Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA TANAH

“C-ORGANIK”

Nama: Primajenny
Kelas: A
NIM: D1D122020

JURUSAN/PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah pertanian yang dipupuk berarti mengganti kehilangan hara baikkarena


diserap tanaman, leaching maupu denitrifikasi sehingga tingkat kesuburan tanah
tidak menurun.Guna meningkatkan kesuburan tanah, maka petani perlu
melakukan pemupukan, yang mana penggunaan pupuk yang tepat guna, tepat
waktu , tepat dosis menjadi kunci penting dalam keberhasilan budidaya tanaman,
namun bila penggunaan pupuk yang tidak tepat justru akan meracuni dan
mengganggu pertumbuhan tanaman. Kebanyakan petani memiliki pengetahun
yang kurang tentang penggunaan pupuk, mereka lebih cenderung mengutamakan
bagaimana produksi tanaman semaksimal mungkin, sehingga penggunaan pupuk
terutama pupuk an organik menjadi tidak terkendali, dan cenderung mengabaikan
dosis penggunaan yang tepat, akibatnya bila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu
yang lama akan menjadikan strukturtanah semakin padat dan berakibat tidak bisa
lagi dijadikan sebagai lahan untuk budidaya tanaman

Kesuburan tanah menjadi kunci penting dalam proses budidaya tanaman,


yang mana kesuburan tanah dalam arti sempit adalah ketersediaan hara tanaman
pada waktu tersebut. Semakin tinggi ketersediaan hara, maka tanah tersebut makin
subur dan sebaliknya. Status hara dalam tanah selalu berubah - rubah tergantung
pada musim,pengelolaan tanah, dan jenis tanaman (Hardjowigeno, 2010).Tanah
yang selalu ditanami suatu jenis tanaman secara terus menerus, maka penyerapan
hara baik makro maupun mikro untuk tanaman tersebut selalu serupa, sehingga
akan terjadi defisiensi hara tertentu (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Oleh
karena itu tingkat pemiskinan hara juga hampir sama

Bahan organik dapat didefinisikan sebagai semua bahan yang berasal dari
jaringan tanaman dan hewan baik yang masih hidup maupun yang telah mati.
Kononova (1966) memberikan definisi bahan organik tanah adalah bahan yang
kompleks dan dinamis, berasal dari sisa tanaman dan hewan di dalam tanah dan
mengalami perombakan secara terus menerus. Bahan organik tanah dapat
dikelompokkan menjadi dua komponen, yaitu komponen yang mati (dead organic
matter) dan komponen yang hidup (living organic matter). Komponen hidup
bahan organik dapat terdiri dari akar tanaman, binatang di dalam tanah (meso dan
micro fauna) dan mikroorganisme biomassa (microbial biomass), dan komponen
mati terdiri dari residu organik yang terdekomposisi secara biologi dan kimia.
Komponen mati bahan organik juga dapat dibedakan menjadi materi yang tidak
berubah/ciri morfologi material aslinya masih terlihat dan produk atau material
yang sudah mengalami transformasi (humus)

Kandungan bahanorganik tanah memengaruhi beberapa sifat tanah lainnya


yang meliputi di antaranya: kemampuan tanah untuk mensuplai unsur hara makri
seperti N,P, K dan unsur hara makro bagi tanaman, infiltrasi dan retensi air,
derajat agregasi dan struktur tanah yang selanjutnya akan memengaruhi hubungan
air dan udara, kapasitas pertukaran kation warna tanah yang pada gilirannya akan
mempenagruhi suhu udara serta absorsi dan atau deaktivitas bahan bahan kimia
yang di gunakan dalam pertanian

Unsur hara utama yang ada dalam bahan organik tanah adalah C, yang
kadarnya berkisar antara 48-58% dari berat total. Oleh karena itu C organik sering
di gunakan sebagai dasar untuk menduga kadar bahan organik dengan
mengalihkan nilai C organik dengan satu faktor

Karbon sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr 6+ yang berwarna jingga


menjadi Cr3+ yang berwarana hijau dalam suasana asam. Intensitas warna hijau
yang terbentuk setara dengan kadar karbon dan dapat di ukur dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 561 nm.

1.2 Tujuan dan Manfaat


Tujuan praktikum kimia tanah kali ini yaitu:

1. Mampu menjelaskan proses ketersediaan bahan organik tanah dan faktor

faktor ysng mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif

2. Mampu menjelaksan perbedaan ketersediaan bahan organik tanah antar

lapisan pada suatu profil tanah

3. Mampu mejelaskan pebedaan ketersediaan bahan organik tanah pada

berbagai penggunaan lahan berbeda

4. Mampu menjelalaskan hubungan dan pengaruh ketersediaan bahan

organik anah tergadap sifat tanah lainnya

Manfaat melalkukan praktikum yaitu

1. Mengatahui ketersediaan bahan organik tanah dan faktor faktor ysng


mempengaruhi baik secara kualitatif maupun kuantitatif
2. Dapat menjelaksan perbedaan ketersediaan bahan organik tanah antar

lapisan pada suatu profil tanah

3. Membedakan pebedaan ketersediaan bahan organik tanah pada berbagai

penggunaan lahan berbeda

4. Menjelalaskan hubungan dan pengaruh ketersediaan bahan organik anah


tergadap sifat tanah lainnya
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dapat menjamin tingkat
produktifitas pertanian. Keberadaan kandungan bahan organik tanah yang
memadai merupakan salah satu kunci keberlanjutan pertanian. Praktek pertanian
yang mengabaikan penambahan kandungan bahan organik tanah atau kegiatan
pertanian yang tidak mampu mempertahankan kandungan bahan organik tanah
maka praktek pertanian tersebut akan mengarah pada kemunduran produktifitas
dan menjadi pertanian yang rapuh untuk jangka panjang. Tanah pertanian de ngan
kandungan bahan organik tinggi patut dipertahankan dan tanah dengan kandungan
bahan organik yang rendah harus ditingkatkan. Praktek pertanian seperti inilah
yang dapat menjamin keberlanjutan produktifitas pertanian untuk kepentingan
masa depan masyarakat lokal, nasional, maupun global. Mempertahankan
kandungan bahan organik tanah ataupun meningkatkan kandungan bahan organik
dalam praktek pertanian tidak banyak ditemukan, namun dalam jangka panjang
diperlukan pemahaman dan kesadaran para pihak, terutama petani, ilmuwan di
bidang pertanian, dan pemerhati pertanian dan lingkungannya untuk melakukan
suatu upaya menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran para pihak yang peduli
dengan kelangsungan pertanian kita dimasa dating, bahwa peran bahan organik
merupakan salah satu kunci keberlanjutan pertanian ramah lingkungan di masa
depan.

Tanah dengan kandungan bahar organik yang tinggi ditemukan pada lahan
hutan, merupakan lahan yang belum pernah dibuka atau dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian atau peruntukkan penggunaan lainnya. Kandungan bahan
organik tanah di lahan hutan dapat mencapai 3-5 %. Tingginya kandungan bahan
organik tanah pada lahan hutan karena secara kontinu terus terjadi penumpukan
seresah atau sisa-sisa bahan tumbuhan hutan yang jatuh ke permukaan tanah.
Bahan tumbuhan nyang jatuh ini kemudian mengalami perombahan atau
dekomposisi menjadi bahan penyusun tanah dan mengalami proses mineralisasi
membebaskan unsur hara untuk dimanfaatkan oleh tumbuhan itu dan tumbuhan
atau vegetasi lain disekitarnya. memiliki peranan yang cukup besar dalam
perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

Bahan organik mampu memperbaiki aerasi tanah, penetrasi akar, penyerapan


air dan mengurangi pergerakan permukaan tanah. Penambahan bahan organik
pada tanah berpasir dapat memperbaiki retensi unsur hara dan air. Pemberian
bahan organik akan membantu meningkatkan kesuburan tanah melalui pelepasan
nitrogen dan unsur hara lainnya secara perlahan-lahan melalui proses mineralisasi.

organik tanah terbentuk melalui beberapa tahapan dekomposisi bahan organik.


Status C-organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti jenis
tanah, curah hujan, suhu, masukan bahan organik dari biomasa di atas tanah,
proses antropogenik, kegiatan pengelolaan tanah, dan kandungan CO2 di
atmosfer. Perubahan status C-organik tanah melalui proses dekomposisi dan
mineralisasi bahan organik tanah dilaporkan memiliki keterkaitan dengan sifat-
sifat tanah seperti tekstur (Augustin dan Cihacek 2016), pH, kation logam dalam
tanah, KTK (kapasitas tukar kation) (Solly et al. 2019), dan kandungan nitrogen
(Gärdenäs et al. 2011).
C-organik berperan penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan
terutama sebagai indikator basis kesuburan tanah, menjaga ketersediaan hara,
perbaikan sifat fisik tanah, serta menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme
tanah (Smith et al. 2013). Siklus hara danketersediaan unsur hara esensial bagi
pertumbuhan tanaman seperti N, P, S, Ca, Mg, Zn dan Fe juga memiliki
keterkaitan dengan kandungan karbon sebagai reservoir hara dari hasil
dekomposisi bahan organik (Powlson et al. 2015). Selain berperan dalam
meningkatkan KTK melalui aktivasi gugus karboksil, karbon merupakan sumber
energi bagi organisme tanah dalam membentuk proses biologis yang menjadi
faktor penentu dari proses transformasi hara (Powlson et al. 2015; McCauley et al.
2017). Tanah yang telah dimanfaatkan untuk budidaya pertanian cenderung
memiliki nilai karbon yang lebih rendah akibat penggunaan pupuk anorganik dan
pestisida berlebihan, pengolahan tanah, serta kehilangan biomassa karena
terangkut panen (Don et al. 2011; Guillaume et al. 2016).
BAB III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kimia tanah tentang C-Organik dilakukan di laboratorium ilmu


tanah Kecamatan Kambu Sulawesi Tenggara, pada minggu 11 Desember 2022,
pada pukul 08:30-selesai

3.2 Alat dan Bahan

alat yang di gunakan yaitu timbangan analitik, spektrofotometer, labu ukur


100 mL, dispenser 10mL, pipet volume 5 mL. bahan yang di gunakan yaitu asam
sulfat pekat, kalium dikromat (K2Cr2O2) 1N, larutan standar 5.000 ppm C

3.3 Prosedur Kerja

1. Hancurkan tanah yang telah dikering-anginkan


2. Ayaklah tanah menggunakan mesin pengayak, bisa pula dilakukan dengan
cara manual
3. Timbanglah sampel tanah dengan berat 0.50 g
4. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml, diberi label pada setiap labu ukur
(sesuaikan dengan lapisan yang diambil)
5. Tambahkan kalium nitralat sebanyak 50 ml
6. Tambahkan asam sulfatpekat 7,5 ml
7. Masukkan kedalam lemari asam selama 30 menit
8. Kemudian setelah didiamkan selama 30 menit kedalam lemari asam
tambahkan aquades sesuai dengan garis yang telah ditentukan (ada pada
labu ukur yang digunakan)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkanhasilpengamatan di laboratoriummakadiperolehhasil

Tabel 4.1.1 hasil c-organik vegetasi hutan

No Lapisan Kelas Kriteria

1 I 1 Jernih

2 II 3 Gelap

Tabel 4.1.2 hasil c-organik vegetasi semak belukar

No Lapisan Kelas Kriteria

1 I 3 Gelap

2 II 2 Agakgelap

3 III 1 Jernih

Tabel 4.1.3 hasil c-organik vegetasi alang-alang

No Lapisan Kelas Kriteria

1 I 3 Gelap

2 II 2 Agakgelap

3 III 1 Jernih
4.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel diatas pada vegetasi hutan Memiliki 2 lapisan dimana

lapisan I Memiliki kadar c-organik 1 dengan kriteria jernih, dan pada lapisan

II Memiliki kadar C-organik 3 dengan kriteria gelap

Pada vegetasi semak belukar dan vegetasi alang-alang masing-masing

Memiliki3 lapisan dimana lapisan I Memiliki kadar c-organik 3 dengan

kriteria gelap, lapisan II Memiliki kadar c-organik 2 dengan kriteria

agakgelap, dan pada lapisan III Memiliki kadar c-organik 1 kriteria jernih.
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kandungan bahan organik (C-organik) dalam tanah mencerminkan


kualitas tanah, di mana kandungan bahan organik dikatakan sangat rendah apabila
2%, kandungan bahan organik yang berkisar 2-10% memiliki peranan yang sangat
penting. Bahan organik tanah merupakan indikator dari kualitas tanah, karena
merupakan sumber dari unsur hara. Bahan organik tanah erat kaitannya dengan
kondisi tanah baik secarafisik, kimia dan biologis yang selanjutnya turut
menentukan produktivitas suatulahan. Kesuburan tanah juga dipengaruhi oleh
ketersediaan hara, rendahnya ketersediaan hara mencerminkan rendahnya
kesuburan tanah sehingga keberadaan makrofauna tanahsebagai perombak
bahanorganik sangat menentukan ketersediaan hara dalam menyuburkan tanah.

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nopsagiarti T, okalia D, Marlina G. 2020. Analisis C-Organik, Nitrogen Dan C/N


Tanah Pada Lahan Agrowisata Beken Jaya. Jurnal agrosis dan Teknologi.
5(1) : 12-18
Saidy AR,2018. Bahan Organik tanah : Klasifikasi Fungsi dan Metode Studi.
Banjarmasin. Lampung Mankurat Univeritas Press.
Farasati R, Pradiko I, Rahutomo S, Sutarta ES, Santoso H, Hidayat F. 2019. C-
Organik Tanah di Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara: Status dan
Hubungan dengan Beberapa Sifat Kimia Tanah. Jurnal Tanah dan Iklim.
43 (2) : 157-165
Augustin C, Cihalcek LJ. 2016. Relationships between soil carbon and soil texture
in the Northern Great Plains. Soil Science. 181(8): 386–392.
Solly EF, Weber V, Zimmermann S, Walthert L, Hagedorn F, Schmidt MWI.
2019. Is the content and potential preservation of soil organic carbon
reflected by cation exchange capacity? A case study in Swiss forest soils.
Biogeosciences Discussions
Smith P, Haberl H, Popp A, Erb KH, Lauk C, Harper R, Tubiello FN, Pinto AS,
Jafari M, Sohi S, Masera M, Bottcher H, Berndes G, Bustamante M,
Ahammad H, Clark H, Dong H, Elsiddig EA, Mbow C, Ravindranath NH,
Rice CW, Abad CR, Romanovskaya A, Sperling F, Herrero M, House HI,
Rose S. 2013. How much
land-based greenhouse gas mitigation can be achieved without
compromising food security and environmental goals? Global Change
Biology. 19(8):2285-2302
Powlson DS, Cai Z, Lemanceau P. 2015. Soil carbon dynamics and nutrient
cycling, dalam Banwart, S.A., E. Noellemeyer, E. Milne (Editor), Soil
carbon: science, management and policy for multiple benefits. SCOPE
series. 71: 98-107.
Kamsurya MY, Botanri S. 2022. Peran Bahan Organik dalam Mempertahankan
Dan PerbaikanKesuburan Tanah Pertanian. Jurnal Agrohut Fakultas
Pertanian Universitas Darussalam Ambon.13(1) : 25-34

Anda mungkin juga menyukai