Disusun Oleh :
AMRULLOH ALI SAHBANA,
NIM : ( 1721201009 )
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Dasar Mata Kuliah Mekanika
Kekuatan Bahan dengan judul “DEFLEKSI, TEGANGAN PADA BALOK DAN
PUNTIRAN”. Tak lupa pula shalawat serta salam kita hadiahkan kepada junjungan kita
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna
seluruh risalah-Nya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan mekanika
bahan adalah perhitungan defleksi/lendutan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan dan beban punter/torsi pada suatu poros. Hal ini sangat penting terutama dari
segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada batang horizontal yang
diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.
1
3. TORSI / PUNTIRAN
1.1 Apa Pengertian torsi / puntiran
1.2 Bagaimana Sudut puntir poros
1.3 Bagaimana Torsi batang pejal berpenampang bulat
1.4 Bagaimana Torsi pada penampang berdinding tipis
1.5 Bagaimana Tegangan dan regangan akibat momen puntir
1.6Bagaimana diagram tegangan dan regangan
1.3 TUJUAN
1. DEFLEKSI
1.1 Mengetahui pengertian defleksi
1.2 Mengetahui hal - hal yang mempengaruhi defleksi
1.3 Mengetahui jenis - jenis tumpuan
1.4 Mengetahui jenis - jenis pembebanan
1.5 Mengetahui Jenis - Jenis Batang
1.6 Mengetahui Metode Perhitungan Defleksi
1.7 Mengetahui Penerapan defleksi
3. TORSI / PUNTIRAN
1.1 Mengetahui Pengertian torsi / puntiran
1.2 Mengetahui Sudut puntir poros
1.3 Mengetahui Torsi batang pejal berpenampang bulat
1.4 Mengetahui Torsi pada penampang berdinding tipis
1.5 Mengetahui Tegangan dan regangan akibat momen puntir
1.6 Mengetahui diagram tegangan dan regangan
1.4 MANFAAT
2
BAB II
PEMBAHASAN
Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok pada posisi awal
sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi
yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.
Gambar 1. (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu y akibat
adanya pembebanan dalam arah vertical. Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian
pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik tertentu yang yang harus
diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya yang akan dibebankan kepadanya.
Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima oleh suatu
konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan tersebut haruslah
disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis, seperti kekuatan
3
(strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan (stability). Pemilihan atau desain suatu
batang sangat bergantung pada segi teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan gaya geser dan
momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk
menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah
diizinkan. Suatu batang jika mengalami pembebanan lateral, baik itu beban terpusat
maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang
kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu
pembebanan.
Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum
mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral
setelah terjadi deformasi.
2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical. Alat ini
mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Penghubung yang
terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada
gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat
melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.
5
Gambar 3. Tumpuan Rol
3. Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan
gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel atau momen. Secara
fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu
bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu
komponen gaya dan sebuah momen.
1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.
6
Gambar 5. Pembebanan Terpusat
7
2.1.5 Jenis - Jenis Batang
3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.
8
4. Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.
Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.
P
A dari hukum hooke: E
LL /L E P
0 0
A
P
E / L0 A
P
E / L0 A
Pl
0
AE
9
2.Defleksi Kantilever dan Lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.
10
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi
Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung dengan
berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984) :
1. Metode Integrasi Ganda (Double Integrations)
2. Metode Luas Bidang Momen (Momen Area Method)
3. Metode Energi
4. Metode Superposisi
1. Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut kurva elastis
balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana menetapkan persamaan
kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan
terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan kedudukan balok
original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif. Lendutan dianggap kecil
sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original balok dengan proyeksi panjang
lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan kemiringannya pada setiap
sangat kecil. Harga kemiringan, tan q =dy / dx , dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat
sama dengan q, oleh karena itu
dy / dx
d dy
dan dx dx
11
Gambar 16. Metode Integrasi Ganda
ds d
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis sangat
datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh persamaan :
1 d d
ds dx atau
d 2 y dx2
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah
1
EIM
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh
EI d 2 y M
dx2
dy
EI dx Mdx C1
12
Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan kemiringan
atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M menyatakan persamaan
momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan C1 adalah konstanta yang dievaluasi
dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang integrasi persamaan diatas untuk memperoleh
EIy Mdxdx C1 C2
Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang dikehendaki guna
menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah konstanta integrasi lain yang harus
dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan pembebannya. Apabila kondisi pembebanan
dirubah sepanjang balok, maka persamaan momen akan berubah pula. Pengevaluasian
konstanta integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk
seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.
1
EIM
karena ds = r dq , maka
1 M d M
EI ds atau d EI ds
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada kesalahan
serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx. Dengan anggapan itu
kita peroleh :
M
d EI dx
13
Gambar 17. Sketsa Metode Luas Momen
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik
sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:
X
1 B
AB d EI X Mdx
A A
B
Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan balok
original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain
A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang
berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang
dipisahkan oleh sudut dq :
dt = xdq
tb / a dt x ( Md )
XA
1 X
B
t dt x ( Md )
b/a EI XA
14
Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang ditarik pada
A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Secara umum penyimpangan seperti
ini tidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teori metode momen luas dari
diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdx adalah luas elemen arsiran yang
berkedudukan pada jarak x dari ordinat melalui B karena integral M dx berarti jumlah
elemen, maka dinyatakan sebagai,
1 (luas)
AB EI AB
3.Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial linier, yaitu
semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya dikembangkan ke tingkat pertama
saja. Karena itu, penyelesaian persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh
di superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat
dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-
sendiri
M
w '' EIy
Q
w ''' EIy
q
wIV EIy
w w w
(x) 1( x ) 2( x)
Berlaku analog
w' w' w'
(x) 1( x ) 2( x)
MMM
Q Q Q
16
3.1 TEGANGAN DALAM BALOK
3.1.1 Pengertian Balok Melentur
Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja
secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan aksi
internal, atau resultan tegangan dalam bentuk tegangan normal, tegangan geser dan momen
lentur.
Beban samping (lateral loads) yang bekerja pada sebuah balok menyebabkan balok
melengkung atau melentur, sehingga dengan demikian mendeformasikan sumbu balok
menjadi suatu garis lengkung
Suatu tegangan x bekerja dalam arah normal terhadap penampang sebuah balok dari
regangan normal x. Tiap serat longitudinal dari sebuah balok hanya dikenakan beban
tarik dan tekan (yaitu, serat-serat dalam tegangan uniaksial). Sehingga diagram
tegangan-regangan bahan akan memberikan hubungan sebanding antara ( x )
dan ( x ). Jika bahannya elastis dengan suatu diagram
tegangan-regangan
linier, maka dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan
uniaksial E,dan diperoleh :
E x E Ky
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara linier
terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi tegangan ini digambarkan pada
Gambar 3.1, yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah permukaan netral apabila kopel Mo
17
bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel ini menghasilkan suatu kelengkungan
positif K dalam balok, meskipun menyatakan suatu momen lentur
negatif M.
Gambar 3.2. Tegangan-tegangan geser dalam sebuah balok berpenampang segi empat
persegi panjang
18
4.1 TEORI DASAR PUNTIRAN
4.1.1 Pengertian Puntiran
PUNTIRAN/Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh
kopel- kopel (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya.
Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen putar
(torque) atau momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama dengan
hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara garis
kerja dari masing-masing gaya
T Fd
TL
GJ
J = momeninersiakutub (m4)
19
4.1.3 Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat
Pada batang berbentuk siku empat, tegangan geser pada sudut-sudut adalah
nol. Sedang pada tengah-tengah sisi yang panjang tegangan tersebut menjadi
maksimum.
Gambar 8.4.
bc 2
Dimana:
T = momen puntir
L = panjang poros
G = modulus elatisitas geser
b = sisi panjang irisan siku empat
c = sisi pedek irisan siku empat
20
4.1.4 Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis
b) Regangan Geser
Regangan geser adalah perbandingan tegangan geser yang terjadi dengan
modulus elastisitasnya.
G
Dimana: G = modulus elastisitas geser, = tegangan geser
4.1.6 Diagram Tegangan Regangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan hasilnya
dengan standar yang telah ada.
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh gaya
penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi dikatakan
berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal ini, marilah kita
perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa
21
dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat
diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan molekul-
molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya
gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan oleh
beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar
molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan, sehingga keadaan
setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan terenggang. Dapat dilihat
nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus didampingi
regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih mudah bila
diperhatikan ‘benda tegar’, namun ini hanya merupakan suatu konsep; karena ada bahan yang
tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban,tanpa sebelumnya
mengalami perubahan bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu bidang khayal,
maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena pengaruh gaya luar yang
bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang
khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut ‘tegangan’) di suatu titik
pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang
diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat
bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang
yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen
luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut
diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
tegangan normal geser.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua macam
regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal; atau
lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan
regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat yang
paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan normal. Intensitas
22
regangan (biasanya disebut ‘regangan’ saja) untuk regangan normal, didefinisikan sebagai
perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula.
Diagram Tegangan-Regangan
23
BAB V
KESIMPULAN
1. Semakin kaku baja yang diuji maka defleksi yang terjadi akan lebih
kecil dibandingkan dengan baja yang lentur.
2. Semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi
pun akan semakin besar.
5. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan
pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.
SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.
Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. 1985. Kekuatan Bahan. Erlangga,
Jakarta.
http:// en.wikipwedia.org/wiki/ deflection-engineering/ diakses tanggal 15-10-
2013
Team Asisten LKM .2013. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.
Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-UNRI :
Pekanbaru
Nazaruddin.,Muftil Badri.2013.Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.
William T. Thomson “Teori getaran dengan penerapan”
26