Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulis mengalami banyak kesulitan yang dihadapi dalam penyelsaian
makalah ini. Namun, berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis menghanturkan kepada dosen
mata kuliah, orang tua, dan teman-teman serta pihak atas motifasi serta
bantuannya baik secara materi maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran, kritik
yang bersifat positif, dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaatbagi kita semua, sebagai gerbang pembuka
cakrawala berpikir kita. Khususnya bagi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat indonesia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 PERUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 MENGETAHUI CARA PENENTUAN KADAR C-ORGANIK TANAH
2.2 MEMBANDINGKAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK TANAH PADA
KEDALAMAN DAN BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN YANG
BERBEDA
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan organik merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang
bersumber dasi sisa tanaman atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang
terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor
fisika, biologi, imia. Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan
kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar organik tanah
menurun kamampuan tanah dalam mendukung produktifitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk
kerusakan tanah yang umum terjadi.
Kerusakan tanah merupakan masalah penting bagi negara intensitasnya yang
cenderung meningkat, sehingga terciptana tanah rusak-rusak yang jumlah maupun
intensutasnya meningkat. Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan
menjadi tiga yaitu: kerusakan fisik tanah kimia, biologi dan fisika.
1.2 Perumusan Masalah
a. Mengetahui cara penentuan kadar C-organik tanah ?
b. Membandingkan kandungan bahan organik tanah pada kedalaman dan
berbagai penggunaan lahan yang berbeda ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui cara penentuan kadar C-organik tanah
b. Untuk membandingkan kandungan bahan organik tanah pada kedalaman
dan berbagai penggunaan lahan yang berbeda
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penentuan kadar C-organik tanah
Bahan organik adalah bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di daur ulang,
dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur-unsur yang dapat digunakan
oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan
penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami
pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam
pelapukan aktifdan menjadi mangsa serangan terus dan tidak mantap sehingga
harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang,
ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan
organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa
polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati dan bahan-bahan paktin dan
lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi
dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling dalam sel mikroba
yang terlibat dlam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini
akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta
diinkorporasikan dengan tanah tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetap
sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting
dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah
kandungan C-organik. Dimana kandungan C-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah.
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media
tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat
menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu
faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah. Bahan organik tanah
merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami
perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna coklah dan bersifat koloid
yang dikenal dengan humus.
Humus terdiri dari bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang
dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui suatu kegiatan
mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan hitam/coklat dan mempunya
daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung bahan organik adalah
tanah-tanah lapisan atas atau tanah top soil. Bahan organik tanah berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi
memperbaiki struktur tanah. Penyediaan unsur hara dan sebagainya. Nantinya
akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang
tinggi.
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting
dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah
kandungan C-organik. Dimana kandungan C-organik merupakan unsur yang
dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua
sejenis senyawa organik yang terdapat didalam tanah, termasuk serasah, fraksi
bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam
air, dan bahan organik yang stabil atau humus.
Kandungan bahan organik tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
iklim, tipe penggunaan lahan, relief, landfrom, aktifitas manusia. C/N adalah salah
satu parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan
organik.Kadar C-organik tanah cukup berfarariasi , tanah mineral biasanya
mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan
organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya
<1% di tanah gurun pasir.
Sumber-sumber bahan organik:
 Sumber primer
Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang
ranting dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses
fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahn organik
tersebut. Unsur karbon ini berda pada senyawa-senyawa polisakarida seperti
selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu
nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik
tanah. Jaringan ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul kelapisan bawah.
 Sumber sekunder
Sumbernya adalah binatang. Dalam kegiatannya, binatang terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik tanaman, setelah itu barukah binatang menyumbang
bahan organiknya.
Kedua sumber bahan organik tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
tanah. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi atau susunan dari bahan organik
tersebut. Jaringan binatang berbeda dengan jaringan tumbuhan, oleh karena itu,
pada jaringan binatang umumnya lebih cepat hancur dibandingkan dengan
jaringan tumbuhan.
Karbon merupakan penyusun bahan organi, oleh karena itu peredarannya selama
pelapukan jaringan tanaman sangat penting. Sebagian besar energi di perlukan
oleh oleh flora dan fauna tanah berasal dari oksidasi karbon, oleh sebab itu CO2
terus dibentuk. Berbagai perubahan yang terjai dan siklus yang menyertai reaksi
karbon tersebut di dalam atau di luar sistem tanah disebut perdaran karbon.
Pembebasan CO2 antara lain melalui mekanisme pelapukan bahan organik. Gas
tersebut merupakan sumber CO2 tanah, disamping CO2 yang dikeluarkan akar
tumbuhan dan yang terbawa oleh air hujan. CO2 yang dihasilkan tanah akhirnya
akan dibebaskan ke udara, kemudian dipakai lagi oleh tanaman. Unsur karbon
dalam tanah berda dalam 4 wujud, yaitu wujud mineral karbonat, unsur padat
seperti arang, grafit dan batu bara, dan wujud humus.
Kandungan bahan organik tanah biasanya diukur berdasarkan kandungan
C-organik kandungan karbon ( C ) bahan organik berfariasi antara 45-605 dan
konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,742. Kandungan bahan
organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli komposisi dan humufikasi
yang sangat tergantung kondisi lingkungan ( vegetasi, iklim, batuan, timbunan,
dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah
bahan organik yang ditambahkan.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi
faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi
kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin, dan ukuran bahan, temperatur, kelembapan,
tekstur, struktur, dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan ara terutama
ketersediaan P,K dan S.
Bahan organik yang masih mentah dengan nisbah C/N tinggi, apabila diberikan
langsung kedalam tanah akan berdampak negatif terhadap ketersediaan hara
tanah. Bahan organik langsung akan disantap oleh mirobia yang tinggi, akan
memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang
seyogyanya digunakan oleh tanaman. Sehingga mikrobia dan tanaman saling
bersaing merebutkan hara yang ada. Akibatnya hara yang ada dalam tanah
berubah menjadi senyawa organik mikrobia. Kejadian ini disebut sebagai
immobilisasi hara.
Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahn organik dan
kegiatan jasad renik tanah akan tetatpi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti
ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan
ketersediaan N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akan terlambat.
Karbon diperlukan sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk
membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas ( nisbah C/N terlalu
rendah ) tidak cukup senyawa sebagai sumber energi dan nitrogen bebas. Apabila
ketersediaan karbon berlebihan ( C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas
sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme.
Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena
kondisi aerasi yang buruk. Han ini menyebabkan kadar bahan organi dan N tinggi
darei pada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan
adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Padang
rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar
menilainya sendiri.
Bahan yang terkandung didalam tanah lebih tinggi yang mengakibatkan tanah
dalam lapisan ini cenderung lebih gelap, terutama pada lapisan 1, karena
merupakan lapisan paling atas. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan
dilapisan atas, setebal 20 cm ( 15-20%), makin kebawag makin berkurang,
contohnya pada lapisan ranah inseptisol, makin kebawah ( lapiasan II ) warnanya
lebih muda daei pada lapisan satu dan II. Makin kedaerah dingin bahan organik
dan N makin tinggi. Drainase buruk dimana air berlebih, oksidasi terhambat
karena aerasi dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik.

B. Perbandingan kandungan bahan organik tanah pada kedalaman dan


berbagai penggunaan lahan yang berbeda
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah yaitu: Diantara
sekian banyak faktor yang mempengaruhi bahan organik dan nitrogen tanah ,
faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase.
Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan
organnik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin
kebawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi
bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang
berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan
organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N
bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. Bila
kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal
itu menunjukan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur tanah juga
cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik
dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi
yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk,
dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini
menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi dari pada tanah berdrainase baik.
Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga
memmpengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan
padang rumput dan tanah pertanian.
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan
bahan organik bagu tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat
tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan
pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembuatan agregat
tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada
taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi
berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal dan
infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran
permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi
lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya
agregat.
Bahan organik pada umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak
besar, hanya sekitar 3-5 % tetapi pengaruhya terhadap sifat-sifat tanah besar
sekali. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation berasal dari bahan organik. Ia
merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber
energi bagi sebagian besar organisme tanah.
Bahan organik adalah bahan yang terkandung dalam tanah berasal dari sisa
tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami dekomposisi lanjut
maupun yang sedang mngalami proses dekomposisi. Kandungan bahan organik
tiap tanah berbeda beda, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
berpengaruh pada besarnya kandungan bahan organik, faktor-faktor tersebut
adalah iklim, yang mempengaruhi dalam hal memacu atau menghambat proses
dekomposisi, faktor relief dan bentuk lahan mempengaruhi pada proses
penggumpalan atau pencucian bahan organik. Relief datar dengan landform rawa
memiliki bahan organik tinggi sedangkan relief bergunung landform kast
kandungan bahan organiknya rendah. Faktor penggunaan tipe lahan yang
mempengaruh dalam sumber penyediaan bahan organik. Biasanya tanah yang
lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian bahan organiknya disesuaikan
dengan tanaman yang akan dibudidayakan sedngkan tanah yang tidak digunakan
(misal: hutan) kandungan bahan organiknya lebih kompleks dan faktor kedalaman
tanah kedalaman lapisan tanah menentukan kandungan bahan organik yang akan
mengalami penurunan apabila makin kebawah, hal tersebut disebabkan oleh
akumulasi bahan organik yang berkonsentrasi pada lapisan atas.
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut
Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus.
Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah 
menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga
menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu
bentukkerusakan tanah yang umum terjadi. Kerusakan tanah merupakan masalah
penting bagi negara berkembang karena intensitasnya yang cenderung meningkat,
sehingga tercipta tanah-tanah rusak yang jumlah maupun intensitasnya meningkat.
Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia
tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam - garam
(salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organic dan
xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).
Terjadinya pemasaman tanah dapat diakibatkan penggunaan pupuk nitrogen
buatan secara terus menerus dalam jumlah besar (Brady, 1990).
Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur tanah
yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat
terjadi akibat pengolahan tanah yang salah atau penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun
berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan
kerusakan sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (fisik dan atau kimia).
Sebagai contoh penggunaan pupuk nitrogen (dalam bentuk ammonium sulfat dan
sulfur coated urea) yang terus menerus selama 20 tahun dapat menyebabkan
pemasaman tanah sehingga populasi cacing tanah akan turun dengan drastis (Ma
et al., 1990). Kehilangan unsur hara dari daerah perakaran juga merupakan
fenomena umum pada sistem pertanian dengan masukan rendah. Pemiskinan hara
terjadi utamanya pada praktek pertanian di lahan yang miskin atau agak kurang
subur tanpa dibarengi dengan pemberian masukan pupuk buatan maupun pupuk
organik  yang memadai. Termasuk dalam kelompok ini adalah kehilangan bahan
organik  yang lebih cepat dari penambahannya pada lapisan atas. Dengan
demikian terjadi ketidak seimbangan masukan bahan organik dengan kehilangan
yang terjadi melalui dekomposisi yang berdampak pada penurunan kadar bahan
organik  dalam tanah. Tanah-tanah yang sudah mengalami kerusakan akan sulit
mendukung pertumbuhan tanaman. Sifat-sifat tanah yang sudah rusak
memerlukan perbaikan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi kembali
secara optimal. Penyediaan hara bagi tanaman dapat dilakukan dengan
penambahan pupuk baik organik maupun anorganik. Pupuk anorganik dapat
menyediakan hara dengan cepat. Namun apabila hal ini dilakukan terus menerus
akan menimbulkan kerusakan tanah. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan bagi
pertanian yang berkelanjutan.Meningkatnya kemasaman tanah akan
mengakibatkan ketersediaan hara dalam tanah yang semakin berkurang dan dapat
mengurangi umur produktif tanaman.

Ada beberapa Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik
terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut
(Stevenson,1994):
1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara.
Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro
maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organic
membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2dengan caramenyediakan
energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang
difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur
mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.
2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman.
4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.
5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke
dalam tanah .
6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah
7. Meningkatkan suhu tanah
8. Mensuplai energi bagi organisme tanah
9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi
tanaman.
Selain memiliki dampak positif, penggunaan bahan organik dapat pula
memberikan dampak yang merugikan. Salah satu dampak negatif yang dapat
muncul akibat dari penggunaan bahan organik yang berasal dari sampah kota
adalah meningkatnya logam berat yang dapat diasimilasi dan diserap tanaman,
meningkatkan salinitas, kontaminasi dengan senyawa organik seperti poli khlorat
bifenil, fenol, hidrocarburate polisiklik aromatic, dan asam-asam organik 
(propionic dan butirik) (de Haan, 1981 dalam Aguilar et al., 1997) Faktor yang
mempengaruhi pembentukan tanah juga harus diperhatikan karena mempengaruhi
jumlah bahan organik. Miller et al. (1985) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah bahan organik dalam tanah adalah sifat dan jumlah bahan
organik yang dikembalikan, kelembaban tanah, temperatur tanah, tingkat aerasi
tanah, topografi dan sifat penyediaan hara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat
dikelompokkan dalam tiga grup, yaitu :
1) sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan komposisi
kimia,
2) tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembaban, kemasaman, dan tingkat
kesuburan,
3) faktor iklim terutama pengaruh dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan atas bahan organik yang relative sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukar diputus atau
dirombak menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah
bahan organik yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang
umumnya ditemui pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang
mudah didekomposisikan karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri
dari C, O, dan H, termasuk di dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula
dan senyawa protein. Dari berbagai aspek tersebut, jika kandungan bahan organik
tanah cukup, maka kerusakan tanah dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari.
Jumlah bahan organik di dalam tanah dapat berkurang hingga 35% untuk tanah
yang ditanami secara terus menerus dibandingkan dengan tanah yang belum
ditanami atau belum dijamah. pengembalian sisa panen. Jumlah sisa panenan
tanaman pangan yang dapat dikembalikan ke dalam tanah berkisar 2 – 5 ton per
ha, sehingga tidak dapat memenuhi jumlah kebutuhan bahan organik minimum.
Oleh karena itu, masukan bahan organik dari sumber lain tetap diperlukan.
2.Pemberian pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran hewan
peliharaan seperti sapi, kambing, kerbau dan ayam, atau bisa juga dari hewan liar
seperti kelelawar atau burung dapat dipergunakan untuk menambah kandungan
bahan organik tanah. Pengadaan atau penyediaan kotoran hewan seringkali sulit
dilakukan karena memerlukan biaya transportasi yang besar.
3.Pemberian pupuk hijau. Pupuk hijau bisa diperoleh dari serasah dan dari
pangkasan tanaman penutup yang ditanam selama masa bera atau pepohonan
dalam larikan sebagai tanaman pagar. Pangkasan tajuk tanaman penutup tanah
dari famili leguminosae dapat memberikan masukan bahan organic sebanyak 1.8 –
2.9 ton per ha (umur 3 bulan) dan 2.7 – 5.9 ton per ha untuk
yang berumur 6 bulan.
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan
organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur
tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan.
Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi
sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
Setelah mengetahui uraian mengenai bahan organik diharapkan menambah
pengetahuan untuk berbagai pihak akan arti penting bahan organik sehingga
diharapkan dengan rekayasa-rekayasa tentang bahan organik dapat ikut
berpartisipasi untuk meningkatkan produktivitas lahan.

Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna
tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga,
kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan
perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau
pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan
kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun
proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh
kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau
kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna
yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan
warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna
yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.

Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi
antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase:
fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat.
Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang
antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi
perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori
berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki
agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah
menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
 KlasifikasiTanah
1. Jenis tanah Ultisol ini memiliki lapisan solum tanah yang agak tebal, yaitu
90-180 cm dengan batas-batas antara horizon yang nyata. Warna tanah ini
kemerah-merahan hingga kuning atau kekuning-kuningan. Struktur B
horizonnya adalah gumpak, sedangkan teksturnya dari lempung berpasir
hingga liat sedangkan kebanyakannya adalah lempung berliat.
Konsistensinya adalah gembur dibagian atas (top soil) ean teguh dibagian
lapisan bawah tanah (sub soil).Kandungan bahan organik pada lapisan
olah (top soil) adalah kurang dari 9 persen dan umumnya sekitar 5 persen.
Kandungan unsur hara tanaman seperti N, P, K, dan Ca umumnya rendah
dan reaksibtanah (pH) sangat rendah yaitu antara 4-5,5. Tingkat
permeabilitas, infiltrasi dan perkolasinya sedang hingga lambat, pada
lapisan permukaan umumnya sedang dan makin kebawah makin lambat.
Tanah ini mempunyai sifat kimia yang kurang baik, sedangkan sifat
fisiknya tidak mantap dengan stabilitas agregat kurang. Sebagai akibatnya
tanah ini mudah terkena bahaya erosi akibat gerakan air. Sebagai bukti
banyak terdapat erosi parit yang cukup dalam di daerah-daerah jenis tanah
ini.
Sifat-sifat lain dari tanah Ultisol atau Podsolik Merah kuning ini adalah
pembentukan struktur cukup baik akan tetapi tidak mantap. Kandungan
mineral liat kaolinitnya tinggi, sehingga jumlah air yang tersedia bagi
tanaman agak berkurang. Dengan demikian maka produktivitas tanah
adalah rendah sampai sedang.Adapun penyebarannya terutama di
sepanjang sungai-sungai besar yang terdapat di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi, dan Irian Jaya dan di pelembahan-
pelembahansertadaratatinggi.Bentuk wilayahnya adalah datar sampai agak
melandai, oleh sebab itu sifat kimia dan fisik dari tanah ultisol sangat
bervariasi, banyak tergantung kepada bahan induk danletaktopografinya.
 Ciri-cirinya :
Mudahbasahjikaterkenaairmerupakantanahyangsubur
warnanyakuningdankuningkelabu terdapat didaerah pegunungan
tinggiberiklimbasahdengancurahhujantinggi.Persebarannya:NusaTeng
garaPemanfaata:perladanganpalawija dan
perkebunankaret,kopi,teh,kinadanbuah-buahan.
2. TanahPasir
Tanah pasir merupakan tanah yang bersifat kurang baik untuk pertanian.
Tanah ini terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki
butir kasar dan berkerikil. Kapasitas serap air pada tanah pasir sangat
rendah, ini disebabkan karena tanah pasir tersusun atas 70% partikel tanah
berukuran besar (0,02-2mm). Tanah pasir bertekstur kasar, dicirikan
adanya ruang pori besar diantara butir-butirnya. Kondisi ini menyebabkan
tanah menjadi berstruktur lepas dan gembur
Tanah yang terdiri atas partikel besar kurang dapat menahan air. Air dalam
tanah akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui rongga tanah. Akibatnya
tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini apabila
berlangsung terus menerus dapat mematikan tanaman. Tekstur tanah akan
mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan dan menyediakan unsur
hara. Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman
untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Air yang dapat diserap tanaman
adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran tanaman.

Ciri-cirinya: :
Sedikit mengandung bahan organik sehingga kurang subur tidak
berstekstur.
Persebarannya : Pantai barat Sumatera Barat, Jawa Timur dan Sulawesi.
3. Tanah padas
Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya
dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Jenis tanah ini
terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Ciri-cirinya: Padat dan miskin mineral
Persebarannya:Diseluruh wilayah indonesia.
4. Tanah humus
Humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan
batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat. Humus dikenal sebagai
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh
organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat
kehitaman. Secara kimia, humus didefinisikan sebagai suatu kompleks
organik makromolekular yang mengandung banyak kandungan seperti
fenol, asam karboksilat, dan alifatik hidroksida.
Ciri-ciri: :
Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah
atas sehingga tidak stabil terutama apabila terjadi perubahan regim suhu,
kelembapan dan aerasi. Humus bersifat koloidal seperti liat tetapi amorfous,
luas permukaan dan daya jerap jauh melebihi liat dengan kapasitas tukar
kation 150-300 me/100 g, liat hanya 8-100 me/100 g. Humus mempunyai
kemampuan meningkatkan unsur hara tersedia seperti Ca, Mg, dan K, humus
juga merupakan sumber energi jasad mikro serta memberikan warna gelap
pada tanah.

Persebarannya : Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua

Pemanfaatan : lahan pertanian

Manfaat humus
Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap kebertahanan dan kesuburan
tanah. Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman dan akan berperan
baik bagi pembentukan dan menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga
berperan dengan sangat memuaskan terutama dalam pengikatan bahan kimia
toksik dalam tanah dan air. Selain itu humus dapat meningkatkan kapasitas
kandungan air tanah, membantu dalam menahan pupuk anorganik larut-air,
mencegah penggerusan tanah, menaikan aerasi tanah, dan juga dapat
menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik
toksik. Dengan demikian sudah selayaknya pupuk-pupuk organik yang kaya
akan humus ini menggantikan peran dari pupuk-pupuk sintesis dalam menjaga
kualitas tanah.

5. Tanah margel
Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, tanah
liat, dan pasir. Banyak terdapat di lereng pegunungan, dan dataran rendah.
Tanah mergel termasuk tanah subur

Ciri-cirinya: :
Terdapat didaerah pegunungan dan dataran rendah.
Persebarannya : pulau Jawa.
Pemanfaatannya : untuk jenis tanaman keras seperti pohon jati
2.4 Daya Dukung Tanah

Pengetahuan tentang daya dukung tanah sangat diperlukan bila akan


mendirikan suatu bangunan pada lapisan tanah tertentu. Dengan mengetahui
kondisi lapisan tanah pada suatu daerah maka kita dapat memperkirakan
apakah daerah tersebut dapat didirikan suatu bangunan atau tidak. Selain itu
keamanan konstruksi bangunan terhadap penurunan tanah akibat hilangnya
daya dukung tanah merupakan hal yang perlu diperhatikan. Setiap lapisan
tanah yang mengalami pembebanan akan mengalami penurunan, itu
disebabkan oleh pengecilan rongga udara pada butir tanah (angka pori).

Untuk mengetahui kandisi tanah dimana bangunan akan didirikan,harus


dilakukan penyelidikan tanah terlebih dahulu . Kondisi tanah dapat dibedakan
menjadi :
• Kondisi tanah normal , dimana lapisan tanah labil dan tidak mempunyai daya
dukung baik terletak dipermukaan setebal ± 50 cm atau lebih , tetapi dalam
lapisan tanah keras tidak terlalu jauh dibawah permukaan tanah.
• Kondisi tanah khusus , dimana
a. Lapisan tanah labil terletak sampai jauh dibawah permukaan tanah ,
sehingga lapisan tanah keras terletak sangat dalam , seperti tanah rawa dan
tanah bergambut .
b. Lapisan tanah terletak pada permukaan tanah dan tanah sangat sukar digali,
misalnya tanah berbatu dan batu karang.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di dapatkan hasil kadar C-organik
sampel tanah yang diamati senilai 1,54%. Kadar C-organik yang berada di antara
1 sampai 9% menunjukkan tanah tersebut merupakan tanah mineral. Kandungan
bahan organik, menunjukkan banyaknya unsur hara yang terkandung dalam tanah.
Sedangkan kandungan bahan organik pada sampel tanah tersebut senilai 2,65%.
Nilai tersebut tergolong rendah yang menunjukkan bahwa tanah tersebut termasuk
ke dalam tanah mineral atau tanah organik. Tanah mineral sudah ditentukan
sebagai bagian atas regolit yang mengalami pelapukan biologi (Buckman et al.,
1982).
Dalam tanah mineral, komponen mineral membentuk kerangka kerangka dasar
dan komponen organik menjadi pengisi. Dalam tanah organik komponen organik
membentuk kerangka dasar dan komponen mineral menjadi pengisi. Air dan
udara berada dalam pori massa tanah. Sebagian air terjerap pada permukaan zarah
mineral dan organik. Air yang terdapat dalam pori tanah disebut air kapiler
(Notohadiprawiro, 1998)

Peranan Bahan Organik Tanah

Peranan bahan organik tanah sangat penting bagi tumbuhan, bahan organik
mengandung sejumlah zat tumbuh dan vitamin dimana pada waktu-waktu tertentu
dapat merangsang pertumbuhan tanaman dan jazad mikro. Bahan organik tanah
juga berpengaruh terhadap ciri tanah. Peranan terhadap sifat fisik antara lain :
1. Kemampuan tanah menahan air meningkat
2. Warna tanah menjadi coklat sampai hitam
3. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya
4. Menurunkan plastisitas, kohesi, dan sifat buruk lainnya dari liat
Peranan terhadap ciri kimia antara lain :
1. Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation
2. Meningkatkan jumlah kation yang dapat dipertukarkan
3. Unsur N, P, dan S diikat dalam bentuk organik
4. Pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humat
Peranan terhadap ciri biologi antara lain :
1. Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat
2. Kegiatan jazad mikro dalam dekomposisi bahan organik meningkat

Bentuk-bentuk Bahan Organik Tanah

1. Bahan organik bebas (belum terlapuk)


Bahan organik bebas merupakan bahan organik yang belum melapuk atau belum
terdekomposisi. Bahan organik dalam bentuk bebas memiliki peranan dalam
fisika tanah antara lain sebagai penutup tanah untuk melindungi tanah terhadap
daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, melindungi tanah dari daya perusak
aliran permukaan.
2. Bahan organik berikatan dengan liat Mineral liat dan bahan organik saling
berinteraksi membentuk kompleks liat organik di dalam tanah. Tidak hanya
senyawa-senyawa seperti protein, karbohidarat, selulosa, dan hemiselulosa tetapi
juga fraksi humus dapat berinteraksi dengan mineral liat, akibatnya menjadi
kurang tersedia bagi mikroorganisme (Kononova, 1966). Ikatan liat dan bahan
organik dapat terjadi dalam keadaan saat liat dan bahan organik bermuatan negatif
maupun positif. Pada kondisi biasa, liat memperoleh muatan negatif dan pada
kondisi tertentu permukaan tepi liat yang patah memperoleh muatan positif, sama
halnya dengan bahan organik pada kondisi biasa bermuatan negatif (Tan, 1992).
3. Bahan organik berikatan dengan seskuioksida
Bahan organik di dalam tanah mempuyai peranan membentuk kompleks dengan
ion-ion logam, terutama Al dan Fe. Kompleks bahan organik dengan Al dan Fe
disebut khelat (Stevenson, 1982). Pengkhelatan tersebut secara efektif akan
menurunkan aktifitas ion-ion logam dan secara tidak langsung mempengaruhi
kelarutan mineral yang mengandung unsur tersebut. Senyawasenyawa Fe dan Al
biasanya tidak dapat larut pada kisaran pH tanah yang normal. Namun, kelarutan
dari zat-zat ini dapat ditingkatkan dengan pembentukan kompleks atau
pengkhelatan Fe dan Al oleh senyawa humat tanah (Tan, 1992).

Metode Penetapan C-organik

Karbon organik terkandung di dalam fraksi tanah organik, terdiri dari


selsel mikroorganisme, tanaman dan sisa-sisa hewan pada beberapa tahap
dekomposisi, humus dan yang tertinggi senyawa karbon terdapat di arang, grafit
dan batubara. C-organik di dalam tanah mungkin dapat diperkirakan dengan
perbedaan diantara C-total dan C-inorganik. C-organik dapat ditetapkan langsung
pada prosedur C-total setelah pemisahan C-inorganik atau pada tehnik aliran
oksidasi titrasi dikromat. Prosedur meliputi analisis C-total, biasanya meliputi
semua bentuk C-organik di dalam tanah, sedangkan prosedur oksidasi dikromat
meliputi perubahan bagian elemental C, dan dalam beberapa prosedur, melihat
perubahan jumlah C-organik yang terkandung di dalam humus (Nelson dan
Sommer, 1982). Metode yang biasa dipakai untuk penentuan C-Organik adalah
metode Walkley and Black. Metode ini dipakai karena dianggap sederhana, cepat,
mudah dikerjakan dan membutuhkan sedikit peralatan. Tetapi bagaimanapun
metode aliran K2Cr2O7 (metode Walkley and Black) memiliki beberapa
kelemahan, yaitu adanya gangguan unsur tanah lain seperti Cl-, Fe2+, dan MnO2
(Nelson dan Sommer, 1982). Analisis kandungan C-organik tanah untuk melihat
sifat tanah secara lebih rinci tentunya membutuhkan biaya yang lebih besar dan
resiko yang lebih tinggi, mengingat mahal dan berbahayanya kalium dichromat
(K2Cr2O7). Menurut Sholichah (2006), kesulitan ini bisa diatasi dengan
menggunakan data kehilangan bobot tanah untuk pendugaan kandungan C-
organik dalam tanah. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran kandungan C-
organik tanah dengan menggunakan metode Walkley and Black, CHNS Analyser
dan DTA (Diferential Thermal Analysis) dan meregresikan hasil pengukuran
kandungan C-organik dari ketiga metode tersebut, maka diperoleh hasil korelasi
yang baik. Hal ini menunjukan bahwa kehilangan bobot tanah dapat digunakan
untuk menduga kandungan C-organik dalam tanah.

Tanah Andosol

Andosol di Indonesia berkembang dan tersebar pada daerah dengan curah


hujan tahunan rata rata 2000 mm sampai 7000 mm dengan variasi temperatur
antara 18 – 22 0 C. Tanah Andosol terbentuk dari bahan volkanik, seperti abu
volkan, lava atau bahan volkan klastik (Soepardi, 1983). Di Indonesia akumulasi
bahan organik tinggi menyebabkan banyak Andosol di Indonesia mempunyai
horizon A berwarna hitam. Persentasi karbon organik di tanah-tanah Andosol
Indonesia berkisar antara 6% sampai 15%, tergantung dari letak tanahnya di
dataran rendah atau lereng-lereng gunung. Variasi dalam hal warna hitam
seharusnya memang ada mengingat Andosol di Indonesia meliputi daerah-daerah
yang tidak seragam dalam hal iklim dan faktor-faktor pembentukan lainnya.
Andisol mempunyai bobot isi rendah, kapasitas menahan air tinggi, dan porositas
tinggi, tetapi Andosol juga bersifat gembur (friable) dan memperlihatkan
plastisitas dan stickness rendah. Dalam keadaan basah atau lembab, Andosol
terasa berminyak (greasy) dan melumur (smeary). Di Indonesia diketahui apabila
Andosol dikeringkan, perubahan yang jelas terlihat sekali terjadi dalam sifat-sifat
fisiknya berupa gejala yang dinamakan mountain granulation (granulasi gunung).
Dalam keadaan kering, tanahnya menjadi sangat halus dan memperoleh sifat-sifat
debu halus.

Persoalan Dispersi

Gejala sukar dibasahkan kembali memberikan banyak masalah dalam


analisis tekstur tanah Andosol, karena tanah Andosol sukar didispersikan. Birrell
(1964) dalam Tan (1984) berpendapat bahwa dispersi yang sukar umumnya
disebabkan oleh (1) ZPC (Zero Point of Charge atau Titik Zero Muatan) dari liat
amorf yang lebih tinggi dari ZPC liat kristalin, dan (2) kemampuan oksida-oksida
hidrat untuk melakukan reaksi ko-presipitasi. Calgon atau natrium
hexametafosfat, senyawa dispersi umum dalam analisis tekstur tanah, tidak
berguna dalam hal mendispersikan tanah Andosol, bahkan senyawa kimia tersebut
mempunyai afinitas tinggi sekali terhadap Al terbuka di permukaan alofan. Hal itu
bisa memperbesar ko-presipitasi dengan menimbulkan flokulasi ujung dengan
ujung agrerat. Kesulitan dalam mendispersikan tanah Andosol telah dicatat oleh
banyak orang. Dahulu disarankan penggunaan HCl encer untuk dispersi. Davies
(1933) dalam Maeda et al (1977) dalam Tan (1984) termasuk orang pertama yang
mempelajari masalah ini dan merekomendasikan penggunaan HCl 0.002 N untuk
mendispersikan tanah Andosol. Dilaporkan bahwa pH optimum untuk dispersi
yang baik pada pH 2.5-3.5 dan agar mencapai dispersi total disarankan
penggunaan ultrasonic dan pengaturan pH pada nilai 4 atau 10, tergantung jenis
liat amorf.

Tanah Latosol

Latosol di Indonesia tersebar luas di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,


Sulawesi dan Irian Jaya. Di Indonesia Latosol umumnya terdapat pada bahan
induk volkanik. Latosol ditemukan dari permukaan air laut hingga ketinggian 900
m, di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500-7000 mm
(Dudal dan Soepraptohardjo, 1957 dalam Hardjowigeno, 1993). Latosol terbentuk
melalui proses latosolisasi yang terdiri atas tiga proses
utama, yaitu pelapukan yang intensif dan kontinyu serta proses hidrolisis dari
silika, pencucian basa-basa seperti kalsium, magnesium, kalium dan natrium yang
mengakibatkan tertimbunnya seskuioksida pada horison B, dan pembentukan
mineral liat kelompok kaolinit (Yogaswara, 1977).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan organik adalah penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang
yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.
Peran bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dalam perubahan
sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah.
Macam-macam dari bahan organik adalah pupuk hijau, kompos, pupuk
cair, dan sebagainya. Pupuk hijau memiliki manfaat sebagai mencegah
adanya erosi dan memperbaiki tekstur serta struktur tanah. Pupuk cair
keuntungannya pekerjaannya lebih cepat.
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini penulis berharap semoga bermanfaat bagi
yang membacanya, penulis sadar masih banyak terdapat kekurangan dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rossi Prabowo, 2010 Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Lahan
Budidaya Pertanian di Kota Semarang . Jurnal Ilmu Tanah Cendekia
Eksokta vol. 4 (1) / 17 – 25
Muhammad Nazir, 2007 Penetapan Kemasaman Tanah dan Analisis Kebutuhan
Kapur di Kecamatan Kemala Kabupaten Pidie . Jurnal Ilmu Tanah
Mahasiswa Pertanian Vusyiah Vol. 2 . (1) Februari 2017 (15-24)
Arabia, 2012 Reaksi pH Tanah Berdasarkan Kemasaman dan Kebasahan Tanah
Fakultas Pertanian Univ. Riau . 14 Hal
Hanafiah, 2010 Jenis Jenis Kemasaman Tanah Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhi pH Tanah. PT. Raya Grafindo Persoda : Jakarta
Dr. Ir. Sarwono Hardjowigeno Ilmu Tanah PT. Modyatama Sarana Prakasa :
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai