Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GROUP PROJECT

OBSERVASI MESOFAUNA DAN MAKROFAUNA DENGAN


METODE PITTFAL TRAP DI LOKASI PEKARANGAN DAN TEPI
SUNGAI

Disusun Oleh :
Triana

13308141008

Dwi Nurhayati

13308141031

Biologi B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organisme yang hidup dalam suatu lingkungan masing-masing memiliki kualitas
organisme penghuni di setiap habitat yang berbeda. Tanah tersusun atas empat bahan
yaitu mineral, bahan organik, air. Selain itu juga terdapat lingkungan tanah yang
merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan abiotik dan
lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah
yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup seperti
meso dan makrofauna tanah. Baik mesofauna maupun makrofauna tanah berperan
penting dalam proses-proses ekologis yang terjadi di dalam tanah, seperti dekomposisi,
siklus unsur hara dan agregasi tanah.
Keberadaan organisme (mesofauna dan makrofauna) tanah sangat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, seperti suhu udara, suhu tanah dan pH tanah. Perbedaan kondisi
lingkungan menyebabkan adanya perbedaan jenis mesofauna dan makrofauna tanah
yang mendominasinya. Oleh karena itu, praktikan mengetahui seberapa besar faktor
lingkungan mempengaruhi keberadaan mesofauna dan makrofauna tanah.
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode Pitfall trap yang
merupakan metode yang umum dan sangat sederhana serta cukup efektif dalam
mengetahui keberadaan makrofauna tanah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengamati organisme hidup dalam tanah, termasuk mesofauna dan
makrofauna tanah dengan metode pittfall trap?
2. Bagaimana cara mengelompokkan organisme mesofauna dan makrofauna tanah
dalam area pengamatan?
3. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keanekaragaman mesofauna dan
makrofauna tanah?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara pengamatan organisme yang hidup dalam tanah,
khususnya mesofauna dan makrofauna tanah dengan metode pittfall trap.
2. Mengelompokkan organisme tanah dalam golongan mesofauna dan makrofauna
tanah dalam area pengamatan.
3. Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman mesofauna
dan makrofauna tanah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah sehingga kehidupannya sangat
ditentukan oleh faktor fisik dan kimia tanah serta lingkungan di sekitarnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keberadaan

organisme tanah di hutan, adalah: 1) Struktur tanah

berpengaruh pada gerakan dan penetrasi; 2) Kelembaban tanah dan kandungan hara
berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup; 3) Suhu tanah mempengaruhi
peletakan telur; 4) Cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya. Fauna tanah bereaksi
cepat terhadap perubahan di lingkungannya yang datang dari tanah itu sendiri, faktor iklim
atau akibat pengolahan tanah (Suin 2003).
Mesofauna Tanah
Mesofauna tanah merupakan salah satu organisme tanah yang dapat memberikan
informasi atau bioindikator mengenai kualitas atau kesuburan tanah (Suwondo, 2002).
Mesofauna tanah merupakan hewan tanah yang memiliki ukuran tubuh 100 m sampai < 2
mm seperti Collembola, Acarina, Enchytraida, dan Rotifera.
Keberadaan mesofauna tanah dipengaruhi oleh ketersediaan energi dan sumber
makanan, dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka
perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya
akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah (Rahmawaty, 2004; Handayanto,
2009). Mesofauna tanah dapat digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah, menurut
Suheriyanto (2012) bioindikator merupakan kelompok organisme yang sensitif terhadap
gejala perubahan dari lingkungan akibat aktifitas manusia yang menekan lingkungan dan
merusak sistem biotik.
Aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu iklim (curah hujan,
suhu udara, kelembaban, dll.), sifat tanah (kemasaman, kelembaban tanah, suhu tanah, unsur
hara dalam tanah, dll.), serta vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dll.). Keragaman
organisme dan bobot biomassa dari organisme tanah sangat besar, sedangkan aktivitas
organisme tanah dicirikan oleh jumlahnya dalam tanah, bobot tiap unit isi atau luas tanah
(biomassa), dan aktivitas metabolik.
Keberadaan mesofauna tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk kelangsungan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa yang semuanya
terkait erat dengan siklus karbon dalam tanah. Dengan tersedianya energi dan hara, maka
perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah dapat berlangsung dengan baik dan timbal
baliknya adalah akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah, karena mesofauna

tanah berfungsi sebagai penghasil senyawa-senyawa organik tanah dalam ekosistem tanah.
Peranan ini merupakan nilai tambah dari mesofauna sebagai subsistem konsumen dan
subsistem dekomposisi. Sebagai subsistem dekomposisi, mesofauna sebagai organisme
perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya (seperti kayu dan akar)
mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan dan mengunyah bahan-bahan
tersebut. Mesofauna tanah akan melumat bahan dan mencampurkan dengan sisa-sisa bahan
organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi
oleh mikrobio tanah (Arief, 2001).
Selain itu, vegetasi di atas tanah berpengaruh terhadap keanekaragaman mesofauna,
dan keberadaannya juga berhubungan dengan keberadaan makrofauna tanah dan parameter
fisik lingkungan. Hasil penelitian Cahyanto Mukti, dkk (2004) pada berbagai tanaman sela di
hutan sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nilesen) di RPH Jatirejo Kediri, menunjukkan
bahwa keanekaragaman mesofauna tanah tertinggi ditemukan pada tegakan sengon umur 1-5
tahun dengan tanaman sela pepaya dan nanas, sedangkan yang terendah terdapat pada
tegakan sengon umur 1-5 tahun dengan tanaman sela pepaya dan rumput gajah. Mesofauna
tanah dengan makrofauna permukaan tanah menunjukkan hubungan negatif, sedangkan
dengan makrofauna dalam tanah menunjukkan hubungan positif, dan paramater lingkungan
yang menunjukkan korelasi tertinggi dengan mesofauna tanah adalah suhu tanah (Ekosari,
2015).
Makrofauna Tanah
Makrofauna tanah merupakan kelompok hewan- hewan besar

(fauna > 2 mm)

penghuni tanah yang merupakan bagian dari biodiversitas tanah yang berperan penting dalam
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Dalam dekomposisi bahan organik,
makrofauna tanah lebih banyak berperan dalam proses fragmentasi serta memberikan fasilitas
lingkungan yang baik bagi proses dekomposisi lebih lanjut yang dilakukan oleh kelompok
mikrofauna tanah serta berbagai jenis bakteri dan fungi. Peran makrofauna lainnya adalah
dalam perombakan materi tumbuhan dan hewan mati, pengangkutan materi organik dari
permukaan ke tanah, perbaikan struktur tanah dan proses pembentukan tanah (Irwan, 1992).
Makrofauna tanah mempunyai peran yang sangat beragam di dalam habitatnya. Pada
ekosistem, keberadaan makrofauna dapat bersifat menguntungkan maupun merugikan. Pada
satu sisi makrofauna tanah berperan menjaga kesuburan tanah melalui perombakan bahan
organik, distribusi hara dan peningkatan aeresi tanah. Tetapi pada sisi lain juga dapat

berperan sebagai hama berbagai jenis tanaman budidaya. Dinamika populasi berbagai jenis
makrofauna tanah tergantung pada faktor lingkungan yang mendukungnya, baik berupa
sumber makanan, kompetitor, predator maupun keadaan lingkungan fisika-kimia (Irwan,
1992).
Bahan organik tanaman merupakan sumber energi utama bagi kehidupan biota tanah,
khususnya makrofauna tanah (Suin, 2003), sehingga jenis dan komposisi bahan organik
tanaman menentukan kepadatannya (Hakim dkk, 1986). Menurut Reinjtjes et al. (1999)
bahan organik tanaman akan mempengaruhi tata udara pada tanah dengan adanya jumlah pori
tanah karena aktivitas biota tanah. Oleh aktivitas biota tanah, bahan organik tanaman
dirombak menjadi mineral dan sebagian bahan organik tanah. Bahan organik tanah sangat
berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologi tanah dan
meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman.
Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Struktur dan komposisi makrofauna tanah sangat tergantung pada kondisi lingkungannya.
Makrofauna tanah lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral
(Notohadiprawiro, 1998). Hakim dkk (1986) dan Makalew (2001) menjelaskan faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu, iklim (curah hujan,
suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang
rumput, penutup lahan) serta cahaya matahari. Menurut Leksono (2007), pengukuran pH
tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai makrofauna tanah. Salah
satu contoh makrofauna tanah adalah cacing tanah dan Arthropoda.

BAB III
METODOLOGI
A. Pelaksanaan :

Hari/tanggal
Waktu
Lokasi

:
:
:

B. Alat dan Bahan


C. Langkah kerja

BAB IV
TABEL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel
a. Tabel pengamatan mesofauna dan makrofauna di lokasi pekarangan
No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

b. Tabel pengamatan mesofauna dan makrofauna di lokasi tepi sungai

No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

No

Titik lokasi

Nama organisme

jumlah

keteranga
n

c. Tabel edafik dan mikroklimatik


Dilokasi pekarangan
No

Suhu udara
C

No

Kelembaban

Tekstur

Tekstur

Tekstur

udara %

liat %

pasir %

debu %

Kelembaban

Tekstur

Tekstur

Tekstur

udara %

liat %

pasir %

debu %

Dilokasi tepi sungai

Suhu udara
C

B. Pembahasan

Praktikum kali ini merupakan praktikum mengenai observasi dan identifikasi


organisme tanah. Dalam praktikum ini ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu observasi tanah
dengan metode slide pittfall trap, observasi mesofauna, dan observasi mesofauna. Kegiatan
praktikum yang dilakukan pada tanggal 1 november 2015 di dua lokasi yang berbeda denagn
3x pengulangan, tepatnya lokasi pekarangan dan daerah tepi sungai denagn jarak antar titik 5
meter.
Dalam pengambilan sampel menggunakan metode pitfall trap atau perangkap jebak,
langkah pertama yang dilakukan yaitu pada setiap titik sampling ditanam botol jam atau gelas
bekas air mineral yang telah diisi alkohol 70% setinggi kurang lebih 1cm gelas tersebut,
kemudian teteskna gliserin 3 tetes untuk mencegah alkohol menguap. Kemudian menanam
gelas tersebut hingga mulut gelas setinggi permukaan tanah. Biarkan selama 24 jam, dan
setelah 24 jam kemudian diperiksa dan diambil fauna tanah yang terjebak didalamnya,
kemudian menyimpan dalam botol sampel yang sudah diisi alkohol 70% untuk diamati atau
diidentifikasi di laboratorium.
Untuk sampel fauna yang didapat melalui metode pitfall trap, identifikasi dilakukan
dengan bantuan mikroskop stereo. Aktivitas organisme tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah iklim, sifat tanah, dan vegetasi. Keberadaan mesofauna tanah
dipengaruhi oleh ketersediaan energi dan sumber makanan untuk kelangsungan hidup.
Pada lokasi pekarangan terdapat berbagai organisme tanah diantaranya semut merah
kecil, semut hitam kecil, kutu kecil, ulat bulu kecil, nyamuk, sejenis kecoa tanah, tomcat,
larva laron, jangkik tanah, dan kelabang , serta terdapat 2 serangga X yang diduga merupakan
mesofauna yang berperan sebagai dekomposisi, yang merupakan perombak awal bahan
makanan, seresah dan bahan organik lainnya (seperti kayu dan akar), mereka mengkonsumsi
bahan-bahan tersebut dan kemudian akan melumat bahan serta mencampurkan dengan sisasisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk
didekomposisi oleh mikroba tanah (Handayanto,1996).
Pada lokasi tepian sungai, organisme yang ditemukan antar lain, semut hitam, labalaba, jangkrik, wereng hitam, ulat kecil, cacing tanah, serangga kecil.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi tanah subur. Ini ditandakan terdapat
keanekaragaman mesofauna dan makrofauna yang ditemukan dalam tanah kedua lokasi
tersebut dan mesofauna dan makrofauna yang ditemukan beranekaragam. Keberadaan

mesofauna dan makrofauna dalam tanah tergantung pada ketersediaan energi dan sumber
makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang
semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi
dan hara bagi mesofauna dan makrofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas
organisme tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif
bagi kesuburan tanah. Jika dilihat dari jenis jenis yang ditemukan di lokasi, keberadaan
mesofauna dan makrofauna tanah di lokasi pekarangan dan lokasi tepi sungai yang
beranekaragaman. Hal ini disebabkan ketersediaan sumber makanan sebagai energi bagi
mesofauna dan makrofauna tanah sangat berlimpah.
Selain faktor biotik, faktor abiotik dalam lokasi ini juga mendukung kehidupan
mesofauna dan makrofauna yang terdapat di dalam tanah. Ini ditandakan dengan kondisi
abiotik daerah pekarangan berdasarkan pengukuran edafik dan mikroklmatik yaitu suhu udara
310C , kelembapan udara 70%, tekstur tanah 30% liat, 50% pasir dan 20% debu, struktur
tanah =====, dan warna tanah coklat. Kondisi ini terjadi karena dipengaruhi oleh luasnya
daerah penutupan akibat ukuran tajuk dari pohon-pohon besar yang ada di pekarangan ini,
sehingga tempatnya ternaungi oleh pohon-pohon besar yang terdapat di dalamnya. Jadi nilai
kelembapan udara 70% menunjukkan bahwa udara sekitar area yang lembab mengakibatkan
tanah yang ternaungi oleh pehon-pohon besar dan kurangnya sinar matahari yang
menyebabkan tingkat penguapan yang rendah, dengan kondisi tersebut kemungkinan
kelembaban tanah di pekarangan ini juga sangat lembab.
Sedangkan kondisi abiotik daerah tepi sungai berdasarkan pengukuran edafik da
mikroklimatik yaitu suhu udara 300C, kelembaban udara 80%, tekstur tanah liat 50%, pasir
35%, dan debu 15%, warna tanah coklat kehitaman. Kondisi edafik anatara lokasi pekarangan
dengan lokasi tepi sungai memang tidak jauh berbeda hanya warna tanah di tepi sungai lebih
pekat dan kelihatan hitam daripada warna tanah di pekarangan, hal ini disebabkan karena
tidak terlalu banyak pepohonan yang menutupi luasnya daerah penutupan, serta tanah ditepi
sungai lebih banyak mengandung pasir.
Dari hasil pengamatan tersebut jika dikaitkan dengan faktor abiotiknya dapat
diketahui bahwa ada hubungan yang sangat relevan yaitu bermula dari pengamatan warna
tanah. Warna tanah adalah karakteristik tanah, yang berguna sebagai penunjuk kualitas tanah
secara sepintas. Warna tanah tergantung pada bahan induk dan hasil proses pembentukan
tanah. Pada keadaan tertentu warna tanah ikut mempengaruhi temperatur tanah. Variasi warna

tanah sangat tergantung pada kadar organik tanah . Bila penentuan kadar organik tanah secara
tepat sulit dilakukan, maka sering kadar organik tanah diperkirakan berdasarkan indeks warna
tanah. Tanah yang kadar organiknya tinggi lebih gelap warnanya dibandingkan dengan tanah
yang rendah kadar organiknya.
Warna tanah dapat berpengaruh terhadap kondisi dan sifat tanah melalui radiasi
cahaya yang diserapnya. Tanah yang berwarna hitam atau gelap akan banyak menyerap panas
dibandingkan dengan tanah yang berwarna muda. Karena itu maka tanah yang yang berwarna
gelap atau hitam lebih cepat menyerap panas dan lebih panas dari tanah yang berwarna muda
bila langsung kena cahaya matahari. Warna tanah juga ikut berpengaruh terhadap suhu dan
kelembaban tanah karena kecepatan penyerapan panas dipengaruhi oleh warna tanah. Dengan
demikian warna tanah secara tidak langsung akan menentukan kehidupan organisme tanah.
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan sangat
menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Terhadap pelapukan bahan induk
tanah, suhu juga sangat peranannya. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan
suhu tanah sangat tergantung pada suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi
dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada
keadaan cuaca topografi daerah, dan keadaan tanah ( Suin,1989:7-10).
Jika dilihat dari uraian di atas, tanah yang digunakan untuk pengamatan memang
berwarna coklat. Ini menandakan bahwa tanah tersebut kurang paparan sinar matahari yang
menyebabkan tanah ini kurang menyerap tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari seresah
yang terdapat disekitar tanah dari dedaunan yang mengering, suhu tanah juga dipengaruhi
oleh suhu udara. Karena suhu saat pengamatan tergolong tinggi maka akan juga berpengaruh
pada suhu tanahnya, tepatnya suhu permukaan tanah karena untuk pengambilan sampel hanya
sedalam 5 cm. Fluktuasi suhu permukaan tanah tergantung oleh suhu udara, sedangkan suhu
udara akan dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Kelembaban tanah yang tinggi dapat
diakibatkan oleh pemanasan yang kurang sehingga terjadi penguapan air tanah yang cukup
rendah pula.
Menurut Handayanto & Hairiah (2007), organisme tanah mendekomposisi senyawa
organik, termasuk kotoran hewan, sisa tanaman, dan pestisida. Organisme mengkonsumsi
nitrogen dan hara lainnya serta memfiksasi nitrogen dari atmosfer sehingga bisa tersedia bagi
tanaman. Organisme dalam rantai makanan tidak terdistribusi secara seragam di dalam tanah.

Tiap spesies dan kelompok dijumpai jika organisme tanah dapat menemukan kecukupan dan
kesesuaian ruangan, hara dan air. Organisme tanah dijumpai dimana ada bahan organik,
sebagian besar berada beberapa sentimeter dari permukaan tanah, walaupun mikroba dapat
juga dijumpai pada kedalaman 16 km dalam sumur minyak.
Keanekaragamn organisme yang ditemukan dalam tanah dipengaruhui oleh suhu
tanah, pH tanah, keadaan iklim daerah serta tanaman yang tumbuh pada tanahnya. Selain itu
faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap keanekaragaman relative populasi
mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembapan serta
kondisi-kondisi serasi (Sutedjo dkk.,1996).
Dari hasil pengamatan dibawah mikroskop, kelompok kami tidak menemukan
mikroba hal ini terjadi karena pembenaman slide pada tanah yang tandus atau tanah yang
miskin unsur hara tanah sehingga kemungkinan mikroba tidak ada.
Menurut penelitian Arianto (2008) penurunan jumlah fungi tanah yang diakibatkan
oleh pembakaran hutan dalam proses penyiapan lahan telah mematikan fungi tanah dan
mengakibatkan menurunnya jumlah fungi tanah.
KESIMPULAN

1. Pengamatan mesofauna dilakukan dengan metode pitfall trap.


2. Mesofauna yang ditemukan dalam tanah dengan teknik pittfall trap yaitu Hasil
makrofauna yang didapatkan dalam teknik pitfall trap yaitu
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keanekaragaman mesofauna dan makrofauna tanah
yaitu suhu tanah, pH tanah, keadaan iklim daerah, tanaman yang tumbuh pada
tanahnya, reaksi yang berlangsung di dalam tanah, kadar kelembapan serta kondisikondisi serasi.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Jakarta.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Dika, Go Ban Hong, H. H.
Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Iwan, Hilwan dan Eko Putranti Handayani.2013. Keanekaragaman Mesofauna dan
Makrofauna Tanah pada Areal Bekas Tambang Timah di Kabupaten Belitung, Provinsi
Kepulauan Bangka-Belitung. Bangka Belitung.
Maftuah, E., E. Arisoesiloningsih dan E. Handayanto. 2002. Studi potensi diversitas
makrofauna sebagai bioindikator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan.
Biosain 2: 34-47.
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rao, N.S.Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi ke-2.
Jakarta : UI Press.
Suin, Nurdin Muhammad. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai