TINJAUAN PUSTAKA
lebih
buruk
Parameter
1. C organik
2. C / N rasio
3. Bahan ikutan
(plastik,kaca,keriki
4. Kadar Air *)
5. Logam berat:
As
Hg
Pb
Cd
6. pH
7. Hara makro
(N + P2O5 + K2O)
8. Mikroba
kontaminan:
- E.coli,
- Salmonella sp
9. Mikroba
fungsional:
- Penambat N
- Pelarutbutiran
P
10 Ukuran
. 2-5 mm
11 Hara mikro :
. - Fe total atau
- Fe tersedia
- Mn
- Zn
12 Unsur lain :
. - La
- Ce
Min 15
15 25
Standar mutu
Remah/Curah
Diperkaya
Murni
Diperkay
a
mikroba
mikroba
Min 15
Min 15
Min
15
15 25
15 25
15 25
Maks 2
8 20
Maks 2
10 25
Maks 2
15 25
Maks 2
15 25
ppm
ppm
ppm
ppm
-
Maks 10
Maks 1
Maks 50
Maks 2
49
Maks 10
Maks 1
Maks 50
Maks 2
49
Maks 10
Maks 1
Maks 50
Maks 2
49
Maks 10
Maks 1
Maks 50
Maks 2
49
Satuan Granul/Pel
et Murni
%
%
Min 4
2
MPN/g
Maks 10
2
MPN/g Maks 10
2
Maks 10
2
Maks 10
3
Min 10
Min 103
2
Maks 10
2
Maks 10
cfu/g
cfu/g
Min 80
Min 80
ppm
ppm
ppm
ppm
Maks 9000
Maks 500
Maks 5000
Maks 5000
ppm
ppm
0
0
2
Maks 10
2
Maks 10
3
Min 10
Min 103
Maks
9000
Maks 500
Maks
0
0
Kompos dari berbagai jenis bahan dasar : jerami, sisa tanaman, kotoran hewan,
blotong, tandan kosong, media jamur, sampah organik, sisa limbah industri berbahan
baku organik.
Tepung tulang, rumput laut, darah kering.
Asam amino, asam humat dan asam fulvat, dan sebagainya.
Meningkatkan Kualitas Kompos
Kualitas kompos biasanya diidentikkan dengan kandungan unsur hara yang ada di
dalamnya. Kualitas kompos sangat variatif, tergantung dari bahan baku atau proses
pengomposan. Unsur hara dalam kompos terbilang lengkap (mengandung unsur hara
makro dan mikro), tetapi kadarnya kecil sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan
tanaman. Karena itu, kualitas kompos akan lebih baik jika mutunya ditingkatkan,
terutama kandungan unsur hara makro.
Tabel 1. Kandungan unsur hara dalam kompos
Unsur Hara
Jumlah
Nitrogen (N)
1.33%
Fosfor (P2O5)
0.85%
Kalium(K2O)
0.36
Kalsium (Ca)
5.61%
Zat Besi (Fe)
2.10%
Seng (Zn)
285 ppm
Timah (Sn)
575 ppm
Tembaga (Cu)
65 ppm
Humus
53.70%
pH
7.2
(Simamora dan Salundik, 2008).
Kandungan unsur hara dalam kompos terbilang lengkap, tetapi jumlahnya sedikit,
tidak bisa memenuhi jumlah yang dibutuhkan tanaman. Besarnya persentase kandungan
unsur hara yang terdapat di dalam kompos sangat bervariasi tergantung dari bahan baku,
proses pembuatan, bahan tambahan, tingkat kematangan, dan cara penyimpanan. Karena
kandungan haranya sedikit, peranan kompos sebagai sumber unsur hara tidak terlalu bisa
diharapkan. Karena itu, kualitas kompos terutama kandungan unsur hara makro (nitrogen,
fosfor, dan kalium) perlu ditingkatkan dengan menambahkan bahan lain. Bahan yang
ditambahkan bisa berupa urine ternak, tepung darah, tepung tulang, tepung kerabang
(cangkang telur), dan tepung cangkang udang. Selain itu, kualitas kompos juga bisa
ditingkatkan dengan menambahkan mikroorganisme yang menguntungkan seperti
mikroba penambat nitrogen (N), pelarut fosfor (P), mikroba yang membantu penyerapan
P oleh tanaman, penghasil hormon tumbuh, dan pengendali organisme patogen penyebab
penyakit tanaman.
Faktor-faktor yang mepengaruhi kompos
Menurut Unus (2002) banyak faktor yang mempengaruhi proses pembuatan kompos,
baik biotik maupun abiotik. Faktor faktor tersebut antara lain :
a. Pemisahan bahan : bahan-bahan yang sekiranya lambat atau sukar untuk
didegradasi/diurai, harus dipisahkan/diduakan, baik yang berbentuk logam, batu,
maupun plastik. Bahkan, bahan -bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan dari dalam
timbunan bahan, misalnya residu pestisida.
b. Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat dan baik
pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang lebih kecil dan
homagen, lebih luas permukaan bahan yang dapat dijadikan substrat bagi aktivitas
mikroba. Selain itu, bentuk bahan berpengaruh pula terhadap kelancaran difusi
oksigen yang diperlukan serta pengeluaran CO2 yang dihasilkan.
c. Nutrien : untuk aktivitas mikroba di dalam tumpukan sampah memerlukan sumber
nutrien Karbohidrat, misalnya antara 20% - 40% yang digunakan akan diasimilasikan
menjadi komponen sel dan CO 2, kalau bandingan sumber nitrogen dan sumber
Karbohidrat yang terdapat di dalamnya (C/N -resio) = 10 : 1. Untuk proses
pengomposa nilai optimum adalah 25 : 1, sedangkan maksimum 10 : 1
d. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya, kadar air
optimum di dalam pengomposan bernilai antara 50 70, terutama selama proses fasa
pertama. Kadang -kadang dalam keadaan tertentu, kadar air bahan bisa bernilai
sampai 85%, misalnya pada jerami.
Adapun menurut (Ilham, 2009) proses pengomposan dipengaruhi oleh berbagai faktor:
a. Suhu, pada proses composting populasi hewan mikrobia akan berubah selama proses
composting berlangsung. Kebanyakan proses perombakan (decomposition) terjadi
pada tahap termofilik yakni adanya bakteri-bakteri perombak yang tahan terhadap suhu
tinggi diatas 55C.
b. Udara, proses composting dapat berlangsung pada kondisi tanpa udara (kurang
oksigen) maupun ada udara. Proses kompos dengan adanya oksigen prosesnya tidak
hanya berlangsung lebih cepat akan tetapi juga tidak menghasilkan kebauan
(malodors). Kondisi ada udara bisa dilakukan melalui cara membalik-balikkan material
organic atau memberikan tekanan udara melalui massa material organik tersebut.
c. Kelembaban, tingkat kelembaban optimum untuk proses composting antara 50%-60%
by weight. Kelembaban dibawah 40% proses dekomposisi akan berkurang sedangkan
di atas 60% ruang pori yang penting untuk proses composting aerobik akan terblok
oleh air dan kondisi anaerobik (tanpa udara) bisa terjadi. Kelembaban ini juga akan
mempengaruhi proses dan penanganan material dalam operasi composting.
d. Perbandingan karbon dan nitrogen, Unsur carbon merupakan sumber energi bagi
Nilai
30 35 : 1
75 150 : 1
1,3 3,3, cm untuk proses pabrik
Bentuk / ukuran materi 3,3 7,6 cm untuk proses biasa
sederhana
Kadar air bahan
50 60 %
0,6 1,8 m udara/hari/kg bahan
selalu
proses termofilik, sedang untuk
Aerasi
proses
selanjutnya makin berkurang
Temperatur
55 C
maksimum
Sumber: Unus, (2002)
Faktorfaktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
a. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1
hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber
menggunakan N untuk sintesis protein.
mikroba mendapatkan
energi
dan
Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis
protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
b. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan
bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga
menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas
permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
c. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang
cukup
oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi
peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih
dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan
kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi
proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap.
ditingkatkan
dengan
melakukan
pembalikan
atau
Aerasi dapat
mengalirkan udara di
maka pasokan
peranan
yang
sangat
penting
dalam
proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay
oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan
organik tersebut larut di dalam air. Kelembaban 40 60 % adalah kisaran optimum
untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas
mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara
berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi
anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
f. Temperatur
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung
antara peningkatan suhu
dengan
konsumsi
oksigen.
Semakin
tinggi
temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula
proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan
aktivitas
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap
bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikrobamikroba patogen
tanaman dan benihbenih gulma.
g. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang
optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5.
kotoran
ternak
umumnya berkisar
antara
6.8
hingga
7.4.
pH
Proses
temporer
(pengasaman),
atau
Sebagai contoh,
lokal,
sedangkan
akan
produksi
menyebabkan
amonia
dari
penurunan
pH
senyawasenyawa
yang
komposkompos
oleh
berbahaya Beberapa
yang
berbahaya
dari
peternakan.
Hara
ini
akan
organik
mungkin
mengandung
bahanbahan
Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logamlogam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.
Tabel 2. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan
(Ryak, 1992)
Kondisi
Konsisi
yang
bisa Ideal
Rasio C/N
20:1
s/d 40:1
diterima
2535:1
Kelembaban
40 65 %
45 62 % berat
> 10%
Ukuran partikel
1 inchi
bervariasi
Bulk Density
1000 lbs/cu yd
1000 lbs/cu yd
pH
5.5 9.0
6.5 8.0
Suhu
43 66 C
54 - 60C
i. Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang
dikomposakan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa
penambahan
aktivator
pengomposan.
Secara
alami
pengomposan
akan
berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benarbenar matang.
Karakteristik Kompos Matang
Tanda- tanda perubahan bentuk sampah organik menjadi kompos, menurut Santoso
(1998) dan Soetopo (1999) adalah sebagai berikut:
a. Suhu kurang lebih sama dengan suhu lingkungan sekitarnya;
b. Rasio Carbon dan Nitrogen (C/N ) = 10- 20; 13- 20;
c. Jika ditutup dalam wadah (misal plastik) tidak timbul / hanya ada sedikit gas yang
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
C. Kotoran kambing
Pupuk kandang (pupuk kandang) didefinisikan sebagai semua produk buangan
dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat
fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi alas seperti
sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas tersebut akan dicampur
menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pupuk kandang pula. Beberapa petani di
beberapa daerah memisahkan antara pupuk kandang padat dan cair.
Kualitas pupuk kandang
Manfaat dari penggunaan pupuk kandang telah diketahui berabad-abad lampau
bagi pertumbuhan tanaman, baik pangan, ornamental, maupun perkebunan. Yang harus
mendapat perhatian khusus dalam penggunaan pupuk kandang adalah kadar haranya yang
sangat bervariasi. Komposisi hara ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
jenis dan umur hewan, jenis makanannya, alas kandang, dan penyimpanan/pengelolaan.
Kandungan hara dalam pupuk kandang sangat menentukan kualitas pupuk kandang
(Tabel 1). Kandungan unsur-unsur hara di dalam pupuk kandang tidak hanya tergantung
dari jenis ternak, tetapi juga tergantung dari makanan dan air yang diberikan, umur dan
bentuk fisik dari ternak (Tabel 2).
Tabel 1. Kandungan hara beberapa pupuk kandang
Sumber
pupuk
N
P
K
Ca
Mg
S
kandang
satuan (ppm)
sapi perah 0,53
0,35
0,41
0,28
0,11
0,05
Sapi
0,65
0,15
0,30
0,12
0,10
0,09
daging
Kuda
0,70
0,10
0,58
0,79
0,14
0,07
Unggas
1,50
0,77
0,89
0,30
0,88
0,00
Domba
0,19
0,19
0,09
1,28
0,93
0,59
Sumber: Tan (1993)
Tabel 2. Kandungan hara dari pupuk kandang padat/segar
Fe
0,004
0,004
0,010
0,100
0,020
Sumber
pakan
Kadar
air
Bahan
organik
80
81
64
57
78
73
16
12,7
31
29
17
22
0,3
0,25
0,7
1,5
0,5
0,5
Sapi
Kerbau
Kambing
Ayam
Babi
Kuda
P2O5
K2O
CaO
Rasio
C/N
satuan %
0,2
0,18
0,4
1,3
0,4
0,25
0,15
0,17
0,25
0,8
0,4
0,3
0,2
0,4
0,4
4,0
0,07
0,2
20-25
25-28
20-25
11-Sep
19-20
24
Kandungan EM4
EM-4 mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri
asam
laktat,
Ragi
yeast
),
Actinomycetes
dan
jamur
fermentasi
perkembangan akar.Sekresi Ragi adalah substrat yang baik bakteri asam laktat dan
4
Actinomycetes.
Actinomycetes
Actinomycetes menghasilkan zat-zat anti mikroba dari asam amino yang
dihasilkan bakteri fotosintetik. Zat-zat anti mikroba ini menekan pertumbuhan jamur dan
bakteri.Actinomycetes hidup berdampingan dengan bakteri fotosintetik bersama-sama
menongkatkan mutu lingkungan tanah dengan cara meningkatkan aktivitas anti mikroba
tanah.
Jamur Fermentasi
Jamur fermentasi ( Aspergillus dan Penicilium ) menguraikan bahan secara cepat
untuk menghasilkan alkohol, ester dan zat-zat anti mikroba. Pertumbuhan jamur ini
membantu menghilangkan bau dan mencegah serbuan serangga dan ulat-ulat merugikan
dengan cara menghilangkan penyediaan makanannya. Tiap species mikroorganisme
mempunyai fungsi masing-masing tetapi yang terpenting adalah bakteri fotosintetik yang
menjadi pelaksana kegiatan EM terpenting. Bakteri ini disamping mendukung kegiatan
mikroorganisme lainnya, ia juga memanfaatkan zat-zat yang dihasilkan mikroorganisme
lain.
Manfaat EM4
Secara umum manfaat Teknologi EM-4 dalam bidang pertanian adalah sebagai
berikut :
a
b
c
d
e
f
g
kotoran ternak, hingga lingkungan kandang menjadi tidak bau, ternak tidak
mengalami stress sehingga nafsu makannya meningkat. EM4 yang diminumkan
dengan dosis 1 : 1000 pada minuman ternak, hidup dalam usus ternak, berfungsi
untuk menekan populasi mikroorganisme pathogen di dalam usus sehingga ternak
h
i
j
k
l
menjadi sehat.
Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
Meningkatkan produksi tanaman dan menjaga kestabilan produksi
Memfermentasi bahan organik tanah dan mempercepat dekomposisi bahan organik.
Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil.
Meningkatkan keragaman mikroba yang menguntungkan di dalam tanah
F. Sampah organik
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak kota di
seluruh dunia. Semakin tingginya jumlah penduduk dan aktivitasnya, membuat volume
sampah terus meningkat. Akibatnya, untuk mengatasi sampah diperlukan biaya yang
tidak sedikit dan lahan yang semakin luas. Disamping itu, tentu saja sampah
membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Pengelolaan sampah dimaksudkan agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia dan tidak mencemari lingkungan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk
memperoleh manfaat atau keuntungan bagi manusia. Hal ini didasari oleh pandangan
bahwa sampah adalah sumber daya yang masih bisa dimanfaatkan dan bahkan memiliki
nilai ekonomi. Pandangan tersebut muncul seiring dengan semakin langkanya sumber
daya alam dan semakin rusaknya lingkungan.
a. Hakekat Sampah
Sampah dan limbah pada dasarnya merupakan sisa dari proses
pengubahan energy yang tidak bisa sempurna. Hal ini sesuai dengan hukum
termodinamika kedua yang banyak digunakan dalam ilmu fisika. Meskipun energi
tidak pernah hilang dari alam raya tetapi akan diubah ke dalam bentuk yang
kurang bermanfaat. Hukum tersebut kemudian dijadikan salah satu asas dasar
ilmu lingkungan yang menyatakan bahwa tak ada sistem pengubahan energi
yang betul-betul efisien. Artinya selalu ada sisa atau disebut entropy.
Ketika manusia makan, maka sebagian akan diubah menjadi energi untuk
beraktivitas dan sisanya akan diubah menjadi limbah kotoran atau disebut
entropy. Begitu pula dalam proses produksi di industri, tidak semua bahan
mentah dapat diubah menjadi barang jadi, tetapi sebagian akan diubah menjadi
sampah atau limbah. Dalam rumah tangga pun demikian, tidak semua barangbarang konsumsi habis semuanya, sebagian akan dibuang dalam bentuk sampah,
baik sampah organik maupun anorganik.
b. Jenis dan sumber sampah
Sampah
merupakan
material
sisa
yang
tidak
diinginkan
setelah
berakhirnya suatu proses. Proses yang dimaksud adalah merupakan proses yang
dilakukan oleh manusia, dalam proses-proses alam tidak ada sampah, yang ada
hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah dapat berupa padat, cair, dan
gas. Sampah yang berupa gas disebut emisi. Emisi biasa juga dikaitkan dengan
polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah banyak dihasilkan oleh aktivitas
industri yang kemudian dikenal dengan istilah limbah. Tidak hanya dari industri,
limbah dapat pula dihasilkan dari kegiatan pertambangan, manufaktur (proses
pabrik), dan konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada
suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah
konsumsi. Berdasarkan sumbernya, sampah dapat dibagi atas enam yaitu
sampah alam, manusia, konsumsi, nuklir, industri, dan pertambangan. Namun,
berdasarkan sifatnya terdiri dari sampah organik (dapat diurai atau degradable)
dan sampah anorganik (tidak dapat diurai atau undegradable).
lingkungan hidup dan juga manusia. Karena itu, sampah nuklir disimpan ditempattempat yang jauh dari sentuhan dan aktivitas manusia seperti di bekas tambang garam
dan dasar laut.
c. Pengelolaan sampah
Pada awalnya ketika jumlah penduduk masih sedikit, sampah bukan merupakan
sebuah permasalahan. Namun, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah
penduduk dan aktivitasnya, maka sampah semakin besar jumlah dan variasinya.
Karena itu, diperlukan pengelolaan yang tidak sederhana untuk menangani sampah
dalam jumlah besar, terutama di daerah perkotaan.
Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruknya bagi
kesehatan dan lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembangbiaknya organisma
penyebab dan pembawa penyakit. Sampah juga dapat mencemari lingkungan dan
mengganggu keseimbangan lingkungan. Karena itu, pemerintah di berbagai belahan
dunia berupaya menanganinya walaupun dengan biaya yang tidak sedikit.
Pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya belum dilaksanakan secara
terpadu. Sampah dari berbagai sumber, baik dari rumah tangga, pasar, industri dan
lain-lain, langsung diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa
melaui proses pemilahan dan pengolahan. Dari TPS, sampah kemudian diangkut
menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian ditimbun. Pengelolaan
seperti ini mengabaikan nilai sampai sebagai sumber daya.
Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah pemilahan yang
dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari rumah tangga, pasar,
industri, fasilitas umum, daerah komersial dan sumber lainnya. Sampah organik (sisa
makanan, daun, dan lain-lain) dipisah dengan sampah anorganik (plastik, kaca dan
lain-lain). Sampah yang telah dipilah dapat didaur ulang di tempat sumber sampah
atau dapat dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur ulang di industri daur
ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS atau
dibuat kompos untuk digunakan di lokasi sumber sampah.
Sampah dari sumber sampah juga dapat dibawa ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) terdekat setelah melalui proses pemilahan. Di TPS sampah
dikumpulkan dan dipilah kembali dan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Sampah tersebut juga dapat di daur ulang di industri daur ulang. Pemilahan sampah
dapat pula dilakukan di TPA. Sebagian sampah dapat didaur ulang dan dibuat kompos
yang dapat dijual ke konsumen. Sisanya atau residu dari proses tersebut dapat
ditimbun dengan menggunakan metode sanitary landfill. Hasil dari sanitary landfill
adalah abu yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat batako dan sebagai
bahan campuran kompos. Batako dan kompos yang dihasilkan dapat dijual ke
konsumen.
Belum berkembangnya pengelolaan sampah terpadu dikarenakan belum
dikembangkannya sistem yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
Selain itu, persepsi, kesadaran akan manfaat sampah dan budaya masyarakat dalam
membuang sampah sangat beragam. Pemilahan dan pemanfaatan sampah di
lingkungan keluarga belum membudaya, sehingga memerlukan waktu untuk
perubahan tersebut.
secara mandiri dengan baik. Salah satu contohnya adalah pengelolaan sampah yang
dilakukan oleh warga di daerah Sukunan Banyuraden Gamping. Sampah dipilah
menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah organik dijadikan sebagai kompos
untuk penghijauan. Sampah anorganik sebagian dimanfaatkan untuk kerajinan dan
sebagian lainnya dijual. Hasil dari sampah dapat menambah kas kampung dan
pendapatan penduduk setempat. Keuntungan lainnya adalah lingkungan kampung
menjadi bersih, sehat dan indah karena tidak ada sampah yang terbuang secara
percuma.
d. Pengolahan sampah
Sampah yang telah terkumpul dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber
sampah mapun setelah sampai di TPA. Tujuannya agar sampah dapat dimanfaatkan
kembali, sehingga dapat mengurangi tumpukan sampah serta memperoleh nilai
ekonomi dari sampah.
Pengolahan sampah organik
Di Indonesia, sebagian besar sampah merupakan sampah organik. Data
menunjukkan bahwa rata-rata komposisi sampah di beberapa kota besar di
Indonesia adalah: organic (25%), kertas (10%), plastik (18%), kayu (12%), logam
(11%), kain (11%), gelas (11%), lain-lain (12%). Sampah organik dapat
dimanfaatkan secara langsung, tanpa melalui proses tertentu, untuk pakan ternak,
khususnya ikan. Sampah organik juga dapat diproses untuk berbagai keperluan
diantaranya adalah pakan ternak dan kompos. Substansi sampah kebun berasal
dari unsur-unsur penyusun alam maka sampah ini mudah terurai oleh bakteri
pengurai sehingga mudah hancur dan menjadi unsur pembentuk tanah yang sangat
subur dan berguna bagi kesuburan tanah.Contoh dari sampah ini adalah daundaun, sisa makanan, kulit, buah dan lain-lain (Sanggilora 2012).