Anda di halaman 1dari 29

“MAKALAH

DEFLEKSI, TEGANGAN PADA BALOK DAN PUNTIRAN”

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


MEKANIKA KEKUATAN BAHAN
Dosen pengampu :
H. Nurhadi Saputro, S.Pd. M.Eng

Disusun Oleh :
AMRULLOH ALI SAHBANA,
NIM : ( 1721201009 )

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS EKSAKTA
Januari 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Dasar Mata Kuliah Mekanika
Kekuatan Bahan dengan judul “DEFLEKSI, TEGANGAN PADA BALOK DAN
PUNTIRAN”. Tak lupa pula shalawat serta salam kita hadiahkan kepada junjungan kita
kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna
seluruh risalah-Nya.

Penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-


tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa memberikan motivasi dalam rangka
menyelesaikan Tugas Dasar Mata Kuliah Mekanika Kekuatan Bahan ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak H. Nurhadi Saputro, S.Pd. M.Eng selaku dosen pembimbing mata


kuliah Mekanika Kekuatan Bahan..
2. Juga kepada teman-teman satu kelas yang saling memberi dukungan dan
motivasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Blitar, 1 Januari 2019

Amrulloh Ali Sahbana

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTARi ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................. 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 1
1.3 TUJUAN ....................................................................................................... 2
1.4 MANFAAT ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3


2.1 TEORI DASAR DEFLEKSI ........................................................................ 3
2.1.1 Pengertian .............................................................................................. 3
2.1.2 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Defleksi ............................................... 4
2.1.3 Jenis - Jenis Tumpuan ............................................................................ 5
2.1.4 Jenis - Jenis Pembebanan ....................................................................... 8
2.1.5 Jenis - Jenis Batang ................................................................................ 8
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi ................................................................ 11
2.1.7 Penerapan .................................................................................................... 16

2.1 TEORI DASAR TEGANGAN PADA BALOK .......................................... 17


2.1.1 Pengertian .............................................................................................. 17
2.1.2 Tipe-tipe lenturan ................................................................................... 17
2.1.3 Tegangan normal pada balok ................................................................. 17
2.1.4 Tegangan geser pada balok .................................................................... 18

2.1 TEORI DASAR TORSI / PUNTIRAN ........................................................ 19


2.1.1 Pengertian .............................................................................................. 19
2.1.2 Sudut punter poros ................................................................................. 19
2.1.3 Torsi batang pejal berpenampang bulat ................................................. 20
2.1.4 Torsi pada penampang berdinding tipis ................................................. 21
2.1.5 Tegangan dan regangan akibat momen puntir ....................................... 21
2.1.6 diagram tegangan dan regangan .................................................................. 21

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 24


5.1 KESIMPULAN ........................................................................................... 24
5.2 SARAN ....................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mekanika bahan (mechanic of material) adalah cabang mekanika terapan yang
mengkaji tentang kelakuan benda-benda pejal yang dikenakan berbagai jenis pembebanan.
Bidang studi ini dikenal pula dengan beberapa nama lainya seperti “kekuatan
bahan”(strength of materials) dan “mekanika benda terdeformasi”(mechanic of deformable
bodie). Bena-benda pejal yang ditinjau dalam makalah ini mencakup batang yang dibebani
aksial, poros yang mengalami puntiran dan lain lain.

Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan mekanika
bahan adalah perhitungan defleksi/lendutan pada elemen-elemen ketika mengalami suatu
pembebanan dan beban punter/torsi pada suatu poros. Hal ini sangat penting terutama dari
segi kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada batang horizontal yang
diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah yang terdapat dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. DEFLEKSI
1.1 Apa pengertian defleksi
1.2 Apa saja hal - hal yang mempengaruhi defleksi
1.3 Apa saja jenis - jenis tumpuan
1.4 Apa saja jenis - jenis pembebanan
1.5 Apa saja Jenis - Jenis Batang
1.6 Bagaimana Metode Perhitungan Defleksi
1.7 Bagaimana Penerapan defleksi

2. TEGANGAN PADA BALOK


1.1 Apa Pengertian tegangan pada balok
1.2 Apa saja Tipe-tipe lenturan
1.3 Bagaimana Tegangan normal pada balok
1.4 bagaimana Tegangan geser pada balok

1
3. TORSI / PUNTIRAN
1.1 Apa Pengertian torsi / puntiran
1.2 Bagaimana Sudut puntir poros
1.3 Bagaimana Torsi batang pejal berpenampang bulat
1.4 Bagaimana Torsi pada penampang berdinding tipis
1.5 Bagaimana Tegangan dan regangan akibat momen puntir
1.6Bagaimana diagram tegangan dan regangan

1.3 TUJUAN
1. DEFLEKSI
1.1 Mengetahui pengertian defleksi
1.2 Mengetahui hal - hal yang mempengaruhi defleksi
1.3 Mengetahui jenis - jenis tumpuan
1.4 Mengetahui jenis - jenis pembebanan
1.5 Mengetahui Jenis - Jenis Batang
1.6 Mengetahui Metode Perhitungan Defleksi
1.7 Mengetahui Penerapan defleksi

2. TEGANGAN PADA BALOK


1.1 Mengetahui Pengertian tegangan pada balok
1.2 Mengetahui Tipe-tipe lenturan
1.3 Mengetahui Tegangan normal pada balok
1.4 Mengetahui Tegangan geser pada balok

3. TORSI / PUNTIRAN
1.1 Mengetahui Pengertian torsi / puntiran
1.2 Mengetahui Sudut puntir poros
1.3 Mengetahui Torsi batang pejal berpenampang bulat
1.4 Mengetahui Torsi pada penampang berdinding tipis
1.5 Mengetahui Tegangan dan regangan akibat momen puntir
1.6 Mengetahui diagram tegangan dan regangan

1.4 MANFAAT

1. Praktikan diharapkan dapat memperdalam pemahaman tentang


fenomena-fenomena yang terjadi pada defleksi, tegangan pada balok
dan torsi
2. Praktikan diaharapkan mampu menerapkan ilmu yang didapat pada
praktikum defleksi tegangan pada balok dan torsi ke dunia kerja
nantinya apabila diperlukan.
3. Dapat menghitung dan membandingkan hasil pengukuran defleksi.
tegangan pada balok dan torsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORI DASAR DEFLEKSI


2.1.1 Pengertian
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi pada balok secara
sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum
mengalami pembebanan.

Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1 (a) memperlihatkan balok pada posisi awal
sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1 (b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi
yang diasumsikan akibat aksi pembebanan.

Gambar 1. (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi

Defleksi juga merupakan perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu y akibat
adanya pembebanan dalam arah vertical. Pada semua konstruksi teknik, bagian-bagian
pelengkap suatu bangunan haruslah diberi ukuran-ukuran fisik tertentu yang yang harus
diukur dengan tepat agar dapat menahan gaya-gaya yang akan dibebankan kepadanya.

Kemampuan untuk menentukan beban maksimum yang dapat diterima oleh suatu
konstruksi adalah penting. Dalam aplikasi keteknikan, kebutuhan tersebut haruslah
disesuaikan dengan pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis, seperti kekuatan

3
(strength), kekakuan (stiffines), dan kestabilan (stability). Pemilihan atau desain suatu
batang sangat bergantung pada segi teknik di atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Pada kriteria kekuatan, desain beam haruslah cukup kuat untuk menahan gaya geser dan
momen lentur, sedangkan pada kriteria kekakuan, desain haruslah cukup kaku untuk
menahan defleksi yang terjadi agar batang tidak melendut melebihi batas yang telah
diizinkan. Suatu batang jika mengalami pembebanan lateral, baik itu beban terpusat
maupun beban terbagi rata, maka batang tersebut mengalami defleksi. Suatu batang
kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan melendut jika diberi suatu
pembebanan.
Deformasi dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum
mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral
setelah terjadi deformasi.

2.1.2 Hal - Hal Yang Mempengaruhi Defleksi


1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka defleksi batang yang akan terjadi pada batang
akan semakin kecil.

2. Besarnya kecil gaya yang diberikan


Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan besarnya
defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami batang maka
defleksi yang terjadi pun semakin kecil.

3. Jenis tumpuan yang diberikan


Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Defleksi pada
penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama. Semakin banyak reaksi dari
tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih
besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang terjadi pada batang


Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva defleksi
yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada bagian batang
yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang batang mengalami
beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik tertentu saja (Binsar
4
Hariandja, 1996). Salah satu faktor yang sangat menentukan besarnya defleksi pada batang
yang dibebani adalah jenis tumpuan yang digunakan.

2.1.3 Jenis - Jenis Tumpuan


1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya horizontal maupun
gaya vertikal yang bekerja padanya. Tumpuan yang berpasak mampu melawan gaya yang
bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi pada umumnya reaksi pada suatu tumpuan
seperti ini mempunyai dua komponen yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya
dalam arah vertikal. Tidak seperti pada perbandingan tumpuan rol atau penghubung, maka
perbandingan antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang terpasak tidaklah
tetap. Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah komponen statika harus
digunakan.

Gambar 2. Sketsa Tumpuan Engsel

2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertical. Alat ini
mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Penghubung yang
terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya hanya dalam arah AB rol. Pada
gambar dibawah hanya dapat melawan beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat
melawan suatu tegak lurus pada bidang cp.

5
Gambar 3. Tumpuan Rol

3. Tumpuan Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya reaksi
horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini mampu melawan
gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suaut kopel atau momen. Secara
fisik,tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu
bata. Mengecornya ke dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama. Suatu
komponen gaya dan sebuah momen.

Gambar 4. Tumpuan Jepit

2.1.4 Jenis - Jenis Pembebanan


Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya defleksi pada batang adalah jenis
beban yang diberikan kepadanya. Adapun jenis pembeban :

1. Beban Terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.

6
Gambar 5. Pembebanan Terpusat

2. Beban Terbagi Merata


Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan dalm qm
(kg/m atau KN/m).

Gambar 6. Pembebanan Terbagi Merata

3. Beban Bervariasi Uniform


Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya tidak
merata.

Gambar 7. Pembebanan Bervariasi Uniform

7
2.1.5 Jenis - Jenis Batang

1. Batang Tumpuan Sederhana


Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.

Gambar 8. Batang Tumpuan Sederhana


2. Batang Kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 9. Batang Kartilever

3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

Gambar 10. Batang Overhang

8
4. Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 11. Batang MeneruS

Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.
Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.

Gambar 12. Defleksi Aksial

P
  A dari hukum hooke:   E
LL /L E  P
0 0
A

P
E   / L0   A
P
E   / L0   A

Pl
 
0

AE

9
2.Defleksi Kantilever dan Lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.

Gambar 13. Defleksi Kantilever

Gambar 14. Defleksi Lateral Secara Tegak Lurus Penampang


3.Defleksi Oleh Gaya Geser atau Puntir Pada Batang

Unsur-unsur dari mesin haruslah tegar untuk mempertahankan


ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Suatu batang kontinu
yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban lentur.

Gambar 15. Defleksi Karena Adanya Momen Puntir

10
2.1.6 Metode Perhitungan Defleksi
Defleksi yang terjadi disetiap titik pada batang tersebut dapat dihitung dengan
berbagai metode, antara lain (Popov, E.P., 1984) :
1. Metode Integrasi Ganda (Double Integrations)
2. Metode Luas Bidang Momen (Momen Area Method)
3. Metode Energi
4. Metode Superposisi
1. Metode Integrasi Ganda
Pandangan samping permukaan netral balok yang melendut disebut kurva elastis
balok (lihat gambar). Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana menetapkan persamaan
kurva ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan
terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai origin sumbu x searah dengan kedudukan balok
original tanpa lendutan, dan sumbu Y arah keatas positif. Lendutan dianggap kecil
sehingga tidak terdapat perbedaan panjang original balok dengan proyeksi panjang
lendutannya. Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan kemiringannya pada setiap
sangat kecil. Harga kemiringan, tan q =dy / dx , dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat
sama dengan q, oleh karena itu
  dy / dx

d  dy
dan dx  dx

11
Gambar 16. Metode Integrasi Ganda

ds   d
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis sangat
datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh persamaan :

1 d  d 
  ds  dx atau

d 2 y  dx2
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah


1
EIM
1
Dengan menyamakan harga  dari persamaan diatas, kita peroleh

EI d 2 y  M

dx2

Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis balok.


Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok. Apabila
persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI diperoleh :

dy
EI dx  Mdx  C1

12
Persamaan diatas adalah persamaan kemiringan yang menunjukkan kemiringan
atau harga dy / dx pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M menyatakan persamaan

momen yang dinyatakan dalam terminologi x, dan C1 adalah konstanta yang dievaluasi

dari kondisi pembebanan tertentu. Sekarang integrasi persamaan diatas untuk memperoleh

EIy  Mdxdx  C1  C2

Persamaan diatas adalah persamaan lendutan kurva elastis yang dikehendaki guna
menunjukkan harga y untuk setiap harga x; 2 C adalah konstanta integrasi lain yang harus
dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan pembebannya. Apabila kondisi pembebanan
dirubah sepanjang balok, maka persamaan momen akan berubah pula. Pengevaluasian
konstanta integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk
seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.

2. Metode Luas Bidang Momen


Metode yang berguna untuk menetapkan kemiringan dan lendutan batang
menyangkut luas diagram momen dan momen luas adalah metode momen luas. Motode
momen luas mempunyai batasan yang sama seperti metode integrasi ganda. Kurva elastis
merupakan pandangan samping permukaan netral, dengan lendutan yang diperbesar,
diagram momen. Jarak busur diukur sepanjang kurva elastis antara dua penampang sama
dengan r ´dq , dimana r adalah jari-jari lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu.
Dari persamaan momen lentur diperoleh:


1
EIM
karena ds = r dq , maka

1 M d  M
  EI ds atau d  EI ds

Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada kesalahan
serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds = proyeksi dx. Dengan anggapan itu
kita peroleh :

M
d  EI dx

13
Gambar 17. Sketsa Metode Luas Momen
Perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik
sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:

X
1 B

 
AB   d  EI X Mdx 
A A
B

Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan balok
original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini pada setiap titik lain
A adalah jumlah pintasan dt yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang
berdekatan. Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang
dipisahkan oleh sudut dq :
dt = xdq

oleh karena itu


XB

tb / a   dt   x ( Md )

XA

Dengan memasukkan harga dq, diperoleh

1 X
B

t  dt  x ( Md )
b/a  EI XA
14
Panjang b a t / dikenal sebagai penyimpangan B dari garis singgung yang ditarik pada
A, atau sebagai penyimpangan tangensial B terhadap A. Secara umum penyimpangan seperti
ini tidak sama.
Pengertian geometris mengembangkan dasar teori metode momen luas dari
diagram momen yang mana kita melihat bahwa Mdx adalah luas elemen arsiran yang
berkedudukan pada jarak x dari ordinat melalui B karena integral M dx berarti jumlah
elemen, maka dinyatakan sebagai,

  1 (luas) 
AB EI AB

3.Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial linier, yaitu
semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya dikembangkan ke tingkat pertama
saja. Karena itu, penyelesaian persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh
di superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat
dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat masing-masing beban yang bekerja sendiri-
sendiri
M
w ''  EIy

Q
w '''  EIy

q
wIV  EIy

w w w
(x) 1( x ) 2( x)

Berlaku analog
w' w' w'
(x) 1( x ) 2( x)

MMM
Q Q Q

Gambar 18. Metode Superposisi


15
2.1.7 PENERAPAN
Adapun pengaplikasian pada defleksi ini adalah sebagai berikut :
1. Jembatan
Disinilah dimana aplikasi lendutan batang mempunyai perananan yang sangat
penting. Sebuah jembatan yang fungsinya menyeberangkan benda atau kendaraan
diatasnya mengalami beban yang sangat besar dan dinamis yang bergerak diatasnya. Hal
ini tentunya akan mengakibatkan terjadinya lendutan batang atau defleksi pada batang-
batang konstruksi jembatan tersebut. Defleksi yang terjadi secara berlebihan tentunya akan
mengakibatkan perpatahan pada jembatang tersebut dan hal yang tidak diinginkan dalam
membuat jembatan.
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk mentransmisikan
gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara radial. Ini yang menyebabkan
terjadinya defleksi pada batang poros transmisi. Defleksi yang terjadi pada poros membuat
sumbu poros tidak lurus. Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran
pada pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis yang berputar
pada sumbunya.
3. Rangka (Chasis) Kendaraan
Kendaraan-kendaraan pengangkut yang berdaya muatan
besar,memilikikemungkinan terjadi defleksi atau lendutan batang-batang penyusun
konstruksinya.
4. Konstruksi Badan Pesawat Terbang
Pada perancangan sebuah pesawat material-material pembangunan pesawat tersebut
merupakan material-material ringan dengan tingkat elestitas yang tinggi namun memiliki
kekuatan yang baik. Oleh karena itu,diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui
defleksi yang terjadi pada material atau batang-batang penyusun pesawat tersebut,untuk
mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang menyebabkan perpatahan atau fatik
karena beban terus-menerus.
5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat dianggap dijepit pada
menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat mengangkat material kemungkinan untuk terjadi
defleksi. Pada konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya bebas tak
bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan maksimum yang
boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut

16
3.1 TEGANGAN DALAM BALOK
3.1.1 Pengertian Balok Melentur
Balok melentur adalah suatu batang yang dikenakan oleh beban-beban yang bekerja
secara transversal terhadap sumbu pemanjangannya. Beban-beban ini menciptakan aksi
internal, atau resultan tegangan dalam bentuk tegangan normal, tegangan geser dan momen
lentur.
Beban samping (lateral loads) yang bekerja pada sebuah balok menyebabkan balok
melengkung atau melentur, sehingga dengan demikian mendeformasikan sumbu balok
menjadi suatu garis lengkung

3.1.2 Tipe-Tipe Lenturan


1. Lenturan Murni (Pure Bending)
Lenturan dihasilkan oleh kopel dan tidak ada gaya geser transversal yang bekerja
pada batang. Balok dengan lenturan murni hanya mempunyai tegangan normal (tegangan
lentur tarik dan tekan).

2. Lenturan Biasa (Ordinary Bending)


Lenturan dihasilkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada batang dan tidak terdapat
kopel. Balok dengan lenturan biasa mempunyai tegangan normal dan tegangan geser.

3.1.3 Tegangan Normal pada Balok

Suatu tegangan x bekerja dalam arah normal terhadap penampang sebuah balok dari

regangan normal x. Tiap serat longitudinal dari sebuah balok hanya dikenakan beban
tarik dan tekan (yaitu, serat-serat dalam tegangan uniaksial). Sehingga diagram
tegangan-regangan bahan akan memberikan hubungan sebanding antara ( x )
dan ( x ). Jika bahannya elastis dengan suatu diagram

tegangan-regangan

linier, maka dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan
uniaksial E,dan diperoleh :

E x E Ky
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara linier

terhadap jarak y dari permukaan netral. Jenis distribusi tegangan ini digambarkan pada
Gambar 3.1, yaitu tegangan relatif (tekan) di bawah permukaan netral apabila kopel Mo

17
bekerja dalam arah yang ditunjukkan. Kopel ini menghasilkan suatu kelengkungan
positif K dalam balok, meskipun menyatakan suatu momen lentur
negatif M.

Gambar 3.1. Penyebaran tegangan normal pada sebuah


balok dari bahan elastis linier

3.1.4 Tegangan Geser pada Balok


Apabila sebuah balok dikenakan pelenturan tak merata, maka momen lentur
M dan gaya lintang V kedua-duanya bekerja pada penampang. Tegangan normal (σx ) yang
berhubungan dengan momen-momen lentur diperoleh dari rumus lentur. Kasus sederhana
dari sebuah balok berpenampang empat persegi panjang yang lebarnya b dan tingginya h
(Gambar 2), dapat dimisalkan bahwa tegangan geser τ bekerja sejajar dengan gaya lintang V
(yaitu, sejajar dengan bidang-bidang vertikal penampang). Dimisalkan juga bahwa
distribusi tegangan geser sama rata sepanjang arah lebar balok. Kedua penjelasan ini akan
memungkinkan untuk menentukan secara lengkap distribusi tegangan geser yang bekerja
pada penampang

Gambar 3.2. Tegangan-tegangan geser dalam sebuah balok berpenampang segi empat
persegi panjang

18
4.1 TEORI DASAR PUNTIRAN
4.1.1 Pengertian Puntiran
PUNTIRAN/Torsi adalah suatu pemuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh
kopel- kopel (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya.
Kopel-kopel yang menghasilkan pemuntiran sebuah batang disebut momen putar
(torque) atau momen puntir (twisting moment). Momen sebuah kopel sama dengan
hasil kali salah satu gaya dari pasangan gaya ini dengan jarak antara garis
kerja dari masing-masing gaya

T Fd

4.1.2. Sudut Puntir Batang

Selama pemuntiran, terjadi perputaran terhadap sumbu longitudinal dari salah


satu ujung batang terhadap ujung lainnya sehingga membentuk sudut yang disebut
sudut puntir (angle of twist).

TL
GJ

Gambar 8.2. Sudut Puntir pada Batang

Dimana: = sudutpuntir (rad),


T = torsi (Nm),
L = panjangbatang (m)

G = modulus elastisitasgeser (N/m2),

J = momeninersiakutub (m4)

19
4.1.3 Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat

Untuk batang-batang yang bukan melingkar, irisan yang tegak lurus


terhadap sumbu bagian struktur akan melengkung bila dikenakan momen puntir

Gambar 8.3. Torsi pada Batang Pejal Berpenampang Tidak Bulat

Pada batang berbentuk siku empat, tegangan geser pada sudut-sudut adalah
nol. Sedang pada tengah-tengah sisi yang panjang tegangan tersebut menjadi
maksimum.

Gambar 8.4.

Tegangan geser maksimum: max T

bc 2
Dimana:
T = momen puntir
L = panjang poros
G = modulus elatisitas geser
b = sisi panjang irisan siku empat
c = sisi pedek irisan siku empat

Sudut puntir: TL/ bc 3 G

Parameter dan tergantung pada perbandingan (b/c)

20
4.1.4 Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis

Gambar 8.5. Torsi pada Bagian Pipa Berdinding Tipis


Momen puntir total T yang dihasilkan oleh tegangan-tegangan geser adalah:
T 2Am q
Keterangan: q = aliran geser (shear flow)

Am = luas yang dibatasi oleh garis tengahkeliling tabung tipis (luas


median)

4.1.5Tegangan dan Regangan Akibat Momen Puntir


a) Tegangan Geser
Tegangan geser adalah intesitas gaya yang bekerja sejajar dengan bidang dari
luas permukaan. Persamaan umum tegangan geser pada
sebarang titik dengan jarak r dari pusat penampang adalah: Tr/j

b) Regangan Geser
Regangan geser adalah perbandingan tegangan geser yang terjadi dengan
modulus elastisitasnya.
G
Dimana: G = modulus elastisitas geser, = tegangan geser
4.1.6 Diagram Tegangan Regangan
Kekuatan bahan bukanlah kriteria satu-satunya yang harus diperhitungkan dalam
perencanaan struktur. Kekakuan bahan selalu sama pentingnya. Dengan
derajat lebih kecil, sifat seperti kekerasan, ketangguhan, dan keliatan menetapkan pemilihan
bahan sifat ini ditetapkan dengan membuat pengujian bahan dan membandingkan hasilnya
dengan standar yang telah ada.

Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh gaya
penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal tadi dikatakan
berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya internal ini, marilah kita
perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa

21
dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat
diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah sesaat.

Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah dan molekul-
molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya
gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan oleh
beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar
molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.

Gaya-gaya di dalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan, sehingga keadaan
setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan terenggang. Dapat dilihat
nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan, tegangan dalam bahan harus didampingi
regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan perhitungan, seringkali lebih mudah bila
diperhatikan ‘benda tegar’, namun ini hanya merupakan suatu konsep; karena ada bahan yang
tegar sempurna, dan tidak ada benda nyata yang dapat menahan beban,tanpa sebelumnya
mengalami perubahan bentuk.

Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu bidang khayal,
maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang karena pengaruh gaya luar yang
bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang
khayal ini. Intensitas tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut ‘tegangan’) di suatu titik
pada bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.

Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang
diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat
bersifat tarik (tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang
yang diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen
luasan membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya tersebut
diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta menghasilkan kombinasi tegangan-
tegangan normal geser.

Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan. Ada dua macam
regangan. Bahan dapat membesar atau mengecil dan menghasilkan regangan normal; atau
lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap yang lain dan menghasilkan
regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau komprensi sederhana, akibat yang
paling jelas terlihat adalah perubahan panjang batang, yaitu regangan normal. Intensitas
22
regangan (biasanya disebut ‘regangan’ saja) untuk regangan normal, didefinisikan sebagai
perbandingan perubahan ukuran terhadap ukuran semula.

Diagram Tegangan-Regangan

23
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Semakin kaku baja yang diuji maka defleksi yang terjadi akan lebih
kecil dibandingkan dengan baja yang lentur.

2. Semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi
pun akan semakin besar.

3. Besarnya defleksi maksimum cenderung terjadi pertengahan batang.

4. Defleksi pengujian jauh berbeda dengan defleksi teori.

5. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban
maka defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan
pin (pasak) dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari
tumpuan jepit.

6. Kebenaran dari rumus-rumus teoritis berbeda dengan hasil pengujian.

SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:

1. Pastikan kedataran permukaan poros dan pelat antara tumpuan engsel


dan rol, karena kedataran permukaan sangat mempengaruhi hasil
perhitungan. Jika permukaan tidak rata lakukan peyetelan, dalam
praktikum ini penyetelan bisa dilakukan pada tumpuan rol.

2. Pada saat pengujian, posisi sensor dial indikator harus menyentuh


permukaan benda yang akan diuji, dan jarum dial indicator harus
menunjukan angka nol.
24
3. Alat uji harus dilakukan kalibrasi lagi agar hasil hasilnya bisa lebih
presisi lagi.

4. Kemungkinan error yang terjadi pada praktikum ini, sehingga perlu


adanya ketelitian dalam proses peletakan beban dan memposisikan dial
indikator.

25
DAFTAR PUSTAKA

 Spotss, M.F, & Shoup, T.E. 2004. Design of Machine Elements. New York.
Prentice-Hall, Inc.

 Singer, Ferdinand L, Pytel Andrew. 1985. Kekuatan Bahan. Erlangga,
Jakarta.

 http:// en.wikipwedia.org/wiki/ deflection-engineering/ diakses tanggal 15-10-
2013

 Team Asisten LKM .2013. Panduan Pratikum Fenomena dasar Mesin Bid.
Konstruksi Mesin Dan Perancangan.Jurusan Teknik Mesin FT-UNRI :
Pekanbaru

 Nazaruddin.,Muftil Badri.2013.Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin.

 William T. Thomson “Teori getaran dengan penerapan”

26

Anda mungkin juga menyukai