a. Bahan Baku Dan Persyaratan Kualitas Serta Proses Pembuatan Pupuk Organik
b. Tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan bahan baku dan persyaratan kualitas serta
proses pembuatan pupuk organik
c. Materi
Kompos
Kompos merupakan jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh
alam atas bahan-bahan organik, terutama daun, tumbuh-tumbuhan seperti jerami,
kacang-kacangan, sampah dan lain-lain. Pengomposan atau dekomposisi merupakan
peruraian dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologi dalam temperatur yang
tinggi dengan hasil akhir bahan yang bagus untuk digunakan ke tanah tanpa merugikan
lingkungan. Dengan kata lain terjadi perubahan fisik semula menjadi fisik yang baru.
Perubahan itu terjadi karena adanya kegiatan jasad renik untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) bahan organik oleh
mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkontrol dengan hasil akhir berupa
humus dan kompos. Pengomposan bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan mikroba agar
mampu mempercepat proses dekomposisi bahan organik. Selain itu, pengomposan juga
digunakan untuk menurunkan nisbah C/N bahan organik agar menjadi sama dengan
nisbah C/N 6 tanah (10-12) sehingga dapat diserap dengan mudah oleh tanaman. Agar
proses pengomposan berlangsung optimum, maka kondisi saat proses harus dikontrol.
Bahan organik yang dapat digunakan sebagai kompos dapat berasal dari limbah
hasil pertanian dan non pertanian (limbah kota dan limbah industri). Limbah hasil dari
pertanian antara lain berupa sisa tanaman (jerami dan brangkasan),sisa hasil pertanian
(sekam, dedak padi, kulit kacang tanah, ampas tebu,dan belotong). Limbah kota atau
sampah organik kota biasanya dikumpulkan dari pasar atau sampah rumah tangga dari
daerah pemukiman serta taman-taman kota
2. Sampah Kota
Gambar 8. Sampah Kota
Sampah (waste) didefinisikan sebagai bahan-bahan yang sudah tidak dapat
digunakan dan tidak bermanfaat sehingga disebut bahan buangan. Sampah dibagi
menjadi sampah domestik/kota dan sampah industri. Berdasarkan data di berbagai
tempat, sampah kota relatif kurang tertangani dibandingkan sampah bahan lainnya. Hal
ini terjadi karean bahan tersebut banyak terkontaminasi B3 (bahan beracun berbahaya),
seperti logam berat sehingga apabila dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman
pangan dapat mencemari hasil tanaman tersebut. Tertimbunnya sampah domestik dalam
waktu lama akan mengandung resiko penurunan kualitas sanitasi, keindahan lingkungan
serta berjangkitnya penyakit tertentu.
Di beberapa kota besar di Indonesia, masalah sampah kota banyak menjadi
sorotan seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan kualitas
hidup masyarakatnya. Hasil buangan sampah rumah tangga, fasilitas umum, pasar dan
sebagainya sudah sangat mengkhawatirkan dan mengganggu kenyamanan dan
kebersihan lingkungan bila tidak ditangani secara baik. Salah satu kendala pemanfaatan
sampah kota adalah kurang praktisnya pemakaian secara langsung dan memerlukan
biaya relatif tinggi untuk pendistribusiannya dilapangan.
Menurut jenis dan asalnya sampah domestik dibedakan menjadi sampah kertas,
plastik, kaca, karet dan logam yang biasanya dimanfaatkan oleh pemulung untuk didaur
ulang menjadi produk yang bermanfaat. Sedangkan sampah organik yang proporsinya
jauh lebih besar daripada sampah anorgank biasanya tertimbun tanpa ada yang
dimanfaatkan. Sampah organik terdiri dari sisa sayuran, tanaman dan sisa makanan yang
mengandung karbon (C) berupa senyawa sederhana maupun kompleks. Selulosa
merupajan salah satu senyawa kompleks yang memerlukan proses dekomposisi relatif
lama namun dapat dipecah oleh enzim selulosa yang dihasilkan oleh bakteri menjadi
senyawa monsakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam organik.
3. Vermikompos
Vermikompos disebut juga kompos cacing, vermicast atau pupuk kotoran cacing,
yang merupakan hasil akhir dari penguraian bahan organik oleh jenis-jenis cacing
tertentu. Vermikompos merupakan bahan yang kaya hara, dapat digunakan sebagai
pupuk alami atau soil conditioner (pembenah tanah). Proses pembuatan vemikompos
disebut vermikomposting.
Cacing yang digunakan dalam proses pembuatan vermikompos diantaranya
brandling-worms (Eisenia foetida) dan redworms (Cacing merah) (Lumbricus rubellus).
Cacing-cacing ini jarang ditemukan di dalam tanah, dan dapat menyesuaikan dengan
kondisi tertentu di dalam pergiliran tanaman. Di luar negeri bibit cacing cacing telah
diperjualbelikan di toko-toko pertanian. Vermikomposting dalam skala kecil dapat
mendaur ulang sampah dapur menjadi vemikompos yang berkualitas dengan
menggunakan ruang terbatas.
4. Kotoran Hewan