutuhan pupuk organik ini juga dalam jumlah yang besar. Dalam 5,9 juta hektar lahan
petani membutuhkan hingga 3 juta ton pupuk organik. Sementara itu, pada lahan 94 ribu hektar,
dibutuhkan hingga 190 ribu ton pupuk organik.

Tentu jumlah itu menjadi masuk akal dan dipertimbakan untuk memulai mengembangkan bisnis pupuk
kompos. Selain pangsa pasarnya tersedia, bahan-bahan pun mudah didapatkan.

2. Keuntungan Bisnis Kompos


Peluang bisnis pupuk kompos memiliki banyak keunggulan. Salah satunya adalah modal awal yang
tidak begitu besar. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang diperlukan adalah sampah. Bahkan produksi
kompos dalam skala kecil bisa dibuat sendiri di rumah. Dan hal ini sudah bisa dijadikan peluang bisnis
rumahan skala kecil yang menarik.

Proses pembuatan pupuk kompos yang relatif mudah pun bisa menjadi andalan bagi pebisnis baru yang
baru saja merintis sebuah usaha. Namun untuk pebisnis kompos dalam skala besar, memang
dibutuhkan peralatan dan tempat usaha yang memadai. Namun hal ini akan menjadi peluang usaha
yang menguntungkan.

3. Kendala Bisnis Pupuk Kompos


Di balik keuntungan sebuah bisnis, tentu ada kendalanya pula. Kendala utama dari bisnis pupuk
kompos adalah persaingan usaha. Karena semakin hari, semakin banyak pelaku bisnis di bidang pupuk
organik, sehingga persaingan menjadi semakin ketat. Maka dari itu diperlukan inovasi baru yang lebih
menarik untuk menggaet pelanggan.
Selain itu, saat ini proses pengomposan juga bisa dilakukan dalam kurun waktu yang lebih cepat dari
biasanya dengan mesin jenis tertentu. Hal ini akan menambah biaya modal awal, khususnya bagi
pelaku bisnis yang baru saja merintis.

Kendala lainnya adalah sertifikasi kelayakan dari Departemen Pertanian di Indonesia yang sangat sulit
untuk didapatkan. Maka dari itu, hingga hari ini masih banyak produsen pupuk kompos yang belum
disertifikasi. Hal ini akan mempengaruhi harga jual di pasaran yang akan sangat murah. Sehingga
persaingan harga di pasaran akan sangat terasa.

4. Strategi Pemasaran
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menyusun strategi pemasaran adalah dengan mendata target
pasarnya. Biasanya target pasar pupuk kompos adalah para pecinta tanaman dan para petani.

Jika di sebuah kawasan, terdapat banyak petani atau pecinta tanaman, maka kelompok tersebut
berpotensi menjadi pembeli yang stategis untuk bisnis ini. Strategi pemasaran pun bisa dilakukan
dengan mengajak petani untuk membeli produk. Cara lainnya adalah menawarkan langsung kepada
target konsumen yang potensial.

Dampak Penggunaan Kompos


Tidak hanya memberikan manfaat positif, akan tetapi penggunakan kompos secara juga dapat berakibat
negatif bagi tanah dan tanaman. Pupuk kompos dapat menyebabkan kerugian jika digunakan dalam
keadaan belum matang. Sebab bahan organik akan terserang oleh mikroba yang menyebabkan unsur
harata tanaman berkurang.

Selain itu, kandungan unsur hara dalam kompos tidak selengkap unusr hara dari pupuk organik,
sehingga diperlukan waktu lebih lama agar tanaman dapat lebih produktif.

Meski memiliki kekurangan tersebut, namun manfaat kompos jauh lebih banyak dan penguntungkan
jika dikelola dan diterapkan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai