Anda di halaman 1dari 27

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah yang subur sering kali dikaitkan dengan jumlah keanekaragaman

organisme tanah di dalamnya, semakin tinggi keanekaragaman dan populasinya

dalam tanah maka kesuburan tanah semakin tinggi. Menurut Abbot dan Murphy

(2003) kesuburan tanah adalah kemampuam dan kapasitas tanah untuk menyediakan

unsur hara dalam kondisi dan jumlah yang berimbang untuk pertumbuhan tanaman.

Kesuburan tanah sangat dipengaruhi juga oleh keseimbangan kondisi fisik, kimia dan

biologi di dalam tanah oleh sebab itu keseimbangn ketiga faktor ini perlu

diperhatikan agar pertumbuhan, dan produksi tanaman serta produktifitas lahan

meningkat.

Ditinjau dari kondisi biologis tanah, aktifitas dan populasi organisme tanah

merupakan salah satu aspek pendukung kesuburan dan kualitas serta kesehatan tanah.

Keberadaan organisme di dalam tanah adalah sebagai indikator kesehatan tanah,

dimana mencerminkan struktur dan fungsi proses ekologi serta respon terhadap

perubahan kondisi tanah yang dihasilkan oleh praktek pengelolaan lahan. Keberadaan

serta aktivitas biota tanah dapat memberikan pengaruh positif bagi sistem budidaya

tanaman serta meningkatkan kesuburan tanah, karena makrofauna tanah seperti

cacing, serangga, nematoda, keong, siput, bekicot, sangat penting peranannya dalam

proses dekomposisi bahan organik tanah, sedangkan mikroorganisme tanah berperan

penting dalam proses transformasi unsur hara. Makrofauna tanah juga berperan

penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah selain membantu

1
dalam proses perombakan materi tumbuhan dan hewan yang mati juga membantu

dalam perbaikan struktur tanah. Dengan demikian makrofauna tanah berperan aktif

dalam menjaga kesuburan atau kesehatan tanah.

Kesehatan tanah atau tanah yang sehat adalah tanah yang produktif, yaitu

yang mampu menyangga pertumbuhan tanaman dan aktivitas organisme tanah, sesuai

dengan jenis tanah dan iklim tertentu. Fauna tanah memerlukan persyaratan tertentu

untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Struktur dan komposisi makrofauna tanah

sangat tergantung pada kondisi lingkungannya. Faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi aktivitas organisme tanah yaitu iklim (curah hujan, suhu), tanah

(kemasaman kelembaban, suhu tanah, hara), dan vegetasi (hutan, padang rumput)

serta cahaya matahari. Penggunaan dan pengelolaan lahan memberikan pengaruh

besar terhadap lingkungan sekitar, termasuk pengaruhnya terhadap organisme tanah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu

a. untuk mengetahui ciri dan jenis organisme

b. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan organisme

c. memahami pran mikroorganisme dalam kesuburan dan kesehatan tanah

d. mengetahui jenis-jenis inokulan dan cara memperbanyak

e. mengetahui cara inokulan yang baik dan benar

2
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikrobiologi Tanah

Tanah merupakan tempat bermukimnya berbagai kehidupan tumbuhan,

hewan, dan jasad renik yang tidak terhitung banyaknya. Kehidupan di dalam tanah

sangat beranekaragam, berkisar dari organisme bersel tunggal yang mikrokopis

sampai hewan besar yang menggali liang. Masing masing ekosistem mempunyai

kombinasi makhluk hidup dan sumberdaya abiotik yang unik yang berfungsi

mempertahankan aliran energi dan hara yang berkesinambungan (Foth et al , 1994).

Menurut Mulyani (1996) tanah dengan nilai produktivitas yang tinggi, tidak

hanya terdiri dari komponen komponen padat, cair dan udara (gas), akan tetapi harus

mengandung jasad hidup tanah yang banyak. Dengan adanya jasad hidup tanah, maka

tingkat kesuburan tanah akan dipengaruhinya, karena jasad hidup memegang peranan

penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah sehingga unsur hara

menjadi lebih tersedia bagi tanaman.

Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok material, yaitu material

hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad hayati), fator abiotik berupa bahan organik

dan faktor abiotik pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay). Kesuburan tanah tidak

hanya bergantung pada komposisi kimiawinya melainkan juga pada ciri alami

mikroorganisme yang menghuninya. Mikroorganisme yang menghuni tanah dapat

dikelompokkan menjadi bakteri, aktinomysetes, jamur, alga, dan protozoa (Rao,

1990).

3
Setiap tanah mempunyai populasi organisme yang berbeda. Berbagai populasi

dan habitat dalam tanah bersama sama membentuk ekosistem. Dalam suatu ekosistem

tanah, berbagai mikroba hidup, bertahan hidup, dan berkompetisi dalam memperoleh

ruang, oksigen, air, hara, dan kebutuhan hidup lainnya, baik secara simbiotik maupun

nonsimbiotik sehingga menimbulkan berbagai bentuk interaksi antar mikroba

(Yulipriyanto, 2010).

Organisme tanah tinggal di lapisan seresah organik atau lapisan permukaan

tanah, dan horizon tanah yang lebih dalam. Distribusi vertikal dan horizon tanah

biasanya dibatasi oleh temperatur, kandungan air dan tekstur tanah. Dalam hal ini

kandungan bahan organik mengendalikan proses biotik tanah. Distribusi organisme

tanah mempunyai hubungan erat dengan pori tanah, pertikel tanah, dan akar tanaman

(Agus & Subiksa, 2008).

Populasi mikrobiologis tanah terbagi dalam tiga golonggan besar, yaitu: 1)

Autochthonous: golongan ini dapat dikatakan sebagai mikroba setempat atau pribumi

pada tanah tertentu, selalu hidup dan berkembang di tanah tersebut dan atau selalu

diperkirakan ada ditemukan di dalam tanah tersebut. 2) Mikroba zimogenik: golongan

mikroba yang berkembang di bawah pengaruh perlakuan perlakuan khusus pada

tanah, seperti penambahan bahan bahan organik, pemupukan. 3) Mikroba transient

(penetap sementara): terdiri dari organisme organisme yang ditambahkan ke dalam

tanah, secara disengaja seperti dengan inokulasi leguminosa, atau yang tidak secara

disengaja seperti dalam kasus unsur unsur penghasil penyakit tanaman dan hewan,

4
organisme ini kemungkinan akan segera mati atau bertahan untuk sementara waktu

setelah berada di dalam tanah (Campbel et al, 2003)

Bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang

mengalami proses perombakan, selama proses perombakan ini berbagai jasad hayati

tanah baik yang menggunakan tanah sebagai liangnya ataupun yang hidup dan

beraktifitas di dalam tanah, memainkan peran penting dalam perubahan bahan

organik dari bentuk segar (termasuk juga sel sel jasad mikro yang mati) hingga terurai

menjadi senyawa senyawa sederhana yang tersedian bagi tanaman (Yulipriyanto,

2010)

Mikrobiologi tanah adalah bagian disiplin mikrobiologi yangmempelajari

kehidupan, aktivitas, dan peranan mikroorganisme di dalam tanah.Tanah merupakan

lingkungan kompleks yang ditempati mikroorganisme beranekaragam. Ciri-ciri

lingkungan tanah bervariasi menurut letak dan iklimnya. Tanah juga memiliki

kedalaman, sipat-sipat fisik, komposisi kimiawi dan asal yang berbeda. Komposisi

tanah terdiri dari materi nonorganik 45% ( Si, Al, Fe, Ca, Mg,K, Na, P &, dan lain-

lain), materi organik 5% (karbohidrat, protein, lipid, dan lain-lain), air (25%) dan

udara (25%). sementara organisme di tanah terdiri dari vertebrata, invertebrata,dan

mikroorganisme.

Golongan-golongan utama yang menyusun populasi mikroorganismetanah

terdiri atas prokariotik (bakteri dan actinomycetes, fungi, algae), mikro pauna

(protozoa dan archegoa), meso pauna (nemathoda) makro pauna (semut, cacing tanah,

5
dan lainnya), dan mikrobiota (mycoplasma, virus, piroid dan prion). Tetapi

mikrobiologi tanah mempokuskan pada bakteri, jamur, dan virus yang terdapat pada

tanah. Mikroba tanah juga menghasilkan metabolit yang mempunyai efek sebagai zat

pengatur tumbuh. Bakteri azotobacter selain dapat menambat N juga.

A. Peranan M!kroorganisme Tanah

Mikroorganisme terdapat pada tanah yang subur. Mengapa sampai

mikroorganisme berperan dalam menentukan tanah yang subur? lasannya adalah

karena

1. Mikroorganisme berperan dalam siklus energi.

2. Mikroorganisme berperan dalam siklus hara.

3. Mikroorganisme berperan dalam pembentukan agregat tanah.

4. Menentukan kesehatan tanah (suppressive dan conducive). Tanah dikatakan

subur bila mempunyai kandungan dan keragaman biologi yang tinggi

Mikroorganisme tanah ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Contoh

peran yang menguntungkan adalah dalam siklus biogeokimia dan mikoriza.

Sedangkan peran merugikan diantaranya sebagai patogen pada manusia, hewan, dan

tumbuhan.

2.2 Makrobiologi Tanah

6
Makroorganisme tanah adalah mahluk-mahluk berukuran besar. Tanah

merupakan tempat tinggal untuk bermacam-macam binatang kecil. Binatang ini

melakukan proses pembusukan sisa tanaman sehingga menjadi unsur hara dan

menggali lubang serta terowongan yang menyebabkan terbentuknya saluran

peredaran air dan udara di dalam tanah. Dengan menggali tanah, binatang-binatang

kecil mencampur lapisanl-apisan tanah. Tanah yang sehat mempunyai berbagai jenis

binatang (bio-diversitas tinggi). Dominasi oleh salah satu jenis binatang merupakan

tanda adanya kemungkinan ketidak-seimbangan pada tanah tersebut. Misalnya,

terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Penggunaan pestisida juga bisa merusak

keseimbangan biologis tanah.

Binatang yang sering ditemukan di dalam atau di atas permukaan tanah adalah

semut , cacing, ular, kumbang, laba-laba, tikus, jangkrik, lipan dan sebagainya. Di

dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba (bakteri,fungi,

aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-masing biota

tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan tanaman,mikroba

sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui penyediaan hara

(mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara (cendawan mikoriza

arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon), dan pengendali

hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen). Demikian pula fauna tanah, setiap

grup fauna mempunyai fungsi ekologis yang khusus.

Sampai saat ini tidak ada penggolongan yang betul-betul tegas terhadap

organisme dalam tanah berdasarkan perannya di ekosistem. Menurut Breure (2004)

7
yang memfokuskan pada fauna tanah, bahwa peranan/fungsi fauna tanah ditentukan

oleh ukuran tubuhnya. Fauna tanah dibedakan menjadi dua kelompok fungsional

yaitu pengendali biologi dan perekayasa lingkungan. Kelompok mikro dan

mesofauna ( dan ) merupakan pengendali kehidupan yang menentukan populasi

bakteri dan fungi di ekosistem. Mereka memangsa bakteri dan fungi sehingga penting

untuk mengendalikan populasi patogen. Adapun golongan makrofauna (cacing tanah,

rayap dan semut) berperan sebagai perekayasa lingkungan dalam proses dekomposisi

dan distribusi bahan organik. Partikel-partikel tanah diangkut ke berbagai tempat oleh

aktivitas cacing tanah. Sedangkan BIS (2010) menggolongkan organisme tanah ke

dalam tiga kelompok besar berdasarkan fungsinya di dalam ekosistem tanah. Mereka

adalah perekayasa kimia, pengatur kehidupan dan perekayasa lingkungan

2.3 Mesofauna Tanah

Mesofauna dan makrofauna tanah merupakan organisme penting di dalam

tanah yang memegang peranan dalam menjaga dan mendukung kesuburan tanah.

Berbagai fungsi diperankannya di dalam tanah, seperti perbaikan struktur,

transformasi bahan organik, dekomposisi bahan organik, translokasi hara, agen hayati

dan fungsi lainnya. Dengan adanya peran penting tersebut, sudah seharusnya

mesofauna dan makrofauna tanah menjadi salah satu indikator dalam

penilaian/prediksi untuk menjelaskan fenomena yang terjadi dalam tanah secara lebih

komprehensif, tidak hanya berdasarkan penilaian terhadap sifat-sifat kimia ataupun

fisika tanah tetapi juga melibatkan mahluk hidup yang terkena dampak

pengelolaan/aktifitas secara langsung seperti mesofauna dan makrofauna tanah.

8
Penggunaan dan pengelolaan lahan memberikan pengaruh besar terhadap

lingkungan sekitar, termasuk pengaruhnya terhadap organisme tanah. Dacaens et al.,

(1994) dan Barros et al., (2002) menyebutkan bahwa penggunaan lahan mampu

memberikan pengaruh terhadap populasi, biomassa, keanekaragaman dan komposisi

dari meso dan makrofauna tanah.

Ketika kelompok mesofauna dan makrofauna tanah yang memegang peranan

penting di dalam tanah mengalami gangguan akibat pengaruh penggunaan lahan,

fungsi penting dari ekologi yang diperankannya juga ikut terganggu. Mesofauna dan

makrofauna tanah sangat dipengaruhi oleh ketidaksimbangan aktifitas manusia.

Kegiatan seperti penggembalaan ternak, pembukaan lahan, polutan, erosi,

pembakaran dan adanya penurunan kesuburan tanah merupakan beberapa kegiatan

yang dapat mengganggu aktifitas dan populasi mesofauna dan makrofauna di dalam

tanah (Wardle, 1995; Lavelle et al.,1997; Subowo, 2014).

Kondisi fauna yang sangat dinamis di dalam tanah akibat pengaruh

pengelolaan dan penggunaan lahan, menjadi salah satu latar belakang yang tepat

untuk mengetahui aktifitas dan populasi keanekaragaman mesofauna dan makrofauna

tanah pada beberapa penggunaan lahan dan pengelolaan lahan pada ekosistim alami

ataupun pada tahap sistem pertanian yang berbeda. Pengaruh mesofauna dan

makrofauna tanah terhadap sifat-sifat tanah mungkin menjadi hal yang sangat penting

bagi penilaian kualitas tanah. Nagari Aie Angek yang terletak di lereng bawah

gunung Marapi merupakan salah satu daerah percontohan pertanian organik di

Sumatera Barat.

9
Kegiatan pertanian organik (IPO Aie angek) sudah berlangsung sejak 2005

hingga tahun 2015. Meskipun daerah ini telah ditetapkan menjadi daerah

percontohan, didaerah ini belum sepenuhnya diterapkan sistem pertanian organik,

masih banyak lahan-lahan pertanian lain yang menggunakan sistim pertanian

konvensional dengan penggunaan pupuk kimia sintetis dan pestisida tinggi. Dengan

adanya beberapa sistim pengelolaan lahan pada daerah sentra hortikultura Nagari Aie

Angek, perlu dilakukan penelitian yang mampu memberikan informasi mengenai

pengaruh penggunaan dan pengelolaan masing-masing lahan tersebut terhadap

karakteristik sifat kimia tanah dan fauna tanah.

Fauna tanah merupakan organisme yang seluruh atau sebagian besar daur

hidupnya dilakukan di dalam tubuh tanah juga permukaan tanah yang berperan dalam

membantu mendekomposisi bahan organik (Suin, 2006).

Menurut Barnes (1997), fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting

dalam pembusukan zat atau bahan-bahan organik dengan cara:

1. Menghancurkan jaringan secara fisik dan meningkatkan ketersediaan daerah

bagi aktivitas bakteri dan jamur.

2. Melakukan pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, selulosa, dan sejenis

lignin.

3. Merubah sisa-sisa tumbuhan menjadi humus.

4. Menggabungkan bahan yanag membusuk pada lapisan tanah bagian atas.

10
5. Membentuk kemantapan agregat antara bahan organik dan bahan mineral

tanah.

Penggolongan fauna tanah menurut Rahmawaty (2000), dapat didasarkan

berdasarkan ukuran tubuh, kehadiran, tempat hidup dalam lapisan tanah, cara

mempengaruhi system tanah dan berdasarkan jenis makanan atau cara makan.

Pengelompokan fauna tanah menurut ukuran tubuh merupakan sistem yang paling

umum digunakan dalam proses identifikasi fauna tanah (Coleman et al., 2004) karena

lebih sederhana dan mudah digunakan. Adapun menurut Sohlenius (1980) dalam

Handayanto & Hairiah (2009), kisaran ukuran tubuh fauna tanah mencakup

kelompok: mikrofauna (panjang < 100 µm), mesofauna (panjang 100 µm - < 2 mm),

makrofauna (panjang 2 – 20 mm)

Mesofauna tanah merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang

memiliki peranan penting, terutama sebagai dekomposer. Selain sebagai dekomposer

yang mampu mengubah bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik untuk

tumbuhan, mesofauna tanah juga memiliki arti penting dalam menjaga kesuburan

fisika, kimia, dan biologi tanah (Adianto, 1993). Beberapa peneliti mengusulkan

kelompok mesofauna tanah ini sebagai bioindikator kondisi lingkungan (Takeda,

1981; Linden et al., 1994; Suwondo et al., 1996).

Aktivitas makro-mesofauna tanah tertentu menyediakan nutrisi berupa koloid

organik tanah yang dibutuhkan makromesofauna tanah lainnya (misal: cacing). Selain

hal tersebut aktivitas fauna tanah menyebabkan fraksinasi bahan organik yang

11
berukuran kasar menjadi serpihan yang lebih halus sehingga luas permukaan jenis

bahan organik tersebut menjadi lebih besar yang berarti memberi kemungkinan

mikroba tanah kontak dengan bahan organik tersebut lebih besar. Selain

mendekomposisi bahan organik, fauna tanah juga berperan dalam mendistribusikan

bahan organik dalam tanah, meningkatkan kesuburan dan memperbaiki sifat fisik

tanah. Invertebrata dekomposer yang penting meliputi cacing tanah dan Collembola

(Saraswati, 2006).

Penurunan keragaman dan kepadatan populasi fauna tanah dapat

mengakibatkan perubahan regulasi dekomposisi biologi dan menurunkan

ketersediaan hara dalam tanah (Adianto, 1993). Sehingga keberadaan mesofauan

tanah dapat dijadikan bioindikator kesuburan pada suatu tanah.

Keanekaragaman fauna tanah pada musim dan tipe permukaan tanah yang

berbeda memiliki perbedaan pula, hal ini berdasarkan hasil penelitian Suhardjono,

dan Adisoemarto (1997) dalam Rahmawaty (2004). Hasil penelitian ini, menyebutkan

bahwa terdapat perbedaan keanekaragaman suku yang ditemukan pada musim dan

lokasi yang berbeda. Sedangkan hasil penelitian Mercianto (1997) dalam Rahmawaty

(2004), menyatakan bahwa terdapat perbedaan keanekaragaman fauna tanah seperti

serangga tanah pada setiap tegakan (vegetasi) berbeda.

Grup-grup fauna tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan

sebagai:

12
a. saprofagus, yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga mempercepat proses

dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan populasi mikroba tanah;

b. geofagus, yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik, yang secara

tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran

hara,memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di

dalam tanah; dan

c. predator, yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga berperan sebagai

pengendali populasi hama-penyakit tanaman.

13
III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah dilakukan pada hari Sabtu, bulan

Oktober - Desember 2019 setiap pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Kegiatan

praktikum dilakukan di Laboratorium Tanah dan kawasan sekitarnya di Fakultas

Pertanian, Universitas Riau.

3.2 Bahan dan Alat

3.2.1 Sterilisasi Alat

Alat yang digunakan adalah autoklaf, cawan petri, gelas kimia, erlenmeyer,

tabung reaksi, baskom sedangkan bahan yang digunakan adalah, air, klorox, kertas,

plastik, dan karet.

3.2.2 Pembuatan Media NA

Alat yang digunakan hotplate, autoklaf, gelas kimia 1000 ml, batang

pengaduk, alumunium foil, timbangan analitik, plastik wrap sedangkan bahan yang

digunakan adalah Natrium Agar, dan 1 L aquades.

3.2.3 Pembuatan Larutan Fisiologis

Alat yang digunakan magnetic stirer, hotplate, autoklaf, gelas kimia 1000 ml,

batang pengaduk, alumunium foil, timbangan analitik, dan tabung rekasi sedangkan

bahan yang digunakan adalah NaCL 8,5 gram, rumen 20 gram dan 1 L aquades.

14
3.2.4 Pengenceran

Alat yang digunakan magnetic stirrer, tabung rekasi sedangkan bahan yang

digunakan adalah 20 Ml larutan rumen atau urine sapi, dan 180 ml larutan fisiologis.

3.2.5 Pengamatan Mesofauna Tanah

Alat yang digunakan corong barles turgrin, baskom, saringan, lup, karung,

cangkul, aliran listrik dan penggaris, sedangkan bahan yang digunakan adalah

alkohol.

3.2.6 Pengamatan Makrofauna Tanah

Alat yang digunakan cangkul, karung, penggaris, dan aqua gelas, sedangkan

bahan yang digunakan adalah alkohol, dan tanah.

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Sterilisasi Alat

Adapun langkah kerja dari kegiatan praktikum sterilisasi alat sebagai berikut:

1. Direndam cawan petri, gelas kimia, erlenmeyer, tabung reaksi dalam larutan

klorox selama 15 menit.

2. Dikeringkan alat yang telah direndam sampai tidak ada tetesan air.

3. Dibungkus alat yang telah dikeringkan dengan menggunakan kertas lalu

dimasukkan kedalam plastik dan diikat menggunakan karet.

15
4. Dimasukkan alat yang telah siap dibungkus kedalam autoklaf, sebelumnya

dicekvolume air didalam autoklaf.

5. Ditutup rapat Autokalf , kemudian diatur suhu 121oC, tekanan 2 ATM,

selama 15 menit.

6. Setelah 15 menit, tunggu suhu turun menjadi suhu lingkungan.

7. Alat siap digunakan.

3.3.2 Pembuatan Larutan NA

1. Ditimbang NA sebanyak 23 gram diatas timbangan analitik.

2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer ditambahkan aquades secara perlahan,

sampai mencapai 1000 ml diatas hot plate.

3. Dishaker sampai larutan homogen menggunakan hot plate.

4. Setelah homogen, mulut erlenmeyer ditutup menggunakan alumunium foil

dan diwrap.

5. Dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilisasi.

6. Ditutup rapat autokalf, kemudian diatur suhu 121oC, tekanan 2 ATM, selama

15 menit.

7. Setelah 15 menit, tunggu suhu turun menjadi suhu lingkungan.

3.3.3 Pembuatan Larutan Fisiologis

16
1. Ditimbang 8,5 gram NaCl lalu dimasukkan kedalam gelas kimia atau

erlenmeyer.

2. Ditambahkan secara perlahan aquades sampai 1000 ml diatas hot plate.

3. Dihomogenkan larutan tersebut menggunakan hot plate.

4. Setelah homogen, diambil 180 ml larutan tersebut.

5. Dicampur larutan rumen sebanyak 20 gram.

6. Dishaker larutan tersebut hingga homogen menggunakan hot plate.

7. Ditutup mulut erlenmeyer dengan alumunium foil dan diwrap.

8. Dimasukkan kedalam lemari pendingin.

3.3.4 Pengenceran

1. Diambil tabung reaksi sebanyak 7 tabung.

2. Dimasukkan larutan fisiologis sebanyak 9 ml kemasing-masing tabung reaksi.

3. Diambil larutan rumen (hasil pengenceran ke-1) sebanyak 1 ml kedalam

tabung reaksi 1.

4. Lalu, dikortek sampai homogen selama 30 detik. Sehingga didapatkan hasil

pengenceran ke-2

5. Dilakukan pengenceran selanjutan sesuai dengan langkah sama, sampai

penegnceran ke-7

17
6. Diberi label dan ditutup dengan alumunium foil.

3.4 Hasil dan Pembahasan

3.4.1 Hasil Pengataman Mikrobiologi Tanah

No Gambar Keterangan
1 Bakteri selulolitik di

rumen sapi

2 Bakteri selulolitik di urine

sapi

Berdasarkan tabel di atas dimana hasil pengamatan dari mikrobiologi tanah

bakteri selulotik di rumen sapi dimana bakteri penghasil enzim selulase yang mampu

mengurai selulosa dapat diisolasi dari rumen sapi. Rumen merupakan salah satu

bagian pada lambung ruminansia, tempat pencernaan makanan dengan proses

fermentasi yang dilakukan oleh berbagai macam mikroorganisme seperti bakteri,

protozoa, dan fungi. Bakteri selulolitik merupakan salah satu jenis bakteri yang hidup

dalam rumen sapi sebagai penghasil enzim selulase untuk menghidrolisis selulosa

kompleks dari pakan hijauan menjadi glukosa. Bakteri yang mempunyai aktivitas

selulolitik tinggi dapat menjadi sumber enzim selulase untuk industri. Penelitian ini

18
bertujuan untuk mendapatkan bakteri selulolitik asal cairan rumen sapi yang memiliki

aktivitas selulolitik yang tinggi sehingga dapat dijadikan informasi tentang

biodiversitas bakteri selulolitik potensial dari cairan rumen sapi yang juga dapat

dimanfaatkan dalam bidang industri.

Isolasi bakteri selulolitik dari cairan rumen sapi memperoleh 10 kali

pengulangan bakteri aerob yang menunjukkan aktivitas selulolitik. Sepuluh kali

pengulangan dengan melarutkan 1 ml rumen ke tabung reaksi pertama, setelah itu di

hotplet selama 30 detik, setelah selesai di hotplet di ambil larutan yang di tabung

reaksi 1 dan masukkan ke tabung reaksi ke 2 sebanyak 1 ml. Begitu seterusnya

sampai ke tabung reaksi 10. Begitu juga dengan urine sapi yang digunakan.

3.4.2 Hasil Pengamatan Makrofauna Tanah Tanah Tidak Terganggu

No Gambar Keterangan
1 Cacing tanah berjumlah 8

2 Semut hitam berjumlah 2

3 Semut api berjumlah 15

19
4 Kumbang tanduk

berjumlah 1

Berdasarkan tabel diatas yaitu mengenai tentang pengamatan makrofauna

tanah tanah tidak terganggu dengan ukuran 30cm X 20 cm dengan kedalaman 20 cm

dimana setelah di amati mendapatkan cacing sebanyak 8 ekor, semut hitam sebanyak

2 ekor dan semut api sebanyak 15 ekor serta mendapatkan kumbang hanya 1 ekor.

Berdasarkan hasil yang telah didapat ditanah tidak terganggu makrofauna lebih

banyak di jumpai dibandingkan dengan tanah yanng terganggu.

Tanaman dapat meningkatkan kelembaban tanah dan sebagai penghasil

seresah yang disukai makrofauna tanah. Brussard (1998) menyatakan bahwa sisa-sisa

tanaman dan pupuk organik merupakan bahan organik yang digunakan sebagai bahan

makanan. Oleh karena itu, fauna tanah dapat ditemukan pada tanah-tanah bervegetasi.

Tinggi rendahnya komunitas serangga dipengaruhi oleh waktu, tempat dan

lingkungannya (Richard dan Southwood, 1968).

Identifikasi

Klasifikasi Cacing (8)

Kingdom : Animalia

20
Filum : Annelida

Kelas : Oligochaeta

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricidae

Genus : Lumbricus

Spesies : Terrestris

Klasifikasi Semut Hitam (2)

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo :Hymenopter

Famili :Formiadea

Genus :Dolichoderus

Spesie :Dolichoderus thoracicus

Klasifikasi Semut Api (15)

Kingdom :Animalia

Filum :Arthrophoda

21
Kelas :Insecta

Ordo :Hymenoptera

Family :Formicidea

Genus :Solenopsis

Spesies :Solenopsis invicta

Klasifikasi Kumbang Tanduk

Kingdom :Animalia

Filum :Arthrophoda

Kelas :Insecta

Family :Scarebaeidas

Genus :Chalcosoma

Spesies : Chalcosoma atlas

3.4.3 Pengamatan Meso Fauna Tanah

No Gambar Keterangan
1 A cari ditanah terganggu

22
Berdasarkan pengamatan meso fauna tanah yang telah dilaksanakan

mendapatkan hasil yaitu Kutu dimana mesofauna akan hidup pada tempat yang

memiliki kelembaban tanah yang sedang dan memiliki bahan organik yang tinggi,

sehingga makrofauna dan mesofauna tanah tersebut menjadikannya sebagai tempat

berlangsungnya aktivitas kehidupan dalam melakukan perombakan-perombakan

bahan organik di dalam tanah. C organik merupakan bahan organik yang terkandung

di dalam maupun di permukaan tanah termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan,

biomasa mikroorganisme, bahan organik yang terlarut dalam air dan bahan organik

yang stabil atau humus. Tinggi rendahnya C organik tanah akan mempengaruhi

jumlah bahan organik tanah, semakin tinggi C organik tanah maka akan meningkat

pula bahan organik tanah nya (Triesia, 2011).

Sugiyarto (2000), menyatakan bahwa meningkatnya keragaman mesofauna di

dalam tanah disebabkan oleh meningkatnya kandungan bahan organik tanah yang

dapat dimanfaatkan oleh makrofauna dan mesofauna tanah sebagai sumber

makanannya. Semakin tinggi bahan organik yang tersedia maka jumlah individu

mesofauna tanah akan semakin bertambah, karena bahan organik mampu melindungi

mesofauna tanah dari tekanan lingkungan.

23
IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikkum ini yaitu Tanah merupakan tempat

bermukimnya berbagai kehidupan tumbuhan, hewan, dan jasad renik yang tidak

terhitung banyaknya, Secara ekologis tanah tersusun oleh tiga kelompok material,

yaitu material hidup (faktor biotik) berupa biota (jasad hayati), fator abiotik berupa

bahan organik dan faktor abiotik pasir (sand), debu (silt) dan liat (clay). Populasi

24
mikrobiologis tanah terbagi dalam tiga golonggan besar, yaitu Autochthonous,

Mikroba zimogenik dan Mikroba transient (penetap sementara). Sedangka

Makrobiologi tanah adalah mahluk-mahluk berukuran besar. Mesofauna dan

makrofauna tanah merupakan organisme penting di dalam tanah yang memegang

peranan dalam menjaga dan mendukung kesuburan tanah. Berbagai fungsi

diperankannya di dalam tanah, seperti perbaikan struktur, transformasi bahan organik,

dekomposisi bahan organik, translokasi hara, agen hayati dan fungsi lainnya.

4.2 Saran

Adapun saran pada praktikum ini yaitu sebaiknya dalam melaksanakan

praktikum dilaksanakan sebaik baiknya karena saat praktikum sangat banyak ilmu

yang bermanfaat yang bisa di ambil, dan sebaiknya dalam melaksanakan praktikum

dilakukan seserius mungkin karena alat yang ada dilaboraturium sangat mahal

sehingga dalam pelaksanaan atau dalam penggunaan alatnya harus dilakukan seteliti

mungkin supaya tidak terjadinya kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., C. A. Triplehorn, N. F. Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga. (diterjemahkan oleh Soetiyono Partosoedjono). Yogyakarta:

UGM Press.

Edward, C. A. and J. K. Loftly. 1972. Biology of Earthworm. London:

Chapman and Hall.

25
Engelstad, F. 1991. Impact of Eartworm in Decomposition of Garden Refuse,

Biol Fertil. Soil Springer-verlag No. 12 : 137-140

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Dika, Go Ban

Hong, H. H. Bailley. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Lampung : Penerbit

Universitas Lampung.

Handayanto. E, dan Hairiah.K, 2009. Biologi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah

Sehat. Pustaka Adipura. Karangjaen, Yogyakarta.

Hardjowigeno S. and Abdullah. 1987. Suitability of Peat Soils of Sumatera for

Agriculture Development. International Peat Society. Symposium on

Tropical Peat and Peatland for Development. Yogyakarta. 9 – 14 Februari

1987.

Iswandi. 1990. Ekologi Hewan dan Tanaman. Bogor. Laboratorium Ekologi

Tanaman. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Kevan, K. M. C 1962. Soil Animals. London: H.F and White rby.

Makalew, A. D. N. 2001. “Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem

Tanpa Olah Tanah (TOT)”. Makalah Falsafah sains program pasca

sarjana /S3. Bogor:IPB.

Http://www.hayatiipb.com/users/rudyct/indiv2001/afra-dnm.htm.

26
Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta : Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Odum, E.P. 1971. Dasar – dasar Ekologi (diterjemahkanTjahjono, S. Dan

Srigandono, B) Yogyakarta: Penerbit Universitas Gajah Mada.

Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor.

Sutejo, M. M. 1991. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara. Jakarta. Jurnal

Litbang Pertanian.

Sugiyarto. 2000. Keanekaragaman makrofauna tanah pada berbagai umur tegakan

sengon di RPH Jatirejo, Kab. Kediri. Biodiversitas 1 (2): 47-53.

Suin, N. M. 2005. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Swift, M.J. Heal,O. W. and Anderson, J. M. 1997. Decomposition in Terrestrial

Ecosystems. Studies in Ecology 5. Baekeley, California, USA. University

of California Press.

27

Anda mungkin juga menyukai