Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

“KEANEKARAGAMAN SERANGGA TANAH “

Oleh :

Lisa M Sasabone (2019-40-077)

Kelas C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hidayah-Nyalah yang memberi
kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan sebuah laporan praktikum yang bertemakan.
“KEANEKARAGAMAN SERANGGA MALAM & KEANEKARAGAMAN SERANGGA
TANAH”Merupakan karya besar yang pernah disusun di bangku kuliah semoga mendapat
sambutan baik di kalangan dosen.
Penulis juga mengucapakan rasa terima kasih kepada kedua orang tua, para teman-teman
yang telah memberikan dukungan dan bersedia membantu saya dalam laporan praktikum ini.
Laporan praktikum ini merupakan salah satu yang menjadi tugas mata kuliah ekologi hewan
di Universitas Pattimura Ambon. Selain itu, laporan praktikum ini dapat menjadi salah satu tolak
ukur. Terhadap kami dalam mengidentifikasi suatu masalah.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangatlah bermanfaat.
Semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. TERIMA KASIH...

Ambon, 10 desember 2021

Penyusun

KEGIATAN I
KEANEKARAGAMAN SERANGGA TANAH

A. Latar Belakang

Lingkungan tanah merupakan lingkungan yang terdiri dari gabungan antara lingkungan
abiotik dan lingkungan biotik. Gabungan dari kedua lingkungan ini menghasilkan suatu wilayah
yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal bagi beberapa jenis makhluk hidup, salah satunya
adalah mesofauna tanah. Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan
tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Kegiatan biologis
seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk
tekstur dan kesuburannya (Rao, 1994 dalam Rahmawaty, 2004).
Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah sangat
tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di
suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan
dan kepadatan populasi suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat tergantung dari faktor
lingkungan, yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari
ekosistem tanah, oleh karena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor fisika-kimia
tanah selalu diukur (Suin, 1997 dalam Rahmaway, 2004).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan kehadiran dan
kepadatan organisme tanah., dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi
material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat
tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu
malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi
daerah dan keadaan tanah (Suin, 1997 dalam Rahmawaty, 2004). Menurut Wallwork (1970)
dalam Rahmawaty (2004), besarnya perubahan gelombang suhu di lapisan yang jauh dari tanah
berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya
radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada vegetasi yang
ada di atas permukaannya.

Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai fauna
tanah. Suin (1997) dalam Rahmawaty (2004), menyebutkan bahwa ada fauna tanah yang
hidup pada tanah yang pH-nya asam dan ada pula yang senang hidup pada tanah yang memiliki
pH basa. Untuk jenis Collembola yang memilih hidup pada tanah yang asam disebut dengan
Collembola golongan asidofil, yang memilih hidup pada tanah yang basa disebut dengan
Collembola golongan kalsinofil, sedangkan yang dapat hidup pada tanah asam dan basa
disebut Collembola golongan indifferen. Metode yang digunakan pada pengukuran pH
tanah ada dua macam, yaitu secara kalorimeter dan pH meter.
Keadaan iklim daerah dan berbagai tanaman yang tumbuh pada tanahnya serta berlimpahnya
mikroorganisme yang mendiami suatu daerah sangat mempengaruhi keanekaragaman relatif
populasi mikroorganisme. Faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh terhadap
keanekaragaman relatif populasi mikroorganisme adalah reaksi yang berlangsung di
dalam tanah, kadar kelembaban serta kondisi-kondisi serasi (Sutedjo dkk., 1996 dalam
Rahmawaty,
2004).
Fauna tanah adalah fauna yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun
yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997 dalam Rahmawaty, 2004). Salah satu organisme
penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah adalah fauna tanah.
Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau bahan-bahan
organik dengan cara :
1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah bagi
aktifitas bakteri dan jamur,
2. Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin,
3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus,

4. Menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas,

5. Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah.
(Barnes, 1997 dalam Rahmawaty, 2004).

Organisme-organisme yang berkedudukan di dalam tanah sanggup mengadakan perubahan-


perubahan besar di dalam tanah, terutama dalam lapisan

atas (top soil), di mana terdapat akar-akar tanaman dan perolehan bahan makanan yang mudah.
Akar-akar tanaman yang mati dengan cepat dapat dibusukkan oleh fungi, bakteria dan golongan-
golongan organisme lainnya (Sutedjo dkk., 1996 dalam Rahmawaty, 2004).
Serangga pemakan bahan organik yang membusuk, membantu merubah zat-zat yang membusuk
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Banyak jenis serangga yang meluangkan sebagian atau
seluruh hidup mereka di dalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman
atau sarang, pertahanan dan seringkali makanan. Tanah tersebut diterobos sedemikian rupa
sehingga tanah menjadi lebih mengandung udara, tanah juga dapat diperkaya oleh hasil ekskresi
dan tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat fisik tanah dan
menambah kandungan bahan organiknya (Borror dkk., 1992 dalam Rahmawaty, 2004).
Wallwork (1976) dalam Rahmawaty (2004), menegaskan bahwa serangga tanah juga berfungsi
sebagai perombak material tanaman dan penghancur kayu. Szujecki (1987) dalam Rahmawaty
(2000), mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan serangga tanah di
hutan, adalah: 1) struktur tanah berpengaruh pada gerakan dan penetrasi; 2) kelembaban tanah
dan kandungan hara berpengaruh terhadap perkembangan dalam daur hidup; 3) suhu tanah
mempengaruhi peletakan telur; 4) cahaya dan tata udara mempengaruhi kegiatannya.
Keanekaragaman fauna tanah pada musim atau tipe permukaan tanah yang berbeda memiliki
perbedaan. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Suhardjono dkk. (1997) dalam
Rahmawaty (2004), yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan keanekaragaman suku yang
tertangkap pada musim dan lokasi yang berbeda. Selain itu pada penelitian yang dilakukan oleh
Mercianto dkk. (1997) dalam Rahmawaty (2004), diketahui bahwa pada keanekaragaman
tegakan yang berbeda terdapat perbedaan mengenai keanekaragaman jumlah suku dari serangga
tanah (tegakan Dipterocarpaceae dan Palmae, tegakan Dipterocarpaceae, serta tegakan
Dipterocarpaceae dan Rosaceae).
Pengelompokan terhadap fauna tanah sangat beragam, mulai dari Protozoa, Rotifera,
Nematoda, Annelida, Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata. Fauna tanah dapat
dikelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya,
kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan
kehadirannya, fauna tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, periodik dan permanen.
Berdasarkan habitatnya fauna tanah digolongkan menjadi golongan epigeon, hemiedafon dan
eudafon. Fauna epigeon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di permukaan tanah, hemiedafon
pada lapisan organik tanah, dan yang eudafon hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan
kegiatan makannya fauna tanah ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungifora dan predator
(Suin, 1997 dalam Rahmawaty, 2004). Sedangkan fauna tanah berdasarkan ukuran tubuhnya
menurut Wallwork (1970) dalam Rahmawaty (2004), dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu;
mikrofauna (20 μ - 200 μ), mesofauna (200 μ - 1 cm) dan makrofauna (lebih dari 1 cm).
Menurut Suhardjono dan Adisoemarto (1997) dalam Rahmawaty (2004), berdasarkan ukuran
tubuh fauna tanah dikelompokkan menjadi: (1). mikrofauna adalah kelompok binatang yang
berukuran tubuh < 0.15 mm, seperti: Protozoa dan stadium pradewasa beberapa kelompok lain
misalnya Nematoda, (2). Mesofauna adalah kelompok yang berukuran tubuh 0.16 – 10.4 mm dan
merupakan kelompok terbesar dibanding kedua kelompok lainnya, seperti: Insekta, Arachnida,
Diplopoda, Chilopoda, Nematoda, Mollusca, dan bentuk pradewasa dari beberapa binatang
lainnya seperti kaki seribu dan kalajengking, (3). Makrofauna adalah kelompok binatang yang
berukuran panjang tubuh > 10.5 mm, sperti: Insekta, Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda,
Mollusca, dan termasuk juga vertebrata kecil.
Odum (1998), menyebutkan bahwa mesofauna tanah meliputi nematoda, cacing-cacing
oligochaeta kecil enchytracid, larva serangga yang lebih kecil dan terutama apa yang secara
bebas disebut mikroarthropoda; dari yang akhir, tungau- tungau tanah (Acarina) dan springtail
(Collembola) seringkali merupakan bentuk- bentuk yang paling banyak tetap tinggal dalam
tanah. Beberapa contoh organisme yang khas yang diambil dari tanah dengan menggunakan alat
yang dikenal dengan corong Barlese atau corong Tullgren yang serupa, diantaranya : dua kutu
oribatida (Elulomannia, Pelops); proturan (Mikroentoman); japygida (Japyx); thysanoptera;
simpilan (Scolopendrella); pauropoda (Pauropus); kumbang pembajak (Staphylinidae); springtail
atau collembola (Entomobrya); kalajengking semu (cheloneathid); miliped (diplopoda);
centipede (chilopoda); larva kumbang scarabarida atau “grub”.

Menurut Hole (1981) dalam Rahmawaty (2000), fauna tanah dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan caranya mempengaruhi sistem tanah, yaitu: (1). Binatang eksopedonik
(mempengaruhi dari luar tanah), golongan ini mencakup binatang-binatang berukuran
besar, sebagian besar tidak menghuni sistem tanah, meliputi Kelas Mammalia, Aves, Reptilia,
dan Amphibia. (2). Binatang endopedonik (mempengaruhi dari dalam tanah), golongan ini
mencakup binatang-binatang berukuran kecil sampai sedang (diameter < 1 cm), umumnya
tinggal di dalam sistem tanah dan mempengaruhi penampilannya dari sisi dalam, meliputi Kelas
Hexapoda, Myriopoda, Arachnida, Crustacea, Tardigrada, Onychopora, Oligochaeta, Hirudinea,
dan Gastropoda.
B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui jenis-jenis serangga tanah

2. Mengetahui keanekaragaman serangga tanah berdasarkan karakteristik tumbuhan


yaitu: kebun sayur, rerumputan, dan hutan
3. Mengetahui pengaruh faktor-faktor abiotik terhadap keanekaragaman serangga tanah.

C. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam pengamatan ini adalah gelas aqua,(pitfall trap)
thermometer tanah, pengukur pH, SCT, rool meter, alkohol
15%, gliserin 15%

D. Cara Kerja

1. Gali lubang pada masing masing lahan, memberi tanda pada setiap gelas aqua serta
mengisinya dengan larutan alkohol 15 % dan larutan gliserin
1. 15%.

2. Taruh gelas aqua yang diberi larutan pada lubang yang telah disediakan.

3. Tutupi daerah sekitar lubang yang sudah berisi gelas dengan tanah sampai sama rata
dengan permukaan gelas.
4. Tutupi permukaan gelas dengan penutup seperti daun dengan terlebih dahulu diberi
penyangga dan membiarkan 1 x 24 jam

 tiang penyangga pelindung

 permukaan tanah

 gelas aqua

 alcohol dan gliserin

5. Pasang pitfall trap tergantung pada tujuan praktikum, jika ingin mengamati keanekaragaman
dan distribusi fauna tanah yang aktif pada malam hari, maka pemasangan dilakukan pada sore
hari menjelang matahari terbenam, diambil pada besok hari
6. Pada saat pemasangan gelas aqua, lakukan pula pengukuran faktor fisik seperti suhu tanah,
pH, dan kelembaban tanah.
7. Ambil sampel tanah tempat gelas aqua di pasang (kebun sayuran, rerumputan dan hutan)
E. Identifikasi Spesiman

 Kerajaan : Animalia
 Filum : Arthropoda
 Kelas : Insecta
 Ordo : Orthoptera
 Upaordo : Ensifera
 Superfamili : Grylloidea
 Famili : Gryllidae

F. Analisis Data

1. Jenis –jenis hewan saat penelitian serangga tanah yaitu : Jangkrik

2.

Nama spesies Jumlah Pi lnPi Hi

Jangkrik 8 -0,125 -0,024 0,003

Jumlah Spesies : 1
Jumlah Individu :8

Indeks Keanekaragaman (H’) = 0,003


Imdeks Kemerataan (E’) = 0,003
Indeks Kekayaan (R’) = 0,353

G. Diskusi

1. Jangkrik
2. Serangga tanah adalah serangga yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di dalam tanah
atau dipermukaan tanah. Peranan dari serangga tanah di dalam ekosistem adalah sebagai
dekomposer, detrivor, herbivor dan predator. Serangga tanah dapat dijadikan sebagai indikator
untuk menentukan kestabilan suatu ekosistem.
DAFTAR PUSTAKA

Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi.Gajah Mada University Press : Jagjakarta.

Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Peranny apada Komunitas Rhizophora
spp. Dan komunitas Ceriops tagal di taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi
Tenggara. Tesis tidak Diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rahmawaty. 2004. Studi Keaneragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan


Wisata Alam Sibolangit. (Online) (http://Libarry.usu.ac.id/, diakses 27 Mei
2008).

Anda mungkin juga menyukai