Anda di halaman 1dari 25

Kompos Sebagai Pupuk Organik Yang Efektif

Kompos merupakan humus yang prosesnya diperpecat, dengan pengaturan bahan-bahan kompos
sehingga kandungan hara yang dikandung pun lebih tinggi di banding dengan humus.
Sedangkan pengomposan itu sendiri adalah penguraian bahan organik oleh sejumlah besar
mikroorganisme dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa
humus. Keunggulan kompos dibandingkan dengan pupuk kimia adalah kompos tidak merusak
tanah, tidak menurunkan pH tanah dan menggemburkan tanah. Kandungan haranya menetap
pada tanah, tidak terlarut air sehingga dosis penggunaan pada masa musim penanaman ke depan
kemungkinan besar dapat diturunkan tergantung pada sifat tanah dan pengisapan hara oleh
tanaman. Pengapuran pada tanah hanya pada tanah yang mempunyai pH yang sangat masam,
malah pengapuran tidak diperlukan apabila kadar penggunaan kompos sangat besar. Karena sifat
kompos yang netral dan cenderung untuk menjadi basa (tergantung bahan baku yang digunakan),
sehingga kompos sangat efektif dalam menetralkan pH tanah. Sedangkan kandungan haranya
yang lebih rendah dibanding dengan pupuk kimia, sehingga dosis penggunaannya lebih banyak
dibandingkan dengan pupuk kimia merupakan kelemahan dari pupuk kompos. Akan tetapi hal
ini ditanggulangi dengan murahnya biaya produksi pertanian bila penyuburan lahan dan nutrisi
tanaman menggunakan kompos.
Selama proses pembuatan kompos suhu yang didapat adalah pada kisaran 55C-65C, sehingga
dapat mematikan gulma dan pathogen yang ada di dalam bahan-bahan kompos. Maka kompos
yang selama pembuatannya menggunakan metode yang benar tidak mengandung gulma dan
penyakit pada tanaman.
Kompos menetap dalam tanah tidak terbawa air dikarenakan sifat kompos yang tidak terlarut
dalam air dimana akar-akar tanaman menyerap hara pada koloid-koloid yang terbentuk selama
proses pengomposan. Sehingga kandungan hara yang terkandung dalam kompos dapat menetap
dalam tanah sampai bertahun-tahun tergantung dari penghisapan hara oleh tanaman.
Tanah bila menggunakan kompos semakin lama akan semakin gembur, subur dan kaya akan
mikroba yang berguna bagi tanah itu sendiri, faktor kegemburan dan kesuburan tanah merupakan
faktor penting dalam kontinuitas pemakaian lahan, intensifikasi tanaman menjadi baik karena
tidak ada dampak negatif dari penggunaan kompos
Bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira sepertiga dari seluruh bahan organik tumbuh
tumbuhan yang ada di dunia ini akan membentuk kira-kira 60% dari seluruh bahan apabila di
daur ulang. Kalau di biarkan akan menimbulkan jumlah yang sangat besar. Untuk meningkatkan
produktivitasnya perlu adanya usaha untuk mendaur ulang, salah satu caranya adalah dengan
pengomposan.
Pengomposan adalah proses pengubahan bahan limbah organik oleh jasad renik secara konstan
oleh aktivitas dari suatu suksesi berbagai jenis jasad renik, yang masing-masing memiliki
kondisi tertentu dengan waktu yang relatif terbatas. Bahan berubah menjadi kompos yang
mempunyai perbandingan C/N yang rendah. Jadi kompos adalah produk hasil fermentasi bahan-
bahan organik oleh sejumlah jasad renik dalam lingkungan yang hangat, basah dan berudara
dengan hasil akhir berupa humus, maka kompos sebagai salah satu pupuk alam akan merupakan
bahan substitusi yang penting terhadap pupuk kandang dan pupuk hijau. Selain itu pupuk
kandang di beberapa daerah, khususnya di kawasan lahan kering sulit di dapat, karena masih
kurangnya petani yang memelihara ternak. Terlebih lagi adanya kenyataan bahwa penanaman
pupuk hijau semakin langka dan semakin meningkatnya pemakaian pupuk buatan, terutama
lahan yang di usahakan secara intensif, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah perbandingan karbon-nitrogen,
ukuran partikel bahan, macam/jenis campuran bahan, kelembaban, aerasi, suhu, macam dan
kemampuan jasad renik yang terlibat, penggunaan inokulan, penambahan bahan fosfat dan
destruksi dari jasad renik patogen.
Diketetahui ada lebih kurang 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang terkait dengan proses
pengomposan. Jamur mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemecahan selulosa
(bahan organik alami yang paling sulit di degridasi ) dan di kelompokkan berdasarkan
toleransinya terhadap suhu. Ada kelompok thermophilik (40 75 0C), mesophilik (20 - 40 0C)
dan ada juga yang termasuk dalam kelompok psychrophilik (dibawah 20 0C). Adanya jasad
renik perombak selulosa berkaitan erat dengan keberadaan bahan organik alami yang sulit
didegradasi di alam. Dengan demikian jasad renik perombak ini merupakan salah satu faktor
keseimbangan di alam dan mempunyai kontribusi dalam kelanjutan kehidupan dibumi ini.
Pengujian kapang selulotik di laboratorium dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
kemampuan masing-masing kapang dalam merombak selulosa, sehingga isolat-isolat murni
dapat dipisahkan dan dipilah-pilahkan sesuai dengan tingkat kemampuannya, sehingga akan di
dapat inokulan yang mengandung jenis jasad renik yang mempunyai toleransi optimal terhadap
perubahan lingkungan seperti tersebut di atas.
Seperti diketahui penambahan inokulan pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk
mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk
kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam
perombakan zat kimia lainnya.
Salah satu cara untuk mendapatkan kompos secara tepat adalah dengan menggunakan aktivator
berupa inokulan kapang unggul yang berperan memecah selulosa dalam proses pembuatan
kompos, agar waktu pembuatan kompos lebih di perpendek.
Proses pembuatan komposnya sendiri harus berpegang pada sistem kerjasama beberapa mikroba
yang mempunyai sifat-sifat fisiologis yang beragam dalam suatu tatanan tertentu.
Kegunaan kompos sendiri yaitu :
1. sebagai penyubur di lahan pertanian atau perkebunan
2. dapat memperbaiki struktur tekstur tanah
3. memberikan kandungan unsur hara yang diperlukan tanaman.
4. dapat digunakan dalam usaha reklamasi lahan bekas galian tambang, atau penyubur di
daerah rawa-rawa, peningkatan kadar pH di daerah lahan asam.
Seperti diketahui di daerah tropik kandungan bahan organik di dalam tanah diperkirakan hanya
1% saja. Di lahan yang di tanami, kandungan organik lahan tersebut semakin lama semakin
berkurang karena terjadi biodegradasi secara terus menerus. Untuk mengatasinya paling tidak
setahun sekali lahan tersebut perlu diberi tambahan bahan organik seperti kompos.
Aktivitas mikrobiologi dalam tanah terjadi bukan saja oleh jasad renik yang tumbuh dan
berkembang dalam kompos tetapi kehadirannya dapat menstimulir jasad renik yang telah ada
dalam tanah. Pemberian kompos dapat menstimulir aktivitas amonifikasi, nitrifikasi, fiksasi
nitrogen dan fosforilasasi, yang disebabkan oleh kerja berbagai jasad renik dalam tanah.
Oleh karena itu, selain berguna dalam penyuburan tanah khususnya di lahan kering, juga dapat
mengurangi penggunaan pupuk anorganik bagi para petani yang harganya relatif mahal.
B. KOMPOS KEUNGGULAN DAN KELEMAHANNYA
Keunggulan Kompos
1. Kompos Tidak Larut Dalam Air
Dampak positif dari karakter ini adalah antara lain terhadap effisiensi penggunaan kompos pada
lahan pertanaman. Seperti diketahui kelarutan pupuk anorganik maupun organik yang berbentuk
kotoran ternak sangat tinggi. Setiap tanaman disiram atau tersiram air hujan atau banjir, maka
hara yang terkandung dalam tanah akan berkurang atau bahkan habis tergerus air, sehingga perlu
pemupukan ulang. Padahal kompos selalu ada di sekitar tanaman, karena tidak larut.
2. Kompos Menahan Air Sampai 60%
Kandungan air pada kompos akan menimbulkan dampak positif seperti berikut : Karena kompos
tidak lain adalah humus, maka lahan yang mengandung kompos akan menahan air sampai
sebanyak 60%, sehingga tanaman masih dapat menggunakannya sampai musim kemarau.
3. Kompos Dapat Membentuk Tekstur dan Struktur Tanah Yang Kondusif Bagi
Pertumbuhan Tanaman.
Tekstur tanah akan menjadi lembut dan gembur, tidak padat dan tidak akan menjadi belah-belah
pada musim kemarau seperti terjadi pada lahan yang dipupuk dengan pupuk anorganik. Struktur
tanah akan tertata dengan baik seiring dengan keluar masuknya unsur hara ke dalam tanah.
4. Kandungan Hara Kompos Dapat Disesuaikan Dengan Kebutuhan.
Karena kandungan hara pada kompos terbentuk dari bahan dasar pembuatan kompos, maka
pengaturannya dapat dilakukan pada awal pembuatan kompos. Penggunaan berbagai jenis bahan
limbah yang mengandung berbagai jenis bahan lumbah yang mengandung berbagai kandungan
hara dapat diformulasikan untuk kepentingan tanah yang akan kita pupuk.
5. Kompos Bebas Dari Sumber Penyakit.
Karena pembuatan kompos dilakukan dengan berbagai jenis mikroba yang bekerja secara suksesi
karena pengaruh perubahan energi panas dan pH. Terjadi perubahan suhu dan pH secara alami
selama proses pengomposan, maka kompos terbentuk secara sempurna oleh kerja berbagai
mikroba tersebut. Terbebasnya kompos dari penyakit, karena suatu saat tumpukan kompos akan
mencapai suhu 60-70C. Seperti diketahui semua mikroba penyakit tidak tahan pada suhu diatas
60C.
6. Kompos Merupakan Bahan Dasar Bagi Pakan Ternak Atau Pakan Ikan.
Konsep longyam (kolam dibawah kandang ayam) yang memanfaatkan kotoran ayam untuk
pakan ikan akan terbebas dari penyakit kalau kotoran ayamnya sudah menjadi kompos. Kompos
akan menjadi subsitusi bagi pakan ternak karena kandungannya dapat diformulasikan.
7. Kompos Sebagai Media Pertumbuhan Plankton.
Pertumbuhan plankton akan dipercepat dengan kehadiran kompos. Ini akan membantu para
peternak ikan, baik kolam maupun tambak.
8. Kompos Dapat Dijadikan Sumber Pendapatan Petani.
Apabila limbah pertanian dan peternakan dapat mencukupi kebutuhan petani untuk usaha
pertanian, maka limbah lain dapat dijadikan kompos untuk dijual. Limbah rumah tangga, limbah
pabrik, limbah industri dsb yang terbuan percuma merupakan bahan baku industri pertanian dan
dapat dijadikan sumber penghasilan.
9. Kompos Sebagai Bahan Industri Pot dan Media Tumbuh Anggrek.
Pot yang terbuat dari kompos dan lepengan kompos pengganti kayu pakis untuk media tumbuh
anggrek merupakan suatu industri baru dan dapat menghasilkan uang. Pot yang berfungsi
sebagai pupuk sangatlah menarik bagi mereka yang bergerak di bidang perbungaan, hotikultura
dan pembibitan.
10. Kompos Sebagai Media Tanam Di Tanah Berpasir dan Bebatuan.
Hamparan kompos setebal 5-10 cm dapat dijadikan tanah gersang bebatuan, berpasir, bekas
galian, lahan marginal dsb, menjadi lahan hijau sepanjang tahun.
11. Kompos Sebagai Embung Air.
Terdapatnya sumber mata air jernih di pegunungan, akibat dari masih tersedianya humus di
hutan pegunungan. Embung yang ditutupi kompos dan ditumbuhi tanaman akan menyimpan air
yang banyak, baik pada komposnya sendiri maupun akar tumbuhan yang berada di sekitar
kompos.
12. Kompos Dapat Mencegah Erosi.
Di lahan yang konturnya miring penggunaan kompos selain akan menahan air juga mencegah
erosi, banjir dan longsor yang berkepanjangan.
13. Kompos Sebagai Pengganti Irigasi.
Pada kondisi tropis-kering, air merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan tanaman. Dalam
kondisi ini ada dua pilihan pemanfaatan air, dapat digunakan untuk irigasi atau untuk pembuatan
kompos.
Produksi 1.000 Kg kompos memerlukan air sebanyak 2.500 liter. Apabila lahan diberi kompos
25 ton/ha, maka akan memerlukan air sebanyak 62.500 liter setra dengan irigasi 6,25 mm
Dari analisis dapat dinyatakan bahwa pembuatan kompos 25 ton/ha lebih bermanfaat dibanding
dengan jika digunakannya irigasi.
14. Kompos Dapat Dibuat Dari Semua Bahan Organik.
Limbah organik rumah tangga berupa : Kulit sayur, kulit buah, kulit telur, daun the, bubuk kopi,
potongan ikan, daging, kertas, abu dsb. Limbah organik kebun, tanaman, limbah ternak, limbah
hutan, sungai, laut limbah perkotaan, agro industri.
15. Industri Kompos Yang Dapat Menyerap Tenaga Kerja.
Kompos yang dikembangkan oleh PBB tahun 1967 di India, Vietnam, Cina dan Korea khusus
untuk pedesaan dapat menyerap tenaga kerja. Pembuatan kompos secara modern dapat dilakukan
dengan kombinasi sistem pedesaan dan ditambah dengan mekanisasi pada proses-proses lainnya.
Penggunaan mesin atau komputer pada proses degradasi mikroba akan berpengaruh pada suksesi
mikroba oleh pengaruh perubahan suhu dan pH pada kondisi aerobik. Masih banyak lahan yang
belum terdegradasi paa akhir masa pengomposan walaupun sudah menggunakan komputer untuk
menjalankannya.
Kelemahan Kompos
Volume yang besar menyebabkan besarnya daya angkut, kelemahan ini dapat diatas dengan
mengurangi kandungan air dalam kompos sampai dibawah 5 persen. Industri kompos dapat
menggunakan kompos dengan kandungan air yang sedikit dan dapat dibuat dalam bentuk tablet
atau pelet.
Ciri-Ciri Kompos
1. Kompos matang.
1. Tidak berbau
2. Berwarna coklat kehitam-hitaman.
3. Tidak larut dalam air, karena kompos berbentuk koloid.
2. Test Kematangan Kompos.
1. Sediakan air bersih dalam suatu wadah yang transparan.
2. Masukan sedikit kompos kedalamnya dan dikocok merata.
3. Biarkan beberapa saat.
Apabila dalam beberapa menit air dalam gelas jernih kembali, maka kompos tersebut sudah
matang. Apabila tetap keruh, maka kompos belum terbentuk, terhadap kompos ini diperlukan
perlakuan ulang.
RINGKASAN MENGENAI KOMPOS DAN PENGOMPOSAN.
1. Pengomposan : penguraian bahan organik oleh sejumlah besar mikroorganisme dalam
lingkungan yang hangat, basah dan berudara dengan hasil akhir berupa humus.
2. Mikroorganisme : anggota paling kecil dan paling sederhana dari dunia tanaman dan
hewan
3. Mikroorganisme mengambil air dan oksigen dari udara dan makanan dari bahan organik
melepaskan karbon dioksida, air dan energi berkembang biak mati.
Sebagian energi yang dilepaskan tersebut, digunakan untuk pertumbuhan dan gerakan, sisanya
dibebaskan sebagai panas. Akibatnya setumpuk bahan kompos melewati tahap-tahap
penghangatan, suhu puncak, pendinginan dan pematangan.
1. Bahan limbah biasanya mengandung mikroorganisme yang mampu melakukan proses
pengomposan.
2. Selain oksigen dari udara dan air, mikroorganisme memerlukan pasokan makanan yang
mengandung karbon dan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Kebutuhan ini tersedia dalam bahan limbah.
3. Penguraian bahan organik pada saat pengomposan merupakan situasi yang terus berubah,
suhu, pH dan ketersediaan makanan yang bervariasi.
4. Pada saat pengomposan spesies organisme dan jumlahnya juga berubah.
5. Faktor-faktor yang penting dalam pembuatan kompos adalah ukuran partikel bahan,
perbandingan C/N, kelembaban, aerasi, suhu, macam atau jenis campuran bahan, macam
dan kemampuan jasad renik yang terlibat.
6. Semakin kecil ukuran partikel bahan organik, semakin besar pula luas permukaan yang
tersedia untuk dikerjakan oleh mikroorganisme. Partikel yang amat kecil mengumpul
dengan ketat sehingga ruang antara partikel menjadi kecil dan sempit, ini mencegah
gerakan udara kedalam tumpukan kompos dan gerakan karbondioksida keluar tumpukan.
7. Jika ukuran partikel amat besar, luas permukaan untuk operasi amat kurang, reaksi
kemudian akan berjalan lambat atau bahkan terhenti sama sekali.
8. Nitrogen merupakan unsur hara yang paling penting, jika tersedia cukup nitrogen dalam
bahan organik awal, kebanyakan unsur hara yang lainnya akan tersedia pula dalam
jumlah yang cukup.
9. Perbandingan C/N dalam campuran pertama berkisar antara 25 35. Jika perbandingan
jauh lebih tinggi, prosesnya akan memakan waktu yang lama sebelum karbon dioksidasi
menjadi karbondioksida. Jika lebih kecil nitrogen yang merupakan komponen penting
dari kompos akhir akan dibebaskan sebagai amonia.
10. Cara yang paling sederhana untuk menyesuaikan perbandingan C/N adalah dengan
mencampur berbagai bahan dengan kadar nitrogen tinggi dan karbon rendah.
11. Nitrogen juga dapat ditambahkan dalam bentuk pupuk organik (makanan, tulang, tanduk,
kuku, ampas minyak dan darah kering) atau pupuk anorganik (urea dan amonium nitrat).
12. Fosfor merupakan unsur hara yang kurang penting dalam pengompoasan, tapi kadang
sengaja ditambahkan. Hilangnya nitrogen sebagai amonia dari tumpukan kompos dapat
dikurangi sebagian dengan penambahan bahan yang mengandung fosfor. Fosfat batu
diubah dari bentuk tidak larut air menjadi bentuk yang lebih dapat digunakan untuk
tanaman.
13. Untuk memaksimalkan kandungan unsur hara dari kompos yang dihasilkan diperlukan
pengurangan peluruhan berat dari tumpukan dengan melindunginya dari hujan deras dan
kepenuhan air.
14. Pada kandungan air dibawah 30%, reaksi biologis dalam tumpukan kompos menjadi
lambat. Pada kadar air yang terlalu tinggi ruang antara partikel dari bahan menjadi penuh
air sehingga mencegah gerakan udara dalam tumpukan.
15. Kandunga air optimum dari bahan kompos adalah 50 60%, tergantung dari kekuatan
basah struktural bahan.
16. Jumlah udara yang cukup kesemua bagian tumpukan kompos diperlukan untuk memasok
oksigen pada organisme dan mengeluarkan karbondioksida yang dihasilkan.
17. Tidak adanya udara (anaerobik) akan menimbulkan perkembangbiakan berbagai macam
organisme yang menyebabkan pengawetan keasaman atau pembusukan tumpukan yang
menimbulkan bau busuk.
18. Aerasi diperoleh melalui gerakan alami dari udara ke tumpukan dengan membolak-
balikan bahan secara berkala.
19. Ketika bahan organik dikumpulkan menjadi satu untuk pengomposan sebagian energi
yang dilepaskan oleh penguraian bahan dibebaskan sebagai panas, hal ini
menyebabkan kenaikan suhu.
20. Pada awal proses bahan berada pada suhu sekeliling. Pada tahap awal organisme yang
ada pada bahan berkembang biak dengan cepat dan suhu naik, pada saat ini semua
senyawa amat reaktif seperti gula, tepung dan lemak diuraikan. Ketika suhu mencapai
enam puluh derajat selsius jamur berhenti bekerja dan penguraian diteruskan oleh
actinomicetes dan galur bakteri pembentuk spora, penguraian menjadi lambat dan suhu
puncak tercapai. Ketika bahan kompos sudah melewati suhu puncak, tumpukan mencapai
stabilitas dimana bahan yang mudah diubah telah diuraikan dan kebanyakan kebutuhan
oksigen yang tinggi telah terpenuhi. Bahan tidak lagi menarik bagi cacing dan lalat
serta tidak menimbulkan bau busuk.
21. Pada saat pendinginan, jerami dan tangkai membusuk terutama oleh jamur. Hal ini
disebabkan begitu suhu turun kurang dari 60 derajat selsius jamur menyerang kembali
daerah tumpukan yang lebih dingin dan menyerang senyawa yang kurang reaktif seperti
hemiselulosa dan selulosa, menguraikannya menjadi senyawa gula yang lebih sederhana
yang tersedia bagi mikroorganisme lain.
22. Proses selanjutnya memasuki tahap pematangan dengan jumlah penguraian yang rendah
dan panas yang dilepaskan kecil.
23. Sebelum pematangan, tumpukan kompos yang dibulak-balik terjadi peningkatan suhu
yang timbul dari kerja mikroorganisme yang meningkat.
24. Suhu 55-65 derajat selsius dipertahankan selama 3 hari untuk membunuh hapir seluruh
gulma dan patogen. Tidak ada bakteri penyakit pada kompos yang dibuat secara
sempurna.
25. Pengomposan timbul dari kegiatan mikroorganisme, karena itu diharapkan bahwa proses
pengomposan akan lebih baik dengan penambahan inokulan dari kultur khusus.

DESKRIPSI TEKNIS KATALEK

Apa Itu Kompos ?
Sebagian orang akan menjawabnya dengan benar, sebagian lagi mungkin angkat bahu. Tapi ada
juga yang menjawab sekenanya bahwa kompos itu sampah atau kotoran hewan. Mungkin sedikit
terdengar benar, kotoran hewan memang baik untuk dijadikan pupuk, tapi kompos jelas jauh
lebih baik. Kompos adalah sejenis humus, lapisan tanah yang paling subur yang terjadi secara
alami oleh pembusukan daun-daun selama bertahun-tahun. Beda kompos dengan humus ?
Kompos dibuat dengan campur tangan manusia yaitu memfermentasikan bahan-bahan organik
oleh sejumlah mikroba dalam lingkungan yang hangat, basah dan beroksigen dengan hasil
berupa humus.
A da satu hal yang perlu dicamkan baik-baik mengenai kompos, bahwa ia bukan pupuk kandang,
bukan pupuk daun, bukan sampah dan yang pasti pula bukan pupuk kimia. Banyak produk di
pasaran yang dimereki kompos pupuk alami yang masih banyak mengandung sampah, kotoran
hewan dan dedaunan ringan. Sebaiknya jangan memilih produk semacam itu untuk tanaman
peliharaan kesayangan.
Sebagai pengguna pupuk yang bersikap kritis, sudah sewajarnya ditanyakan tentang kompetensi
kompos dibandingkan dengan pupuk yang lain. Apalagi apabila telah terbiasa menggunakan
pupuk kimia sejak lama. Jawabnya seperti yang telah dikatakan seorang petani yang berprestasi
nasional, "tanyakan saja pada tanaman". Jawaban yang sederhana, tetapi menjawab semua
keragu-raguan mengenai kualitas kompos. Kompos bisa digunakan tanpa campuran pupuk -
pupuk lain dan melihat hasilnya dengan puas.
Dibandingkan dengan pupuk kimia, nutrisi kompos akan terlihat seperti anak kecil bersama
orang dewasa, tapi perlu diketahui pula, kompos yang dibuat dengan bibit kompos KATALEK
mengandung mikroba yang bekerja merangsang mikroba - mikroba di dalam tanah sehingga
terjadi proses penambahan nutrisi yang semakin lama semakin besar. Sehingga lambat laun
kompos ini akan terlihat seperti raksasa bila berhadapan dengan pupuk kimia.
Di bawah ini adalah nutrisi yang umumnya dikandung dalam kompos yang baik :
No Jenis Nutrisi Kandungan (%)
1 Karbon (C) 19 - 40
2 Nitrogen (N) 2,0 - 2,5
3 Fosfor (P) 0,01 - 0,14
4 Kalium (K) 0,39 - 1,35
5 Magnesium (Mg) 0,04 - 0,21
6 Kalsium (Ca) 0,13 - 1,32
7 Air (H2O) 10 - 15
8 C/N Ratio 9 - 20
Di alam Indonesia yang bercuaca tropik, kandungan bahan organik dalam tanah diperkirakan
hanya 1 % saja. Pada lahan yang ditanami, kandungan organik bahan tersebut makin lama makin
berkurang karena terjadinya biodegradasi secara terus menerus. Untuk mengatasinya paling tidak
setahun sekali lahan tersebut perlu mendapat tambahan bahan organik, dan kompos adalah yang
paling dianjurkan karena dapat memperbaiki struktur, tekstur dan kelembutan tanah.
Jenis Tanaman Penambahan Bahan Organik (ton/ha)
Padi Sawah 10
Jagung 4,8
Tebu 28,3
Ubi Kayu 48,4
Krotalaria 14,9
Kentang 8,2
Kelapa 6,1
Kelapa Sawit 15
Kedelai 11,4
Teh 3,7
Kacang Tanah 9
Kopi 3,1
Kakao 2
Karet 1,3
Agave 41,8
Tembakau 50,4
Lada 12,9
Nanas 33,3
Jeruk 4,9
Pisang 10,2

Penghematan Biaya.
Pendauran ulang limbah selalu merupakan ide yang menarik apabila menyangkut soal kesehatan
lingkungan, walau sebenarnya itu adalah tugas utama Pemerintah. Akan tetapi apabila hendak
menghemat biaya produksi sekaligus menghasilkan kompos yang amat baik hasilnya mengapa
tidak dilakukan sendiri ? Mengingat di lingkungan pertanian /perkebunan sendiri begitu
melimpah limbahnya, seperti jerami padi, pohon jagung, rumput - rumput kering, serabut kelapa,
limbah pabrik kelapa sawit, penggilingan padi, eceng gondok dan sebagainya, semuanya dapat
dimanfaatkan. Di samping itu terdapat juga limbah cair kotoran ternak, penjagalan, pabrik
tepung tapioka, pembuatah tahu, tempe dan macam macam lainnya. Semuanya bisa
digunakan sebagai bahan pembuatan kompos.
KATALEK
Selulosa adalah bahan organik alami yang jumlahnya kira-kira 1/3 dari seluruh bahan organik
tumbuh-tumbuhan yang ada di dunia, dan merupakan bahan yang paling sulit didegradasi atau
dirombak menjadi kompos. Dari sekitar kurang lebih 2.000 bakteri dan 50 jenis jamur yang
terkait dengan proses pengomposan, bibit kompos KATALEK memiliki 13 macam mikroba
yang memiliki daya hidup paling kuat dibandingkan lainnya. Dan yang paling besar
memainkan peran dalam pemecahan selulosa.
Kandungan Mikroba :
Bibit kompos KATALEK mengandung 13 macam mikroba yang berperan dalam penguraian
atau dekomposisi limbah organik sampai berubah menjadi kompos yang baik. Masing-masing
mikroba mempunyai fungsi spesifik yang mampu memperbaiki dan mempercepat proses
pengomposan yang dilakukan. Mikroba tersebut antara lain : mikroba lignolitik, mikroba
selulolitik, mikroba proteolitik, mikroba lipolitik, mikroba amilolitik, dan mikroba fiksasi
nitrogen non simbiotik.
Mikroba lignolitik berperan dalam menguraikan ikatan ligono selulose menjadi selulose dan
lignin. Lignin selanjutnya akan dirauikan lagi oleh enzim lignase menjadi derivat lignin yang
lebih sederhana sehingga mampu mengikat NH4. Mikroba selulolitik akan mengeluarkan enzim
selulose yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi selobiosa yang lalu dihidrolisis kembali
menjadi D-glukosa dan akhirnya difermentasikan sehingga menghasilkan asam laktat, etanol,
CO2, dan amonia.
Mikroba proteolitik akan mengeluarkan enzim protease yang dapat merombak protein menjadi
polipeptida, lalu menjadi peptida sederhana dan akhirnya menjadi asam amino bebas, CO2 dan
air. Mikroba lipolitik akan menghasilkan enzim lipase yang berperan dalam perombakan lemak.
Mikroba amilolitik akan menghasilkan enzim amilase yang berperan dalam mengubah
karbohidrat menjadi volatile fatty acid dan keto acids yang kemudian akan menjadi asam amino.
Mikroba fiksasi nitrogen non simbiotik diperkirakan dapat mengikat 5 - 20 gram nitrogen dari
1.000 gram bahan organik yang dirombak.
Keuntungan Bibit Kompos KATALEK :
1. Terdiri dari 13 macam mikroba dan bakteri yang berguna mempercepat proses
pengomposan dan memperbaiki kompos.
2. Menambah kandungan N pada kompos, jika kompos disimpan lebih lama.
3. Mengandung mikroba pemecah pospor yang akan berguna bagi tanaman.
4. Pemakaian lebih efisien direkomendasikan 1 kg bibit kompos KATALEK untuk 1 ton
bahan kompos.
5. Dapat disimpan lama pada suhu kamar yaitu 3 - 5 tahun.
Cara Pembuatan Kompos
Bibit Kompos KATALEK merupakan bibit pembuatan kompos yang diteliti selama beberapa
tahun akan keefektifan mikrobanya dalam merombak bahan-bahan organik menjadi unsur hara
yang berguna bagi tanah
Petunjuk Pembuatan Kompos :
Langkah 1 persiapan bahan dan tempat pengerjaan:
Kumpulkan terlebih dahulu bahan-bahan minimal 1 ton terdiri dari kotoran ternak dan
sampah organik dengan perbandingan bahan 1 : 3 atau sebaliknya.
Sampah-sampah organik perlu dicacah terlebih dahulu sampai panjangnya 3 5 cm agar
mempercepat proses pendegradasian bahan.
Memperkirakan volum tumpukan kompos: lebar : 1- 2 m, tinggi : 1-1,5 m panjang
minimal 1 m, maksimalnya tergantung kebutuhan.
Membuat parit sekitar tempat yang akan menjadi lahan tumpukan, untuk mencegah air
masuk ke dalam tumpukan kompos.
Langkah 2 Penumpukan bahan :
Perbandingan bahan organik dengan kotoran ternak adalah 1 : 3 (1 bagian bahan organik
dan 3 bagian kotoran ternak Cara A) atau sebaliknya (Cara B).
Tinggi tumpukan minimal adalah 1 m sampai 1,5 m dibagi menjadi 9 tumpukan, yang
terdiri atas sampah organik, kotoran hewan dan bahan lain yang diperlukan serta bibit
kompos KATALEK. Tinggi masing-masing lapisan berkisar antara 15 cm 23 cm.
Langkah 3 lapisan:
Bagian bahan organik yang telah dicacah ditumpuk dahulu pada areal penumpukan yang
telah ditetapkan.
Setelah itu kotoran ditumpuk di atas bahan atau sampah organik yang telah ditumpuk.
Taburkan bibit kompos KATALEK 0,1 % dari berat tumpukan. Atau 1 ton bahan
berbanding dengan 1 kg bibit kompos KATALEK.
Lapisan-lapisan tersebut dibuat sampai 9 lapisan.
Tumpukan tersebut ditutup dengan plastik hitam secara rapat sehingga tumpukan tidak
terkena sinar matahari atau hujan.
Langkah 4 Pembalikan dan Pemanenan:
Pembalikan dilakukan 3 kali.
Rentang waktu pembalikan ialah selama 4 hari (Cara A) 7 hari (Cara B).
Panen dilakukan 4 hari (Cara A) atau 7 hari (Cara B) setelah 3 kali pembalikan.
Usahakan dilakukan pembalikan secara merata sehingga permukaan luar tumpukan ada di
dalam dan sebaliknya tumpukan dalam menjadi permukaan luar tumpukan

Langkah 5 Penambahan Katalek Pengaya
Katalek Pengaya mengandung mikroba yang dapat menambat/menangkap unsur
Nitrogen dari udara, juga mampu merombak phosphor dari batu-batuan didalam tanah
hingga lebih mudh bagi tanaman untuk menyerapnya.
Caranya dengan mencampurkan kompos yang telah matang atau jadi, dengan
menaburkan Katalek Pengaya diatas kompos lalu diaduk hingga rata.
Perbandingan Katalek Pengaya dengan kompos yang telah matang adalah 1 kg/bungkus
Katalek Pengaya untuk 1 ton kompos matang.
Keterangan :
Bahan yang telah sampai pada waktunya perlu diuji, apakah bahan tersebut telah menjadi
kompos atau belum.
Caranya adalah sebagai berikut:
1. Apabila kompos hasil panen pembalikan ke-4 masih mempunyai bau berarti kompos
tersebut belum jadi.
2. Ambil sedikit kompos, celupkan ke dalam gelas/wadah yang berisi air jernih, lalu diaduk
dan dibiarkan beberapa saat. Apabila air adukan kompos akhirnya berwarna
jernih, berarti kompos sudah terbentuk dan apabila air tetap keruh, maka kompos
tersebut belum terbentuk. Langkah selanjutnya, tumpukan dibalik dan disimpan lagi
sampai kompos terbentuk
3. Warna kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan berbentuk seperti
tanah/humus.



Perataan pupuk kandang dengan pemberian air sebagai media sebelum pemberian bibit kompos

Pemberian bibit kompos yg sebelumnya dilapisi dng jerami/rerumputan

Perataan pupuk kandang lapis kedua

Penambahan perataan bahan pupuk kandang

Pemberian bibit kompos




Kompos jadi

Kompos jadi

Tutup plastik pada lapisan kompos
,,,,,?,? 31a579f968580c z40mn {
LikeUnlike Share

1

Ajie Win and 18 others like this.

o
Tatto Rajawali mantabhh..........makasih infonya mas
February 5 at 11:29pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Srida Mitra Ayu KATALEK itu apa mas?
February 6 at 8:09am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Manik Sere Jadi Petani luar biasa pak,sukses tuk dunia taninya wassallam,....
February 6 at 8:10am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Burhanuddin Nur makasih infonya pak win....ditunggu info berikutnya demi
kemajuan pertanian...salam agro
February 6 at 9:39am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Djoe Juga Sjamsuddin Makasih pak win akan aku sebarkan pada petani-petaniku
semoga menjadi amal jariah pak Win...mohon infonya terus pak jangan bosan...!!!
February 6 at 9:49am LikeUnlike 1 personLoading...
o
A Fattah Wahid Trima Kasih Mas`Ajie...........
February 6 at 9:57am LikeUnlike
o
Obsty Asmanagara Wah, ini bener2 pupuk idaman :-)
February 6 at 10:12am LikeUnlike
o
Kusyanto Citra Kusuma Trims Mas Ajie, nanti awal bulan Juni aku tak mampir
kesini....saya tgl. 10 mungkin udah datang duluan sebelum hari H Penas karena
banyak yg perlu dispkan bersama teman2 Kaltim, sampai jumpa
February 6 at 10:22am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Manik Sere Jadi Petani Oya pa win ane izin copast trims ya,zazzakulloh...
February 6 at 10:48am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Bambang Machmudi Matur suwun banyak Pak Win, semoga ilmu yang ditularkan
ini memberi syafaat bagi tenan-teman yang berkecimpung di dunia
pertanian..Salam Agro Indonesia..!!!!
February 6 at 11:10am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Asosiasi Htr Mandiri Indonesia Sukses Pak, Hijaulah Indonesia, Lestarikan
Alamku bermanfaat bagi seluruh petani di Indonesia, by : Asosiasi Hutan
Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia
February 6 at 12:03pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Dhani Organik Penuh Matur Nuwun Pak Win, sangat berarti buat kami, mohon
izoin kami save......salam Agro Indonesia
February 6 at 10:58pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Deddi Rach'Adhi Soepeno Mangoenprawiro Coba kalau lahan di gadog di
berdayakan, saya yakin semuannya bahan sudah tersedia, tinggal tangan-tangan
kerampil, melaksanakannya, saya belum bisa kembali kesana Pak Wien, beluym
ada dananya.
February 7 at 8:08am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Dani Nani Wah Mantap
February 7 at 11:01am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Yusri Bugeh :2thumbup
February 7 at 11:33pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Anung Rey jos
February 8 at 3:10pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Anung Rey go organik ........... lanjutken ....
February 9 at 11:31pm LikeUnlike
o
Ajie Win
@ UNTUK SEMUA SAHABATKU...Terimakasih kembali Atas Atensinya
terhadap dunia pertanian kita.
Tanah merupakan dasar dari grand design siklus hidup tanaman. Banyak
permasalahan akibat distorsi terhadap tanah yang mengakibatkan dampak negatif
...terhadap tanah.
Gaung Pertanian Organik terus di propagandakan, namun jarang yang secara
detail mengungkap microba yang menguraikan unsur hara, menstabilkan Ph tanah
ke arah netral, menetralisir residu kimia obat dan pupuk anorganik, menaikan C
Organik tanah dan protech terhadap microba pathogen serta microba yg secara
cepat mengubah bahan organik menjadi anorganik utk diserap tanaman dalam
proses respirasi unsur hara.
Praktek penggunaan microba sbg pengurai kebanyakan malah yg bersumber dari
microba Sub Tropis di aplikasikan pada iklim Tropis kita, akibatnya menjadi
pathogen Microba lokal yang berguna.
Saya menyadari bahwa catatan ini masih jauh dari sempurna, mohon saran dan
pendapat guna penyempurnaannya,
Terimakasih....Salam United Agro IndonesiaSee More
February 10 at 1:06pm LikeUnlike
o
Hazil Aulia bibit kompos katalek serta katalek pengaya itu mendapatkannya
dimana mas? apakah sudah ada yang menjualnya? harganya berapa?
February 14 at 5:10pm LikeUnlike
o
Ajie Win @Pak Hazil: Bibit kompos katalek Perombak dan Pengaya sudah
diproduksi dan dipasarkan dg harga per kg Rp.30.000.
February 14 at 6:15pm LikeUnlike
o
Anung Rey bisa dicoba dilahan masing-masing, dengan mikroba akan mampu
menetralkan tanah. Jadi tidak diperlukan pengukuran PH tanah. Indikatornya
dengan hidupnya rumput dilahan itu sudah mencukupi.
February 15 at 10:23am LikeUnlike 1 personLoading...
o
Ajie Win @Anung :Benar, salah satu keunggulan mampu menjaga netral tanah,
tidak perlu dilakukan pengampuran. Dengan Ph 6 - 7 sudah menjadi modal awal
untuk budidaya tanaman secara optimal.
February 15 at 7:49pm LikeUnlike
o
Anung Rey Bahkan boleh dicoba pada lahan dengan PH 5, berani mencoba ?
February 15 at 7:53pm LikeUnlike 1 personLoading...
o
Anung Rey tanpa perlu menambahkan pengapuran ....
February 15 at 7:55pm LikeUnlike
o
Lalan Sukmaya Makasih mas aji, mohon izin untuk copy paste ya....
February 16 at 4:57pm LikeUnlike
o
Ajie Win @lalan Sukmaya: Terimakasih kembali, Silahkan di copy paste, semoga
bermanfaat...Salam Agro
February 17 at 12:23am Like

Anda mungkin juga menyukai