Anda di halaman 1dari 19

Laporan Praktikum Hari,tanggal : Rabu, 01 September 2021

Biologi Tanah Dosen : Indri Hapsari Fitriyani, Sp, MSi


Asisten Praktikum :
1. Angelin Septitania Sirait (A14170005)
2. Dede Risna Ayu Ajhari (A14180013)
3. Anra Talpa (A14190065)

PENGAMBILAN DAN PERSIAPAN CONTOH TANAH SERTA


PENGAMATAN KERAGAMAN HAYATI PADA TANAH DI
LAPANGAN

SHAFA SALSABILA LESMANA


A1401201024
Kelompok 1
Hari Praktikum Rabu

DIVISI BIOTEKNOLOGI TANAH


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
IPB UNIVERSITY
2021
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis tanah, dimana setiap tanah memiliki
sifat dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut berguna sebagai pembeda
antara satu tanah dengan tanah lainnya. Tanah dalam bidang pertanian sangat penting
untuk dikaji lebih mendalam, terutama mengenai sifat-sifat dari tanah itu sendiri.
Secara umum, sifat tanah yang umum dikaji yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia tanah
dan sifat biologi tanah. Ketiga sifat ini sering dibahas secara bersamaan dalam
mengkaji tanah secara umum (Handayani dan Karnilawati 2018).
Atmaja (2017) menyatakan, sifat biologi tanah berhubungan erat dengan aktivitas
makhluk hidup yang ada di dalam tanah maupun di permukaan tanah. Berbagai jenis
makhluk hidup yang berkembang dalam tanah, baik jenis hewan, tumbuhan, atau
makhluk hidup yang berukuran mikro seperti bakteri, fungi, protozoa dan alga yang
dikelompokkan dalam mikroorganisme yang mudah dijumpai di tanah. Organisme
tanah lain yang termasuk dalam kelompok tumbuhan seperti akar tanaman
(makroflora) dan berbagai hewan tanah berukuran kecil (mikrofauna) seperti
nematode, berukuran sedang (mesofauna) seperti mikroarthropoda hingga yang
berukuran besar (mesofauna) seperti cacing tanah menjadi penghuni tanah.
Biologi tanah memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas tanah,
salah satunya mengenai kesuburan tanah. Pada tanah terdapat organisme tanah,
organisme ini memiliki peranan penting bagi kehidupan tanaman dan bagi tanah itu
sendiri. Maka dari itu, analisis biologi sangatlah penting untuk dilakukan, salah satu
contohnya seperti dalam pengambilan sample tanah. Selain pengambilan sample tanah,
dapat dilakukan untuk mengamati keragaman hayati seperti makrofauna yang terdapat
di dalam tanah. Pengambilan contoh tanah (sample) juga dilakukan untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah, yang dimaksud untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu
titik pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik
tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah
tertentu dalam suatu peta tanah. Penetapan tekstur tanah dan stabilitas agregat tanah
dilakukan menggunakan contoh tanah komposit tidak terganggu (undisturbed soil
sample), dengan harapan dapat memberikan gambaran sifat-sifat fisik tanah suatu
bidang lahan dengan luasan tertentu yang relatif homogen.
Sifat-sifat biologi tanah sangat penting dalam hal dekomposisi bahan organik,
proses mineralisasi, daur hara immobilisasi, serta proses lainnya di dalam tanah.
Jumlah populasi fauna tanah dapat dijadikan salah satu indikator dari tingkat kesuburan
tanah. Populasi mikroorganisme tanah dapat menghasilkan respirasi tanah yang dapat
mengindikasikan aktivitas mikroorganisme di dalam tanah berdasarkan banyak
sedikitnya gas CO2 yang dikeluarkan sebagai hasil metabolisme. Aktivitas biota tanah
dapat diukur dengan mengukur besar respirasi di dalam tanah (Atmaja, 2017)

1.2 Tujuan:
Praktikum ini bertujuan mengetahui langkah-langkah pengambilan dan persiapan
contoh tanah, serta mengetahui keragaman hayatinya.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Tanah adalah lapisan yang menyelimuti bumi dengan ketebalan yang bervariasi
dari beberapa sentimeter hingga lebih dari 3 meter. Lapisan ini sebenarnya tidak berarti,
namun, dari tanahlah semua makhluk hidup yang berada di muka bumi, baik tumbuhan
maupun hewan memperoleh segala kebutuhan mineralnya (Gusmara et al. 2017).
Tanah juga merupakan kombinasi atas mineral, bahan-bahan anorganik, gas,
berbagai jeniscairan dan organisme. Tanah berperan sebagai media tumbuh tanaman
yang memiliki karakteristik tersendiri sebagai akibat dari pengaruh iklim dan jasad
hidup terhadap bahan induk dalamjangka waktu tertentu, yang dapat dibedakan dari
ciri bahan induk asalnya baik secara fisik, kimia maupun biologi (Mutiara et al. 2021).
Menurut Gusmara et al. (2017), antara tanah dan makhluk hidup akan
membentuk suatu hubungan yang dinamis. Kebutuhan mineral makhluk hidup
diperoleh dari tanah dan ke dalam tanah akan dikembalikan residu dari makhluk
tersebut. Kehidupan sangat vital bagi tanah dan tanah sangat vital bagi kehidupan.
Tanah melakukan berbagai sinkronisasi layanan ekosistem atau fungsi tanah dalam
kaitannya penyediaan bahan pangan, serat dan produksi bahan bakar, penjernihan air,
penyerapan karbon, siklus unsur hara dan penyediaan habitat bagi keanekaragaman
organisme, penyediaan dan menjaga kualitas air bagi masyarakat.
Ristianti et al. (2018) menyatakan, tanah sampah merupakan tanah yang berada
disekitar sampah, baik sampah organik maupun an-organik. Tanah sampah dapat
ditemui diberbagai tempat, salah satunya di tempat penimbunan sampah organik,
tempat pemerosesan akhir, lokasi pembuangan akhir, dan di lokasi lainnya. Tanah
sampah pada umumnya tidak digunakan sebagai tempat untuk melakukan penanaman
kecuali tanah sampah tersebut berasal dari bahan organik atau tanah sampah anorganik
yang telah dikelola sedemikian rupa sehingga menghasilkan tanah dengan kualitas
yang baik.
Kapasitas tanah berbeda-berbeda untuk melakukan masing-masing fungsi
tersebut yang sangat tergantung dari biodiversitas tanah sebagai akibat penggunaan
lahan yang berbeda dan infiltrasi. Metode pengambilan contoh tanah dilakukan dengan
2 cara yaitu, terusik dan tidak terusik. Analisis sifat-sifat tanah di laboratorium dari
contoh tanah terusik dan tak terusik yang diambil dari lapangan untuk menentukan
kriteria tingkat kerusakan tanah dengan mengamati keragaman hayati di dalam tanah.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada beberapa kedalaman, yaitu 0-20 cm dan 20-
40 cm pada lahan intensif dan konservasi (Sumarno et al. 2018).
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah, dengan keanekaragaman hayati yang melimpah tersebut Indonesia
mendapat julukan negara megabiodiversitas (Mushoffa, 2017). Keanekaragaman
hayati (biodiversity) merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem
(ecosystem services), baik dalam bentuk barang/produk maupun dalam bentuk jasa
lingkungan yang sangat diperlukan, salah satunya contohnya yaitu mikrob tanah.
Mikroba tanah sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Mikroba
memperbanyak diri dan aktif membantu penyediaan unsur hara bagi tanaman melalui
proses simbiosis dengan jalan melepaskan unsur hara yang “terikat” menjadi bentuk
yang tersedia bagi akar tanaman. Mikroba tanah ini juga mempunyai peran aktif
melindungi tanaman melawan penyakit “soil-borne diseas.
Jambak et al. (2017) menyatakan, makrofauna sangat berperan dalam proses
yang terjadi di dalam tanah seperti dekomposisi, aliran karbon, siklus hara, dan
agregasi tanah. Proses dekomposisi di dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan
cepat bila tidak didukung oleh aktivitas makrofauna. Hal ini dikarenakan makrofauna
memiliki peran penting dalam mendekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan
unsur hara. Makrofauna berkolerasi dengan kandungan bahan organik dalam tanah
yang dimilikinya, sehingga semakin banyak jumlah makrofauna dalam tanah, maka
semakin cepat proses dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga semakin
banyak pula kandungan bahan organik dan unsur hara yang tersedia di dalam tanah.
Selain itu, makrofauna tanah juga merupakan salah satu tolak ukur yang cukup sensitif
pada perubahan lingkungan, maka makrofauna tanah sangat cocok untuk menduga
kualitas tanah atau lahan. Kehadiran dan kepadatan populasi makrofauna tanah pada
suatu tempat sangat tergantung terhadap faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan
lingkungan abiotik (Situmorang dan Afrianti, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian Bintoro et al. (2017), kadar air kapasitas lapang
dapat ditetapkan dengan tiga metode yang berbeda-beda, yaitu metode alhricks,
drainase bebas, dan pressure plate. Kadar air kapasitas lapang (KAKL) merupakan
kadar air yang menggambarkan kondisi kandungan air di dalam tanah di lapang pada
saat pengukuran langsung. Kemampuan menyimpan air pada tanah ditentukan oleh
porositas tanah dan kandungan bahan organik yang ada pada tanah tersebut. Semakin
banyak porositas tanah maka kemampuan tanah dalam menyimpan air akan lebih tinggi
dan begitu pula dengan kandungan bahan organik, semakin tinggi kandungan bahan
organik maka semakin tinggi pula kemampuan tanah dalam mengikat air dan
kelembaban tanah terjaga dari evaporasi (Jambak et al. 2017). Karyati et al. (2019),
menyatakan secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tanah dan
kelembapan tanah dibedakan menjadi tiga yaitu, faktor luar (faktor cuaca), faktor
dalam, dan faktor topografi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Mashud (2017), kapasitas lapang
adalah kondisi ketika komposisi air dan udara di dalam tanah berimbang. Kondisi ini
dapat kita lihat seperti pada contoh pot yang telah disiram air hingga jenuh yang
mengentaskan semua air hingga tak ada lagi air yang keluar dari lubang yang terdapat
pada bagian bawah pot. Nilai kadar air kapasitas lapang (KAKL) merupakan salah satu
faktor penting bagi pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh keadaan tanahnya
seperti tekstur dan bahan organik tanah. Pada pengukuran kadar air kapasitas lapang
(KAKL), pengambilan contoh tanah dilakukan dengan melihat variasi kejadian hujan,
misalnya satu hari setelah hujan, dua hari setelah hujan, dan seterusnya. Selain itu,
kadar air kering udara (KAKU) juga harus ditentukan, kadar air kering udara (KAKU)
merupakan kadar yang didapatkan pada saat contoh tanah dikering udarakan
(Wulandari, 2018).
Metode hand sorting merupakan salah satu metode pengambilan contoh tanah
dengan menggunakan tangan berupa determinasi untuk mengidentifikasi, melihat dan
mengamati morfologi sehingga mempermudah proses pengamatan. Pengambilan
sample makrofauna tanah dengan metode hand sorting, yaitu dengan membuat kuadran
berukuran 50 cm x 50 cm. Tanah dalam kuadran tersebut digali sedalam 0-15 cm,
selanjutnya dilakukan proses identifikasi dan kuantifikasi makrofauna tanah yang
ada dalam tanah tersebut (Situmorang dan Afrianti, 2020).

III METODE
3.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam menunjang praktikum antara lain :

Garpu tanah Cangkul Kantong plastik Terpal

Ice box Palu tanah


Label Spidol/alat Sumber : Naufal dan Amiruddin, Sumber :
tulis 2017 https://www.bukalapak.com
/products

Ayakan tanah
Sumber : Kipas angin
Alkohol 70%
https://www.blibli.com/ Sumber : publikasiilmiah.ums.ac.id
3.2 Prosedur
3.2.1. Prosedur Pengambilan dan Transportasi

Buatlah petak berbentuk


bujur sangkar yang Contoh tanah diambil
berukuran (1×1) m dengan pada 5 titik, di ujung-
kedalaman 0-10 cm pada ujung bujur sangkar dan 1
ketiga jenis tanah yaitu titik di bagian tengah
tanah kebun, tanah rumput
dan tanah sampah

Contoh tanah yang telah


diambil dari kelima titik
tersebut, kemudian
dikompositkan (dicampur)
dan diambil sebanyak 1 kg
untuk dimasukkan kedalam
kantong plastik

Jika jarak lokasi


pengambilan sample tanah
Beri label pada kantong
cukup jauh dari
plastik dan bawa sample
laboratorium (> 6 jam),
tanah ke laboratorium
maka masukkan contoh
untuk dianalisis
tanah ke ice box.
3.2.2. Prosedur Persiapan Contoh Tanah

Hamparkan contoh tanah


yang telah diambil di atas Beri label pada
terpal, kemudian masing-masing contoh
bersihkan dari kotoran dan tanah
serasah lainnya

Haluskan gumpalan-
gumpalan
Kering udarakan
tanah dengan
sample tanah dengan
menggunakan palu tanah
cara diangin-anginkan
jika dirasa terdapat
selama 2-3 hari sampai
gumpalan tanah yang
sample cukup kering
cukup besar

Saring tanah dengan


Masukkan contoh tanah
menggunakan ayakan
ke dalam plastik, diberi
2 mm, lalu ukur kadar
label serta pertahankan
air kapasitas lapangan
kadar airnya sekitar 75%
(KAKL) dan kadar air
kapasitas lapang
kering udara (KAKU)
3.2.3. Prosedur Pengamatan Biodiversitas Tanah di Lapangan

Amati berbagai jenis


fauna tanah pada pada Fauna tanah yang
petak pengambilan sample ditemukan selanjutnya
tanah di kedalaman 0-20 dimasukkan ke dalam
cm dengan menggunakan botol berisi alkohol 70%
metode hand sorting

Fauna tanah yang


ditemukan selanjutnya
dimasukkan ke dalam
botol berisi alkohol 70%

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 4.1 Penetapan kadar air kering udara
Jenis Bobot Kering Bobot Kering Mutlak % Kadar Air Kering
Tanah Udara (g) (g) Udara
Tanah 10 8.55 16.96
Kebun
Tanah 10.005 8.23 21.57
Rumput
Tanah 10.02 8.95 11.96
Sampah
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada
tabel 4.1, yang menjelaskan penetapan kadar air kering udara (KAKU) pada 3 jenis
tanah yaitu, tanah kebun, tanah rumput dan tanah sampah. Tanah rumput memiliki
persen kadar air kering udara (KAKU) tertinggi yaitu sebesar 21.57%, tanah kebun
memiliki persen kadar air kering udara (KAKU) sebesar 16.96%, sedangkan persen
kadar air terendah yaitu tanah sampah dengan besar persen kadar air kering udara
(KAKU) sebesar 11.96%. dimana kadar air kering udara (KAKU) ini diperoleh dari
hasil pengurangan bobot kering udara (BKU) dengan bobot kering mutlak (BKM)
kemudian hasilnya dibagi dengan bobot kering mutlak (BKM) dan dikalikan dengan
100%, sehingga mendapatkan hasil sebesar 21.57%. Pada tanah rumput dan tanah
kebun memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi sehingga mampu
mendukung keberadaan fauna tanah. Tanah dengan penutup vegetasi mampu memasok
bahan organik sehingga mampu mempengaruhi sifat dalam tanah (Ariyanto et al.
2021). Sedangkan pada tanah sampah, kandungan bahan organiknya kurang sehingga
keberadaan fauna tanahnya tergolong sedikit.
Pada konsep penanaman, jika kadar air kering udara hanya 11.96% maka
pertanaman akan banyak memerlukan air, sehingga diperlukannya sebuah sistem yang
dapat membantu menstabilkan kadar air tanah tersebut. Menurut Bintoro et al. (2017),
pororitas tanah dapat mempengaruhi kadar air kering udara dalam tanah. Di sisi lain,
penanaman jenis dan varietas tanaman pada kadar air kering udara 11.96% harus
ditentukan untuk membantu pertumbuhan tanaman tersebut agar tumbuh menjadi lebih
baik dan stabil. Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman
yang memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Akan tetapi, terdapat faktor-faktor yang berhubungan dengan perlakuan tanah
setelah pengeringan yang dapat mempengaruhi analisis kadar air kering udara (KAKU)
meliputi sifat higroskopis, kelembaban udara ruang analisis serta kelembaban udara
ruang penimbangan.

Tabel 4.2 Penetapan kadar air kapasitas lapang


Jenis Bobot Kering Bobot Kering % Kadar Air
Tanah Udara(g) Mutlak (g) Kapasitas Lapang
Tanah 10.02 7.465 34.23
Kebun
Tanah 10 7.025 42.35
Rumput
Tanah 10.015 7.85 27.58
Sampah
Tabel 4.2 menyajikan data penetapan kadar air kapasitas lapang pada ketiga
jenis tanah. Kadar air kapasitas lapang merupakan batasan ketersediaan air dalam tanah
setelah terjadi drainase dengan laju gerakan ke bawah yang memakan waktu sekitar 2-
3 hari setelah terjadi hujan (Haridjaja et al. 2013). Persen kadar air kapasitas lapang
(KAKL) tertinggi terdapat pada jenis tanah rumput, yaitu sebesar 42.35%. Sementara
itu, persen kadar air kapasitas lapang terendah terdapat pada jenis tanah sampah dengan
persen kadar sebesar 27.58%. Setiap tanah memiliki tekstur yang berbeda dan dapat
mempengaruhi nilai dari kadar kapasitas lapang.
Hasil percobaan Swift (2017) yang telah menguji tanah rumput menunjukkan
bahwa, pada tanah rumput memiliki banyak rerumputan yang menutupi bagian atas
permukaan tanah. Hal ini mengakibatkan banyaknya vegetasi berupa rumput yang
mengakibatkan terdapat serasah dan kotoran berupa rerumputan kering yang cukup
banyak jika dibandingkan dengan tanah lainnya. pada permukaan atas tanah. Tanah ini
jugamemiliki kandungan serasah yang tinggi, sehingga dapat menjadi indikator bahwa
tanah tersebut punya kadar BO yang di atas tanah lainnya. Bahan organik memiliki
peran dalam mengikat partikel tanah sehingga ruang pori yang tersedia bisa menambah
kapasitas air yang mampu ditampungnya. Selain itu, Tentunya kadar air ini merupakan
salah satu parameter yang penting.
Simarmata et al. (2020), tanah kebun memiliki warna yang cenderung gelap
dan bergantung pada komoditas tanaman yang ditanami di perkebunan. Tanah ini
bertekstur pasir berdebu dengan vegetasi campuran, memiliki kedalaman air sedang,
aktivitas biologi banyak, serta kadar airnya cukup tinggi tetapi lebih rendah dibanding
tanah rumput. Hal ini sesuai dengan data percobaan bahwa nilai kadar air pada tanah
rumput masih lebih tinggi dibanding tanah kebun dan aktivitas organismenya juga
tinggi pula. Secara visual, tanah ini tidak memiliki vegetasi yang benar-benar rapat
seperti tanah rumput tetapi tetap punya vegetasi berupa tanaman yang ditanam di
atasnya.
Tekstur tanah yang menunjukan kasar halusnya tanah dibagi menjadi beberapa
kelompok antara lain: kasar (pasir, pasir berlempung), agak kasar (lempung berpasir,
lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung
berdebu, debu), agak halus (lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu),
dan halus (liat berpasir, liat berdebu). Perbedaan ini dapat mempengaruhi dalam
penyerapan air dalam tanah (Sarbini dan Qoriansyah, 2013).
Menurut Siregar et al. (2017), perbedaan tekstur tanah terhadap kadar air ini
terkait erat dengan kondisi tanah tersebut pada saat diambil. Kisaran kadar air tanah
yang tersedia secara optimum berada antara kapasitas lapang (field capacity) dan titik
layu permanen (permanent wilting point). Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air
yaitu evaporasi, tekstur tanah, serta bahan organik. Tanah yang berlempung misal,
mempunyai kandungan airnya yang lebih banyak dibandingkan tanah berpasir. Hal itu
disebabkan karena tanah berlempung memiliki fraksi liat yang banyak sehingga dapat
menahan banyaknya air. Gerakan air dalam tanah akan mempengaruhi keberadaan air
di suatu tempat. Gerak kapiler pada tanah basah akan lebih cepat daripada gerakan ke
atas maupun kesamping dalam kedalaman solum suatu tanah, maka semakin besar
kadar air kapasitas lapangnya.

Tabel 4.3 Jumlah air yang ditambahkan


Jenis tanah Jumlah air (mL)
Tanah Kebun 129.505
Tanah Rumput 155.85
Tanah Sampah 117.15
Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data seperti pada tabel 4.3. Pada tabel
4.3 menunjukkan data jumlah air yang ditambahkan selama masa penyimpanan agar
kandungan air dalam tanah tersebut sebanyak 75% dari kadar air kapasitas lapang.
Jumlah air tertinggi yang ditambahkan selama masa penyimpanan sebesar 155.505 mL
yaitu pada jenis tanah rumput, pada tanah kebun jumlah air yang ditambahkan sebesar
129.505 mL, dan jumlah air terendah ada pada jenis tanah sampah dengan 117.15 mL.
Bagi tanaman, air berguna sebagai unsur hara, pelarut unsur hara, dan bagian dari sel-
sel tanaman. Banyaknya air yang tersedia bagi tanaman adalah selisih antara kadar air
pada kapasitas lapang dengan kadar air pada titik layu permanen. Kadar air kapasitas
lapang menunjukkan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
tarik gravitasi (Siregar et al. 2017).
Berdasarkan hasil analisis Siregar et al. (2017), kadar air pada penggunaan
lahan hutan, lahan kering, lahan kritis, tegalan, kebun campuran dan pekarangan
memiliki nilai kadar air la mulai dari 20,18% - 26,50%. Tanah yang bertekstur kasar
mempunyai kemampuan menahan air yang kecil dari pada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu tanaman yang ditanam pada tanah sampah dan tanah pasir umumnya lebih
mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur liat atau lempung. Adanya
perbedaan sifat fisik tanah pada berbagai penggunaan lahan perkebunan memengaruhi
peresapan airnya. Lahan yang memiliki vegetasi di atasnya mempunyai kemampuan
lebih dalam retensi air hujan dan mampu meningkatkan laju infiltrasi serta menyimpan
air. Kondisi fisik tanah dengan vegetasi tinggi mampu menyerap air lebih baik dan
memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi (Simarmata et al. 2020).
Delima et al. (2018), air dan tanah memiliki keterkaitan yang sangat erat. Air
mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, misalnya pada proses pelapukan mineral
dan bahan organik tanah, pada proses tersebut reaksi yang mempersiapkan hara larut
bagi pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada
kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima
dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor luar seperti curah hujan tahunan dan curah hujan sepanjang tahun. Manfaat
mengetahui kadar air tanah yaitu untuk mengetahui proses pelapukan mineral dan
bahan organik tanah yaitu reaksi yang mempersiapkan hara yang larut bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah-tanah bertekstur liat, karena lebih halus maka setiapa
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih
aktif dalam reaksi kimia tanah dibanding bertekstur kasar. Faktor tumbuhan dan iklim
mempunyai pengaruh yang berarti pada jumlah air yang dapat di absorsi dengan efisien
tumbuhan dalam tanah. Kelakuan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan
tingkat pertumbuhan adalah faktor tumbuhan yang berarti. Kemampuan tanah dapat
menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur
kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus.
Jenis tanah akan selalu dipengaruhi oleh batuan induk, iklim, dan vegetasi.
Kualitas tanah yang baik sangat mempengaruhi keragaman jenis makrofauna. Jambak
et al. (2017) menyatakan, pengukuran makrofauna tanah dilakukan langsung di
lapangan dengan mengambil contoh tanah pada kedalaman 0-20cm pada areal seluas
1m2. Pengambilan contoh tanah masing-masing dilakukan secara komposit di tiap
lahan. Contoh tanah digali kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik atau karung.
Tanah yang sudah diambil kemudian langsung disebarkan di atas karung dan langsung
diidentifikasi jumlah dan jenis fauna yang terlihat.
Tanah sampah memiliki kadar air kering udara dan kapasitas lapang paling
rendah. Hal ini sesuai dengan banyaknya vegetasi yang dapat memengaruhi
kemampuan tanah menyerap air, pengikatan, serta laju infiltrasi. Maka dari itu,
keberadaan air pada tanah sampah sangatlah sedikit. Selain itu, tanah sampah juga
memiliki fauna yang sedikit karena rendahnya bahan organik dan kebanyakan telah
bercampur dengan bahan anorganik maupun kontaminasi lainnya. Hal ini tentu
sangatlah berpengaruh karena kondisi tanah baik secara fisik maupun kimia
memengaruhi keberadaan serta hidupnya fauna tanah.
Selain itu, berat akar vegetasi memengaruhi laju infiltrasi sehingga volume air
tanah meningkat, sehingga dapat dibuktikan bahwa tanah yang ditutupi oleh rumput
memiliki kandungan air yang tinggi karena vegetasi rumput dan kapasitas lapang yang
tinggi juga karena kemampuan tanah mengikat air juga besar akibat keberadaan bahan
organik. Selain itu, akibat lingkungan yang nyaman, akan diperoleh fauna tanah
beragam di jenis tanah ini terutama makrofauna menurut (Musdalipa et al. 2018).

V PENUTUP
5.1 Simpulan
Sifat kimia, fisika dan biologi tanah saling berhubungan satu sama lain.
Keberadaan fauna dalam tanah dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara dalam
tanah yang berguna bagi tanaman. Fauna tanah yang terdapat pada suatu lahan/tanah
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti pH tanah, ketersediaan bahan organik,
suhu dan kelembaban. Ketersediaan bahan organik juga dapat mempengaruhi pororitas
dimana kandungan bahan organik dapat meningkatkan porositas dan mempengaruhi
ruang pori dalam tanah. Selain itu, tanah yang halus atau yang mempunyai luas
permukaan yang besar per satuan berat, mempunyai kadar air yang lebih besar dari
pada tanah yang kasar atau mempunyai luas permukaan yang lebih kecil.

5.2 Saran
Saran untuk praktikum ini semoga kita dapat memahami atau mengerti
mengenai pengetahuan mendalam tentang ilmu tanah. Sehingga kita mendapatkan
pengetahuan yang luas. Harapan saya dapat terjun langsung untuk melakukan
praktikum ke lapangan, namun jika ada kendala tertentu sehingga tidak dapat
melaksanakannya secara offline maka pembelajaran untuk menunjang perkuliahan
bergantung pada video tutorial yang mudah dipahami, menarik serta mewakili
informasi yang seharusnya di dapatkan saat hendak praktikum secara offline.
Pengambilan sample tanah secara komposit hendaknya mewakili keseluruhan area
pengambilan sample tanah. Pengamatan makrofauna tanah sebaiknya dilakukan saat
mengambil sample tanah. Penetapan kadar air kering udara (KAKU) dan kadar air
kapasitas lapang (KAKL) sebaiknya dilakukan secara teliti agar mendapatkan data
yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto P, Iskandar A, Darussalam U. 2021. Rancang bangun Internet of Things (IoT)


pengaturan kelembaban tanah untuk tanaman berbasis mikrokontroler. Jurnal
Teknologi Informasi dan Komunikasi [Diunduh 2021.09.05]; 5(2): 112-118.
DOI: https://doi.org/10.35870/jtik.v5i2.211.
Asmarawati CI, Purnomo H. 2017. Desain kipas angin Neodymium mengggunakan
metode Quality Function Deployment (QFD). Seminar Nasional IENACO
[Diunduh 2021.09.02]; 34-38.
Atmaja IWD. 2017. Sifat Biologis Tanah. Bali (ID): Universitas Udayana.
Bintoro A, Widjajanto D, Isrun. 2017. Karakteritik fisik tanah pada beberapa
penggunaan lahan di Desa Beka Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. e-
Jurnal Agrotekbis [Diunduh 2021.09.02]; 423-430.
[BPPSDMP] Badan penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2018.
Persiapan Lahan Perkebunan. Jakarta (ID): Politeknik Pembangunan
Pertanian.
Delima, Akbar Halim, Rafli Muhammad. 2018. Tingkat lahu ilfiltrasi tanah pada das
Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara. Agroekoteknologi [Diunduh
2021.09.4]; 1-27.
Gusmara H, Nusantara AD, Hermawan B, Barchia F, Kanang, Hendarto, Hasanudin,
Sukisno, Riwandi, Prawito P, Bertham YH, Mutamar Z. 2017. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Bengkulu (ID): Universitas Bengkulu.
Handayani S, Karnilawati. 2018. Karakterisasi dan klasifikasi tanah ultisol di
kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Pertanian [Diunduh
2021. 09. 4]; 14(2): 52-59. DOI: https://doi.org/10.31849/jip.v14i2.437.
Haridjaja O, Baskoro DPT, Setianingsih M. 2013. Perbedaan Nilai Kadar Air
Kapasitas lapang berdasarkan metode alhricks, drainase bebas, dan pressure
plate pada berbagai tekstur tanah dan hubungannya dengan pertumbuhan
bunga matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Tanah Lingkungan [Diunduh
2021.09.4];15: 52-59.
Jambak MKFA, Baskoro DPT, Wahjunnie ED. 2017. Karakteristik sifat fisik
tanah pada sistem pengolahan tanah konservasi (Studi kasus : Kebun
Percobaan Cikabayan). Buletin Tanah dan Lahan. (1): 44-50.
Karyati, Lestari WP, Syafrudin M. 2019. Karakteristik suhu dan kelembapan tanah
pada kedalaman berbeda di bawah tegakan sengon-kacang panjang dan jabon
buncis. Seminar Basional Pertanian [Diunduh 2021.09.03];16-22.
Musdalipa A, Suhardi, Faridah SN. 2018. Pengaruh sifat fisik tanah dan sistem
perakaran vegetasi terhadap imbuhan air tanah. Jurnal AgriTechno [diunduh
2021. Sept. 4]; 11(1): 35-39. DOI: https://doi.org/10.20956/at.v11i1.85.
Mushoffa, Ahmad Nazih. 2017. Keanekaragaman Capung di Sungai Winongo dan
Pengembangannya [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Naufal GK, Amiruddin M. 2017. Rancangan bangun cooler box termoelektrik dengan
air stabilizer sebagai tempat pengiriman air susu ibu (ASI). Laporan Penelitian
Dosen Pemula. Semarang (ID): Universitas PGRI Semarang.
Rachmat, HH, Fambayun AR, Yulita SK, Susilowati A. 2020. Ex-situ
conservation and management of dipterocarps genetic resources through
seedlings collections and nursery establishment. Biodiversitas [Diunduh
2021.09.03] 21(2): 556-563. DOI: https://doi.org/10.13057/biodiv/d210217.
Ristiati NP, Suryanti IAP, Indrawan IMY. 2018. Isolasi dan karakteristik bakteri
tanah pada tempat pemrosesan akhir di Desa Bengkala Kabupaten Buleleng.
Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya [Diunduh 2021.09.05];
12(1): 64-77.
Sarbini M., Qoriansyah A. 2013. Karakterisasi sifat fisik tanah ultisol yang
mengandung krokos di Terbanggi Besar Lampung Tengah [skripsi].
Lampung (ID): Universitas Lampung.
Simarmata JE, Rauf A, Hidayat B. 2017. Kajian karakteristik fisik tanah di lahan
perkebunan kelapa sawit (Elaies guinensis Jacq.) kebun Adolina PTPN IV pada
beberapa generasi tanam. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia [Diunduh
2021.09.04]; 22(3): 191-197. DOI: https://doi.org/10.18343/jipi.22.3.191.
Siregar SR. Zuraida, Zuyasna. 2017. Pengaruh kadar air kapasitas lapang terhadap
pertumbuhan beberapa genotype M3 kedelai (Glycine max L. Merr) Jurnal Flora
Teknologi [Diunduh 2021.09.05]; 12(1): 10-20.
Situmorang VH, Afrianti S. 2020. Keanekaragaman makrofauna tanah pada
perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Cintra Raja. Jurnal
Pertanian Keberlanjutan [Diunduh 2021.09.04]; 8(3): 176-185.
Sumarno, Purwanto, Rakhmawati S. 2018. Kajian faktor penyebab kerusakan tanah
dalam memproduksi biomassa di Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi.
Agrotechnology Research Journal [Diunduh 2021.09.05]; 2(1): 35-40.
Swift. 2017. Decomposition in Tyrestrial Ecosystem. Oxford (US): Blackwell.
Wulandari Wisna. 2018. Nilai kadar air kapasitas lapang berdasarkan metode
drainase dan pressure plate pada tanah ultisol dengan tekstur tanah yang
berbeda bertanaman pakcoy (Brassica rapa L.) [skripsi]. Sumetera (ID):
Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN

Perhitungan Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah Kebun


KAKU sampel tanah kebun
Diketahui :
BKU : 10 g
BKM : 8.55 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀
10−8.55
KAKU (%) = × 100%
8.55

KAKU (%) = 16.96%


KAKL sampel tanah kebun
Diketahui :
BKL : 10.02 g
BKM : 7.465 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝐿−𝐵𝐾𝑀
KAKL (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀
10.02−7.465
KAKL (%) = × 100%
7.465

KAKL (%) = 34.23%

Perhitungan Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah Rumput


KAKU sampel tanah rumput
Diketahui :
BKU : 10.005 g
BKM : 8.23 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀

10.005−8.23
KAKU (%) = × 100%
8.23
KAKU (%) = 21.57%
KAKL sampel tanah rumput
Diketahui :
BKL : 10 g
BKM : 7.025 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝐿−𝐵𝐾𝑀
KAKL (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀

10−7.025
KAKL (%) = × 100%
7.025

KAKL (%) = 42.35%

Perhitungan Pengambilan dan Persiapan Contoh Tanah Sampah


KAKU sampel tanah sampah
Diketahui :
BKU : 10.02 g
BKM : 8.95 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑀
KAKU (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀

10.02−8.95
KAKU (%) = × 100%
8.95

KAKU (%) = 11.96%


KAKL sampel tanah sampah
Diketahui :
BKL : 10.015 g
BKM : 7.85 g
Ditanya : KAKI (%) = …. ?
Jawab :
𝐵𝐾𝐿−𝐵𝐾𝑀
KAKL (%) = × 100%
𝐵𝐾𝑀

10.015−7.85
KAKL (%) = × 100%
7.85

KAKL (%) = 27.58%


Jumlah air yang ditambahkan pada tanah kebun
Diketahui :
KAKU : 16.96% = 0.1696
KAKL : 34.23% = 0.3423
Ditanya : ∑ air yang ditambahkan = …. ?
Jawab :
∑ air yang ditambahkan (tanah kebun) = ∑ air 75% (KAKL – KAKU) x 1000 mL
= 0.75 (0.3423 – 0.1696) x 1000 mL
= 129.525 mL

Jumlah air yang ditambahkan pada tanah rumput


Diketahui :
KAKU : 21.57% = 0.2157
KAKL : 42.35% = 0.4235
Ditanya : ∑ air yang ditambahkan = …. ?
Jawab :
∑ air yang ditambahkan (tanah kebun) = ∑ air 75% (KAKL – KAKU) x 1000 mL
= 0.75 (0.4235 – 2157) x 1000 mL
= 155.85 mL

Jumlah air yang ditambahkan pada tanah sampah


Diketahui :
KAKU : 11.96% = 0.1196
KAKL : 27.58% = 0.2758
Ditanya : ∑ air yang ditambahkan = …. ?
Jawab :
∑ air yang ditambahkan (tanah kebun) = ∑ air 75% (KAKL – KAKU) x 1000 mL
= 0.75 (0.2758 – 0.1196) x 1000 mL
= 117.15 mL
Vegetasi di sekitar lahan pengambilan contoh tanah serta alat dan bahan

Gambar 1. Epidendrum Gambar 2. Breynia Gambar 3. Durio Gambar 4. Citreae


rigifum retusa zibethinus

Gambar 5. Pericopsis Gambar 6. Colocasia Gambar 7. Mahinot Gambar 8. Mangifera


elata esculenta esculenta indica
Gambar 9. Makrofauna Gambar 10. Makrofauna Gambar 11. Alat tulis Gambar 12. Alkohol
tanah (semut) tanah (cacing tanah) 70%

Gambar 13. Kantong Gambar 14. Terpal Gambar 15. Cangkul Gambar 14. Sapu
plastik

Gambar 13. Label Gambar 14. Sample tanah Gambar 15. Garpu
(penanda) yang telah dikomposit tanah

Anda mungkin juga menyukai