LABORATORIUM
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Manusia dalam hampir semua kegiatan hidup manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung sangat memerlukan tanah. Tak terkecuali pada saat
manusia meninggal dunia masih memerlukan tanahuntuk penguburannya.
Tanah bagi kehidupan manusia sangat strategis karena berdimensi sangat
luas yang meliputi dimensi sosial, ekonomi, budaya, politik,produksi
dan dimensi pertahanan dan keamanan. Sebagai negara yang berlatar
belakang agraris, tanah merupakan sesuatu yang bernilai sangat penting didalam
kehidupan masyarakat Indonesia.Tanah berfungsi sebagai tempat dimana warga
masyarakat bertempat tinggal dan tanah juga memberikan penghidupan baginya.
(Sari, 2015).
Secara umum tanah bagi fauna tanah berfungsi sebagai tempat hidup, tempat
pertahanan, dan seringkali makanan. Peranan terpenting dari faunatanah dalam
ekosistem adalah sebagai perombak bahan organik yang tersedia bagi tumbuhan
hijau .Sekitar 25-30% dari luas daratan dunia merupakan lahan pertanian yang
selalu memengaruhi keanekaragaman hayati karena adanya kegiatan pertanian.
Sejak peradaban manusia, telah memulai memanipulasi sumber daya alam seperti
tanah, hutan, sungai, dan lain-lainuntuk mengolah makanan di area yang
luas.Tanah merupakan media tumbuh tanaman yang digunakan sebagai nutrisi
tanaman, dimana semua nutrisi berasal melalui proses dekomposisi, sehingga
terbentuk humus sebagai sumber nutrisi tanah. Fauna permukaan tanah dapat
dijadikan sebagai indikator terhadap kesuburan tanah (Rezatinur et al., 2016).
Kemampuan tanah dalam meretensi air penting untuk diketahui terutama dalam
usaha pengelolaan lahan kering untuk pertanian. Data tentang retensi air tanah
penting untuk diketahui terutama dalam usaha pengelolaan lahan kering pertanian,
agar lahan mampu menghasilkan produksi yang optimum dan menghindari
terjadinya kegagalan panen.Perbedaan jenis tanah akan mempengaruhi
kemampuan tanah dalam meretensi air, dikarenakan memiliki sifat tanah yang
berbeda-beda. Sifat tanah yang berkorelasi positif dengan kemampuan tanah
dalam meretensi air adalah bobot isi, bahan organik tanah, struktur tanah dan
distribusi ukuran pori (Silva et al. 2018).
Menurut Oliviera et al. (2021) lahan hutan yang memiliki vegetasi yang rapat
memiliki kapasitas retensi air yang lebih tinggi dari pada lahan terbuka, akibat
suplai bahan organik yang lebih tinggi dari seresah tanaman ke permukaan tanah
yang membuat agregat tanah lebih stabil. Selain itu pengelolaan lahan yang
berbeda di setiap tipe penggunaan lahan akan mempengaruhi struktur tanah, yang
secara langsung akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam meretensi air.
C-organik merupakan bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks
dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. C-organik juga merupakan
bahan organik yang terkandung di dalam maupun pada permukaan tanah yang
berasal dari senyawa karbon di alam, dan semua jenis senyawa organik yang
terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa
mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang
stabil atau humus. Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu
faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian.
Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-organik.
Beberapa proses yang dapat menyebabkan terjadinya kehilangan C-organik dari
dalam tanah dapat melalui respirasi tanah,, respirasi tanaman, terangkut panen,
dipergunakan oleh biota, dan erosi. (Augustin dan Cihacek 2016)
Karbon (C) organik tanah merupakan komponen fundamental dalam siklus karbon
global untuk mendukung keberlanjutan ekosistem terrestrial .C-organik tanah
terbentuk melalui beberapa tahapan dekomposisi bahan organik. Status Corganik
tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal seperti jenis tanah, curah hujan,
suhu, masukan bahan organik dari biomasa di atas tanah, proses antropogenik,
kegiatan pengelolaan tanah, dan kandungan CO2 di atmosfer . Perubahan status
C-organik tanah melalui proses dekomposisi dan mineralisasi bahan organik tanah
dilaporkan memiliki keterkaitan dengan sifat-sifat tanah seperti tekst, pH, kation
logam dalam tanah, KTK (kapasitas tukar kation) dan kandungan nitrogen C-
organik berperan penting dalam mendukung pertanian berkelanjutan terutama
sebagai indikator basis kesuburan tanah, menjaga ketersediaan hara, perbaikan
sifat fisik tanah, serta menjaga kelangsungan hidup mikroorganisme tanah (Smith
et al. 2013).
Siklus karbon di dalam tanah meliputi konversi karbon dioksida atmosfer menjadi
material tanaman melalui proses fotosintesis diikuti oleh dekomposisi sisa-sisa
tanaman dan binatang ke dalam tanah. Selama proses dekomposisi, transformasi
karbon difasilitasi oleh aktivitas mikroba, oksidasi karbon menjadi karbon
dioksida yang selanjutnya dikembalikan ke atmosfer. Beberapa karbon
kemungkinan selanjutnya diasimilasikan oleh tanaman sebagai ion karbonat dan
bikarbonat atau terangkut dari dalam tanah bahkan sampai ke laut (Siringoringo
2014).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks
dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat di
dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah
semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan
organik yang stabil atau humus. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah
mineral biasanya mengandung C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah
gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-
organik dan biasanya < 1% di tanah gurun pasir ((Agus 2013).
Penggunaan lahan dan pengelolaan lahan juga menjadi faktor terpenting dalam
menentukan nilai C-organik tanah. Penggunaan lahan untuk tanaman yang mampu
meningkatkan bahan organik lebih tinggi maka akan diperoleh kadar C-organik
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan untuk tanaman yang
hanya menyumbang bahan organik yang rendah dalam aktivitas
pertumbuhannya.Pengelolaan lahan mempengaruhi sebaran bahan organik pada
lahan dengan kedalaman tertentu sehingga juga mempengaruhi nilai C-organik
pada sampel tanah tertentu dan kedalaman tertentu (Barduleet. al., 2017).
Menurut Surya, dkk. (2017), semakin ke bawah kadar bahan organik semakin
berkurang yang disebabkan oleh akumulasi bahan organik terkonsentrasi di
lapisan atas. C-organik merupakan merupakan unsur yang dapat menetukan
kesuburan tanah karena C-organik tergolong unsur esensial di dalam tanah. Trend
perubahan status C-organik tanah pada berbagai kebun yang diamati dalam
penelitian ini dengan rentang waktu .Secara total, rerata nilai C-organik dari 25
kebun pada tanah Inceptisol dan Ultisol ditahun 2009 dan 2014 tidak berbeda
nyata. Meskipun terjadi penurunan, namun status C-organik tetap mampu
dipertahankan dalam status rendah hingga sedang .Setiap bahan organik yang
mengalami proses dekomposisi lanjutan dan mineralisasi mempengaruhi
komposisi C dan N dalam tanah). Hasil analisis korelasi menunjukkan secara
individual kadar C-organik berpengaruh nyata terhadap peningkatan kadar N pada
jenis tanah Inceptisol, dan tidak berpengaruh nyata pada jenis tanah . (Powlson et
al. 2015).
C-organik tanah pada perkebunan kelapa sawit dapat dijadikan salah satu
parameter keberlanjutan ekosistem dan kesuburan tanah. Perubahan sifat kimia
tanah yang dinamis tidak lepas dari proses biogeokimia dari mineralisasi dan
pelapukan bahan organik menjadi C-organik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengkaji status C-organik tanah serta kaitannya dengan sifat kimia tanah lainnya
dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2009 sampai tahun 2014 di perkebunan
kelapa sawit Sumatera Utara, dengan jenis tanah Inceptisols dan Ultisols. Metode
pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Data dianalisis
menggunakan uji komparatif T- paired antara kebun yang diamati pada tahun
2009 dan 2014 untuk melihat perubahan nilai C-organik, dan parameter sifat
kimia tanah. Uji korelasi dilakukan untuk melihat keterkaitan antara C-organik
dengan parameter sifat kimia tanah lainnya, yaitu kadar N, kejenuhan Al, pH, dan
kapasitas tukar kation (KTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 kebun
pengamatan, nilai C-organik dari 3 kebun meningkat dan 6 kebun menurun secara
signifikan, sedangkan 16 lainnya tidak berbeda nyata. Dalam periode 5 tahun,
kandungan C-organik tanah cenderung fluktuatif namun tetap berada pada kelas
yang sama dengan kisaran rendah hingga sedang. (Khasanah et al. 2015)
Hasil analisis terhadap sampel tanah dalam penelitian ini (Tabel 1) menunjukkan
bahwa secara keseluruhan dalam waktu, pH tergolong masam hingga netral (4,31-
6,9), C-organik rendah hingga sedang (0,63%- 1,75%), kandungan N rendah
(0,08%-0,21%), kejenuhan Al rendah hingga tinggi . (Rahman et al. 2018)
Peraturan terkait kadar C-Organik dan N-Total ditetapkan dalam SNI 19-7030-
2004 tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI ini
memuat definisi/istilah mengenai kompos, dekomposisi, kadar air, unsur mikro,
bahan asing, pencemar organik, sampah organik domestik, C/N rasio, organisme
patogen, nilai agronomi dan suhu air tanah. Berdasarkan SNI 19-7030-2004 kadar
C-Organik minimal sebesar 9,80% dan kadar maksimum belum ditetapkan,
sedangkan untuk rasio C/N minimal 10 dan maksimal 20 (SNI 19-7030-2004)
BABIII
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.1 Alat
4. Spatula;
5. Tang krus;
8. Neraca analitik;
9. Spektrofotometer.
3.1.2 Bahan
1. Sampel sampah;
2. H2SO4 pekat;
3. K2Cr2O7 1 N;
5. Aquadest.
3.2 Cara Kerja
2. cawan penguap dipanaskan dalam oven pada suhu 105 oC selama 1 jam;
5. cawan berisi sampel dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 oC selama 1 jam;
menit;
7. hasilnya dicatat.
menit. Lalu diencerkan dengan air bebas ion, dibiarkan dingin dan didiamkan
selama 4 jam;
4. Larutan standar 0, 200, 300, 400, dan 500 ppm dibuat dalam labu ukur 100 ml;
5. Masing-masing larutan standar diambil sebanyak 5 ml, dan diberi perlakuan
3.3 Perhitungan
= ppmkurvax(100x1000-1)x(100x1000-1)xfk
= ppmkurvax0,01xfk
kosong
2. Pengenceran:
Keterangan:
M1 = Konsentrasi awal
M2 = Konsentrasi akhir
V1 = Volume awal
V2 = Volume akhir
BAB IV
4.1.2 Sampel
4.2 Perhitungan
= x 100 %
= 23,85%
Faktor koreksi =
= 1,313%
Pengenceran :
a. M2 = 0 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V = 0 ppm x 100 ml
V1 = 0 ml
b. M2 = 50 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V = 50 ppm x 100 ml
V1 = 5 ml
c. M2 = 100 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V = 100 ppm x 100 ml
V1 = 10 ml
d. M2 = 150 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 150 ppm x 100 ml
V1 = 15 ml
e. M2 = 200 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 200 ppm x 100 ml
V1 = 20 ml
f. M2 = 250 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 250 ppm x 100 ml
V1 = 25 ml
No X Y X.Y X2
1 0 0,039 0 0
2 50 0,103 5,15 2.500
3 100 0,190 19 10.000
4 150 0,285 42,75 22.500
5 200 0,345 69 40.000
6 250 0,438 109,5 62.500
Ʃ 750 1,4 245,4 137.500
( )( ) ( )( )
a= ( ) ( )
a = 0,0321
[ ] [ ][ ]
b= ([ ])
( ) ( )( )
b= ( ) ( )
b = 0,0016
jadi, persamaan regresi linear adalah :
y = a + bx
y = 0,0321 + 0,0016x
ppm kurva
y = 0,0321 + 0,0016x
0,308 = 0,321 + 0,0016 x
X =
X = 172,437 ppm
Berikut grafik hubungan konsentrasi glukosa terhadap absorban :
0,500
0,450
0,400
0,350
Absorban
0,300
0,250
0,200
0,150
0,100
0,050
0,000
0 50 100 150 200 250
Larutan Standar (mg/L)
4.3 Pembahasan
Pengambilan sampel pada praktikum ini dilakukan di Rumah Makan belakang
kampus Institut Teknologi Paadang, Kecamatan Nanggalo Kota Padang. Titik
koordinat lokasi pengambilan sampel yaitu 0’53’30” LS 100º 25’15 TE dengan
ketinggian tempat yaitu 174 m diatas permukaan laut. Kondisi cuaca pada saat
pengambilan sampel yaitu berawan. Sampel diambil pada hari Rabu tanggal 11
Oktober 2023.
Pada praktikum C ini, dilakukan pencarian % kadar air terlebih dahulu untuk
menentukan faktor koreksi untuk perhitungan kadar karbon organik. Setelah
dilakukan analisis didapatkan % kadar air sebesar 23,85%sehingga didapatkan
faktor koreksi yang bernilai 1,313%. Setelah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan rumus regresi liniar didapatkan konsentrasi C-Organik pada sampel
bernilai 172,437 ppm. Persen kadar C-Organik kemudian didapatkan bernilai
2,264 %.
Maksimal 32 20
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
2. Hasil perhitungan kadar air pada sampel sampah yaitu sebesar 23,85%
dengan faktor koreksi 1,313% dan kandungan c-organik 3,2823. Nilai
konsentrasi standar dan absorbansi berbanding lurus, maka semakin besar
konsentrasi maka nilai absorbansi semakin tinggi.
5.2 Saran
Ginting, R., Razali, dan Z. Nasution. 2013. Pemetaan Status Unsur Hara C-
Smith P, Haberl H, Popp A, Erb KH, Lauk C, Harper R, Tubiello FN, Pinto AS,
Jafari M, Sohi S, Masera M, Böttcher H, Berndes G, Bustamante M,
Ahammad H, Clark H, Dong H, Elsiddig EA, Mbow C, Ravindranath NH,
Rice CW, Abad CR, Romanovskaya A, Sperling F, Herrero M, House HI,
Rose S. 2013. How much land-based greenhouse gas mitigation can be
achieved without compromising food security and environmental goals?
Global Change Biology. 19(8): 2285-2302.
https://doi.org/10.1111/gcb.12160.
Powlson DS, Cai Z, Lemanceau P. 2015. Soil carbon dynamics and nutrient
cycling, dalam Banwart, S.A., E. Noellemeyer, E. Milne (Editor), Soil
carbon: science, management and policy for multiple benefits. SCOPE
series. 71: 98-107.
DOKUMENTASI
\