Anda di halaman 1dari 36

“Eksploitasi Mikroorganisme secara

Komersial di Bidang Pertanian :


Composting dan Mikroorganisme Tanah
untuk Memperbaiki Struktur Tanah”

Fa’izah Nur Shabirna 01311640000042

Leny Brilyan A 01311640000064

Elsa Dianita Aulia 01311640000080


Struktur Tanah Yang Baik

(Madigan, 2012)
Kondisi pada tiap horizon dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Horizon O, yaitu lapisan tanah paling atas. Terdiri dari material yang
tidak terdekomposisi.
2. Horizon A, yaitu surface soil yang mengandung komponen organik
tinggi, berwarna gelap dan digunakan dalam bidang pertanian. Pada
lapisan tanah ini jumlah mikroorganisme dan aktivitasnya sangat
tinggi.
3. Horizon B, yaitu lapisan subsoil yang terdiri dari mineral, humus,
dan hasil aktivitas metabolisme pada surface soil juga dapat
terakumulasi di lapisan ini. Kandungan material organik rendah,
jumlah dan aktivitas mikroorganisme pada lapisan ini lebih rendah
dibandingkan dengan surface soil.
4. Horizon C, yaitu lapisan soil base yang banyak mengandung
bebatuan dan aktivitas mikroorganisme pada lapisan ini sangat
rendah.

(Madigan, 2012)
Jenis-jenis tanah
 Aluvial
terbentuk dari bahan endapan muda
(alluvium), mempunyai tekstur lebih halus
dari pasir berlempung pada kedalaman 25-
100 cm
 Andosol
terdiri dari abu volkan, bahan amorf atau
bahan piroklastik
 Grunusol
mempunyai kadar liat > 30% setebal 50 cm
dari permukaan tanah
 Organosol
terdiri dari bahan organik dengan ketebalan
lebih dari 50cm, kadar C organik lebih dari 12
%.
 Litosol
sangat dangkal dengan ketebalan kurang dari
25 cm diatas batuan kukuh. Tanah ini
mempunyai susunan berlapis atau kadar C
organiknya tidak teratur
 Nostoc sp. (fiksasi N2)
 Thiobacillus spp. (oksidasi H2S)
 Actinobacteria (mengurai senyawa posfat)
 Pseudomonas (melarutkan posfat
&degradasi berbagai hidrokarbon)
Mekanisme komposting tanah oleh mikroba
 Definisi
 Tujuan
 Faktor-faktor
 Mikroba Kompos
Contoh aktivator/starter : Effective Microorganism 4 (EM4)
 Mekanisme/proses komposting
Definisi
 Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui
proses biologis dengan bantuan organisme pengurai.
Proses penguraian dapat berlangsung secara aerob
maupun anaerob
 Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan
organik mengalami penguraian secara biologis ,
khususnya oleh mikroba-mikroba yang dapat
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi

(J.H.Crawford, 2003)
Tujuan Komposting :
1. Mengubah bahan organik yang biodegradable
menjadi bahan yang stabil
2. Membunuh mikroba pathogen, telur insect &
organisme lain
3. Menyediakan nutrient yang cukup untuk
menunjang kesuburan tanah / tanaman
Faktor-faktor yang Mempengaruhi proses
Pengomposan

1. Rasio C/ N
2. Ukuran Partikel
3. Aerasi
4. Porositas
5. Kelembaban
6. Suhu
7. Kadar pH
(Adi Budi Yulianto, 2009)
Mikroba Kompos
 Menurut Rao (1994) mikroba yang
berperan dalam proses pengomposan ada
dua jenis yang dominan, yaitu: bakteri
dan jamur. Jenis- jenis bakteri penting
yang mempengaruhi proses pengomposan
dapat dikelompokkan berdasarkan asal
bakteri, kebutuhan oksigen, suhu, dan jenis
makanannya.
Mikroba yg terkandung di dalam
Starter/aktivator:
 Secara global terdapat 5 golongan yang pokok
yaitu:

◦ Bakteri fotosintetik
◦ Lactobacillus sp
◦ Streptomycetes sp
◦ Ragi (yeast)
◦ Actinomycetes
Effective Microorganism 4 (EM4)
 Merupakan mikroorganisme (bakteri) pengurai yang
dapat membantu dalam pembusukan sampah
organik
 Berisi sekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi,
di antaranya bakteri fotositetik, Lactobacillus sp.,
Streptomyces sp.,Actinomycetes sp. dan ragi
 Digunakan untuk pengomposan modern.
Diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan
keragaman dan populasi mikroorganisme di dalam
tanah dan Kompos yang dihasilkan ramah lingkungan

(Maman Suparman, 1994:3)


Mekanisme/proses komposting
BIOACTIVE COMPOST
 Pengertian
 Manfaat
 Contoh  Arkoba
 Cara pembuatan
PENGERTIAN
 Bioactive  mempunyai kemampuan sebagai
biofungisida.
 Bioactive compost adalah kompos yang
diproduksi dengan bantuan mikroba
lignoselulolitik unggul yang tetap bertahan di
dalam kompos dan berperan sebagai agensia
hayati pengendali penyakit tanaman.
MANFAAT
 Agen pembangun kesuburan tanah 
arang yang menyatu dalam kompos
mampu meningkatkan pH tanah sekaligus
memperbaiki sirkulasi air dan udara dalam
tanah.
 Biofungisida  melindungi tanaman dari
serangan penyakit akar
 Merupakan hasil optimalisasi dan
pemanfaatan limbah industri perkayuan
terutama serbuk gergaji
CARA PEMBUATAN (Arkoba Nilam)

Matang jika suhu


Mencampur bahan
menurun, meski dibalik Dibongkar dan diangin-
kompos (daun nilam),
tidak ada kenaikan suhu, anginkan minimal 3 hari
arang, orgadec, dan air
warna lebih gelap, dan sebelum diaplikasikan
secara merata
berbau mirip tanah

Dimasukkan ke dalam suhu tetap  dibalik


wadah pengomposan kering  ditambah air

Suhu diukur setiap hari


Ditutup dengan plastik,
untuk memonitor apakah
bagian tengah dipasang
berjalan atau tidak
termometer
proses pengomposannya
BIOFERTILIZER

Biofertilizer adalah zat yang mengandung mikroorganisme


hidup yang ketika diaplikasikan pada benih, permukaan
tanaman atau tanah akan mengkoloni rhizosfer atau
anterior tanaman dan meningkatkan pertumbuhan dengan
meningkatkan pasokan nutrisi utama ke tanaman inang
Jenis2 biofertilizer menurut
Kapoor et al (2015):
1. Biofertilizer pengikat nitrogen;
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillu,
Bradyrhizoum
2. Biofertilizer pelarut fosfor; Bacillus,
Pseudomonas, Aspergillus
3. Biofertilizer pengurai fosfor; Mycorrhiza
4. Biofertilizer pemercepat pertumbuhan
tanaman; Pseudomonas
a. Seedling root dip
 Metode ini diterapkan pada tanaman padi.
Sebotol air disebar di tanah di mana
tanaman akan ditumbuhkan. Bibit pada
ditanam di air dan disimpan di sana selama
delapan hingga sepuluh jam
b. Seed treatment
 Pupuk nitrogen dan fosfor dicampur
bersama di dalam air. Kemudian biji
dicelupkan ke dalam campuran. Setelah itu
biji dikeringkan dan harus ditanam
sesegera mungkin sebelum mereka rusak
oleh mikroorganisme berbahaya.
c. Soil treatment
 Semua biofertilizer bersama dengan
pupuk kompos dicampur bersama.
Campuran tersebut disimpan untuk satu
malam. Kemudian, hari berikutnya
campuran ini disebar di tanah tempat
benih harus ditanam.
 Biofertilizer seharusnya dapat menjadi alternative yang
aman untuk pupuk kimia, untuk meminimalisir gangguan
ekologis.
 Biofertilizer lebih hemat biaya, ramah lingkungan dan
ketika dibutuhkan dalam jumlah besar dapat dihasilkan
dengan mudah.
 Biofertilizer dapat meningkatkan hasil panen sebesar 10-
40% dan menangkap nitrogen hingga 40-50%. Keuntungan
lain setelah digunakan biofertilizer secara terus menerus
tidak perlu diaplikasikan biofertilizer karena indukan
inoculum mencukupi untuk pertumbuhan dan
perbanyakan (Youssef dan Eissa, 2014).
 Keefektifan dari biofertilizer adalah hasil dari
interaksi kimia dan biologis yang kompleks.

 Dimana dapat dipengaruhi kelembaban, suhu,


pH dan variable lingkungan lainnya. Jika kondisi
lingkungan tidak tepat baki mikroba untuk
berkembang biak dan melakukan aktivitasnya,
populasi mereka akan cenderung surut.

 Sehingga dapat membuang-buang waktu dan


uang pada produk yang tidak sesuai untuk
kondisi tanah (Kapoor et al, 2015).
PENGARUH KOMPOS YANG
BERASAL DARI LIMBAH BUAH
YANG DIREKOMPOSISI OLEH
TEKNOLOGI EFFECTIVE
MICROORGANISM (EM) PADA
PARAMETER PERTUMBUHAN
TANAMAN VIGNA MUNGO
METODE
 Diaktivasi kultur stok cair EM-1 penambahan 20 liter air dan 2 kilogram Jaggery
(gula tebu murni) ke 1 liter EM
 Dicampurkan limbah buah dengan kultur EM kemudian diamati pertumbuhan
mikroba dan proses dekomposisi
 Dianalisis parameter nutrisi seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
karbon organik dan asam humat.
 Diaplikasikan pupuk dengan EM diberikan ketika Vigna mungo telah ditanam
selama 20 hari.
 Dianalisis panjang tunas, tinggi tanaman, luas permukaan daun, jumlah cabang
baru muncul, total infestasi hama daun dedaunan dan invasi patogen, populasi
mikroba fikosfer, konten klorofil.
 Dianalisis populasi mikroba heterotrofik di tempat kompos yang digunakan juga.
 Ditentukan total hasil dan rasio biaya manfaat dengan mengukur jumlah total
gram yang diperoleh setelah panen dan rasio biaya yang digunakan.
HASIL
A. Penguraian limbah
 Dalam kasus limbah buah, proses
dekomposisi dimulai setelah
pengaplikasian EM yang divisualisasikan
dengan jelas setelah hari ke-5 aplikasi EM
dengan munculnya actinomycetes dan
pertumbuhan jamur. Penurunan tajam
volume dan decolorisasi, bau menyengat,
perubahan tekstur fisik dan sedikit
aktivitas air terlihat.
B. Parameter nutrisi
kompos
 Semua parameter
nutrisi yang diuji
kecuali total fosfor
dan karbon organik
meningkat secara
signifikan dari
kontrol (P> 0,05)
dalam kompos yang
berasal dari limbah
buah yang
diaplikasikan EM-1.
C. Parameter
pertumbuhan
tanaman
D. Total hasil dan rasio biaya
 Produksi maksimum Vigna mungo
(1097,12 kg / ha-1) dicatat dalam plot
yang dikomposkan kompos EM dan
581,22 kg / ha-1 dalam plot kontrol. Rasio
biaya juga di plot yang dikomposkan
kompos yang mengungkapkan 1: 1,93 dan
1:01 di plot kontrol.
 Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai