Anda di halaman 1dari 9

PERANAN MIKROORGANISME DALAM PENGURAIAN BAHAN ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TANAMAN

Oleh :
Hendra Kurniawan
512015601
Kelompok 1

FAKULTAS PERTANIAN DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
I. LANDASAN TEORI
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik
berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk
menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat
langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan
sifat dan ciri tanah. Bahan organik ini merupakan sumber nutrien inorganik bagi tanaman.
Jadi tingkat pertumbuhan tanaman untuk periode yang lama sebanding dengan suplai nutrien
organik dan inorganik. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan langsung utama bahan
organik adalah untuk menyuplai nutrien bagi tanaman. Penambahan bahan organik kedalam
tanah akan menambahkan unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan oleh
tumbuhan, sehingga pemupukan dengan pupuk anorganik yang biasa dilakukan oleh para
petani dapat dikurangi kuantitasnya karena tumbuhan sudah mendapatkan unsur-unsur hara
dari bahan organik yang ditambahkan kedalam tanah tersebut. Efisiensi nutrisi tanaman
meningkat apabila pememukaan tanah dilindungi dengan bahan organik. (Rahmadhi,2014)
Bahan organik tanah mempengaruhi sebagian besar proses fisika, biologi dan kimia
dalam tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan K untuk
tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan
mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Hal ini
akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Besarnya
pengaruh ini bervariasi tergantung perubahan pada setiap faktor utama lingkungan.
Sehubungan dengan hasil-hasil dekomposisi bahan organik dan sifat-sifat humus maka dapat
dikatakan bahwa bahan organik akan sangat mempengaruhi sifat dan ciri tanah. Peranan tidak
langsung bahan organik bagi tanaman meliputi :
Meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Bahan organik dapat meningkatkan
kemampuan tanah menahan air karena bahan organik, terutama yang telah menjadi
humus dengan ratio C/N 20 dan kadar C 57% dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari
bobotnya.
Membentuk kompleks dengan unsur mikro sehingga melindungi unsur-unsur tersebut
dari pencucian. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali.
Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah Peningkatan KTK menambah kemampuan
tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
Memperbaiki struktur tanah . Tanah yang mengandung bahan organik berstruktur
gembur, dan apabila dicampurkan dengan bahan mineral akan memberikan struktur
remah dan mudah untuk dilakukan pengolahan. Struktur tanah yang demikian
merupakan sifat fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang
bertekstur liat, pasir, atau gumpal akan memberikan sifat fisik yang lebih baik bila
tercampur dengan bahan organik, dilain pihak akan menekan erosi tanah.
Memperbaiki agregasi tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam
tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan
organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan.
Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap
air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan
aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah
akibat terbentuknya agregat.( Dipoyuwono, 2007)
Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan bahan hijauan dan
bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik,
seperti urea. Kompos merupakan hasil fermentasi dari bahan-bahan organik sehingga berubah
bentuk, berwarna kehitam-hitaman dan tidak berbau. Pengomposan merupakan proses
penguraian bahan-bahan organik dalam suhu yang tinggi sehingga mikroorganisme dapat
aktif menguraikan bahan-bahan organik sehingga dapat dihasilkan bahan yang dapat
digunakan tanah tanpa merugikan lingkungan.( Murbandono,2000)
Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective
microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari
Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya. Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus
microorganisme fermentor. Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif
dalam memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok
yaitu: Bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.
EM merupakan campuran dari mikroorganisme bermanfaat yang terdiri dari lima kelompok,
10 Genius 80 Spesies dan setelah di lahan menjadi 125 Spesies. EM berupa larutan coklat
dengan pH 3,5-4,0. Terdiri dari mikroorganisme Aerob dan anaerob. Meski berbeda, dalam
tanah memberikan multiple efect yang secara dramatis meningkatkan mikro flora tanah.
Bahan terlarut seperti asam amino, sacharida, alkohol dapat diserap langsung oleh akar
tanaman.(Anonymus)
Kandungan EM terdiri dari bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, actinomicetes, ragi
dan jamur fermentasi. Bakteri fotosintetik membentuk zat-zat bermanfaat yang menghasilkan
asam amino, asam nukleat dan zat-zat bioaktif yang berasal dari gas berbahaya dan berfungsi
untuk mengikat nitrogen dari udara. Bakteri asam laktat berfungsi untuk fermentasi bahan
organik jadi asam laktat, percepat perombakan bahan organik, lignin dan cellulose, dan
menekan pathogen dengan asam laktat yang dihasilkan.Actinomicetes menghasilkan zat anti
mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Ragi menghasilkan zat anti
biotik, menghasilkan enzim dan hormon, sekresi ragi menjadi substrat untuk mikroorganisme
effektif bakteri asam laktat actinomicetes. Cendawan fermentasi mampu mengurai bahan
organik secara cepat yang menghasilkan alkohol esteranti mikroba, menghilangkan bau
busuk, mencegah serangga dan ulat merugikan. (Rohendi, 2005.)
Fungsi EM untuk mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan humus tanah
lactobonillus sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi asam amino. Bila
disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah klorofil, fotosintesis meningkat dan
percepat kematangan buah dan mengurangi buah busuk. Juga berfungsi untuk mengikat
nitrogen dari udara, menghasilkan senyawa yang berfunsi antioksidan, menekan bau limbah,
menggemburkan tanah, meningkatkan daya dukung lahan, meningkatkan cita rasa produksi
pangan, perpanjang daya simpan produksi pertanian, meningkatkan kualitas daging,
meningkatkan kualitas air dan mengurangi molaritas Benur.
Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokan
menjadi tiga, yaitu:
1. Menanipulasi kondisi/faktor faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
2. Menambahkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba
pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
3. Menggabungkan strategi pertama dan kedua. (Hadisuwito, 2012)

Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik
dan anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos.
Sampah yang dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah
organik, karena mudah mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba.Proses
dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik
yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan jasad hidup yang berasal dari udara,
tanah, air, dan sumber lainnya, lalu di dalamnya terjadi proses mikrobiologis. Beberapa hal
yang harus diperhatikan agar proses tersebut berjalan lancar adalah perbandingan nitrogen
dan karbon (C/N rasio) di dalam bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur,
pH, dan jenis mikroba yang berperan didalamnya. Indikator yang menunjukkan bahwa proses
dekomposisi senyawa organik berjalan lancar adalah adanya perubahan pH dan temperatur.
Proses dekomposisi akan berjalan dalam empat fase, yaitumesofilik,termofilik, pendinginan,
dan masak.( Apriadi,2000)

Faktor faktor yang mempengaruhi proses pengomposan yaitu :


Rasio C/NRasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga
40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk
sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk
sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ukuran Partikel Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan
area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang
antar bahan (porositas).
Aerasi Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan
udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos.
Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau
yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau
mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Udara akan
mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka
pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)Kelembaban memegang peranan yang sangat penting
dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai
oksigen. Kelembaban 40 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan
akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%,
hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun
dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu panas dihasilkan dari aktivitas mikroba.

II. TUJUAN
1. Mengetahui proses penguraian bahan organik dan peranan mikroorganisme
didalamnya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan.
III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pembuatan bahan organik dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2017 pukul
08.00 WIB di kebun Salaran, Kopeng.
3.2 Alat dan Bahan

Alat : - Plastik
- Pisau

Bahan : - Sayuran segar


- EM
- Seresah daun - Gula
- Bekatul

3.3 Cara Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan
2. Daun segar dan seresah sebagai bahan organik dicacah kecil-kecil
3. Bekatul dicampur dengan bahan organik sampai rata
4. EM dan gula dilarutkan dalam air.
5. Sayuran diberi larutan EM dan udara yang udara dalam plastik dikeluarkan untuk
mempercepat proses fermentasi.
IV. HASIL PENGAMATAN

Tanggal 24/2/2017 3/3/2017 10/3/2017


Warna Masih hijau Kuning Coklat
Aroma Fermentasi Alkohol Tdk berbau
Tekstur Daun keras dan berair Daun sudah lunak Daun lunak
Suhu 24 0c - 22 0c
Jamur Jamur ada sedikit Hanya bagian atas Jamur sudah rata

V. PEMBAHASAN

Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah, jumlahnya tidak besar hanya
sekitar 3-5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah sangat besar. Adapun pengaruh
bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya terhadap pertumbuhan tanaman,
misalnya sebagai sumber unsur hara N,P,S dan unsur mikro, memperbaiki struktur tanah dan
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah. Dalam proses pembuatan kompos adalah
dengan menggunakan aktivator EM-4, yaitu proses pengkomposan dengan menggunakan
bahan tambahan berupa mikroorganisme dalam media cair yang berfungsi untuk
mempercepat pengkomposan dan memperkaya mikroba. Bahan-bahan yang digunakan
adalah : bahan baku utama berupa sampah organik, EM4, gula,dedak dan air.
Parameter yang dilakukan pada proses pembuatan bahan organik meliputi warna,suhu,
aroma, testur dan jamur. Menurut Jakmi (2009) menjelaskan bahwa untuk mengetahui
kematangan kompos dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu :
a) pH,Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. Sedangkan data untuk pH
tidak ada.
b) Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposakan,
jika metode pengomposan yang dipergunakan ada penambahan aktivator pengomposan.
Maka proses pengomposan lebih cepat. Proses pembuatan bahan organik dengan
menggunakan bahan dasar sayuran yang mudah terurai dan pengamatan dilakukan
selama 4 minggu dan minggu terakhir dapat disimpulkan bahwa kompos belum benar-
benar matang.
c) Dicium : kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum. Apabila kompos
tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan
senyawa senyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos
masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang. Hal ini
sependapat dengan data yang diperoleh bau pada minggu pertama yaitu bau fermentasi
dan untuk minggu kedua bau dari bahan organiknya,sedangkan untuk minggu terakhir
bau tidak terlalu menyengat sehingga dapat disimpulkan bahwa ada proses
pengomposan dalam bahan dasar seresah daun.
d) Kekerasan bahan : kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan.
Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremas
remas akan mudah hancur. Dalam praktikum ini digunakan parameter testur bahan.
Pengamatan dilakukan selama tiga minggu dan pada hasil akhir bahan organik belum
matang karena testur dari bahan asal masih keras terutama pada seresah daun.
e) Warna kompos : kompos yang sudah matang adalah coklat kehitam hitaman. Apabila
kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti
kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos
seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih. Hal ini benar adanya
warna pada bahan organik selama pengamatan tiga minggu seresah daun tidak berubah
warna kehitam-hitaman masih sama dengan bahan asal, dan permukaan kompos
terdapat miselium jamur.
f) Penyusutan : terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 40 %. Apabila penyusutannya
masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos
belum matang. Parameter penyusutan tidak dilakukan tetapi nampak jelas adanya
penyusutan dari bahan asal sayuran.
g) Suhu : suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan.
Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 50 oC, berarti proses pengomposan masih
berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang. Pengukuran suhu dilakukan pada
minggu kedua menunjukan angka 24 oC jadi suhu sudah turun dan mingguterakhir
terjadi penurunan suhu menjadi 22 oC.
Dari penjelasan diatas untuk mengetahui kematangan kompos dapat disimpulkan bahwa
untuk data warna, kompos tidak mengalami perubahan warna menjadi kehitan-hitaman,
kompos masih berwarna asal, pada data aroma sependapat dengan penjelasan Jakmi pada
minggu kedau terjadi bau yang tidak sedap, tetapi pada minggu terakhir kompos tidak berbau.
Untuk testur kompos masih keras terutama seresah daun kering dan daun hijau segar yang
sudah lunak. Pada minggu kedua miselium jamur sudah terlihat dan minggu terakhir
miselium semakin banyak jadi tidak terjadi penguraian bahan organik hanya ada jamur
sedangkan mikroorganisme tidak bekerja hal ini didukung dengan data suhu yang
menunjukan suhu rendah sedangkan proses pengomposan memiliki suhu tinggi akan
meningkat hingga di atas 50-70 oC. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba
yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan
organik menjadi CO2, uap air dan panas. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi.

VI. KESIMPULAN
1. Penguraian dalam kondisi anaerobik dan aerobik,penguraian akan menghasilkan H2O
dan CO2,serta senyawa lain dalam bentuk nutrisi. Mikroba pengurai ini berfungsi
melapukan atau mendekomposisi sampah organik dan bahan organik. Pada kondisi
kelembaban,suhu,porositas dan aerasi yang sesuai dengan kebutuhannya, bakteri ini
akan bekerja terus menerus tanpa henti, atau mendekomposisi material organik dengan
cepat. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu
tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik dan mikroba Termofilik yang aktif pada kondisi
ini.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penguraian (dekomposisi) bahan bahan
sampah, yaitu pengaturan aerasi, suhu, kelembaban, jenis jasad pengurai (dekompucer),
jenis sampahnya, kondisi sampah (utuh atau dipotong terlebih dahulu dan ukuran
potongan) serta adanya bahan bahan tambahan seperti effective microorganisme
yang disingkat EM.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonymus. Effective Mikroorganisme 4 (EM4) Bakteri Fermentasi Bahan Organik
Tanah. Harian mitra desa. Tanggal 11 Oktober hal :22. Bandung
Apriadi. W . 2000. Memproses Sampah. Penebar Swadaya. Jakarta
Dipoyuwono. 2007. Kiat Menggatasi Permasalahan Praktis. Agromedia Pustaka.
Jakarta
Hadisuwito, Sukamto. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. AgroMedia. Jakarta
Murbandono. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta
Rahmadhi. 2014. Pemanfaatan Limbah Padat Tandan Kosong Kelapa Sawit dan
Tanaman Pakis Untuk Produksi Kompos menggunakan Aktivator EM4. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pekanbaru
Rohendi, E.2005. Lokakarya Sehari Pengelolaan Sampah.DKI Jakarta. Prosiding
Bogor, 08 April 2012
Sutedjo. 2002. Potensi dan Pemanfatan limbah gula sebagai bahan pembuatan pupuk
organik tanah. Nalai industri IndonesiaAnonymus .Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai