Anda di halaman 1dari 49

LAPORANAKHIR

PRAKTIKUM FENOMENA DASAR MESIN

DEFLEKSI

Oleh:

NAMA : Meipen
NIM : 1707122805
Kelompok : C4

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatnya
sehingga laporan akhir praktikum defleksi ini dapat selesai. Didalam pembuatan
laporan akhir ini terdapat banyak hal yang terjadi tapi penulis bersyukur semua itu
dapat selesai dengan baik.
Penulis juga berterima kasih kepada asisten laboratorium yang sudah mau
membimbing Penulis selama praktikum. Penulis juga berterima kasih kepada
Dosen pengampu yang sudah memberi teori mengenai defleksi kepada Penulis.
Tidak lupa juga Penulis berterima kasih kepada teman-teman yang sudah memberi
dukungan sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik.
Dalam laporan ini masih banyak hal yang kurang, maka dari itu Penulis
sangat mengharapkan masukan dan saran sehingga laporan ini dapat lebih baik
untuk kedepannya. Atas perhatiannya Penulis ucapkan terimakasih.

Pekanbaru,18 September 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR NOTASI
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar................................................................................................
2.3 Faktor Penentu Defleksi
2.4 Jenis- jenis tumpuan
2.5 Jenis-jenis Pembebanan
2.6 Jenis-jenis Batang
2.7 Fenomena lendutan batang
2.8 Aplikasi Lendutan (Defleksi) Batang
2.9 Metode Perhitungan Defleksi..................................................................12
BABIIIMETODOLOGI
3.1 Peralatan
3.2 Prosedur Praktikum
BABIVDATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengujian
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (tipis)
4.2.2 Batang 2 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (tebal)
4.2.3 Batang 3 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (silindris)
4.2.4 Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tipis)
4.2.5Batang 2 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tebal)
4.2.6Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tipis)
4.2.7Batang 1 Tumpuan Engsel Rol Beban Tengah (tipis)
4.2.8Batang 1 Tumpuan Engsel Rol Beban Tengah (tebal)
4.2.9Batang 2 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (silindris)
4.2 Analsisa Data
BAB VKESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2. 1 Balok
Gambar 2. 2 Defleksi Vertikal
Gambar 2. 3 Defleksi Horizontal
Gambar 2. 4 Tumpuan Engsel
Gambar 2. 5 Tumpuan Rol
Gambar 2. 6 Tumpuan Jepit
Gambar 2. 7 Beban Terpusat
Gambar 2. 8 Beban Terdistribusi
Gambar 2. 9 Beban Bervariasi Uniform
Gambar 2. 10 Batang Tumpuan Sederhana
Gambar 2. 11 Batang Kartilever
Gambar 2. 12 Batang Overhang
Gambar 2. 13 Batang Menerus
Gambar 2. 14 Lendutan Pada Jembatan
Gambar 2. 15 Poros Transisi
Gambar 2. 16 Rangka Mobil
Gambar 2. 17 Rangka Pesawat
Gambar 2.18 Metode Integrasi Ganda...................................................................13
Gambar 2.19 Skesta metode luas moment.............................................................16
Gambar 2.20 Metode super posisi..........................................................................18
Gambar 3. 1 AlatPenguji............................................................................................
Gambar 4. 1 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian tengah batang...............24
Gambar 4. 2 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian ujung batang................24
Gambar 4. 3 Tumpuan Engsel-Rol dan beban pada bagian tengah batang............25
Gambar 4. 4Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Ujung(B.Tipis)....................25
Gambar 4. 5Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Ujung(B.Tebal)...................26
Gambar 4. 6Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Ujung(B.Silindris)...............27
Gambar 4. 7Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah (B.Tipis).................28
Gambar 4. 8Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah (B.Tebal)................29

iv
Gambar 4. 9Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah (B.Silindris)............30
Gambar 4. 10Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban Tengah(B.Tipis).............31
Gambar 4. 11 Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban Tengah(B.Tebal)...........32
Gambar 4. 12 Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban Tengah (B.selindirs).....33

v
DAFTAR TABEL
Halama

Tabel 4. 1 Tabel pengukuran dimensi....................................................................24


Tabel 4. 2 Tumpuan Jepit Rol beban Tengah........................................................24
Tabel 4. 3 Tumpuan Jepit Rol beban ujung...........................................................25
Tabel 4. 4 Tumpuan Engsel rol beban tengah........................................................25

vi
DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan


E Modulus Elastisitas MPa
Δ Defleksi mm
I Momen Inersia mm4
P Beban N
L Panjang Benda mm
X Titik Ukur Pengamatan Defleksi mm

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami
kemajuan, sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir
manusia. Disertai dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita
berpikir kritis, kreatif, dan produktif.Sama halnya dengan perkembangan
teknologi dibidang konstruksi.
Seperti halnya defleksi. Defleksi merupakan suatu fenomena perubahan
bentuk pada balok dalam arah vertical dan horisontal akibat adanya pembebanan
yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari
kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata
lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat
maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan adalah perhitungan
defleksi atau lendutan dan tegangan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi kekuatan (strength) dan
kekakuan (stiffness), dimana pada batang horizontal yang diberi beban secara
lateral akan mengalami defleksi.

Didalam kehidupan sehari – hari kita sering kali berjumpa dengan


defleksi,baik defleksi pada baja, pada besi maupun kayu. Oleh sebab itu kita
seorangengineer harus memperhitungkan defleksi atau lendutan yang akan
terjadi,contohnya saja pada jembatan. Jika seorang engineer tidak
memperhitungkanmaka akan berakibat fatal bagi pengguna jembatan tersebut,
karena faktor lendutan yang lebih besar akan mengurangi faktor safety pada
struktur tersebut.
Oleh sebab itu kita harus mengetahui fenomena apa saja yang akan terjadi
padadefleksi ini. Namun banyak yang belum mengerti terhadap fenomena-
fenomena pada defleksi.

1
2

1.2 Tujuan
Praktikum defleksi ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui fenomena defleksi (lendutan) batang prismatic atau
pemanfaatannya dalam.eksperimen dengan kontruksi sederhana.
2. Membandingkan solusi teoritik dengan hasil eksperimen.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pratikum ini yaitu:
1. Praktikan mengetahui fenomena defleksi (lendutan) yang terjadi pada
batang atau balok. Dan mampu membuktikan rumus-rumus defleksi
teoritis dengan hasil percobaan.
2. menambah wawasan penulis terkait dengan objek yang akan diuji.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical
dan horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau
batang. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula
bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang
akan mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun
terbagi merata akan mengalami defleksi.
Deformasi pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan

berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami

pembebanan.Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral

setelah terjadi deformasi.Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi

permukaan netral dikenal sebagai kurva elastis dari balok.

Gambar 2. 1Balok sebelum terjadi deformasi (b) Balok dalam konfigurasi


terdeformasi

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok.Dalam


penerapan, kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x
disepanjang balok.Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan
yang sering disebut persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari
balok.

3
4

2.2 Jenis- jenis defleksi


1. Deflkesi Vertikal (Δw)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik,
tekan) hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal,
kemudian kembali ke posisi semula.

Gambar 2. 2Defleksi Vertikal


2. Defleksi Horisontal (Δp)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (bending)
posisi batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi, kemudian
kembali ke posisi semula.

Gambar 2. 3Defleksi Horizontal


Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di
peruntukkan memikul beban lateral, yaitu beban yang bekerja tegak lurus
sumbu aksial batang (Binsar Hariandja 1996).Beban semacam ini
khususnya muncul sebagai beban gravitasi, seperti misalnya bobot sendiri,
beban hidup vertical, beban keran (crane) dan lain-lain.contoh sistem
balok dapat di kemukakan antara lain, balok lantai gedung, gelagar
jembatan, balok penyangga keran, dan sebagainya. Sumbu sebuah batang
akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh
gaya terpakai.
5

Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan tranversal


baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Unsur-unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah
ketidakbarisan dan mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban
dalam gedung-gedung, balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan
untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak diinginkan para
penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah dengan bahan-bahan jadi
yang rapuh.Begitu pun kekuatan mengenai karateristik deformasi dari
bangunan struktur adalah paling penting untuk mempelajari getaran mesin
seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan penerbangan.
Dalam menjalankan fungsinya, balok meneruskan pengaruh beban
gravitasi keperletakan terutama dengan mengandalakan aksi lentur, yang
berkaitan dengan gaya berupa momen lentur dan geser. kalaupun timbul
aksi normal, itu terutama di timbulkan oleh beban luar yang relatif kecil,
misalnya akibat gaya gesek rem kendaraan pada gelagar jembatan, atau
misalnya akibat perletakan yang di buat miring.

2.3 Faktor Penentu Defleksi


1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil.
2. Besarnya kecil gaya yang diberikan
Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang
dialami batang maka defleksi yang terjadi pun semakin besar.
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena
itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda
tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya
dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari
6

tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih
besar dari tumpuan jepit.
4. Jenis beban yang terjadi pada batang
Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang
terjadi pada bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik.Ini
karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban titik
hanya terjadi pada beban titik tertentu saja (Binsar Hariandja 1996).

2.4 Jenis- jenis tumpuan


1. Engsel
Engsel merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal dan
gaya reaksi horizontal. Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya
yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya reaksi
pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam
arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertical. Tidak seperti pada
perbandingan tumpuan rol atau penghubung,maka perbandingan antara
komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah tetap.
Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan.

Gambar 2. 4 Tumpuan Engsel


2. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya
hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
7

beban vertical.Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada
bidang cp.

Gambar 2. 5 Tumpuan Rol


3. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertical, gaya
reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan
jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu
melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh
dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu
bata.Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan
utama. Suatu komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 2. 6Tumpuan Jepit


2.5 Jenis-jenis Pembebanan
Salah satu factor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang
adalah jenis beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :

1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya
kecil.
8

Gambar 2. 7Beban Terpusat


2. Beban terbagi merata
Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan
dalam qm (kg/m atau kN/m).

Gambar 2. 8 Beban Terdistribusi


3. Beban bervariasi uniform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya
tidak merata.

Gambar 2. 9 Beban Bervariasi Uniform


2.6 Jenis-jenis Batang
1. Batang tumpuan sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.
9

Gambar 2. 10 Batang Tumpuan Sederhana


2. Batang kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2. 11 Batang Kartilever


3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

Gambar 2. 12Batang Overhang


4. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2. 13 Batang Menerus


5. Batang prismatic

Batang prismatic adalah sebuah batang lurus yang memiliki penampang yang
sama pada keseluruhan panjangnya.
10

2.7 Fenomena lendutan batang


Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila diberikan beban
yang cukup besar. Lendutan batang untuk setiap titik dapat dihitung dengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya
yang digunakan load cell. Lendutan batang sangat penting dalam konstruksi
terutama konstruksi mesin, dimana pada bagian-bagian tertentu seperti poros,
lendutan sangat tidak diinginkan karena adannya lendutan maka kerja poros atau
operasi mesin akan tidak normal sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada
bagian mesin atau pada bagian lainnya.
Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian pelengkap suatu bangunan
haruslah diberi ukuran-ukuran fisik yang tertentu. Bagian-bagian tersebut haruslah
diukur dengan tepat untuk menahan gaya–gaya yang sesungguhnya atau yang
mungkin akan dibebankan kepadanya. Jadi poros sebuah mesin haruslah
diperlukan dan menahan gaya-gaya luar dan dalam. Demikian pula, bagian-bagian
suatu struktur komposit harus cukup tegar sehingga tidak akan melentung
melebihi batas yang diizinkan bila bekerja dibawah beban yang diizinkan.

2.8 Aplikasi Lendutan (Defleksi) Batang


Aplikasi dari analisa lendutan batang dalam bidang keteknikan sangat
luas, mulai dari perancangan poros transmisi sebuah kendaraan bermotor ini,
menujukkan bahwa pentingnya analisa lendutan batang ini dalam perancangan.
Sebuah konstruksi teknik, berikut adalah beberapa aplikasi dari lendutan batang :
1. Jembatan

Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat


penting.Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau
kendaraan diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang
bergerak diatasnya. Hal ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan
batang atau defleksi pada batang-batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi
yang terjadi secara berlebihan tentunya akan mengakibatkan perpatahan pada
jembatan tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam membuat jembatan.
11

Gambar 2. 14Lendutan Pada Jembatan


2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara
radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros
transmisi.Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak lurus.
Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada
pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu, benda dinamis yang
berputar pada sumbunya.

Gambar 2. 15Poros Transisi


3. Rangka (chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan besar, memiliki
kemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun
konstruksinya.

Gambar 2. 16Rangka Mobil


12

4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang


Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat
tersebut merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang
tinggi namun memiliki kekuatan yang baik.Oleh karena itu, diperlukan analisa
lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi pada material atau
batang-batang penyusun pesawat tersebut, untuk mencegah terjadinya defleksi
secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik karena beban terus-
menerus.

Gambar 2. 17Rangka Pesawat


5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap
dijepit pada menara kontrolnya.Oleh karena itu, saat mengangkat material
kemungkinan untuk terjadi defleksi.Pada konstruksinya sangat besar karena
salah satu ujungnya bebas tak bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan
mengalami batas tahan maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut
tersebut.

2.9.Metode Perhitungan Defleksi


Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung
dengan berbagai metode, antara laindihitung dengan berbagai metode, antara lain:
1. Metode Integrasi Ganda(Double Integrations)
2. Metode Luas BidangMomen(Momen Area Method)
3. Metode Energi
4. Metode Superposisi.
13

1. Metode Integrasi Ganda


Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut
kurvaelastis balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan
bagaimanamenetapkan persamaan kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan
lendutan tegak ydari setiap titik dengan terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan
kedudukanbalok original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif.
Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat perbedaan panjang
original balok dengan proyeksi panjang lendutannya. Konsekuensinya
kurva elastis sangat datar dankemiringannya pada setiap sangat kecil.
Harga kemiringan, tan q =dy / dx ,dengan kesalahan sangat kecil bisa
dibuat sama dengan q, oleh karena itu
  dy / dx
d dy

dan dx dx

Gambar 2.18 Metode Integrasi Ganda

ds   d

Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva


elastissangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh
persamaan :
1 d d 
 
 ds dx atau
14

1 d2y

 dx 2 (2.2)
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah
1 M
= (2.3)
ρ EI
1
Dengan menyamakan harga  dari persamaan diatas, kita peroleh
d2
EI =M (2.4)
d x2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis
balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap
sepanjang balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI
diperoleh :
dy
EI = Mdx+C1 (2.5)
dx ∫
Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan
kemiringanatau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa
M menyatakanpersamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x,
danC1adalah konstantayang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu.
Sekarang integrasi persamaan diatas untuk memperoleh:
EIy=∫ Mdxdx+C 1 +C2 (2.6)
Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang
dikehendaki gunamenunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah
konstanta integrasi lainyang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu
dan pembebannya.Apabila kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok,
maka persamaanmomen akan berubah pula.Pengevaluasian konstanta
integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapatdihindari dengan
menuliskan persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehinggamenjadi
persamaan kontinu untuk seluruh panjang balok meskipun
pembebanantidak seimbang.
15

2. Metode Luas Bidang Momen


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen
luas. Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode
integrasi ganda. Kurva elastis merupakan pandangan samping permukaan
netral, dengan lendutan yang diperbesar, diagram momen. Jarak busur
diukur sepanjang kurva elastis antara dua penampang sama dengan r ´dq ,
dimana r adalah jari-jari lengkungan kurva elastis pada kedudukan
tertentu. Dari persamaan momen lentur diperoleh:
1 M
= (2.7)
ρ EI
karena ds = r dq , maka
1 M dθ M
= = atau dθ= ds (2.8)
ρ EI ds EI
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds =
proyeksi dx. Dengan anggapan itu kita peroleh :
M
dθ= dx (2.9)
EI
16

Gambar 2.18 Sketsa Metode Luas Momen

Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua


titik sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil
tersebut:
θB XB
1
θ AB =∫ dθ= ∫ Mdx (2.10)
θA
EI X A

Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva
ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasandt yang timbul akibat
garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini
dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan olehsudut dq:

dt= xdq

oleh karena itu


XB

t b/ a=∫ dt=∫ x(Mdθ ) (2.11)


XA
17

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh


XB

t b/ a=∫ dt =∫ x(Mdθ ) (2.12)


XA

Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung


yangditarik pada A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A.
Secara umum penyimpangan seperti initidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teorimetode momen luas dari
diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdxadalah luas elemen
arsiran yang berkedudukan pada jarak x dari ordinatmelalui B karena
integral M dx berarti jumlah elemen, maka dinyatakan sebagai,
1
θ= ( luas ) AB (2.13)
EI
3. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di
superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja
bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat
masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri
M
w ''  
EIy
Q
w '''  
EIy
q
wIV  
EIy

w( x )  w1( x )  w2( x )

Berlaku analog
18

w '( x )  w '1( x )  w '2( x )


M ( x )  M 1( x )  M 2( x )
Q( x )  Q1( x )  Q2( x )

Gambar 2.20 Metode Superposisi


BAB III
METODOLOGI

3.1 Peralatan
Peralatan dan bahan yang di gunakan dalam praktikum defleksi yaitu :
1. Alat Penguji
Alat penguji adalah alat yang digunakan untuk menguji defleki pada
benda.

Gambar 3. 1Alat Penguji


2. Dial Indicator
Dial indicator berfungsi sebagai alat ukur defleksi.

Gambar 3. 2Dial Indicator


3. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
rol.

19
20

Gambar 3. 3 Tumpuan Rol


4. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan
tumpuan engsel.

Gambar 3. 4 Tumpuan Engsel


5. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
jepit.

Gambar 3. 5 Tumpuan Jepit


21

6. Mistar
Mistar digunakan untuk mengukur panjang batang sekaligus mengatur
letak beban yang diinginkan.

Gambar 3. 6 Mistar
7. Beban
Beban 1,12 kg digunakan untuk memberi gaya luar pada batang.

Gambar 3. 7Beban
8. Benda Uji 1 (Batang Silindris)

Gambar 3. 8Batang Silinder


22

9. Benda uji 2 (plat panjang)

Gambar 3. 9 Plat Panjang


10. Benda Uji 3 (Plat pendek)

Gambar 3. 10 Plat pendek


3.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur dari praktikum ini adalah:
1. Ukur dimensi semua benda uji menggunakan alat ukur yang tersedia
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk
masing-masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
4. Berika pembebanan pada setiap batang uji di bagian tengah dari panjang
batang uji.
23

5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posis/jarak tertentu dari


posisi pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik).
6. Ulangi langkah percobaan No.2-5, akan tetapi pindahkan posisi
pembebanan pada ujung batang uji dan tumpuan rol berada di tengah-
tengah panjang batang (overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian manjadi tumpuan engsel-
rol. Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan
ukur besar siimpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada table yang telah disediakan.
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengujian


Tabel 4. 1Tabel pengukurandimensi

BatangUji Panjang Lebar Tebal Massa Diamater


Keterangan
No. (mm) (mm) (mm) (gr) (mm)

1 1001 - - 1,5 6,5 Silindris


2 970 48 3 1,5 - Tipis
3 796 49 4,5 1,5 - Tebal

Gambar 4. 1Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian tengah batang


Tabel 4. 2Tumpuan Jepit Rol beban Tengah

PosisiPengujian DefleksiPengujia DefleksiTeoritis


Batan Keteranga
(mm) n (mm) (mm)
g No. n
X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
45 70 Tipis
1 200 1,25 5,57 5,01 7,55 12,8 8,6
0 0
20 50 Tebal
2 170 0,30 0,37 0,37 1,25 1,53 3,4
0 0
20 45 silindris
3 170 0.41 0.77 3,45 2,54 2,49 3,7
0 0

Gambar 4. 2Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian ujung batang

24
25

Tabel 4. 3 Tumpuan Jepit Rol beban ujung

PosisiPengujian DefleksiPengujian DefleksiTeoritis


Batang Keterangan
(mm) (mm) (mm)
No.
X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
- - Silindris
1 200 400 600 5,28 -0,117 -0,1252 1,836
0.88 2.15
tipis
2 200 350 600 0.7 4.2 12.65 -0,4897 -1,32 2,501
- Tebal
3 200 400 600 -0.2 1,65 -0,2283 -1,759 4,377
1.27

Gambar 4. 3Tumpuan Engsel-Rol dan beban pada bagian tengah batang


Tabel 4. 4TumpuanEngselrolbebantengah

PosisiPengujian DefleksiPengujian DefleksiTeoritis


Batang Keterangan
(mm) (mm) (mm)
No.
X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
Tipis
1 200 400 700 8,35 12,85 11,08 9,95 16,54 12,8
Tebal
2 170 200 500 0,8 0,97 1,25 6,52 7,55 12,92
silindris
3 170 200 600 6,4 7,28 10,55 1,24 1,43 1,13

4.2 Pengolahan Data


g=9,81 m/ s2

E=200000 N /mm2

1. Mencarinilaiinersiapadasetiapbatang.
π
I batangsilindris= × D4
64
π
¿ × 6,5 mm4
64
¿ 87,58 mm4
26

bh3
I batangtipis=
12
48 ×3 mm3
¿
12

¿ 108 mm4

bh3
I batangtebal=
12

49 × 4,5 mm3
¿
12

¿ 372,1 mm4

2. Mencari nilai P pada batang


Pbatang 1 ,2,3 =m× g

¿ 1,5 kg × 9,81m/ s2

¿ 14,7 N

4.2.1 Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (tipis)

p. x
1. δ X 1 tipis= 48. E . I ( 3. l²−4 x ² )

14,7 N × 200 mm❑ 2


¿ (3(970 mm)−4 ( 200 mm ) )
N
48 ×200000 ×108 mm 2
mm

¿ 7,55 mm

p. x
2. δ X 2 tipis= 48. E . I ( 3. l²−4 x ² )

14,7 N × 450 mm❑ 2


¿ 2
(3(970 mm)−4 ( 450 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×108 mm

¿ 12,8 mm
27

p.x
3. δ X 3 tipis = ( 3. l ²−4 x ² )
48. E . I
14,7 N ×700 mm❑ 2
¿ 2
(3(970 mm)−4 ( 700 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×108 mm
¿ 8,6 mm
4.2.2 Batang 2 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (tebal)

p. x
1. δ X 1 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N × 170 mm❑ 2


¿ (3(796 mm)−4 ( 170 mm ) )
N 2
48 ×200000 ×372,1 mm
mm

¿ 1,25 mm

p. x
2. δ X 2 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N ×200 mm❑ 2


¿ 2
(3(796 mm)−4 ( 200 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×372,1 mm

¿ 1,53 mm

p. x
3.δ X 3 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N ×500 mm❑ 2


¿ 2
(3(796 mm)−4 ( 500 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×372,1 mm
¿ 3,4 mm
4.2.3 Batang 3 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (silindris)

p. x
1. δ X 1 silindris = 12. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N × 200 mm❑ 2


¿ (3(1001 mm)−4 ( 200 mm ) )
N
12×200000 × 87,58 mm2
mm

¿ 2,54 mm

p. x
2. δ X 2 silindris = 12. E . I ( 3.l ²−4 x ² )
28

14,7 N × 400 mm❑ 2


¿ (3(1001 mm)−4 ( 400 mm ) )
N
12×200000 × 87,58 mm2
mm

¿ 2,49 mm

p. x
3. δ X 3 silindris = ( 3.l ²−4 x ² )
12. E . I
14,7 N ×700 mm❑ 2
¿ 2
(3 (1001mm)−4 ( 600 mm ) )
12×200000 N /mm × 87,58 mm
¿ 3,7 mm

4.2.4 Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tipis)


p. x
1. δ X 1 tipis = ( x ²−a ² )
24.a . E . I
14,7 N x 200 mm
¿ 4
(2002−4852 )
24 x 485 x 200000 N /mm× 108 mm
¿−0,2283 mm
p. x
2. δ X 2 ti pis = ( x ²−a ² )
24. a . E . I
14,7 N x 350 mm
¿ 4
(3502−4852 )
24 x 485 x 200000 N /mm× 108 mm
¿−1,759 mm
p. x
3. δ X 3 tipis = ( x2 −a2 )
24 a . E . I

14,7 N x 600 mm
¿ +( 6002−485 2)
N
24 x 485 x 200000 ×108 mm4
mm
¿ 4,377 mm
4.2.4 Batang2 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tebal)
p.x
1. δ X 1 tebal = ( x ²−a ² )
24. a . E . I
14,7 N x 200mm
¿ 4
(200 2−3982)
24 x 398 x 200000 N /mm ×372,1 mm
¿−0,4897 mm
29

p.x
2. δ X 2 tebal = ( x ²−a ² )
24. a . E . I
14,7 N x 350 mm
¿ 4
(350 2−3982)
24 x 398 x 200000 N /mm ×372,1 mm
¿−1.32mm
p. x
3. δ X 3 tebal = (x 2−a2)
24 a . E . I

14,7 N x 600 mm
¿ +(6002−398 2)
N
24 x 398 x 200000 × 372,1mm 4
mm
¿ 2,501 mm
4.2.4 Batang 1 Tumpuan Jepit Rol Beban Ujung( tipis)
p. x
1. δ X 1 silindris = ( x ²−a ² )
6. a . E . I
14,7 N x 200 mm
¿ 4
(200 2−500,52)
6 x 500,5 x 200000 N /mm ×87,58 mm
¿−0,117 mm
p. x
2. δ X 2 silindris = ( x ²−a ² )
6. a . E . I
14,7 N x 350mm
¿ 4
(4002−500,52 )
6 x 500,5 x 200000 N /mm ×87,58 mm
¿−0,1252 mm
p.x
3. δ X 3 silindris = (x 2−a2 )
24 a . E . I

14,7 N x 600 mm
¿ +(6002−500,5 2)
N
6 x 500,5 x 200000 ×87,58 mm 4
mm
¿ 1,836 mm

4.2.5 Batang 1 Tumpuan Engsel Rol Beban Tengah (tipis)


PX 1
1. δ X 1 silindris= ( 3 l 2−4 X 1 2)
48 EI
30

14,7 N × 200 mm2


¿ 2 4
(3 ( 1001 mm )2−4 ( 200 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×87,58 mm
¿ 9.95 mm
PX 1
2. δ X 2 silindris= ( 3 l2−4 X 12)
48 EI
14,7 N × 400 mm2
¿ 2 4
(3 ( 1001 mm )2−4 ( 400 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×87,58 mm
¿ 16.54 mm
PX 1
3. δ X 3 silindris= ( 3 l 2−4 X 12)
48 EI
14,7 N × 700 mm2
¿ 2 4
(3 ( 1001 mm )2−4 ( 700 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×87,58 mm
¿ 12.80 mm

4.2.5 Batang 1 Tumpuan Engsel Rol Beban Tengah (tebal)


PX 1
1. δ X 1 tipis= ( 3l 2−4 X 12 )
48 EI
14,7 N × 170mm 2
¿ 2 4
(3 ( 970 mm )2−4 ( 170 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×108 mm
¿ 6.52 mm
PX 1
2. δ X 2 tipis= ( 3l2−4 X 12 )
48 EI
14,7 N × 200 mm2
¿ 2 4
(3 ( 970 mm )2−4 ( 200 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×108 mm
¿ 7.55 mm
PX 1
3. δ X 3 tipis= ( 3l 2 −4 X 12 )
48 EI
14,7 N × 500mm 2
¿ 2 4
(3 ( 970 mm )2−4 ( 500 mm❑)2 )
48 ×200000 N /m m ×108 mm
¿ 12.92 mm
4.2.2 Batang 2 Tumpuan Jepit Rol Beban Tengah (silindris)

p. x
1. δ X 1 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )
31

14,7 N × 170 mm❑ 2


¿ (3(796 mm)−4 ( 170 mm ) )
N
48 ×200000 ×372,1 mm2
mm

¿ 1.24 mm

p. x
2. δ X 2 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N ×200 mm❑ 2


¿ 2
(3(796 mm)−4 ( 200 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×372,1 mm

¿ 1.43 mm

p. x
3.δ X 3 tebal = 48. E . I ( 3.l ²−4 x ² )

14,7 N ×600 mm❑ 2


¿ 2
(3(796 mm)−4 ( 500 mm ) )
48 ×200000 N /mm ×372,1 mm
¿ 1.13 mm

4.2 Analsisa Data


Adapun hasil analisa setelah praktikum adalah :

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Ujung(B.Tipis)
14
12
10
Defleksi Pengujian
8 Defleksi Teoritis
6
4
2
0
-2150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
-4
32

Gambar 4.4 GrafikDefleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Ujung(B.Tipis)

Pada grafik di atas didapatkan perbandingan defleksi pengujian & teoritis


untuk tumpuan jepit-rol beban ujung pada batang tipis bisa kita lihat dari grafik di
atas bahwa pada defleksi teoritis grafiknya mengalami defleksi ke bawah ini
disebabkan oleh adanya pembebanan yang terjadi di tengah batang,sehingga
membuat defleksi menjadi semakin besar. Pada pembebanan yang terjadi di ujung
ini menyebabkan defleksi yang terjadi keatas,ini disebkan oleh pembebanan yang
di beri di ujung sehingga defleksi yg terjadi itu ke atas.

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Ujung(B.Tebal)
5
4
3
Defleksi Pengujian
2 Defleksi Teoritis
1
0
150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
-1
-2
-3

Gambar 4. 5 Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Ujung(B.Tebal)

Pada grafik di atas untuk tumpuan jepit-rol terjadi perbedaan yang cukup
kecil , ini disebabkan karna pada saat mengukur defleksi yang sudah di beri tanda
pada kertas tidak tepat atau kesalahan pada saat membaca dial indikator,sehingga
di dapatkanlah hasil pada grafik di atas.
Hal lain yang dapat menyebabkan perbedaan data antara defleksi
pengujian dan defkesi teoritis adalah kesalahan pada saat mengunci batang uji
pada tumpuan jepit sehingga batang bergerak.
33

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Ujung(B.Silindris)
6
5
4
Defleksi Pengujian
3 Defleksi Teoritis
2
1
0
-1150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650
-2
-3
Gambar 4. 6 Grafik Perbandingan Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol
Beban Ujung(B.Silindris)

Pada grafik dapat dianalisa perbandingan antara defleksi pengujian dan


teoritis pada batang silindris beban ujung untuk tumpuan Jepit-rol terjadi
perbedaan yang cukup kecil,ini disebabkan pada saat membaca dial indicator,pada
saat membaca dial indicator nilai yang di dapat bisa saja berubah,ini disebabkan
oleh pada saat melakukan pengukuran defleksi pada batang tersebut salah seorang
praktikan memgang batang pada saat melakukan pengukuan,ini menyebabkan
hasil yang di dapat tidak signifikat.
34

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Tengah (B.Tipis)
14
12
10 Defleksi Pengujian
Defleksi Teritis
8
6
4
2
0
100 200 300 400 500 600 700 800

Gambar 4. 7 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah


(B.Tipis)

Pada grafik di atas bisa kita analisa bahwa defleksi yang terjadi paling
besar berada di bagian tengah batang,ini tejadi pada saat melakukan pengukuran
defleksi pada bagian tengah,karna jarak dua tumpuan berjauhan sehingga pada
saat waktu memberi pembebanan di tengah itu paling besar,karna batang terebut
tidak mampu menahan beban kecuali adanya penampang di sekitar beban yang
berada di tengah.jika suatu batang itu di beri pembebabnan di tengah maka yang
terjadi pada batang tersebut adalah defleksi yang di dapatkan cukup besar dari
pembebanan yang berada di ujung.
35

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Tengah (B.Tebal)
4
3.5
3
Defleksi Pengujian
2.5 Defleksi Teoritis
2
1.5
1
0.5
0
150 200 250 300 350 400 450 500 550

Gambar 4.8 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah


(B.Tebal)

Pada grafik di atas untuk batang tebal grafik yang terjadi pada batang tebal
itu yang terjadi adalah,karena batang tebal jika di beri pembebanan yang beratnya
belum maksimum maka untuk batang tebal yang terjadi yaitu pada defleksi yang
terjadi kecil dikarenakan beban yang di kasih pada batang tengah belum
maksimum beratnya akibatnya defleksi yang terjadi pada batang tebal Cuma
sedikit di bandingkan dengan batang tipis.Bisa di analisa bahwa jika beban yang
di berikan pada batang tebal lebih berat maka deflekdii yang terjadi pada batang
tebal akan terjadi defleksi yang sangat besar di karenakan beban yang di berikan
lebih berat.
36

Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban


Tengah (B.Silindris)
4
3.5
3
Defleksi Pengujian
2.5 Defleksi Teoritis
2
1.5
1
0.5
0
150 200 250 300 350 400 450 500
Gambar 4.9 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Jepit-Rol Beban Tengah
(B.Silindris)

Pada Grafik di atas untuk Defleksi pengujian vs Teoritis jepit-rol beban


tengah batang selindris grafik yang terjadi pada batang selindris adalah pada
grafik hampir menyamai garis lurus,ini menyebkan kesalahan pada saat memberi
pembebana sehingga hasil yang di dapat pada dial indicator pun berbeda,dan salah
seorang praktikan salah mengoperasikan hasil pada dial indicator dan
menyebabkan grafik yang terjadi meningkat.
37

Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban


Tengah(B.Tipis)
18
16
14
Defleksi Pengujian
12
Defleksi Terotis
10
8
6
4
2
0
100 200 300 400 500 600 700 800

Gambar 4.10 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban


Tengah(B.Tipis)

Pada Grafik Defleksi Pengujian vs teoritis engsel-rol beban tengah untuk


batang,grafik yang terjadi pada batang tipis yaitu menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan fenomena lendutan pada tengah batang ini terjadi karena batang tpis
tidak mampu menahan beban maka yang terjadi peningkatan lendutann pada
batang tipissehingga untuk lendutan lebih besar dari pada defleksi teoritis yang
disebabkan karna batang tipis tidak mampu menahan beban.
38

Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban


Tengah(B.Tebal)
14

12

10 Defleksi Pengujian
Defleksi Teoritis
8

0
150 200 250 300 350 400 450 500 550
Gambar 4.11 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban
Tengah(B.Tebal)

Adapun hasil yang bisa kita lihat dari grafik perbandingani yaitu adanya
peningkatan padadefleksi teoritis ini disebabkan adanya ketidaktelitian praktikan
sehingga hasil yang di dapat jauh dari hasil yang sebenarnya,kemudian pada saat
meletakkan dial indicator tidak tepat beradad di titik yang d tentukan maka hasil
yang di dapatpun jauh berbeda.
39

Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban


Tengah (B.selindirs)
12

10

8 Defleksi Pengujian
Defleksi Teoritis
6

0
100 200 300 400 500 600 700
Gambar 4.12 Grafik Defleksi Pengujian VS Teoritis Engsel-Rol Beban Tengah
(B.selindirs)

Pada grafik bisa kita lihat bahwa grafik defleksi pada batang selindris
pengujian terjadi peningkatan lendutan sedangkan pada defleksi teoritis terjadi
penurunan defleksi hal inilah yang saya rasa adanya kesalahan pada praktikan.
Ini terjadi pada ketebalan pada batang selindrisdan ketebalan juga
menentuukan hasil dari defleksi,jika defleksi yang terjadi kecil maka beban yang
di berikan belum maksimum,dan ketebalan suatu batang juga menentukan suatu
defleksi.
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan dan pengolahan data yang telah dilakukan, penulis dapat
mengambil kesimpulan :
1. Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui fenomena
lendutan terjadi akibat ada beban yang bekerja pada batang. Perbedaan
besar defleksi juga diakibatkan oleh bentuk,panjang,bahan dari batang
kemudian tumpuan juga mempengaruhi besarnya defleksi misalkan pada
tumpuan sederhana rol-engsel itu defleksi terbesar terjadi pada bagian
yang terdekat pada beban. Lain halnya pada over hang tumpuan diletak
ditengah batang. Jadi defleksi sebelum tumpuan tengah bernilai negative(-)
atau defleksi terjadikeatas dan defleksi terbesar terjadi pada ujung batang.
2. Harga defleksi yang didapat dari hasil percobaan dengan hasil teoritis
berbeda, hal ini dapat dikarenakan peralatan atau benda uji sudah terlalu
banyak terdefleksi sehingga bentuk tidak simetris lagi dan mempengaruhi
data yang didapat.
5.2 Saran
Dari Percobaan praktikum yang telah dilakukan, penulis dapat memberi
saran sebagai berikut :
1. Praktikan diaharapkan untuk lebih hati-hati saat melakukan praktikum agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Sebelum memulai praktikum sebaiknya alat-alat yang digunakan untuk
praktikum sudah disiapkan agar tidak terjadi proses pinjam meminjam
pada praktikan lain karen akan mengganggu konsentrasi praktikan lain.
3. Praktikan harus behati-hati saat melakukan praktikum agar tidak ada alat
yang rusak nantinya.

34
DAFTAR PUSTAKA

Fenomena Dasar Mekanika. 2015. Laboratorium Getaran dan Diagnosa Mesin


Jurusan Teknik Mesin Universitas Diponegoro. Semarang
Jobsheet.2015. Praktikum Fenomena Dasar Getaran dan Diagnosa Mesin.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Mesin. 2015. Informasi Metode Perhitungan Defleksi www.teknikmesinindo.com.
Diakses pada 28 mei 2015

Anda mungkin juga menyukai