Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan suatu komponen penting dalam modal dasar
pertanian. Sifat, ciri dan tingkat kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh sifat
kimia, fisika dan biologi tanah. Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari
makhluk-makhluk hidup didalam tanah. Tanah disebut sebagai “Living
System” karena terdapat makhluk hidup di dalamnya. Organisme dalam tanah
sangat penting peranannya dalam menjaga kesuburan tanah. Proses
metabolisme organisme tanah meningkatkan kesuburan tanah karena dapat
membentukstruktur tanah yang baik, dan mempertahankan kesehatran tanaman
sehingga dengan adanya keberadaan dan keanekaragaman mikroba tanah
sangat penting dalam menyediakan nutrisi bagi tanaman, menjaga siklus nutrisi
yang seimbang, menghancurkan patogen, dan meningkatkan kualitas tanah
secara keseluruhan. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ingham (1999) dalam
Wang, dkk. (2018), bahwa biota tanah adalah komponen kunci dalam
membentuk struktur tanah yang baik dan mempertahankan kesehatan tanah.
Keberadaan biota tanah sebagai komponen penting dalam ekosistem
tanah sangatlah signifikan. Tanah merupakan habitat yang kaya dan kompleks,
menjadi tempat tinggal bagi berbagai organisme mikroba, hewan kecil, dan
tumbuhan. Biota tanah dapat dibagi menjadi 4 kelompok berdasarkan
karakteristik dan peran fungsional mereka, yaitu mikroorganisme,
makroorganisme tanah, makrofauna, dan akar tanaman. Mikroorganisme
seperti bakteri, fungi, mikroalga, dan protozoa berperan dalam penguraian
bahan organik, mineralisasi nutrisi, siklus nutrisi, dan membentuk hubungan
simbiotik dengan akar tanaman seperti mikoriza. Makroorganisme tanah
seperti cacing tanah, serangga tanah, dan nematoda. Cacing tanah membantu
dalam pembentukan agregat tanah, perombakan bahan organik, dan
peningkatan drainase tanah. Serangga tanah seperti rayap juga berkontribusi
dalam penguraian bahan organik dan pembentukan terowongan dalam tanah.
Nematoda, meskipun mikroskopis, memainkan peran penting dalam siklus
nutrisi dan interaksi dengan mikroorganisme tanah. Makrofauna tanah meliputi
organisme yang lebih besar seperti moluska, arthropoda tanah (misalnya
kumbang, laba-laba, dan kepik), dan vertebrata kecil seperti tikus dan katak
berperan dalam pembentukan struktur tanah, penggalian, dan perubahan fisik
lingkungan tanah. Dan terakhir akar tanaman termasuk sebagai bagian dari
biota tanah karena akar menyediakan zona rhizosfer, tempat interaksi kompleks
antara akar, mikroba tanah, dan nutrisi. Akar juga berkontribusi dalam produksi
bahan organik melalui eksudasi akar.
Biota dalam tanah terbagi dua berdasarkan ukurannya yaitu fauna tanah
yang berukuran makroskopik dan mikrob yang berukuran mikroskopik Fauna
tanah berperan dalam menghancurkan bahan organik secara fisik yaitu
memperkecil ukurannya (humus) dan kemudian mencampurkannya dengan
tanah. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi
empat kelompok yaitu Mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm,
Mesofauna dengan diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan
acarina. Makrofauna dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut,
dan rayap. Megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh
bekicot (Nusroh, 2007; Nurrohman dkk., 2015). Mikrob tanah berperan pada
proses akhir dekomposisi yaitu terhadap penghancuran secara enzimatik dari
bahan organik yang komplek menjadi bentuk yang lebih sederhana dan tersedia
bagi tanaman. Biota tanah memainkan peran vital dalam menjaga kesehatan
tanah dan memastikan fungsi ekosistem yang berkelanjutan. Oleh karena itu,
dalam praktikum observasi peran biota dalam pertumbuhan tanaman sangat
penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan
Tujuan yang didapat dari praktikum “Observasi Peran Biota pada
Pertumbuhan Tanaman” adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui populasi biota di beberapa sampel tanah yang berbeda beda
2. Mengetahui jenis – jenis fauna yang ada di beberapa sempel tanah yang
berbeda beda
3. Menetahui peran biota terhadap kesuburan tanah tanah dan pertumbuhan
tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA

Biota tanah merupakan salah satu indikator dari kesuburan tanah


dikarenakan memiliki peran dalam proses dekomposisi bahan organik pada
tanah (Sari, dkk., 2015). Biota tanah berperan sebagai agen kesuburan tanah
dikarenakan aktivitasnya yang dapat mempengaruhi cepat atau tidaknya proses
dekomposisi bahan organik pada tanah. Menurut Klironomos (2002) dalam Tualar
(2013) berpendapat bahwa, biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem
lahan atau tanah yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui
penurunan kerapatan isi tanah, meningkatkan ruang pori tanah, aerasi, drainase,
kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah,
penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur tanah. Keanekaragaman biota tanah
pada tiap tutupan lahan memiliki perbedaan.
Fauna tanah merupakan salah satu dari biota tanah yang memainkan peran
penting dalam meningkatkan kesuburan tanah dan mendukung pertumbuhan
tanaman. Fauna tanah terdiri dari organisme seperti cacing tanah, serangga, bakteri,
fungi, dan makroorganisme kecil lainnya yang hidup di dalam tanah. Peningkatan
sirkulasi udara dan air, dengan adanya cacing tanah dan serangga seperti rayap yang
menciptakan terowongan dan saluran di dalam tanah, memungkinkan udara dan air
masuk ke lapisan tanah yang lebih dalam, sehingga dapat membantu meningkatkan
sirkulasi udara dan drainase tanah, sehingga akar tanaman dapat bernafas dengan
baik dan mengakses air dengan lebih efisien. Kedua, penguraian bahan organic oleh
organisme seperti cacing tanah dan bakteri menguraikan bahan organik yang mati,
seperti daun yang jatuh, menjadi humus yang kaya akan nutrisi. Humus tersebut
menyediakan nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang diperlukan
oleh tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Ketiga, dapat meningkatan struktur
tanah karena adanya organisme tanah dapat merombak dan melonggarkan struktur
tanah. Mereka membuat jalan-jalan kecil di dalam tanah yang memungkinkan akar
tanaman untuk menembus lebih dalam. Hal ini membantu meningkatkan drainase
tanah, mengurangi erosi, dan memungkinkan akar tanaman untuk menyerap nutrisi
dengan lebih baik. Keempat, sebagai pembentukan agregat tanah karena adanya
gumpalan-gumpalan tanah yang lebih besar sehingga memiliki ruang pori yang
lebih besar yang memungkinkan sirkulasi udara dan penyimpanan air yang lebih
baik. Selain itu, agregat tanah juga membantu menjaga struktur tanah agar tidak
terkikis oleh erosi. Kelima, Simbiosis dengan tanaman oleh beberapa organisme
tanah, seperti mikoriza yang menjalin hubungan simbiotik dengan akar tanaman.
Mikoriza membentuk hubungan mutualistik dengan tanaman, di mana mereka
memberikan nutrisi tambahan seperti fosfor dan menerima karbohidrat yang
dihasilkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis. Hubungan ini meningkatkan
efisiensi penyerapan nutrisi oleh tanaman dan membantu pertumbuhan akar.
Dengan keberadaan fauna tanah yang sehat dan beragam, kesuburan tanah dapat
ditingkatkan secara alami, mengurangi kebutuhan akan pemupukan kimia yang
berlebihan (Handayanto, dkk., 2017). Oleh karena itu, menjaga kelestarian fauna
tanah sangat penting untuk menjaga kesehatan tanah dan mendukung pertumbuhan
tanaman yang optimal.
Keanekaragaman fauna tanah dipengaruhi olehfaktor internal dan eksternal.
Factor internal meliputi kemampuan disperse (kemampuan organisme tanah untuk
berpindah dan berdispersi antarhabitat), interaksi intra-spesies (persaingan dan
Kerjasama), strategi reproduksi (reproduksi seksual dan aseksual). Sedangkan
untuk factor eksternal meliputi vegetasi dan tipe ekosistem, interaksi antarspesies
(persaingan dan predasi: persaingan antara spesies dapat mengarah pada penurunan
keanekaragaman, sementara predasi dapat memengaruhi keberagaman komunitas
dengan mengontrol populasi spesies tertentu), lingkungan fisik (iklim, suhu,
kelembaban, dan keadaan tanah. Hal ini juga didukung oleh pendapat Sugiyarto et
al. (2007) dalam Situmorang & Afrianti (2020), bahwa populasi makrofauna tanah
akan semakin menurun dengan semakin tingginya intensitas cahaya yang masuk.
Fluktuasi suhu tanah lebih rendah daripada suhu udara, sehingga suhu tanah sangat
bergantung pada suhu udara. Fluktuasi tergantung pada keadaan topografi, cuaca,
dan keadaan tanah. Tinggi besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang
jauh dari tanah berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh dari
tanah berhubungan dengan jumlah vegetasi yang ada di permukaannya. Secara
tidak langsung pengaruh suhu ialah mempercepat kehilangan lalu lintas air yang
bisa menyebabkan organisme mati. Menurut Forest & Putra (2018) berpendapat
bahwa makrofauna tanah merupakan indikator yang paling sensitif terhadap
perubahan dalam tutupan lahan, sehingga dapat digunakan untuk menduga kualitas
tanah. Pengaruh jenis tutupan lahan terhadap kelimpahan spesies makrofauna tanah,
dipengaruhi oleh jenis keragaman vegetasi akan tutupan lahan yang berbeda
mengakibatkan jumlah spesies makrofauna tanah yang semakin beragam.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Kesuburan Tanah materi “Observasi Peran Biota pada
Pertumbuhan Tanaman” dilaksanakan pada hari Rabu, 5 April 2023 mulai
pukul 11.10 – 12.50 WIB di Desa Surodinawan Baru 2, Kelurahan
Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Cetok
2. Cangkul
3. Penggaris
4. Kamera
5. Alat tulis
6. Buku Catatan
7. Kayu
3.2.2 Bahan
1. Tali rafia 25 x 25 cm
2. Lahan Produktif
3. Lahan Non Produktif

3.3 Cara Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk observasi.
2. Mencari lahan kering produksi dan non produksi di daerah Mojokerto.
3. Menentukan 3 titik pengamatan biota yang berbeda pada satu lahan yang
sama.
4. Membuat kuadran dengan tali rafia dan Kayu dengan ukuran 25×25 cm,
kemudian menggali tanah di dalam kuadran dengan kedalaman 25 cm.
5. Mengamati biota yang berada didalam area kuadran tersebut dan
menghitung jumlahnya.
6. Mendokumentasikan biota-biota dalam tanah tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Hasil Observasi
No. Tanaman Obyek Observasi
Jenis Biota Jumlah
Lahan Basah
– –
(Produktif)
1. Padi
Lahan Basah
– –
( Non-Produktif)
 Cacing Tanah
2 Ekor
 Uret
Lahan Masam 1 Ekor
 Semut
(Produktif) 20 Ekor
 Kumbang
2. Pisang 3 Ekor
Tanah
 Semut
Lahan Masam 15 Ekor
 Kumbang
(Non-Produktif) 2 Ekor
Tanah
Lahan Kapur
– –
(Produktif)
3. Jagung
Lahan Kapur
 Semut 14 Ekor
(Non-Produktif)
Lahan Salin  Kelabang 3 Ekor
(Produktif)  Cacing 2 Ekor
4. Mangrove
Lahan Salin
 Semut 21 Ekor
(Non-Produktif)
 Kelabang 2 Ekor
Lahan Kering
 Uret 1 Ekor
(Produktif)
 Kaki Seribu 1 Ekor
5. Padi
 Cacing Tanah 6 Ekor
Lahan Kering
 Semut 25 Ekor
(Non-Produktif)
 Kelabang 5 Ekor
 Rayap 6 Ekor
 Kaki Seribu 1 Ekor

4.2 Pembahasan
Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan atau
tanah yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan
kerapatan isi tanah, meningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas
penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah,
penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur tanah (Rhamadani, 2021).
Biota tanah merupakan salah satu indikator kesuburan tanah, karena biota
tanah berperan dalam proses dekompossi bahan organik. Berdasarkan
ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi empat kelompok
yaitu Mikrofauna dengan diameter tubuh 0,02-0,2 mm, Mesofauna dengan
diameter tubuh 0,2-2 mm contoh nematoda, collembola dan acarina.
Makrofauna dengan diameter tubuh 2-20 mm contoh cacing, semut, dan
rayap. Megafauna dengan diameter tubuh lebih besar dari 2 cm contoh
bekicot (Nusroh, 2007; Nurrohman dkk., 2015).
Praktikum Kesuburan Tanah Materi “Observasi Peran Biota Pada
Pertumbuhan Tanaman” ini melakukan pengamatan biota tanah pada
beberapa sampel tanah, yaitu pada lahan basah, masam, kapur, salin, dan
kering yang masing-masing lahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu produktif
dan non produktif . Hasil pengamatan biota tanah pada lahan basah
produktif dan non produktif di daerah Tuban, tidak menunjukkan adanya
keberadaan biota tanah.
Hasil pengamatan biota tanah pada lahan masam produktif dan non
produktif di daerah Mojokerto menunjukkan adanya beberapa jenis
makrofauna yang berada dalam lahan tersebut dengan jumlah yang berbeda
pada lahan masam produktif dan lahan masam non produktif. Hasil
pengamtan yang dilakukan pada lahan kering produktif yang ditanami
tanaman mangrove di daerah Mojokerto menunjukkan adanya keberadaan
biota tanah yaitu terdapat cacing tanah dengan jumlah 1 ekor, uret dengan
jumlah 1 ekor, semut dengan jumlah 20 ekor, dan kumbang tanah dengan
jumlah 3 ekor. Hasil observasi yang dilakukan pada lahan masam non
produktif yaitu terdapat semut dengan jumlah 15 ekor dan kumbang tanah
dengan jumlah 2 ekor.
Hasil pengamatan biota tanah pada lahan kapur produktif dan non
produktif di daerah Tuban, menunjukkan adanya satu jenis makrofauna
yang berada dalam lahan lahan masam non produktif. Hasil pengamatan
yang dilakukan pada lahan kapur produktif yang ditanami tanaman jagung
di daerah Karuman, Tuban, tidak menunjukkan adanya keberadaan biota
tanah. Hasil observasi yang dilakukan pada lahan kapur non produktif yaitu
terdapat semut dengan jumlah 14 ekor.
Hasil pengamatan biota tanah pada lahan salin produktif dan non
produktif di daerah Bangkalan, Madura menunjukkan adanya beberapa
jenis makrofauna yang berada dalam lahan tersebut dengan jumlah yang
berbeda pada lahan salin produktif dan lahan salin non produktif. Hasil
pengamtan yang dilakukan pada lahan kering produktif yang ditanami
tanaman mangrove di daerah Kecamatan Sepulu, Madura menunjukkan
adanya keberadaan biota tanah yaitu terdapat kelabang dengan jumlah 3
ekor dan cacing dengan jumlah 2 ekor. Hasil observasi yang dilakukan pada
lahan salin non produktif yaitu terdapat semut dengan jumlah 21 ekor.
Hasil pengamatan biota tanah pada lahan kering produktif dan non
produktif di daerah Mojokerto menunjukkan adanya beberapa jenis
makrofauna yang berada dalam lahan tersebut dengan jumlah yang berbeda
pada lahan kering produktif dan lahan kering non produktif. Hasil
pengamtan yang dilakukan pada lahan kering produktif yang ditanami
tanaman jeruk singkong di daerah Surodinawan, Mojokerto menunjukkan
adanya keberadaan biota tana yaitu terdapat kelabang dengan jumlah 2 ekor,
uret dengan jumlah 1 ekor, dan kaki seribu dengan jumlah 1 ekor. Hasil
observasi yang dilakukan pada lahan kering non produktif yaitu terdapat
semut dengan jumlah 25 ekor, cacing tanah dengan jumlah 6 ekor, kelabang
dengan jumlah 5 ekor, rayap dengan jumlah 6 ekor, dan kaki seribu dengan
jumlah 1 ekor.
Cacing tanah merupakan makrofauna tanah yang memiliki peranan
penting dalam ekosistem tanah. Keberadaan cacing tanah merupakan salah
satu indikator kesuburan tanah, karena melalui aktivitasnya cacing tanah
dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Cacing tanah Secara fisik
dapat memperbaiki tekstur tanah dan aerasi, sedangkan secara kimia cacing
tanah melalui mekanisme pencernaannya mengeluarkan kotoran di tanah,
sehingga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanah
(Luthfiyah, 2014; Purba dkk., 2022). Rayap menunjukan sensitivitas yang
tinggi terhadap pengaruh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik
yang memaparnya serta proses-proses yang terjadi di dalam ekosistem
(Pribadi, 2014).
Semut merupakan salah satu anggota kelas Insekta/Hexapoda
(serangga) yang memiliki keanekaragaman tinggi. Keragaman yang
dimiliki semut meliputi keragaman jenis serta keragaman peran ekologi.
Semut merupakan salah satu kelompok serangga yang dapat digunakan
sebagai bioindikator ekosistem (Siriyah, 2016). Aktivitas membangun
sarang, melewati tanah, dan mengumpulkan makanan yang biasa dilakukan
koloni semut mempengaruhi tingkat nutrisi di dalam tanah. Selain itu,
Semut juga menyimpan makanan dalam jumlah besar di sekitar lokasi
sarangnya, yang dapat meningkatkan bahan organik ke dalam tanah.
Kotoran dan sisa makanan semut dapat mengubah unsur kimiawi tanah
menjadi lebih baik. Aktivitas semut di sekitar tanah biasanya membuat
tanah menjadi lebih kaya nitrogen dan fosfor.
Rayap dalam tanah akan melakukan rekayasa kesuburan tanah
dengan cara perombakan kimia, perubahan sifat fisik dan kimia tanah serta
pengendali kehidupan di dalam tanah. Kehadiran rayap menjadi tanda
adanya kesuburan karena sarang rayap dapat digunakan sebagai bahan
pupuk kompos dan sumber NPK alami (Ilma, 2020). Rayap membangun
sarang dengan menggali lubang serupa pori-pori kecil di tanah akibatnya,
air bisa meresap lebih jauh ke dalam tanah. Di dalam sarang, rayap
mencampur partikel pasir, batu, dan tanah liat dengan material organik,
seperti sampah daun dan serpihan eksoskeleton atau sisa organisme lain.
Campuran itu membuat tanah menjadi lebih subur dan resistan terhadap
erosi. Kotoran dan cairan ekskresi rayap juga memperkuat struktur
bangunan tanah, sehingga mencegah erosi. Rayap menunjukan sensitivitas
yang tinggi terhadap pengaruh kondisi lingkungan baik biotik maupun
abiotik yang memaparnya serta proses-proses yang terjadi di dalam
ekosistem (Pribadi, 2014).
Arthropoda tanah memiliki peran yang sangat penting dalam rantai
makanan khususnya sebagai dekomposer. Beberapa jenis Arthropoda tanah
misalnya kutu tanah, lipan, kelabang, uret, dan kumbang tanah berperan
dalam menghancurkan bahan organik menjadi bentuk zat organik tanah (soil
organic matter), menyediakan nutrisi bagi tanaman, membantu
meningkatkan kualitas tanah, sehingga dapat menciptakan kondisi
lingkungan yang lebih baik bagi pertumbuhan akar dan mikroorganisme
tanah (Alfianingsih dkk., 2022). Keseimbangan dan keanekaragaman
kelompok arthropoda tanah sangat penting dalam menjaga kesuburan dan
produktivitas ekosistem tanah.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktikum Kesuburan Tanah
dengan materi “Observasi Peran Biota pada Pertumbuhan Tanaman” yaitu
sebagai berikut
1. Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan atau tanah
yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan
kerapatan isi tanah, meningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas
penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuran partikel tanah,
penyebaran mikroba, dan perbaikan struktur tanah.
2. Berdasarkan ukuran tubuhnya, fauna tanah dapat dibedakan menjadi
empat kelompok yaitu Mikrofauna, Mesofauna, Makrofauna, Megafauna.
3. Biota tanah pada lahan basah produktif dan non produktif tidak
menunjukkan adanya makrofauna tanah.
4. Biota tanah pada lahan masam, kapur, salin, dan kering produktif dan non
produktif menunjukkan adanya beberapa jenis makrofauna yang berada
dalam lahan tersebut dengan jumlah yang berbeda pada keempat lahan
produktif dan lahan non produktif.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari Praktikum Kesuburan Tanah dengan
materi “Observasi Peran Biota pada Pertumbuhan Tanaman” yaitu sebaiknya
tidak hanya mengamati makrofauna tanah, tetapi juga mengamati jenis biota
lainya disekitar agar memahami perbedaan jenis biota tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Alfianingsih, F., Dirhamzah, D. dan Nurindah, N. 2022. Identifikasi serangga


diurnal di Kawasan Hutan Topidi, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan. Filogeni: Jurnal Mahasiswa Biologi, 2(2): 42-46.
Handayanto, E., Muddarisna, N., & Fiqri, A. (2017). Pengelolaan Kesuburan
Tanah. Universitas Brawijaya Press.
Ilma, N. (2021). Keanekaragaman dan kepadatan serangga tanah di perkebunan
jeruk semi organik dan anorganik Dusun Kasin Desa Sepanjang Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Mulyani, A., & Mamat, H. S. 2019. Pengelolaan lahan kering beriklim kering untuk
pengembangan jagung di Nusa Tenggara. Jurnal Sumberdaya Lahan, 13(1),
41-52.
Nurrohman, E., Rahardjanto, A., & Wahyuni, S. 2015. Keanekaragaman
makrofauna tanah di kawasan perkebunan coklat (Theobroma cacao l.)
sebagai bioindikator kesuburan tanah dan sumber belajar biologi. JPBI:
Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 1(2).
Pribadi, T. 2014. Bagaimana Rayap dapat Digunakan sebagai
Bioindikator. Anterior Jurnal, 14(1), 20-28.
Purba, J. K., Sitinjak, R. R., Agustina, N. A., & Irni, J. (2022). Kepadatan Populasi
Cacing Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit di Desa Salang Tungir
Kecamatan Namorambe. Jurnal Ilmiah Sains, 22(1), 17-22.
Putra, E. Z. H. S. Keanekaragaman Makrofauna pada Berbagai Tutupan di UB
Forest. SKRIPSI. Universitas Brawijaya
Rhamadani, N. 2021. Keanekaragaman Biota Tanah dan Beberapa Sifat Tanah
Pada Kebun Kakao di Desa Parenring Kecamatan Lilirilau Kabupaten
Soppeng (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Siriyah, S.L. 2016. Keanekaragaman dan Dominansi Jenis Semut (Formicidae) di
Hutan Musim Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Biota: Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Hayati, 1(2): 85-90.
Situmorang, V. H., & Afrianti, S. 2020. Keanekaragaman Makrofauna Tanah Pada
Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) PT. Cinta Raja. Perbal:
Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 8(3), 176-186.
TUALAR SIMARMATA, I. 2013. Biota Tanah. Prisma Press. Bandung.
Wang, X., Nielsen, U. N., Yang, X., Zhang, L., Zhou, X., Du, G., ... & Xiao, S.
2018. Grazing induces direct and indirect shrub effects on soil nematode
communities. Soil Biology and Biochemistry, 121, 193-201.

Anda mungkin juga menyukai