Oleh:
EMING SUDIANA
Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
PENDAHULUAIY
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan
bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang
terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan denganteknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologl pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah
pertanian dan perkebunan.
Kompos adalahhasil penguraianpnsiaUtidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam
mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifftasi dari J.H. Crawford, 2003). Pengomposan adalah proses
dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai +$Ayo, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang
(dibuang ke tempat pembuangan
akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan
lepasnya gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6.000 ton sampah setiap
harinya, di mana sekitar 65o/o-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah
tersebut 1.400 ton dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakart4 di mana
95o/o-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang
dihasilkan oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik
menjadi pupuk organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
(Rohendi,2005).
bio.unsoed.ac.id
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun
anaerobik dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator pengomposan
yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan
SUPERFARM (Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna
mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan
sendiri-sendiri"
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah
untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorsanisme di dalam bahan itu sendiri
dengan banfuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesi4 sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup
sampah di TPA, eklamasi parrtai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman,
serta mengurangi penggunaan oupuk kimia-
MAIIFAAT KOMPOS
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih
tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Aspek Ekonomi :
Aspek Lingkungan :
{ DASAR-I}ASAR PENGOMPOSAN
b. Proses PengomPosan
proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah
dicampur. Piosei pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap,
yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahaptahap awal proses, oksigen
dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh
mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat.
Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan
meningkat hingga di atas 50o - 70oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu
terientu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu
mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian
bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan
menggsnakanoksigen akan menguraikan bahan organik menjadi COz, laaP ait dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-
angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat
lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan
terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat
mencapai 3A - 40% dari volume/bobot awal bahan.
Prsses Pengornpsan
*;m
u,F tr
#ffi
FFtrlFFIli
ET
F[[
F
r)
t
F
'!iF.tl'lr Frs{E{nFo-Jft
bio.unsoed.ac.id
Garnbar 2. Prcfil suhu dan populasi mikroba selamaproses pengomposan
Tabel2. Organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Makrofauna
tanah' *t1nt"** **'
l:til*t
Rasio C/lr{ Rasio CA{ yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:
I hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
*.nggunuk* N untuk sintesis protein. Pada rasio CAf di antara 30 s/d 40
prtroUa mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila
iasio CA{ terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein
sehingga dekomposisi berjalan lallr$at.
Umumny4 masalah utama pengomposan adalah pada rasio CA{ yang tinggi'
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadm kayu tinggi
(sisa gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio CA{
Aipett"t a" perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik
bio.unsoed.ac.id
(Toharisman, 1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran
hewan mengandung banyak senyawa nitrogen.
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara.
permukaan ilea yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Uhran partikel
juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan
luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan
tersebut.
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup
oksigen(aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk
ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
5,5 - 9,0
strtegi ini di
banyak dilakukan
bio.unsoed.ac.id awal-awal berkembangnya teknologi
pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum
mungkin. sebagai contoh, rasio cAtr yang optimum adalah 25-35:1. untuk
membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio CA{ tinggi dicampgr
dengan bahan yang mengandung rasio CA,l rendah, seperti kotoran ternak. Ukuran
bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk
I
proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan
yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan.
Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya'
b. MenggunakanAktivatorPengomposan
yang- dapat
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme
mempsrcepat proses p"trgo*potan. Organisme yang sud4 banyak dimanfaatkan
misainya iu"ittg tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan
kompos yang aitrasilkan dikenal dengan sebutan kascing. organisme lain
yang
maupwm
Uanyat iipeigunatan adalah mikroba" baik bakeri, aktinomicetes,
kapang/cendawan. Saat ini dipasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator
p"trgotpo*an, misalnya : Green Phoskko(GP-1), Pr,omi, orsaDec, SuperDec,
ActiComp, EM4" Stardec, Starbio, BioPos, dan lain-lain'
a. Peralatan
9.
tangan
Masker
bio.unsoed.ac.id
o Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas
bahan terbang lainnya
o Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwatna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
o Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
o Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
Pengemasan dan Penyimpanan
o Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
o Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
iamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang
mungkin terbawa oleh angin.
d. Proses pengontrolan
e. Mutu kompos
PEI\UTUP
Pupuk organik merupakan hasil penguraian bahan organik oleh jasad renik
atau
mikroorganisme yang berupa zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman.
Misal Kompos, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Kompos atau pupuk kandang
sudah cukup lama dikenal dan dipergunakan, tetapi baru sebatas menggunakan
apa adany4 belum sampai pada usaha untuk meningkatkan kualitas dari kompos
dan pupuk kandang tersebut.Rakitan teknologi pembuatan pupuk altematif
mulai
membudaya di masyarakat kita, yaitu upaya pembuatamn kompos dengan
menggunakan bioaktifator yang memang sudah cukup banyak di pasaran,
seperti
EM-4, stardek/starbio, cM dll. Hal ini dilakukan petani dengan pertimbangan
antara lain :
. untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah besar yang sudah masak
tidaklah mudah.
N,thr,tn PUSTAKA
Abdurohim, o.
2008. pengaruh Kompos Terhadap Ketersediaan Hara Dan
Produlai ranaman caisin pada Tanah Latosol Dari Gunung sintdur,
sebuah skripsi. Dalam IpB Reoository, diunduh 13 Juni 2010.
bio.unsoed.ac.id