Anda di halaman 1dari 44

TUGAS TURBIN 2

BRAYTON CYCLE

DOSEN

YOGA YULASMANA, S.T., M.T.

DISUSUN OLEH:

EGY BACHTIAR SAMUDRA


IMAM PANDE SETIA
JOSHUA DEKY LODEWIK ROHIE
MUHAMMAD SYUKRON
DESSY AMELIA NURRAHMAWATI
DESMA WELLEN SANTA ENAB
RENALDI THEODORUS DANI BORO

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PENERBANGAN
2019/2020

UNIVERSITAS NURTANIO BANDUNG

I|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I

DAFTAR ISI II

BAB I ASPEK INTI

I) SEJARAH III
II) APLIKASI VI
III) PERHITUNGAN IX
IV) DESAIN/METODE XV
V) KEUNTUNGAN & KERUGIAN XXII
VI) LANJUTAN/PENGEMBANGAN XXIV

BAB II ASPEK JURNAL

ABSTRAK XXVI

I) PENDAHULUAN XXVI
II) PEMBAHASAN:
i. KOMPONEN XXVII
ii. PRINSIP SIKLUS BRAYTON
XXVII
iii. EFISIENSI SIKLUS BRAYTON XXXI
iv. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SIKLUS BRAYTON XXXIII
v. PERBANDINGAN SIKLUS BRAYTON DAN OTTO XXXIV
vi. METODE UNTUK MENINGKATKAN DAYA BRAYTON XXXIV
vii. METODE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BRAYTON XXXV
viii. PENGEMBANGAN SIKLUS BRAYTON XXXVII

ix. PENERAPAN SIKLUS BRAYTON DALAM TEKNIK


XXXIX
III) KESIMPULAN XLI
IV) REFERENSI JURNAL XLIII
V) DAFTAR PUSTAKA XLIV

II | P a g e
(RENALDI THEODORUS DANI BORO)

BAB 1 ASPEK INTI

I. SEJARAH 

Pada tahun 1872, George Brayton mengajukan paten untuk "Ready Motor"
-nya, mesin tekanan konstan yang membalas. Mesinnya dua tak dan menghasilkan
tenaga di setiap revolusi. Mesin Brayton menggunakan kompresor piston terpisah
dan piston expander, dengan udara tekan yang dipanaskan oleh api internal ketika
memasuki silinder expander. Versi pertama dari mesin Brayton adalah mesin uap
yang mencampur bahan bakar dengan udara saat memasuki kompresor
melalui karburator permukaan yang dipanaskan . [2] Bahan bakar / udara
terkandung dalam reservoir / tangki dan kemudian dimasukkan ke silinder
ekspansi dan dibakar. Saat campuran bahan bakar / udara memasuki silinder
ekspansi, itu dinyalakan oleh api pilot. Layar digunakan untuk mencegah api
masuk atau kembali ke reservoir. Pada versi awal mesin, layar ini terkadang gagal
dan ledakan akan terjadi. Pada tahun 1874, Brayton menyelesaikan masalah
ledakan dengan menambahkan bahan bakar sesaat sebelum silinder
expander. Mesin sekarang menggunakan bahan bakar yang lebih berat seperti
minyak tanah dan bahan bakar minyak. Pengapian tetap menjadi nyala
percontohan. Brayton memproduksi dan menjual "Motor Siap" untuk melakukan
berbagai tugas seperti memompa air, operasi pabrik, menjalankan generator, dan
penggerak laut. "Motor Siap" diproduksi dari tahun 1872 hingga sekitar tahun
1880-an; beberapa ratus motor seperti itu kemungkinan diproduksi selama periode
waktu ini. Brayton melisensikan desain ke Simone di Inggris. Banyak variasi tata
letak yang digunakan; beberapa akting tunggal dan beberapa akting
ganda. Beberapa di bawah balok berjalan; yang lain memiliki balok jalan di atas
kepala. Kedua model horizontal dan vertikal dibangun. Ukuran berkisar dari
kurang dari satu hingga lebih dari 40 tenaga kuda. Kritik waktu itu mengklaim
mesin berjalan dengan lancar dan memiliki efisiensi yang masuk akal.

III | P a g e
Mesin siklus Brayton adalah beberapa mesin pembakaran internal pertama
yang digunakan untuk tenaga motif. Pada tahun 1875, John Holland menggunakan
mesin Brayton untuk menggerakkan kapal selam self-propelled pertama di dunia
(Holland boat # 1). Pada tahun 1879, mesin Brayton digunakan untuk
menggerakkan kapal selam kedua, Ram Fenian . Kapal selam John Philip
Holland dilestarikan di Museum Paterson di Distrik Bersejarah Great Great Falls ,
Paterson, New Jersey .   

Pada 1878, George B. Selden mematenkan mobil pembakaran internal


pertama. Terinspirasi oleh mesin pembakaran internal yang diciptakan oleh
Brayton yang ditampilkan di Centennial Exposition di Philadelphia pada tahun
1876, Selden mematenkan mobil roda empat yang bekerja pada versi
multicylinder yang lebih kecil, lebih ringan, dan multicylinder. Dia kemudian
mengajukan serangkaian amandemen pada aplikasinya yang memperpanjang
proses hukum, mengakibatkan penundaan 16 tahun sebelum paten diberikan pada
5 November 1895. Pada 1903, Selden menggugat Ford karena pelanggaran paten
dan Henry Ford melawan paten Selden sampai 1911. Selden tidak pernah benar-
benar menghasilkan mobil yang berfungsi, jadi selama persidangan, dua mesin
dibangun sesuai dengan gambar paten. Ford berpendapat bahwa mobilnya
menggunakan siklus Alphonse Beau de Rochas atau Otto cycle empat-tak dan
bukan mesin siklus Brayton yang digunakan dalam mobil Selden. Ford
memenangkan banding dari kasus aslinya.  

Pada tahun 1887, Brayton mengembangkan dan mematenkan mesin injeksi


langsung empat langkah (paten AS # 432.114 tahun 1890, aplikasi diajukan pada
tahun 1887). Sistem bahan bakar menggunakan pompa dengan kuantitas variabel
dan injeksi jenis semprotan dengan bahan bakar cair, tekanan tinggi. Cairan itu
dipaksa melalui katup pegas tipe relief (injektor) yang menyebabkan bahan bakar
dibagi menjadi butiran kecil. Injeksi waktunya terjadi pada atau dekat puncak dari
langkah kompresi. Penyala platinum menyediakan sumber penyalaan. Brayton
menggambarkan penemuan ini sebagai: "Saya telah menemukan bahwa minyak
berat dapat diubah secara mekanis menjadi kondisi yang terpecah halus dalam

IV | P a g e
bagian penembakan silinder, atau dalam ruang penembakan yang berkomunikasi."
Bagian lain berbunyi, "Saya telah untuk pertama kalinya, sejauh pengetahuan saya
meluas, kecepatan teregulasi dengan secara variatif mengendalikan pelepasan
langsung bahan bakar cair ke ruang bakar atau silinder ke dalam kondisi yang
terbagi sangat baik untuk pembakaran langsung. "Ini kemungkinan mesin pertama
yang menggunakan sistem lean-burn untuk mengatur kecepatan dan output
engine. Dengan cara ini, mesin yang ditembakkan pada setiap power stroke dan
kecepatan serta output dikendalikan hanya oleh jumlah bahan bakar yang
diinjeksikan. 

Pada tahun 1890, Brayton mengembangkan dan mematenkan mesin


minyak empat langkah, ledakan udara (paten AS # 432.260). Sistem bahan bakar
mengirimkan sejumlah variabel bahan bakar yang diuapkan ke pusat silinder di
bawah tekanan pada atau di dekat puncak langkah kompresi. Sumber penyalaan
adalah penyala yang terbuat dari kawat platinum. Sebuah pompa injeksi kuantitas-
variabel menyediakan bahan bakar ke injektor di mana ia dicampur dengan udara
saat memasuki silinder. Kompresor kecil yang digerakkan engkol menyediakan
sumber udara. Mesin ini juga menggunakan sistem lean-burn. 

Rudolf Diesel awalnya mengusulkan siklus suhu konstan yang sangat


tinggi kompresi di mana panas kompresi akan melebihi panas pembakaran, tetapi
setelah beberapa tahun percobaan, ia menyadari bahwa siklus suhu konstan tidak
akan bekerja di mesin piston. Mesin Diesel awal menggunakan sistem ledakan
udara yang dipelopori oleh Brayton pada tahun 1890. Akibatnya, mesin awal ini
menggunakan siklus tekanan konstan.  

Seperti halnya turbin uap yang merupakan adaptasi dari mesin piston uap,
turbin gas juga merupakan adaptasi dari mesin tekanan konstan piston awal. 

V|Page
(EGY BACHTIAR SAMUDRA) 
II. APLIKASI 

Siklus Brayton menjadi konsep dasar untuk setiap mesin turbin gas. Siklus
termodinamika ini dikembangkan pertama kali oleh John Barber pada tahun 1791,
dan disempurnakan lebih lanjut oleh George Brayton. Pada awal penerapan siklus
ini, Brayton dan ilmuwan lainnya mengembangkan mesin reciprocating
dikombinasikan dengan kompresor. Mesin tersebut berdampingan dengan mesin
Otto diaplikasikan pertama kali ke otomotif roda empat. Namun mesin Brayton
kalah pamor dengan mesin Otto empat silinder yang dikembangkan oleh Henry
Ford. Pada perkembangan selanjutnya, siklus Brayton lebih diaplikasikan khusus
ke mesin-mesin turbojet dan turbin gas. 

1. Boeing X-51 Scramjet (juga dikenal sebagai X-51 Waverider ) 

Pada 1990-an, Air Force Research Laboratory (Africana) memulai


program Hytech untuk propulsi hipersonik. Pratt & Whitney menerima kontrak

VI | P a g e
untuk mengembangkan mesin scramjet hidrokarbon berbahan bakar dari Afrls
yang menyebabkan perkembangan mesin SJX61. Mesin SJX61 awalnya
dimaksudkan untuk NASA 10-43C, yang akhirnya dibatalkan. Mesin ini
diterapkan pada program Africana ini Scramjet Mesin Demonstran pada akhir
2003. [4] Kendaraan uji terbang scramjet ditunjuk 10-51 pada 27 September
2005.  

10-51A bawah sayap B-52 di Angkatan Udara Edwards Pangkalan, Juli


2009 Demonstrasi penerbangan, 10-51 dibawa oleh B-52 ke ketinggian sekitar
50.000 kaki (15 km; 9,5 mil). Dan kemudian dirilis di atas Samudera Pasifik [6]
The 10-51 awalnya didorong oleh MGM-140 ATACMS solid rocket booster
sekitar Mach 4,5 (3.000 mph; 4.800 km / jam). booster kemudian disingkirkan dan
kendaraan Pratt & Whitney Rocketdyne scramjet SJY61 mempercepat untuk
penerbangan kecepatan tertinggi dekat Mach 6 (4.000 mph; 6400 km / h). [7] [8]
The 10-51 penggunaan JP-7 bahan bakar untuk scramjet SJY61 membawa
beberapa 270 lb (120 kg) 

2. SR-71 Blackbird 

 Ciri-ciri umum : 

 Kru: 2 
 Daya muat: 3,500 lb of sensors 

VII | P a g e
 Panjang: 107 ft 5 in 
 Rentang sayap: 55 ft 7 in 
 Tinggi: 18 ft 6 in 
 Luas sayap: 1,800 ft2 
 Berat kosong: 67,500 lb 
 Berat isi: 170,000 lb 
 Berat maksimum saat lepas landas: 172,000 lb 
 Mesin: 2 × Pratt & Whitney J58-1 continuous-bleed afterburning turbojet,
32,500 lbf masing-masing 
 Wheel track: 16 ft 8 in (5.08 m) 
 Wheel base: 37 ft 10 in (11.53 m) 
 Aspect ratio: 1.7 

Kinerja : 

 Laju maksimum: Mach 3.2+ (2,200+ mph, 3,530+ km/h, 1,900+ knots) at


80,000 ft(24,000 m) 
 Jangkauan: 2,900 nmi 
 Jangkauan feri: 3,200 nmi (5,925 km) 
 Langit-langit batas: 85,000 ft 
 Laju tanjak: 11,810 ft/min 
 Beban sayap: 94 lb/ft² 
 Dorongan/berat: 0.382 

VIII | P a g e
(DESMA WELLEN SANTA ENAB) 
III. PERHITUNGAN 

Efisiensi Siklus Brayton 

Perhitungan Energi Panas / Kalor Masuk (qin): 

qin = h3 – h2 = cp ( T3 – T2 ) 

Perhitungan Energi Panas Keluar (qout): 

qout = h4 – h1 = cp ( T4 – T1 ) 

Perhitungan efisiensi 

dimana: 

η th   = Efisiensi Termal Siklus Brayton 

T1     = Temperatur Udara Inlet Kompresor (Atmosfer) 

T2     = Temperatur Udara Outlet Kompresor 

P1     = Tekanan Udara Inlet Kompresor (Atmosfer) 

P2     = Tekanan Udara Outlet Kompresor 

Γ       = Rasio Kapasitas Kalor (Γ Udara Pada 20°C Adalah 1,67) 

Contoh Perhitungan Siklus Baryton (Turbin)

IX | P a g e
SIKLUS BRAYTON SEDERHANA
 Data Input
Data Input diperoleh pada parameter-parameter yang ada pada Unit PLTG,
sebagai
berikut :
- Beban : 17,0 MW = 17000 kW
- Temperatur Udara Lingkungan (T1) : 25 ºc = 298 K
- Temperatur Udara Tekan (T2) : 318 ºc = 591 K
- Temperatur Gas Buang (T4) : 500 ºc = 773 K
- Tekanan Udara Lingkungan (P1) : 1 Atm = 101,33 Kpa
- Tekanan Udara Tekan (Gage) (P2.Gage) : 7,3 Bar = 730 Kpa
- Tekanan Absolut Udara Tekan (P2) : P2.Gage + 1 Atm = 831,33 Kpa
- Debit Aliran Bahan Bakar (Qfuel) : 7740 Liter/Jam =7,740m3/Jam
- Berat jenis bahan bakar (fuel) : 826,1 kg/m3
- Laju aliran massa bahan bakar ( ṁ fuel ) : 1,776 kg/s
- Nilai kalor bahan bakar (LHV) : 7956,47 kkal/liter =40324,6kJ/kg
- Laju aliran massa udara ( ṁ udara) : 896825 lbs/hr = 113 kg/s\

 Data Output
Data Output diperoleh melalui proses perhitungan, dimana data ini meliputi antara
lain :
- Temperatur Udara Tekan Ideal (T2S)
- Temperatur Ruang Bakar (T3)
- Temperatur Gas Buang Ideal (T4S)
- Panas Masuk Sistem Ideal (qin.s)
- Efisiensi Kompresor (c )
- Kerja Turbin Ideal (WTs)
- Kerja turbin aktual (WT)
- Efisiensi Turbin (T )
- Nisbah Kerja Balik Ideal (Bwrs)

X|Page
- Nisbah Kerja Balik Aktual (Bwr)
- Kerja Bersih Sistem Ideal (Wnet-s)
- Kerja Bersih Sistem Aktual (Wnet)
- Efisiensi Termal Ideal Siklus Brayton (th.s)
- Efisiensi Termal Aktual Siklus Brayton (th)
- Daya Bersih Ideal (Pnet-s)
- Daya Bersih Aktual (Pnet)

A. Temperatur Udara Tekan Ideal (T2s)


k−1
P2
( )
T2s = T1 .
P1
k

1,4 −1
831,33 kPa
T = 298 K (
101,33 kPa )
1,4
2s .

T2s = 544,l04 K

B. Temperatur Ruang Bakar (T3)


(ṁ. LHV )fuel
T3 = T2 +
(ṁ . Cp) air
(1,776 kg /s .40324,6 kJ /kg)fuel
T3 = 591 + .
(113 kg/ s .1005 kJ /(kg . K ))air
T3 = 1221,66 K

C. Temperatur Gas Buang Ideal (T4s)


k−1
P4
( )
T4s = T3 .
P3
k

1,4 −1
101,33 kPa
T = 298 K (
831,33 kPa )
1,4
4s .

T4s = 669,17 K

D. Panas Masuk Sistem Ideal (qin.s)


qin = h3 – h2s = Cp. (T3-T2s)

XI | P a g e
qin = 1,005 kJ/(kg.K) . (1221,66 K – 544,04 K)
qin = 681,01 kJ/kg
E. Panas Masuk Sistem Aktual (qin)
qin = h3 – h2 = Cp. (T3-T2)
qin = 1,005 kJ/(kg.K) . (1221,66 K - 591 K)
qin = 633,83 kJ/kg

F. Panas Keluar Sistem Ideal (qout.s)


qout.s = h4 – h1 = Cp. (T4s-T1)
qout.s = 1,005 kJ/(kg.K) . (669,17 K - 298 K)
qout.s = 373,03 K

G. Panas Keluar Sistem Aktual (qout)


qout. = h4 – h1 = Cp. (T4-T1)
qout. = 1,005 kJ/(kg.K) . (773 K - 298 K)
qout. = 477,38 K

H. Kerja Kompresor Ideal (WCs)


WCs = h2s – h1 = Cp. (T2s-T1)
WCs =1,005 kJ/(kg.K) . (544,04 K - 298 K)
WCs = 247,27 kJ/kg

I. Kerja Kompresor Aktual (WC)


WC = h2 – h1 = Cp. (T2-T1)
WC =1,005 kJ/(kg.K) . (591 K - 298 K)
WC = 294,47 kJ/kg

J. Efisiensi Kompresor (ηc)


Wc
ηc =
Wcs

XII | P a g e
294,47 kJ /kg
ηc =
247,27 kJ /kg
ηc = 0,8397 = 83,97%

K. Kerja Turbin Ideal (WTs)


WTs = h3 – h4s = Cp. (T3-T4s)
WTs =1,005 kJ/(kg.K) . (1221,66 K – 669,17 K)
WTs = 555,25 kJ/kg

L. Kerja Tubin Aktual (WT)


WT = h3 – h4 = Cp. (T3-T4)
WT =1,005 kJ/(kg.K) . (1221,66 K - 773 K)
WT = 450,91 K

M. Efisiensi Turbin (ηT)


Wr
ηT =
Wrs
450,91 kJ /kg
ηT =
555,25 kJ /kg
ηT = 0,8121 = 81,21%

N. Nisbah Kerja Balik Ideal (Bwrs)


Wcs
Bwrs =
WTs
247,27 kJ /kg
Bwrs =
555,25 kj /kg
Bwr = 0,45

O. Nisbah Kerja Balik Aktual (Bwr)


Wc
Bwr =
WT

XIII | P a g e
294,47 kJ /kg
Bwr =
450,91 kj /kg
Bwr = 0,65

P. Kerja Bersih Sistem Ideal (Wnet-s)


Wnet-s = WTs – WCs
Wnet-s = 555,25 kJ/kg – 247,27 kJ/kg
Wnet-s = 307,98 kJ/kg

Q. Kerja Bersih Sistem Aktual (Wnet)


Wnet = WT-WC
Wnet = 450,91 kJ/kg - 294,47 kJ/kg
Wnet = 156,44 kJ/kg

R. Efisiensi Termal Ideal Siklus Brayton (ηth.s)


Wnet . s
ηth.s =
qin . s
307,98 kJ /kg
ηth.s = . 100%
681,01 kJ /kg
ηth.s = 45,22%

S. Efisiensi Termal Aktual Siklus Brayton (ηth)


Wnet
ηth =
qin
156,44 kJ . kg
ηth = . 100%
633,82 kJ /kg
ηth = 24,68%

T. Daya Bersih Ideal (Pnet-s)


Pnet-s = ṁ . Wnet-s

XIV | P a g e
Pnet = 113 kg/s . 307,98 kJ/kg
Pnet-s = 34802,20 kW = 34,802 MW

U. Daya Bersih Aktual (Pnet)


Pnet = ṁ . Wnet
Pnet = 113 kg/s . 156,44 kJ/kg
Pnet = 17677,78 kW = 17,678 MW
(DESSY AMELIA NURRAHMAWATI) 

IV. DESAIN ATAU METODE

Mesin tipe Brayton terdiri dari tiga komponen: kompresor , ruang


pencampuran, dan expander.

Mesin Brayton modern hampir selalu merupakan tipe turbin, meskipun


Brayton hanya membuat mesin piston. Dalam mesin Brayton abad ke-19 yang
asli, udara sekitar ditarik ke dalam kompresor piston, di mana
ia dikompresi ; idealnya suatu proses isentropik . Udara terkompresi kemudian
mengalir melalui ruang pencampuran di mana bahan bakar ditambahkan, proses
isobarik . Udara bertekanan dan campuran bahan bakar kemudian dinyalakan
dalam silinder ekspansi dan energi dilepaskan, menyebabkan udara panas dan
produk pembakaran mengembang melalui piston / silinder, proses isentropik
idealnya. Beberapa pekerjaan yang diekstraksi oleh piston / silinder digunakan
untuk menggerakkan kompresor melalui pengaturan poros engkol.

Turbin gas juga merupakan mesin Brayton. Ini juga memiliki tiga komponen:
kompresor gas, pembakar (atau ruang bakar ), dan turbin ekspansi .

- Siklus Brayton yang ideal:


1. proses isentropik - udara sekitar ditarik ke kompresor, di mana ia
bertekanan.
2. proses isobarik - udara terkompresi kemudian mengalir melalui ruang
pembakaran, di mana bahan bakar dibakar, memanaskan udara itu —
proses tekanan konstan, karena ruang terbuka untuk masuk dan keluar.

XV | P a g e
3. proses isentropik - udara bertekanan yang dipanaskan kemudian
melepaskan energinya, berkembang melalui turbin (atau serangkaian
turbin). Beberapa pekerjaan yang diekstraksi oleh turbin digunakan untuk
menggerakkan kompresor.
4. proses isobarik - penolakan panas (di atmosfer).
- Siklus Brayton yang sebenarnya:
1. proses adiabatik - kompresi
2. proses isobarik - penambahan panas
3. proses adiabatik - ekspansi
4. proses isobarik - penolakan panas

Siklus Brayton ideal di mana P = tekanan, V = volume, T = suhu, S = entropi, dan


Q = panas ditambahkan atau ditolak oleh sistem. [10]
Karena baik kompresi maupun ekspansi tidak dapat benar-benar
isentropik, kerugian melalui kompresor dan expander merupakan
sumber inefisiensi kerja yang tak terhindarkan. Secara umum, meningkatkan rasio
kompresi adalah cara paling langsung untuk meningkatkan
output daya keseluruhan sistem Brayton. 

XVI | P a g e
Efisiensi dari siklus Brayton yang ideal adalah dimana adalah rasio
kapasitas panas. Gambar 1 menunjukkan bagaimana efisiensi siklus berubah
dengan peningkatan rasio tekanan. Gambar 2 menunjukkan bagaimana output
daya spesifik berubah dengan peningkatan suhu saluran masuk turbin gas untuk
dua nilai rasio tekanan yang berbeda.

Gambar 1: Efisiensi siklus Brayton

Gambar 2: Output daya spesifik siklus Brayton

XVII | P a g e
Suhu tertinggi dalam siklus terjadi pada akhir proses pembakaran, dan
dibatasi oleh suhu maksimum yang dapat ditahan oleh bilah turbin. Ini juga
membatasi rasio tekanan yang dapat digunakan dalam siklus. Untuk suhu saluran
masuk turbin tetap, output kerja bersih per siklus meningkat dengan rasio tekanan
(dengan demikian efisiensi termal) dan output kerja bersih. Dengan lebih sedikit
output kerja per siklus, laju aliran massa yang lebih besar (sehingga sistem yang
lebih besar) diperlukan untuk mempertahankan output daya yang sama, yang
mungkin tidak ekonomis. Dalam desain yang paling umum, rasio tekanan turbin
gas berkisar antara 11 hingga 16.

Metode untuk meningkatkan daya


Output daya mesin Brayton dapat ditingkatkan dengan:

 Reheat, di mana fluida kerja — dalam banyak kasus udara —


mengembang melalui serangkaian turbin, kemudian dilewatkan melalui
ruang pembakaran kedua sebelum meluas ke tekanan sekitar melalui
serangkaian turbin akhir, memiliki keuntungan meningkatkan keluaran
daya yang dimungkinkan untuk suatu diberikan rasio kompresi tanpa
melebihi kendala metalurgi (biasanya sekitar 1000 °
C). Penggunaan afterburner untuk mesin pesawat jet juga bisa disebut
sebagai "reheat"; ini adalah proses yang berbeda di mana udara yang
dipanaskan diperluas melalui nosel dorong daripada turbin. Kendala
metalurgi agak berkurang, memungkinkan suhu pemanasan ulang yang
jauh lebih tinggi (sekitar 2000 ° C). Pemanasan ulang paling sering
digunakan untuk meningkatkan daya spesifik (per throughput udara), dan
biasanya dikaitkan dengan penurunan efisiensi; efek ini terutama
diucapkan pada afterburner karena jumlah ekstrim dari bahan bakar
tambahan yang digunakan.
 Dalam penyemprotan berlebih, setelah tahap kompresor pertama, air
diinjeksikan ke kompresor, sehingga meningkatkan aliran massa di dalam
kompresor, meningkatkan daya output turbin secara signifikan dan

XVIII | P a g e
mengurangi suhu outlet kompresor. Dalam tahap kompresor kedua, air
sepenuhnya dikonversi ke bentuk gas, menawarkan beberapa pendinginan
melalui panas laten penguapannya.

Metode untuk meningkatkan efisiensi

Efisiensi mesin Brayton dapat ditingkatkan dengan:


 Meningkatkan rasio tekanan, seperti yang ditunjukkan Gambar 1 di atas,
meningkatkan rasio tekanan meningkatkan efisiensi siklus Brayton. Ini
analog dengan peningkatan efisiensi yang terlihat dalam siklus
Otto ketika rasio kompresi ditingkatkan. Namun, batas praktis terjadi
ketika datang untuk meningkatkan rasio tekanan. Pertama-tama,
meningkatkan rasio tekanan meningkatkan suhu pelepasan kompresor. Ini
dapat menyebabkan suhu gas yang meninggalkan ruang bakar melebihi
batas metalurgi turbin. Juga, diameter bilah kompresor menjadi semakin
kecil pada tahap tekanan yang lebih tinggi dari kompresor. Karena celah
antara bilah dan selubung mesin meningkat dalam ukuran sebagai
persentase dari ketinggian bilah kompresor karena bilah semakin kecil,
bilah udara terkompresi yang lebih besar dapat bocor kembali melewati
bilah dalam tahap tekanan yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
penurunan efisiensi kompresor, dan kemungkinan besar terjadi pada turbin
gas yang lebih kecil (karena blade pada dasarnya lebih kecil sejak
awal). Akhirnya, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, tingkat
efisiensi akan mati ketika rasio tekanan meningkat. Oleh karena itu, sedikit
keuntungan diharapkan dengan meningkatkan rasio tekanan lebih lanjut
jika sudah pada level tinggi.
 Recuperator - Jika siklus Brayton dijalankan pada rasio tekanan rendah
dan peningkatan suhu tinggi di ruang bakar, gas buang (setelah tahap

XIX | P a g e
turbin terakhir) mungkin masih lebih panas daripada gas saluran masuk
yang dikompresi (setelah kompresi terakhir) panggung tapi sebelum
pembakaran). Dalam hal itu, penukar panas dapat digunakan untuk
mentransfer energi termal dari gas buang ke gas yang sudah dikompresi,
sebelum memasuki ruang pembakaran. Energi panas yang ditransfer secara
efektif digunakan kembali, sehingga meningkatkan efisiensi. Namun,
bentuk daur ulang panas ini hanya mungkin jika mesin dijalankan dalam
mode efisiensi rendah dengan rasio tekanan rendah di tempat
pertama. Mentransfer panas dari saluran keluar (setelah turbin terakhir) ke
saluran masuk (sebelum tahap kompresor pertama) akan mengurangi
efisiensi, karena udara saluran masuk yang lebih panas berarti lebih
banyak volume, sehingga lebih banyak pekerjaan untuk kompresor. Untuk
mesin dengan bahan bakar cryogenic cair, yaitu hidrogen , mungkin layak
untuk menggunakan bahan bakar tersebut untuk mendinginkan udara
saluran masuk sebelum kompresi untuk meningkatkan efisiensi. Konsep
ini dipelajari secara ekstensif untuk mesin SABER .
 Mesin Brayton juga membentuk setengah dari sistem siklus gabungan ,
yang dikombinasikan dengan mesin Rankine untuk lebih meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan. Namun, meskipun ini meningkatkan efisiensi
secara keseluruhan, itu tidak benar-benar meningkatkan efisiensi siklus
Brayton itu sendiri.
 Sistem kogenerasi memanfaatkan panas limbah dari mesin Brayton,
biasanya untuk produksi air panas atau pemanasan ruang.

Varian

Siklus Brayton tertutup :


Kompresor C dan perakitanturbin T
penukar panas suhu tinggi

XX | P a g e
ʍ penukar panas suhu rendah
~ beban mekanik, misalnya generator listrik

Siklus Brayton Tertutup

Siklus Brayton tertutup resirkulasi fluida kerja ; udara yang dikeluarkan


dari turbin dimasukkan kembali ke kompresor, siklus ini
menggunakan penukar panas untuk memanaskan fluida yang bekerja alih-alih
ruang pembakaran internal. Siklus Brayton tertutup digunakan, misalnya,
dalam turbin gas siklus tertutup dan pembangkit tenaga luar angkasa.

Solar Brayton cycle

Pada tahun 2002, siklus Brayton solar hybrid terbuka dioperasikan untuk
pertama kalinya secara konsisten dan efektif dengan makalah yang relevan
diterbitkan, dalam kerangka program EU SOLGATE. Udara dipanaskan dari 570
hingga lebih dari 1000K ke dalam ruang bakar. Hibridisasi lebih lanjut dicapai
selama proyek EU Solhyco menjalankan siklus Brayton hibridisasi hanya dengan
energi matahari dan biodiesel. Teknologi ini ditingkatkan hingga 4,6 MW dalam
proyek Solugas yang terletak di dekat Seville, di mana saat ini ditunjukkan pada
skala pra-komersial.

Balikkan siklus Brayton

Siklus Brayton yang digerakkan terbalik, melalui input kerja bersih, dan
ketika udara adalah fluida kerja, adalah siklus pendinginan gas atau siklus Bell
Coleman. Tujuannya adalah untuk memindahkan panas, bukan menghasilkan
kerja. Teknik pendinginan udara ini digunakan secara luas dalam pesawat jet
untuk sistem pengkondisian udara menggunakan udara berdarah yang disadap dari
kompresor mesin. Ini juga digunakan dalam industri LNG di mana siklus terbalik

XXI | P a g e
Brayton terbesar adalah untuk mendinginkan LNG menggunakan daya 86 MW
dari kompresor yang digerakkan oleh turbin gas dan pendingin nitrogen.

(JOSHUA DEKY LODEWIK ROHIE)


V. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BRAYTON CYCLE
1. Kelebihan :
Dibandingkan dengan mesin kalor lainnya, mesin brayton memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
 Dapat digunakan sebagai penggerak maupun pembangkit listrik
 Efisiensi termal dapat mencapai 44%
 Dapat digunakan pada siklus kombinasi (combined cycle)
 Rasio daya dan berat masih tinggi
2. Kekurangan :
Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi
kerugian-kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh
turbin gas dan berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu sendiri.
Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas.
Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:
 Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan
(pressure losses) di ruang bakar.
 Adanya kerja yang berlebih waktu proses kompresi yang menyebabkan
terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan angin.
 Berubahnya nilai Cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan
temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.
 Adanya mechanical loss

Perbandingan Brayton Dan Otto :

XXII | P a g e
a. Dalam mesin piston sisklus otto lebih cocok dari pada siklus brayton.
karna mesintidak bisa menangani besarnya volume low – pressure gas, atau
memungkinkan tapi ukuran mesin lebih besar tapi itu tidak mungkin praktis
karena piston memiliki ruang terbatas .
b. Di mesin turbine siklus brayton lebih cocok dari pada siklus otto, karena
pada siklus otto di internal combustion engine terkena suhu tinggi hanya pada saat
power stroke tapi pada steady flow device terkena temperature tinggi sepanjang
pengeporasian (untuk perlindungan material temperature rendah di gunakan pada
steady flow device).
c. Juga, pada steady flow device sulit untuk di bawa dengan volume konstan
di banding tekanan konstan.

XXIII | P a g e
(MUHAMMAD SYUKRON)
VI. LANJUTAN ATAU PENGEMBANGAN

a. Siklus Bryton dengan Regeneration


Siklus Bryton ini menggunakan heat exchanger yaitu memanaskan gas
udara yang melewati compression sebelum masuk ke combustion chamber dengan
gas yang melalui exhaust. Suhu dari saluran exhaust hasil pembakaran di
combustion camber lebih tinggi dari pada suhu yang berada setelah compression.
Udara yang berada setelah proses compression bisa dipanaskan di dalam counter-
flow heat exchanger yang di sebut dengan proses regeneration

Efisiensi termal dalam siklus Bryton ini meningkat di sebabkan lebih


sedikitnya bahan bakar yang di gunakan.bahwa penggunaan regeneration ini
hanya di rekomendasikan ketika suhu udara yang keluar dari exhaust lebih tinggi

dari pada suhu udara yang keluar dari compression.

b. Siklus Bryton dengan Intercooling

XXIV | P a g e
Dalam turbin gas, tugas kompresor adalah menekan udara secara adiabatik
sebelum masuk ke dalam ruang bakar. Intercooling adalah proses di mana
efisiensi kompresor ditingkatkan dengan mengompresi gas dengan bantuan dua
kompresor menjaga intercooler di antaranya.
Intercooling meningkatkan efisiensi kompresor namun mengurangi efisiensi
termal turbin gas.

c. Siklus Bryton dengan Reheat

Dalam turbin gas, Reheat adalah proses di mana gas panas yang keluar
dari ruang pembakaran mengembang dalam dua turbin yaitu turbin bertekanan
tinggi dan bertekanan rendah. Gas panas pertama-tama dalam turbin tekanan

XXV | P a g e
tinggi kemudian melewati penukar panas dan kemudian dalam turbin tekanan
rendah. Pemanasan ulang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas regenerasi

dalam penukar panas dan kemudian dalam turbin tekanan rendah. Namun, hanya
pemanasan ulang yang menyebabkan hilangnya efisiensi termal dari siklus
Brayton.

(IMAM PANDE SETIA)

BAB 2 ASPEK JURNAL


SIKLUS BRAYTON

ABSTRAK

Siklus Brayton banyak digunakan pada turbin gas dengan siklus terbuka.
Pada siklus Brayton ideal, fluida kerja terkompresi secara reversibel dan
isentropik di dalam kompresor. Panas kemudian ditambahkan dalam proses
isobarik reversibel di dalam ruang pembakaran atau penukar kalor. Gas panas
berekspansi secara reversibel dan isentropik dalam turbin. Kemudian panas
dibuang di dalam proses reversibel isobarik. Efiaiensi Siklus Brayton sitinjau
bersasarkan loop teryutup dluida kerja, penambahan dan pengurangan kalor
terjadi saat tekanan konstan. Keempat proses yang terjadi pada siklus ini berada

XXVI | P a g e
dalam aliran fluida berkeadaan tunak sehingga menganalisanya dengan batasan
keadaan tunak. Disertai pengabaian energi kinetik dan potensial sistem.

PENDAHULUAN
Siklus Brayton dikembangkan pertama kali oleh John Barber pada tahun
1791, dan disempurnakan lebih lanjut oleh George Brayton seorang engineer asal
Amerika bernama George Brayton pada tahun 1830-1892 untuk mesin
pembakaran minyak bolak-balik. Siklus Brayton adalah sebuah siklus
termodinamika yang mendeskripsikan kerja dari mesin turbin, gas turbin, atau
mesin turbo jet. Pada saat ini banyak digunakan pada mesin turbin gas dengan
siklus terbuka. Tetapi untuk memudahkan perhitungan termodinamika dalam
perancangan maka dapat dimodelkan sebagai sistem tertutup dengan asumsi
standar udara dan penambahan panas dari sumber luar & pembuangan panas ke
lingkungan terjadi pada tekanan yang konstan.

PEMBAHASAN

I. Komponen

Sebuah mesin Brayton pada gas turbin engine terdiri atas tiga komponen utama
yakni kompresor ,ruang pembakaran, dan turbin,yaitu :

1. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara atmosfer dan mengompresi
udara yang selanjutnya akan disalurkan ke dalam ruang bakar. Selain
untuk pemanfaatan udara bertekanan juga digunakan untuk pendinginan
suhu turbin gas.
2. Burner atau combustion chamber
Ruang bakar adalah tempat dimana diharapkan terjadi percampuran udara
yang telah dimanfaatkan oleh kompresor dengan bahan bakar.
3. Expansion turbine

XXVII | P a g e
Turbin merupakan tempat terjadinya perubahan energi kinetik kecepatan
menjadi energi mekani putar yang digunakan untuk menggerakan
kompresor aksial danjuga sebagai penggerak beban.

II. Prinsip Siklus Brayton

Siklus Brayton dibagi menjadi siklus terbuka dan siklus tertutup.


a. Siklus Terbuka
Pada siklus terbuka, fluida kerja adalah udara atmosfer dan proses
pembuangan panas terjadi dalam atmosfer karena keluaran turbin
dikeluarkan ke atmosfer. Instalasi turbin gas dengan siklus in memiliki
struktur yang sederhana, yaitu terdiri dari kompresor, ruang bakar, dan
turbin sebagai penggerak beban dan generator listrik. Struktur dan susunan
dari instalasi turbin gas dengan siklus terbuka (open cycle) adalah :

b. Siklus Tertutup
Di dalam siklus tertutup, fluida kerja yang dapat digunakan tidak
hanya udara sekitar dan proses pelepasan panas dilakukan dalam heat
exchanger. Hal ini sangat menguntungkan dari segi pencegahan kerusakan
yang disebabkan oleh erosi dan korosi. Dalam sistem, fluida kerja
bersiklus secara kontinyu. Semua internal-combustion dan mesin turbojet
beroperasi pada siklus terbuka. Kebanyakan external-combustion

XXVIII | P a g e
beroperasi pada siklus tertutup. Struktur dan susunan dari instalasi turbin
gas dengan siklus tertutup (close cycle) adalah :

Diagram Siklus Brayton

Gambar 3. Diagram P-V dan T-S Siklus Brayton

(1-2) Proses Kompresi Isentropik

XXIX | P a g e
Udara atmosfer masuk ke dalam sistem turbin gas melalui sisi inlet
kompresor. Oleh kompresor, udara dikompresikan sampai tekanan tertentu diikuti
dengan volume ruang yang menyempit. Proses ini tidak diikuti dengan perubahan
entropi, sehingga disebut proses isentropik. Proses ini ditunjukan dengan angka 1-
2 pada kurva di atas.

(2-3) Proses Pembakaran Isobarik

Pada tahap 2-3, udara terkompresi masuk ke ruang bakar. Bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar, dan diikuti dengan proses pembakaran bahan
bakar tersebut. Energi panas hasil pembakaran diserap oleh udara (qin),
meningkatkan temperatur udara, dan menambah volume udara. Proses ini tidak
mengalami kenaikan tekanan udara, karena udara hasil proses pembakaran bebas
berekspansi ke sisi turbin. Karena tekanan yang konstan inilah maka proses ini
disebut isobarik.

(3-4) Proses Ekspansi Isentropik

Udara bertekanan yang telah menyerap panas hasil pembakaran,


berekspansi melewati turbin. Sudu-sudu turbin yang merupakan nozzle-nozzle
kecil berfungsi untuk mengkonversikan energi panas udara menjadi energi kinetik
(baca artikel berikut). Sebagian energi tersebut dikonversikan turbin untuk
memutar kompresor. Pada sistem pembangkit listrik turbin gas, sebagian energi
lagi dikonversikan turbin untuk memutar generator listrik. Sedangkan pada mesin
turbojet, sebagian energi panas dikonversikan menjadi daya dorong pesawat oleh
sebentuk nozzle besar pada ujung keluaran turbin gas.

(4-1) Proses Pembuangan Panas Isobarik

Tahap selanjutnya adalah pembuangan udara kembali ke atmosfer. Pada


siklus Brayton ideal, udara yang keluar dari turbin ini masih menyisakan sejumlah
energi panas. Panas ini diserap oleh udara bebas, sehingga secara siklus udara
tersebut siap untuk kembali masuk ke tahap 1-2 lagi.

XXX | P a g e
Pada siklus Brayton ideal, fluida kerja terkompresi secara reversibel dan
isentropik di dalam kompresor (proses 1-2). Panas kemudian ditambahkan dalam
proses isobarik (P = Pmax) reversibel (proses 2-3) di dalam ruang pembakaran atau
penukar kalor. Gas panas berekspansi secara reversibel dan isentropik (s = s max)
dalam turbin (proses 3-4). Kemudian panas dibuang di dalam proses reversibel
isobarik (proses 4-1).
Siklus Brayton Aktual:
1. Proses Adiabatik  Kompresi
2. Proses Isobarik  Penambahan Panas
3. Proses Adiabatik  Ekspansi
4. Proses Isobarik  Pelepasan Kalor
Karena kompresi maupun ekspansi tidak dapat benar-benar isentropik, loss
pada kompresor dan ekspander menunjukkan ketidak-efisienan. Secara umum,
meningkatkan rasio kompresi adalah cara terbaik untuk meningkatkan tenaga
keluaran overall dari sistem Brayton.

Dengan demikian pada proses steady state untuk masing-masing proses


diatas, diperoleh

· Proses 1-2 : Kerja kompresor


W k =Cp ( T 2−T 1 )=h2−h1

· Proses 2-3 Pemasukan panas


Q RB=Cp ( T 3−T 2 )=h3−h 2

· Proses 3-4 : Kerja turbin


W t =Cp ( T 3 −T 4 )=h3−h 4

· Kerja netto siklus ( W net )


W net =W t−W k =Cp ( T 3 −T 4 )−Cp ( T 2−T 1 ) =( h ¿ ¿ 3−h 4 )−h2−h1 ¿

XXXI | P a g e
III. Efisiensi Siklus Brayton

Siklus pada loop tertutup fluida kerja, penambahan dan pengurangan kalor
terjadi saat tekanan konstan dan fluida kerja adalah gas ideal dengan specific heat
property konstan. Keempat proses yang terjadi pada siklus ini berada dalam aliran
fluida berkeadaan tunak sehingga kita menganalisanya dengan batasan keadaan
tunak. Disertai pengabaian energi kinetik dan potensial sistem.

Perhitungan Energi Panas / Kalor Masuk (qin):


      qin = h3  – h2 = cp ( T3  – T2 )

Perhitungan Energi Panas Keluar (qout):


      qout = h4  – h1 = cp ( T4  – T1 )

Perhitungan efisiensi termal (η  th):

   

   

Karena proses 1-2 dan 3-4 adalah isentropik, dan jika γ adalah rasio kapasitas
kalor, maka:

              dan   

Dan seperti diketahui bahwa P2 = P3 serta P1  = P4, maka:

XXXII | P a g e
Sehingga persamaan (1) menjadi:

dimana:

η  th   = Efisiensi Termal Siklus Brayton


T1     = Temperatur Udara Inlet Kompresor (atmosfer)
T2     = Temperatur Udara Outlet Kompresor
P1     = Tekanan Udara Inlet Kompresor (atmosfer)
P2     = Tekanan Udara Outlet Kompresor
γ       = Rasio Kapasitas Kalor (γ udara pada 20°C adalah 1,67)

Ada beberapa cara untuk meningkatkan efisiensi dari Siklus Brayton, seperti
meningkatkan rasio tekanan, regenerasi kalor (panas) gas keluaran turbin,
memanfaatkan panas yang keluar untuk menghangatkan ruangan dalam sistem
Combined Heat and Power (CHP), atau menggabungkan Siklus Brayton dan
Siklus Rankine dengan metode cogeneration atau Combined Cycle Gas Turbine
(CCGT).

IV. Kelebihan Dan Kekurangan Brayton

Kelebihan :
Dibandingkan dengan mesin kalor lainnya, mesin brayton memiliki
beberapa kelebihan, antara lain:
Dapat digunakan sebagai penggerak maupun pembangkit listrik, efisiensi
termal dapat mencapai 44%, dapat digunakan pada siklus kombinasi (combined
cycle)rasio daya dan berat masih tinggi.

XXXIII | P a g e
Kekurangan :
Pada kenyataannya, tidak ada proses yang selalu ideal, tetap terjadi
kerugian-kerugian yang dapat menyebabkan turunnya daya yang dihasilkan oleh
turbin gas dan berakibat pada menurunnya performa turbin gas itu sendiri.
Kerugian-kerugian tersebut dapat terjadi pada ketiga komponen sistem turbin gas.

Sebab-sebab terjadinya kerugian antara lain:


Adanya gesekan fluida yang menyebabkan terjadinya kerugian tekanan
(pressure losses) di ruang bakar. Adanya kerja yang berlebih waktu proses
kompresi yang menyebabkan terjadinya gesekan antara bantalan turbin dengan
angin. Berubahnya nilai cp dari fluida kerja akibat terjadinya perubahan
temperatur dan perubahan komposisi kimia dari fluida kerja.

V. Perbandingan Brayton Dan Otto :

1. Dalam mesin piston sisklus otto lebih cocok dari pada siklus brayton.
karna mesintidak bisa menangani besarnya volume low – pressure gas,
atau memungkinkan tapi ukuran mesin lebih besar tapi itu tidak mungkin
praktis karena piston memiliki ruang terbatas .
2. Di mesin turbine siklus brayton lebih cocok dari pada siklus otto, karena
pada siklus otto di internal combustion engine terkena suhu tinggi hanya
pada saat power stroke tapi pada steady flow device terkena temperature
tinggi sepanjang pengeporasian (untuk perlindungan material temperature
rendah di gunakan pada steady flow device).
3. juga, pada steady flow device sulit untuk di bawa dengan volume konstan
di banding tekanan konstan.

VI. Metode Untuk Meningkatkan Daya Brayton


Output daya mesin Brayton dapat ditingkatkan dengan:

XXXIV | P a g e
1. Memanasi, di mana fluida kerja dalam banyak kasus udara mengembang
melalui serangkaian turbin, kemudian dilewatkan melalui ruang
pembakaran kedua sebelum berekspansi ke tekanan sekitar melalui
serangkaian turbin terakhir, memiliki keuntungan meningkatkan keluaran
daya yang mungkinkan untuk diberikan rasio kompresi tanpa melebihi
kendala metalurgi (biasanya sekitar 1000 ° C).
Penggunaan afterburner untuk mesin pesawat jet juga bisa disebut sebagai
"reheat"; ini adalah proses yang berbeda di mana udara yang dipanaskan
diperluas melalui nosel dorong daripada turbin. Kendala metalurgi agak
berkurang, memungkinkan suhu pemanasan ulang yang jauh lebih tinggi
(sekitar 2000 ° C). Pemanasan ulang paling sering digunakan untuk
meningkatkan daya spesifik (per throughput air), dan biasanya dikaitkan
dengan penurunan efisiensi; efek ini terutama diucapkan pada afterburner
karena jumlah ekstrim dari bahan bakar tambahan yang digunakan.
2. Dalam penyemprotan berlebih, setelah tahap kompresor pertama, air
diinjeksikan ke kompresor, sehingga meningkatkan aliran massa di dalam
kompresor, meningkatkan daya output turbin secara signifikan dan
mengurangi suhu outlet kompresor. Dalam tahap kompresor kedua, air
sepenuhnya dikonversi ke bentuk gas, menawarkan beberapa pendinginan
melalui latent heat of vaporization.

VII. Metode Untuk Meningkatkan Efisiensi Brayton


Efisiensi mesin Brayton dapat ditingkatkan dengan:

1. Di analog ini dengan peningkatan efisiensi yang terlihat dalam siklus Otto
ketika rasio kompresi ditingkatkan. Namun, batas praktis terjadi ketika
datang untuk meningkatkan rasio tekanan. Pertama-tama, meningkatkan
rasio tekanan meningkatkan suhu pelepasan kompresor. Ini dapat
menyebabkan suhu gas yang meninggalkan ruang bakar melebihi batas
metalurgi turbin. Juga, diameter bilah kompresor menjadi semakin kecil
pada tahap tekanan yang lebih tinggi dari kompresor. Karena celah antara
bilah dan mesin meningkat dalam ukuran sebagai persentase dari

XXXV | P a g e
ketinggian bilah kompresor karena bilah semakin kecil diameternya,
persentase yang lebih besar dari udara tekan dapat bocor kembali melewati
bilah dalam tahap tekanan yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan
penurunan efisiensi kompresor, dan kemungkinan besar terjadi pada turbin
gas yang lebih kecil (karena blade pada dasarnya lebih kecil sejak awal).
2. Jika siklus Brayton dijalankan pada rasio tekanan rendah dan peningkatan
suhu tinggi di ruang bakar, gas buang (setelah tahap turbin terakhir)
mungkin masih lebih panas daripada gas saluran masuk yang dikompresi
(setelah tahap kompresi terakhir tetapi sebelum ruang bakar) ). Dalam hal
itu, penukar panas dapat digunakan untuk mentransfer energi termal dari
gas buang ke gas yang sudah dikompresi, sebelum memasuki ruang
pembakaran. Energi panas yang ditransfer secara efektif digunakan
kembali, sehingga meningkatkan efisiensi.
Namun, bentuk daur ulang panas ini hanya mungkin jika mesin dijalankan
dalam mode efisiensi rendah dengan rasio tekanan rendah di tempat
pertama. Mentransfer panas dari saluran keluar (setelah turbin terakhir) ke
saluran masuk (sebelum tahap kompresor pertama) akan mengurangi
efisiensi, karena udara saluran masuk yang lebih panas berarti lebih
banyak volume, sehingga lebih banyak pekerjaan untuk kompresor. Untuk
mesin dengan bahan bakar liquit cryogenic, mungkin layak untuk
menggunakan bahan bakar tersebut untuk mendinginkan udara saluran
masuk sebelum kompresi untuk meningkatkan efisiensi.
3. Mesin Brayton juga membentuk setengah dari sistem siklus gabungan,
yang dikombinasikan dengan mesin Rankine untuk lebih meningkatkan
efisiensi secara keseluruhan. Namun, meskipun ini meningkatkan efisiensi
secara keseluruhan, itu tidak benar-benar meningkatkan efisiensi siklus
Brayton itu sendiri.

VIII. Pengembangan Siklus Brayton

a. Siklus Bryton dengan Regeneration

XXXVI | P a g e
Siklus Bryton ini menggunakan heat exchanger yaitu memanaskan gas
udara yang melewati compression sebelum masuk ke combustion chamber dengan
gas yang melalui exhaust. Suhu dari saluran exhaust hasil pembakaran di
combustion camber lebih tinggi dari pada suhu yang berada setelah compression.
Udara yang berada setelah proses compression bisa dipanaskan di dalam counter-
flow heat exchanger yang di sebut dengan proses regeneration

Efisiensi termal dalam siklus Bryton ini meningkat di sebabkan lebih

sedikitnya bahan bakar yang di gunakan.bahwa penggunaan regeneration ini


hanya di rekomendasikan ketika suhu udara yang keluar dari exhaust lebih tinggi
dari pada suhu udara yang keluar dari compression.

b. Siklus Bryton dengan Intercooling


Dalam turbin gas, tugas kompresor adalah menekan udara secara adiabatik
sebelum masuk ke dalam ruang bakar. Intercooling adalah proses di mana
efisiensi kompresor ditingkatkan dengan mengompresi gas dengan bantuan dua
kompresor menjaga intercooler di antaranya.
Intercooling meningkatkan efisiensi kompresor namun mengurangi efisiensi
termal turbin gas.

XXXVII | P a g e
c. Siklus Bryton dengan Reheat

Dalam turbin gas, Reheat adalah proses di mana gas panas yang keluar
dari ruang pembakaran mengembang dalam dua turbin yaitu turbin bertekanan
tinggi dan bertekanan rendah. Gas panas pertama-tama dalam turbin tekanan
tinggi kemudian melewati penukar panas dan kemudian dalam turbin tekanan
rendah. Pemanasan ulang dilakukan untuk meningkatkan efektivitas regenerasi
dalam penukar panas dan kemudian dalam turbin tekanan rendah. Namun, hanya
pemanasan ulang yang menyebabkan hilangnya efisiensi termal dari siklus
Brayton.

XXXVIII | P a g e
IX. Penerapan Siklus Brayton Dalam Teknik

Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)

Sejarah Turbin Gas pada PLTGU :

Siklus dasar turbin gas disebut siklus Brayton, yang pertama kali diajukan
pada tahun 1870 oleh George Brayton seorang insinyur dari Boston. Sekarang
siklus Brayton digunakan hanya pada turbin gas, yang merupakan cikal bakal dari
PLTGU dengan proses kompresi dan ekspansi terjadi pada alat permesinan yang
berputar. John Barber telah mempatenkan dasar turbin gas pada tahun 1791. Dua
penggunaan utama mesin turbin gas adalah pendorong pesawat terbang dan
pembangkit tenaga listrik.

Turbin gas digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang berdiri


sendiri (simple cycle) atau bergandengan dengan turbin uap (combined cycle)
pada sisi suhu tingginya. Turbin uap (combined cycle) memanfaatkan gas buang
turbin gas sebagai sumber panasnya. Turbin uap dianggap sebagai mesin
pembakaran luar (external combustion), dimana pembakaran terjadi diluar mesin.
Energi termal dipindah ke uap sebagai panas.

Turbin gas pertama kali berhasil dioperasikan pada pameran nasional


Swiss (Swiss National Exhibition) tahun 1939 di Zurich. Turbin gas yang
dibangun antara tahun 1940-an hingga tahun 1950-an efisiensinya hanya sekitar

XXXIX | P a g e
17 persen; hal ini disebabkan oleh rendahnya efisiensi kompresor dan turbin dan
suhu masuk turbin yang rendah karena keterbatasan teknologi metalurgi pada saat
itu. Turbin gas terpadu dengan turbin uap (combined cycle) yang pertama kali
dipasang pada tahun 1949 di Oklahoma oleh General Electric menghasilkan daya
3,5 MW.
Sebelum ini, pembangkit daya ukuran besar berbahan bakar batu bara
ataupun bertenaga nuklir telah mendominasi pembangkitan tenaga listrik. Tetapi
sekarang, turbin gas berbahan baker gas alam yang telah mendominasinya karena
kemampuan start (black start) yang cepat, efisiensi yang tinggi, biaya awal yang
lebih rendah, waktu pemasangan yang lebih cepat, karakter gas buang yang lebih
baik dan berlimpahnya persediaan gas alam. Biaya pembangunan pembangkit
tenaga turbin gas kira-kira setengah kali biaya pembangunan pembangkit tenaga
turbin uap berbahan bakar fosil yang merupakan pembangkit tenaga utama hingga
awal tahun 1980-an. Lebih dari separoh dari seluruh pembangkit daya yang akan
dipasang dimasa akan datang diperkirakan akan merupakan pembangkit daya
turbin gas ataupun dikombinasikan dengan turbin uap (combined cycle). Di awal
tahun 1990-an, General Electric telah memasarkan turbin gas dengan ciri
perbandingan tekanan (pressure ratio) 13,5 menghasilkan daya net 135,7 MW
dengan efisiensi termal 33 persen pada operasi sendiri (simple cycle operation).
Turbin gas terbaru yang dibuat General Electric bersuhu masuk 1425 OC (2600
OF) menghasilkan daya hingga 282 MW dengan efisiensi termal mencapai 39.5
persen pada operasi sendiri (simple cycle operation). Bahan bakar minyak ringan
seperti minyak diesel, minyak tanah, minyak mesin jet, dan bahan bakar gas yang
bersih (seperti gas alam) paling cocok untuk turbin gas. Bagaimanapun , bahan
bakar tersebut diatas akan menjadi lebih mahal dan pasti akan habis. Oleh karena
itu, pemikiran kemasa depan harus dilakukan untuk menggunakan bahan bakar
alternatif lain.

KESIMPULAN

XL | P a g e
Siklus Brayton melibatkan tiga komponen utama yakni kompresor, ruang
bakar (combustion chamber), dan turbin. Media kerja udara atmosfer masuk
melalui sisi inlet kompresor, melewati ruang bakar, dan keluar kembali ke
atmosfer setelah melewati turbin. siklus Brayton, yang terdiri dari empat proses
dalam dapat balik (internally reversible):

1–2 Kompresi isentropik (isentropic compression) di kompresor

2–3 Penambahan panas tekanan tetap (constant pressure heat addition)

3–4 Expansi isentropik (isentropic expansion) di turbin

4–1 Pembuangan panas tekanan tetap (constant pressure heat rejection)

Penjabaran dari efisiensi siklus Brayton adalah:

T4
T1(
−1)
W Q¿ −Qout Qout T 4−T 1 T1
ηbrayton = = =1− =1− =1−
Q Q¿ Q¿ T 3−T 2 T
T 2 3 −1
T2 ( )
Karena proses 1-2 merupakan proses isetropik, maka:

T k1 P1−k k 1−k
1 =T 2 P2

1−k
T 2 P1
=( )
T 1 P2
k

K
T 2 P2
=( )
T 1 P1
K−1

Dan proses 3-4 isentropik, maka:

T k3 P1−k k 1−k
3 =T 4 P4

1−k
T4 P
T3 ( )
= 3
P4
k

XLI | P a g e
K
T4 P
T3 ( )
= 4
P3
K−1

Dan karena P1 sama dengan P4 , maka:

P 2 P3 T2 T3
= maka =
P 1 P4 T1 T4

Apabila T 4 dipindah ke ruas kiri dam dikurang satu, maka persamaan menjadi:

T4 T3
−1= −1
T1 T2

Maka persamaan efisiensi brayton di atas dapat diubah menjadi


T3

ηbrayton =1−
T1 ( T2
−1 ) =1−
T1 1
=1− =1−
1
T3 T2 T2 K
P2 K−1
T2
( T2
−1
) T1 P1 ( )
Saran Penerapan Siklus Brayton dalam Teknik adalah sebagai berikut:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)
2. Pesawat Turbo Jet

XLII | P a g e
REFERENSI JURNAL

 Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/Handle/123456789/22969/Chapter
%20ii.Pdf;Jsessionid=C49dd91ea39fff4118ae795d63476495?Sequence=4
 Https://sangpencariilmu.wordpress.com/tag/siklus-brayton/
 Http://birulinc.com/prinsip-kerja-turbin-gas/
 Https://en.wikipedia.org/wiki/Brayton_cycle
 Http://Michael-Suseno.Blogspot.Com/2011/09/Turbin-Gas.Html
 Http://Artikel-Teknologi.Com/Siklus-Brayton/
 Https://www.quora.com/What-are-the-differences-and-similarities-
between-otto-cycle-and-Brayton-cycle#
 Https://risnaanggraeni3.wordpress.com/2015/05/06/siklus-brayton-dan-
penerapannya-dalam-teknik/

XLIII | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.learnthermo.com/T1-tutorial/ch09/lesson-F/pg02.php
 https://www.slideshare.net/ibrahimmabokhalil/met-401-chapter-6-
gasturbinepowerplantbraytoncyclecopy
 https://basicmechanicalengineering.com/gas-turbine-power-plant-with-
regeneration-reheat-intercooling/
 https://en.wikipedia.org/wiki/Brayton_cycle
 https://www.penerbad.my.id/2015/08/siklus-brayton-penerbad.html 
 https://id.wikipedia.org/wiki/SR-71_Blackbird
 https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/Brayton_cycle&hl=id&sl=en&tl=id&clien
t=srp
 https://www.penerbad.my.id/2015/08/siklus-brayton-penerbad.html 
 https://datenpdf.com/download/contoh-perhitungan-siklus-baryton-
turbin_pdf
 https://en.wikipedia.org/wiki/Boeing_X-51_Waverider

 http://catatan-teknik.blogspot.com/2018/03/mesin-brayton.html

XLIV | P a g e

Anda mungkin juga menyukai