Anda di halaman 1dari 12

RINGKASAN

BIOTEKNOLOGI TANAH

PUPUK ORGANIK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bioteknologi Tanah

Dosen Pengampu: Dr. Ir. Ni Luh Kartini, MS

Disusun Oleh
Anggota Kelompok 2:

Widia Agnesya Putri (2006541102)

I Gede Yoga Baskara Wasita Pradnyan (2006541103)

Pepy Yani Saragih (2006541104)

Desak Agung Ade Ria (2006541105)

Nisma Abd. Kadir (2006541106)

Demak Juan Brando Simanjuntak (2006541107)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1.1 Pengertian Kompos
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-
rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi
tanaman.
Sisa tanaman, hewan, atau kotoran hewan, juga sisa jutaan makhluk kecil yang
berupabakteri jamur, ganggang, hewan satu sel, maupun banyak sel merupakan sumber bahan
organik yang sangat potensial bagi tanah, karena perannya yang sangat penting terhadap
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa terjadi dengan sendirinya. Lewat
proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran hewan serta sampah lainnya lama kelamaan
membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa
dipercepat oleh perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai
sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik.

1.2 Tujuan Pengomposan

Adapun beberapa tujuan Pengomposan dalam memperbaiki struktur tanah yaitu sebagai
berikut:

a. Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara.

b. Memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah dengan cara menyediakan


bahanmakanan bagi mikroorganisme tersebut.

c. Memperbaiki drainae dan tata udara di dalam tanah.

d. Membantu proses pelapukan bahan mineral.

e. Melindungi tanah terhadap kerusakan yang disebabkan erosi.

f. Meningkatkan kapaita tukar kation (KTK)

1
1.3 Jenis-Jenis Kompos

I. Vermikompos

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan organik
yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah
dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah, oleh karena itu vermikompos
merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri
dibandingkan dengankompos lain, keuntungan vermikompos adalah prosesnya cepat dan
kompos yang dihasilkan (kascing = bekas cacing) mengandung unsur hara tinggi.

II. Kompos Aerob dan Anaerob

Pengomposan atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk


mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan
menggunakan aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada kondisi aerobic dan
anaerobik.

Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan kehadiran oksigen


(udara). Bahan baku utama pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran hewan
atau campuran keduanya. Sedangkan Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan organik
tanpa menggunakan oksigen bebas. Sehingga memerlukan campuran mikroorganisme pilihan
seperti dekomposer (EM4) yang bisa mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan efektif.

III. Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukkan bahan-bahan organik yang
berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia. Selain itu, pupuk ini juga memiliki
bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa digunakan
tanaman secara langsung. Contoh jenis pupuk organik cair adalah pupuk kandang cair serta
pupuk cair dari sampah/limbah organik.

2
1.4 Alasan mengapa kompos disebut pupuk organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang sebagian besar atau keseluruhannya terdiri atas
bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah mengalami rekayasa
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah (Rajiman, 2020). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa
kompos merupakan pupuk organik karena bahan penyusunnya berasal dari bahan organik dari
alam. Kandungan haranya beragam, termasuk pupuk majemuk lengkap dan bersifat lambat
tersedia/slow release. Sisa pemakaian kompos dalam tanah akan menghasilkan humus yang tidak
merusak tanah dan dapat meningkatkan kemampuan tukar partikel tanah. penggunaan kompos
dalam jangka panjang juga dapat memperbaiki kesuburan tanah (Latifah dkk, 2014).
1.5 Manfaat Kompos

Manfaat kompos terhadap tanaman diperoleh setelah mencampurkannya ke media


tumbuh/tanah. kompos secara perlahan akan memberi dampak positif bagi tanaman melalui
perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Latifah dkk, 2014).
Manfaat kompos bagi tanah telah diteliti sebagai berikut (Latifah dkk, 2014) dan (Henuhili, 2008):
1. Menggemburkan tanah. kompos lebih ringan dari tanah umumnya sehingga kehadirannya
akan lebih menggemburkan sekitarnya. Tanah yang gembur akan meningkatkan porositas
dan keleluasaan ruang udara dan air dalam tanah.
2. Kompos dapat sebagai perekat partikel tanah sehingga struktur tanah lebih baik dan lebih
tahan terhadap erosi. Terlebih lagi tanah berpasir sangat membutuhkan kompos agar tidak
terlalu lepas dan kering.
3. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air dan menyimpan air lebih lama.
4. Memperbaiki drainase dan aerasi tanah.
5. Menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman.
6. Dapat mengikat pupuk dan mengatur penyediaannya bagi tanaman.
7. Memudahkan pertumbuhan akar dan tanaman.
8. Meningkatkan jenis organisme dalam tanah dan aktivitas biologi tanah.
9. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan tanaman.
10. Mencegah lapisan kering pada tanah.
11. Menekan pertumbuhan atau serangan penyakit pada tanaman.

3
1.6 Pembuatan Kompos

• Alat dan Bahan

❖ Bahan yang dapat dijadikan kompos sangat beragam: Semak belukar, rerumputan, tanaman
pelindung: titonia, mukuna, turi, lamtoro dan lainnya.

a. Sisa tanaman/limbah panen: jerami dan sekam, batang dan tongkol jagung, daun dan kulit
kopi, batang dan daun pisang, batang kering panen dari kacang-kacangan dan umbi-umbian.

b. Limbah organik rumah tangga: sisa rajangan atau sisa olahan dan sisa makanan, tinjadan
urin.

c. Limbah organik pasar/kota: kupasan/kopekan sayur, perut ikan dan ayam, air kelapa,air
cucian ayam dan ikan.

d. Limbah agroindustri: limbah pabrik gula (ampas tebu dan blotong), industri tahu dantempe,
kelapa sawit dan lainnya.

e. Limbah peternakan: kotoran padat, urin hewan, sisa pakan. Sisa rumah potong hewan,darah
dan tepung tulang dan limbah biogas.

f. Kapur pertanian (Kaptan): kulit kerang, terak baja, semen, dolomit.

❖ Alat yang diperlukan untuk pengomposan adalah:

a. Parang/pisau/sabit untuk memotong bahan kompos hingga sesuai dengan ukuran yang
diinginkan.

b. Garu dan sekop untuk mengumpulkan bahan. Dipakai juga saat mengaduk danpembalikan
bahan.

c. Ember atau gembor menyiram air pada tumpukan bahan.

d. Atap peneduk/plastik untuk menutup/melindungi bahan saat proses pengomposan.

e. Termometer untuk mengukur suhu.

f. Ayakan dan karung menyimpan bahan yang sudah jadi kompos.

4
Untuk lokasi pembuatan kompos disarankan berada di tempat teduh dan terhindar
darisinar matahari dan hujan secara langsung. Jika disediakan tempat khusus yang diberi atap atau
peneduh sebaiknya mempunyai lebar sekitar 2 meter dan panjang tergantung kondisi tempat. Jika
tidak tersedia rumah kompos maka pilihan tempat antara lain adalah dibawah atau diantara pohon
yang rindang dan tumpukan bahan dilindungi dengan terpal plastik selama prose pengomposan
berlangsung.

• Tahapan Pembuatan Kompos

a. Pemilahan Sampah

Pada tahapan ini dilakukan pemisahan sampah organik dan anorganik. Pemilahan haru
dilakukan dengan teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang
dihasilkan. Bahan organik yang seragam akan matang. Bahan organik merata dan bersama tetapi
kompos dari bahan kandungan yang beranekan dapat mempunyai hara yang lebih beragam nanum
harus memperhatikan jenis bahan.
b. Ukuran Bahan Dasar
Untuk mempercepat proses penguraian/pengomposan dilakukan pengecilan ukurandengan
merajang/mencacah bahan sehingga memperluas permukaan sampah yangakan diuraikan oleh
organisme yang aktif (cacing tanah, rayap, semut, kutu, bakteridan berbagai jamur).
c. Penyusunan Bahan

Bahan organik yang sudah disiapkan kemudian disusun menjadi lapisan, dimulai dengan
bahan utama seperti jerami, tongkol jagung dan lainnya. Setelah itu diperkaya dan aktivator
seperti pupuk kandang, sekam, kapur dan mikroba lokal atau dari kemasan siap pakai. Lapisan
bahan dapat diulang hingga membentuk tumpukan setinggi 70-125 cm.

Setiap tumpukan disiram air secara merata hingga cukup lembab tetapi tidak berlebihan.
Ditutup dengan plastik pelindung untuk menghindarkan bahan dari panas dan hujan secara
langsung. Di tiap lapisan dapat juga diberi terowongan bambu yang berfungsi mengalirkan udara
di dalam tumpukan.

5
d. Pembalikan dan Penyiraman

Pembalikan dilakukan untuk membuang gas dan panas yang berlebihan serta memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan
dan meratakan pemberian air. Pembalikan dilakukan setelah minggu pertama, kedua, dan ketiga
hingga bahan kompos sudah terlihat matang.Setiap kali pembalikan maka bahan ditutup kembali
seperti sedia kala. Setiap kali pembalikan disertai penyiraman. Pekerjaan ini dilakukan agar
terjadi percampuran yang merata antara bahan baku kompos dengan kotoran ternak dan kapur.
Selain itu untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi jasad-jasad renik yang berperan dalam
proses dekomposisi sehingga mempercepat pembusukan/pengomposan.
e. Pematangan

Selama proses penguraian berjalan maka bahan akan semakin hancur dan menyusut yang
terlihat mulai minggu keempat hingga kompos matang sempurna. Waktu pengomposan
membutuhkan waktu sekitar 6-10 minggu, tergantung bahandasar yang dipergunakan. Bila
tumpukan telah lapuk seluruhnya, akan diperoleh hasil yang tidak dikenali lagi bahan dasarnya.
f. Pemanenan Kompos

Hasil kompos yang diperoleh dapat langsung untuk tujuan pertanian. Mutu kompos yang baik
adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna serta tidak menimbulkan efek
merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Kompos yang baik adalah kompos yang berwarna
kehitaman, memiliki tekstur remah, tidak larut dalam air,nisbah C/N sebesar 10-20, dan tidak
berbau.
g. Pengemasan dan Penyimpanan

Kompos yang telah disaring dapat disimpan di gudang jika belum digunakan. Hal yang perlu
diperhatikan jika kompos masih akan disimpan adalah kadar air diturunkandibawah 50%
dan bahan tidak terkena hujan dan sinar matahari. kompos dalam gudang harus aman dan
terlindungi dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan benih gulma
dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin. Kompos yang telah
disaring langsung dikemas dalam kantung dan dapat dijual sesuai dengan kebutuhan pemasaran.

6
• Pembuatan Kompos Tanpa Bantuan Aktivator

• Bahan Baku

Bahan baku yang berasal dari lahan atau hutan sehingga dapat mengurangi resiko kebakaran
lahan dan hutan. Seperti salah satu campuran dari pakis, dedaunan, sekam/jerami, serbuk gergaji,
atau sampah organik sebanyak 80%, kotoran hewan 10%, dan dedak/bekatul 10%
• Proses Pembuatan

▪ Buatlah lubang pada lahan yang telah disiapkan dengan ukuran yang bervariasi sesuai
kebutuhan dan tersedianya bahan.
▪ Bahan kompos seperti ranting, dedaunan yang berukuran besar sebaiknya digiling/dicacah
dengan alat penggilih/dicokoh dengan parang sampai berukuran 2-3 cm.
▪ Masukkan sebagian seresah/daun kedalam lubang dan ratakan hingga membentuk satu
lapisan.
▪ Tutup lapisan seresah tersebut dengan tanah bekas galian hingga rata menutupi seresah,
tambahkan kotoran hewan dan bekatul/dedak di atas seresah agar proses pelapukan lebih
cepat dan menambah unsur lainnya dalam kompos.
▪ Masukkan lagi seresah tersebut agar proses pelapukannya lebih cepat.

▪ Masukkan lagi kotoran hewan dan dedak/bekatul yang pertama dan ratakan, timbun lagi
dengan tanah, kotoran hewan dan dedak/bekatul. Lakukan hal tersebut berulang- ulang
hingga semua seresah masuk ke dalam lubang kemudian tutup dengan tanah.
Tunggu sekitar 12 minggu, seresah tadi susah akan menjadi kompos, dan kompos siap dipakai.
• Pembuatan Kompos dengan Bantuan Aktivator
• Bahan Baku

a. Salah satu campuran dari pakis, dedaunan. Sekam/jerami, serbuk gergaji, atau sampah
organik sebayak 80%
b. Kotoran hewan 10%

c. Dedak/bekatul 10%

d. Em4 (Effective Microorganisme 4) 100 ml

e. Molase/gula 25 gram dan air

7
• Cara Pembuatan

a. Buatlah lubang pada lahan yang telah disediakan dengan ukuran yang bervariasi sesuai
kebutuhan dan tersedianya bahan.
b. Buatlah larutan fermentasi EM4, yaitu dengan perbandingan EM4 : Molase : Air = 1 :1 :
1000 ml, aduk rata dan diamkan.
c. Buatlah Bokashi starter yang terdiri dari dedak dan sekam dengan perbandingan 9 : 1.

d. Siramlah larutan fermentasi EM4 yang telah didiamkan semalam ke bokashi starter, aduk
hingga rata. Masukkan ke dalam karung dan tutup rapat fermentasi selama 2-3 hari.
e. Setelah fermentasi 2-3 hari campurkan dengan seresah daun dan aduk hingga merata. Aduk
dengan kelembapan 30% dengan tanda kalau dikepal air tidak keluar dari adonan, bila dilepas
maka adonan akan mengar, bila masih kurang air tambahkan air.
f. Adukana tersebut kemudian ditumpuk/digundukan di atas tanah atau kotak dengan
ketinggian 2-2,5 cm, kemudian tutup selama 4-5 hari. Pertahankan suhu di tumpukan tersebut
400C-500C, jika suhu lebih dari 500C bukalah tutup tumpukan tersebut.penempatan adonan
tersebut sebaiknya tidak terkena panas dan hujan langsung dan diletakkan pada tanah yang
disemen atau diberi plastik sehingga kering.
• Tahapan pembuatan kompos secara ringkas adalah sebagai berikut:

• Sisa tanaman berupa limbah panen, semak belukar atau rerumputan dirajang ataudicacah
dengan ukuran 25-50 cm.
• Potongan-potongan bahan kompos tadi disusun rapih dan ditumpuk setebal 30-50cm.
• Taburkan kapur pertanian di atas kotoran ternak secukupnya sehingga merata.

• Selanjutnya di atas permukaan kotoran ternak dan kapur disusun/ditumpuk kembali


potongan-potongan sisa-sisa tanaman secara merata. Demikian seterusnya, sehingga susunan
bahan kompos berlapis-lapis mencapai ketinggian 1,5 meter.
• Setelah selesai menyusun, kemudian dilakukan penyiraman dengan air secukupnya.
• Untuk mempercepat proses pembusukan, sebaiknya kompos ditutup dengan lembaran plastik
(terpal).

8
1.7 Pembuatan Molase
Molase, yaitu: sari tetes tebu (biang gula). Pembuatan Molase dapat juga dengan melarutkan gula
merah/putih ke dalam air bersih (tanpa kaporit) dengan perbandingan 1 : 1.
1.8 Pembuatan EM (Effective Microorganisme)
• Bahan-bahan:

a. Susu sapi/kambing murni

b. Usus ayam/kambing secukupnya

c. Terasi ½ kg

d. 1 kg gula pasir (perasan tebu)

e. 1 kg bekatul

f. 1 buah nanas

g. 10 liter air
• Alat:
a. Panci
b. Kompor
c. Blender/parutan

Cara Mebuat

a. Nanas dihaluskan dengan blender, kemudian dimasukkan ke dalam panci.

b. Campurkan terasi, bekatul, gula pasir dan air bersih, masak hingga mendidih lalu dinginkan.

c. Tambahkan susu dan usus, aduk hingga tercampur rata. Tutuplah rapat-rapat selama12 jam.
Jika sudah jadi, adonan akan menjadi kental atau lengket. EM dianggap berhasil jika muncul
gelembung-gelembung di permukaan.

9
1.9 Cara Pembiakan Bakteri EM (Effective Microorganisme)
• Bahan-bahan:

a. Cairan EM 1 liter

b. Bekatul 3 kg

c. Molase (dalam keadaan cair) ¼ liter

d. Terasi ¼ kg

e. Air bersih (tanpa kaporit/tawar)

• Peralatan:

a. Ember

b. Pengaduk kayu

c. Panci pemasak air

d. Saringan (kain/kawat kasa)

e. Botol

Cara Pembuatan

a. Panaskan 5 liter air sampai mendidih.

b. Masukkan bekatul, molase dan terasi, aduk hingga rata.

c. Dinginkan adonan, setelah itu masukkan cairan EM, aduk hingga merata.

d. Tutuplah rapat-rapat selama 2 hari. Jangan dibuka-buka.

e. Pada hari ketiga, penutup jangan rapat-rapat, aduk-aduklah setiap harinya kurang lebih 10
menit.

f. Setelah 1 minggu, bakteri sudah dapat diambil dan disaring, masukkan ke dalam botol.
Simpan ke dalam botol di ruang sejuk dan tidak terkena sinar matahari langsung.

g. Cairan EM siap digunakan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Henuhili, V. 2008. Manfaat dan Penggunaan Kompos pada Media Tanam. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta
Latifah, S, Tobing, M.C, Martial, T. 2014. Pupuk Organik Kompos: Memanfaatkan Limbah
Sekitar Lingkungan. CV. Kiswatech: Medan
Rajiman. 2020. Pengantar Pemupukan. CV. Budi Utama: Yogyakarta

Anonim. 1991. Penelitian dan Pengembangan Pupuk Kompos Sampah Kota. Kerjasama
Penelitian antara Center for Policy and Implementations Studies dengan pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian.
Biddlestone, A.J., and K.R. Gray. 1985. Composting. In C.W. Robinson and J.A. Howel
(Eds.). Comprehensive Biotechnology. Vol. 4. Pergamon Press, Oxford, U.K.
Atiyeh, R. M., S. Subler, C.A. Edwards, G. Bachman, J. D. Metzger dan W. Shuster.
2000. Effects of vermicomposts and composts on plant growth in horticultural
container media andsoil. Journal Pedo biologia, 44, 579–590. Ohio State University.
USA.
Hadisuwito, Sukamto, 2007, Membuat Pupuk Kompos Cair, Cetakan ketiga, Agromedia
Pustaka,Jakarta.
Foth, H. D, 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai