Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PRAKTIKUM

PERAWATAN DAN PERBAIKAN


TURBIN ANGIN

Dosen Pembimbing
Dedy Eko Rahmanto, S.TP, M.Si

Anggota Kelompok :
1. Miftah Khoirul Umam H41160429
2. Septian Rahono H41160478
3. Erwin Eko S. H41160583
4. Chandra Agus S. H41160081
5. Rusmiati H41160154

PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI TERBARUKAN


JURUSAN TEKNIK
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angin adalah salah satu bentuk energi tertua yang telah lama dikenal dan
digunakan manusia. Sebagaimana diketahui, pada asasnya angin terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Di tiap daerah
keadaan temperatur dan kecepatan angin berbeda. Energi angin yang sebenarnya
berlimpah di Indonesia ternyata belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai
alternatif penghasil listrik, bahkan selama ini masih dipandang sebagai proses
alam biasa yang kurang memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif
masyarakat.
Ketahanan energi dunia sekarang menunjukkan penurunan khususnya
energi fosil. Di masa depan kebutuhan energi semakin besar disebabkan laju
pertumbuhan jumlah penduduk. Jika tidak ditemukan alternatif energi baru maka
akan terjadi krisis energi. Beberapa tempat di Indonesia sudah mengalami krisis
energi yang parah, sehingga pemadaman listrik sering terjadi khususnya di luar
pulau jawa ( DESDM,2005).
Pada perkembangan energi di masa depan harus ramah lingkungan.
Beberapa alternatif energi ramah lingkungan adalah energi angin. Potensi angin
yang ada dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik sekala kecil, kurang dari
satu Kwh, dapat dimanfaatkan untuk penerangan dan menghidupkan peralatan
listrik. Di dalam sistem konversi energi angin terdapat dua tantangan besar yaitu
efisiensi konversi energi keseluruhan dan fluktuasi dalam kecepatan dan arah
angin. Keluaran daya potensial energi angin yang lebih rendah menentukan bahwa
suatu sistem konversi yang maju harus berukuran besar jika ditunjukan untuk
menghasilkan jumlah daya listrik yang besar (Chan shin, 2001). Untuk menjamin
bahwa alat konversi energi angin tetap optimal kinerjanya perlu dilakukan proses
perawatan dan perbaikan.
BAB 2. DASAR TEORI

2.1. Energi Angin


Angin adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara
antara tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah
atau dari daerah dengan suhu atau temperatur rendah ke wilayah bersuhu tinggi.
Perbedaan tekanan udara dipengaruhi oleh sinar matahari. Angin memiliki energi
kinetik karena udara memiliki massa m dan bergerak dengan kecepatan v (
Rosidin, 2007). Daya yang dihasilkan pada poros suatu turbin merupakan
transformasi energi kinetik yang terdapat pada aliran angin. Aliran angin yang
bergerak dengan kecepatan tertentu diserap oleh susunan sudu dari turbin angin.
Secara matematis, udara dengan massa m dan bergerak dengan kecepatan v,
memiliki energi kinetik sebesar:

Dengan demikian dapat dihitung daya aliran angin dalam satuan watt
yaitu:

Dalam hal ini: Pw  daya angin (watt)


  densitas udara (   1,184 kg/m³)
A = luas penampang turbin (m2)
v = kecepatan udara (m/s)
Daya angin maksimum yang dapat diekstrak oleh turbin angin dengan luas
sapuan rotor A adalah:

Angka 16/27 (=59.3%) ini disebut batas Betz (Betz limit, diambil dari
ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini secara teori menunjukkan efisiensi
maksimum yang dapat dicapai oleh rotor turbin angin tipe sumbu horisontal. Pada
kenyataannya karena ada rugi-rugi gesekan dan kerugian di ujung sudu, efisiensi
aerodinamik dari rotor(η), η rotor ini akan lebih kecil lagi yaitu berkisar pada
harga maksimum 0.45 untuk sudu yang dirancang dengan sangat baik ( Daryanto,
2007). Besar daya yang diperoleh dari persamaan (2.2) merupakan daya murni
maksimum yang dihasilkan oleh aliran angin. Sedangkan daya yang dapat
dibangkitkan dari putaran rotor turbin savonius dapat dihitung melalui pendekatan
teori Betz. Percobaan Betz dapat dilihat pada Gambar (2.1) berikut:

Gambar 2.1. Grafik Hubungan Cp dan λ dengan Batas Betz (Betz Limit)
(Roisin, 2007)
Baling-baling yang menggunakan gaya hambat (drag), seperti Savonius
dan American multi blade mempunyai ratio kecepatan yang rendah dan koefisien
power dari baling-baling yang menggunakan gaya angkat (lift) yaitu Horizontal
Axis Wind Turbine (HAWT) dan Darrieus mempunyai ratio kecepatan yang lebih
tinggi. Berdasarkan teori Betz yang divisualisasikan dalam bentuk grafik pada
Gambar (2.1), menjelaskan ketidakmungkinan suatu desain turbin angin yang
memiliki koefisien daya (Cp) diatas angka 59%. Hal ini dapat diartikan bahwa
desain turbin angin terbaik tipe apapun tidak akan menghasilkan efisiensi rotor
diatas 59%. Karena suatu turbin angin tidak akan mampu menyerap seluruh energi
kinetik yang berada dalam aliran angin.
Nilai Cp untuk satu tipe turbin angin tidak selalu sama karena nilai Cp
merupakan fungsi dari tip speed ratio (λ). Untuk mengetahui nilai Cp maksimal
yang mampu dihasilkan oleh sebuah turbin angin, maka perlu diketahui nilai tip
speed ratio yang dihasilkan.
Jika didefinisikan bahwa tip speed ratio (λ) adalah perbandingan antara
kecepatan linier rotor dengan kecepatan angin sebelum sudu atau ditulis secara
matematik, yaitu :

Dalam hal ini:   tip speed ratio


  kecepatan sudut turbin (rad/s)
R  jari-jari turbin (m)
v  kecepatan angin (m/s)
TSR juga dapat diperoleh dari persamaan:

Blade tip speed merupakan kecepatan ujung blade atau rotor, yang
didefinisikan menurut persamaan:

2.2 Turbin Angin


Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk mengakomodasi
kebutuhan para petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dan
lain-lain. Turbin angin terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda serta
negara-negara Eropa lainnya dan lebih dikenal dengan istilah windmill.
Kini turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi
kebutuhan listrik masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan
menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun
sampai saat ini pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi
pembangkit listrik konvensional (Contoh: PLTD, PLTU, dan lain-lain).
Turbin angin merupakan sebuah alat yang digunakan dalam sistem
konversi energi angin (SKEA). Turbin ini berfungsi merubah energi kinetik angin
menjadi energi mekanik berupa putaran poros. Putaran poros tersebut kemudian
digunakan untuk beberapa hal sesuai dengan kebutuhan seperti memutar dinamo
atau generator untuk menghasilkan listrik. Salah satu komponen utama dari turbin
angin adalah rotor. Rotor ini berfungsi mengkonversi gerak linier arus angin
menjadi gerak putar poros. Berdasarkan bentuk rotor, turbin angin dapat dibagi
menjadi dua kategori utama, yaitu turbin angin sumbu mendatar atau Horizontal
Axis Wind Turbine (HAWT) dan turbin angin sumbu vertikal atau Vertical Axis
Wind Turbine (VAWT).

2.2.1. Turbin Angin Sumbu Horizontal


Turbin angin jenis ini ialah jenis turbin angin yang paling banyak
digunakan sekarang. Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya
terdapat sebuah baling-baling yang berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau
membelakangi arah angin. Sebagian besar turbin angin jenis ini yang dibuat
sekarang mempunyai dua atau tiga bilah baling-baling walaupun ada juga turbin
bilah dengan baling-baling kurang atau lebih daripada yang disebut diatas. Contoh
turbin angin sumbu horizontal ditunjukkan pada Gambar (2.2) .

Gambar 2.2. Turbin Angin Sumbu Horizontal (Olson dan Visser, 2008)
Biasanya turbin jenis ini memiliki sudu berbentuk airfoil seperti bentuk
sayap pada pesawat. Pada turbin ini, putaran rotor terjadi karena adanya gaya
angkat (lift) pada sudu yang ditimbulkan oleh aliran angin. Pada tipe HAWT
memanfaatkan efek gaya angkat sebagai gaya penggerak rotor. Oleh karena itu
kecepatan linier sudu dapat lebih besar daripada kecepatan angin. Turbin ini
cocok digunakan pada tipe angin sedang dan tinggi, dan banyak digunakan
sebagai pembangkit listrik skala besar.
2.2.2. Turbin Angin Sumbu Vertikal
Ada tiga tipe rotor pada turbin angin jenis ini, yaitu: Savonius, Darrieus,
dan H rotor. Turbin Savonius memanfaatkan gaya hambat (drag) sedangkan
Darrieus dan H rotor memanfaatkan gaya angkat (lift).
2.3.2.1. Turbin Darrieus
Turbin Darrieus pertama diperkenalkan di Perancis pada sekitar tahun
1920- an. Turbin angin sumbu vertikal ini mempunyai sudu tegak yang berputar
ke dalam dan ke luar dari arah angin. Contoh turbin Darrieus ditunjukkan pada
Gambar (2.4).

Gambar 2.4. Turbin Darrieus (Olson dan Visser, 2008)


2.3.2.2. Turbin Savonius
Turbin ini ditemukan pertama kalinya di Finlandia oleh sarjana Finlandia
bernama Sigurd J. Savonius pada tahun 1922 dan berbentuk S apabila dilihat dari
atas. Turbin jenis ini secara umumnya bergerak lebih perlahan dibandingkan jenis
turbin angin sumbu horizontal, tetapi menghasilkan torsi yang besar. Konstruksi
turbin sangat sederhana, tersusun dari dua buah sudu setengah silinder (lihat
Gambar 2.4).
Gambar 2.4. Turbin Savonius (Olson dan Visser, 2008)

2.3 Generator
Generator adalah suatu komponen yamg dapat mengubah energi gerak
menjadi energi listrik. Prinsip kerjanya dapat dipelajari menggunakan teori medan
elektromagnetik. Poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik
permanen. Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang berbentuk kumparan-
kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros mulai berputar maka terjadi
perubahan fluks pada strator yang akhirnya karena terjadi perubahan fluks akan
dihasilkan tegangan dan arus listrik tertentu. Dinamo mempunyai dua bagian
utama yaitu stator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Jika
kumparan di putar di dalam medan magnet (B), maka jumlah fluks magnetik
dalam kumparan akan berubah, sehingga menurut Faraday akan menghasilkan
GGL induksi, sesuai dengan persamaan:

Karena fluks magnetik Φ = B.A. cos θ , dimana θ = ω.t, maka GGL


induksi pada generator menjadi:

Sehingga GGL induksi pada dinamo sesuai dengan persamaan:


Dalam hai ini: ε = GGL induksi (volt) N = jumlah lilitan ω = kecepatan sudut
kumparan saat berputar (rad/s)

2.4 Perawatan dan perbaikan


Prosedur pemeliharaan turbin angina berdasarkan kondisi lingkungan
adalah sebagai berikut :
a. Tower dan pondasi
 Periksa tower kincir dengan mengecek semua apakah sudah terpasang
dengan kuat sehingga tiang tower tetap kokoh.
 Tower harus berdiri tegak di atas tanah.
 Cek kondisi material tiang tower, lakukan pengecekan besi tower
apakah sudah mengalami proses berkarat atau berjamur.
 Pastikan bahwa tower tidak miring harus tegak lurus dengan pondasi.
b. Kincir dan blade
 Perhatikan kincir dan bilah jika terjadi kerusakan.
 Kincir dan bilah mempunyai tegangan tinggi jadi harus diperhatikan
saat pengecekan.
c. Kabel penghubung kincir angin
 Hubungkan kabel dengan kincir angina agar bias di diteksi kecepatan
kincirnya.
 Pastikan semua kebel terpasang ke kincir angin dengan rapi.
 Sambungkan kabel kincir angin hingga ke power house dengan
melapisi kabel yang diletakkan di dalam tanah dengan menggunakan
clypsal atau pipa.
d. Controller dan baterai
 Sambungkan semua kabel ke baterai.
 Pastikan semua sambungan kabel terpasang dengan baik
 Cek tegangan baterai jika memenuhi standard dengan range antara 24
volt sampai 28 volt.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk menjamin bahwa kinerja turbin angin tetap optimal perlu dilakukan
proses perawatan dan perbaikan secara berkala. Pekerjaan ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan, serta untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi fasilitas sehingga mencapai standar yang diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga


Angin. Yogyakarta : Balai PPTAGG – UPT-LAGG
Hau, E . 2000. Wind Turbines : Fundamentals, Technologies, Aplication,
Economics. Berlin, Germany : Springer.
Jansen, W.AM. 1986. Rotor Design For Horizontal Axis Windmills. Amersfoort :
Consultasy Services Wind Developing Countries.
Lungan dan Fransiscus. 2008. Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin Sumbu
Horizontal Tiga Sudu Berdiameter 2,4 Meter Dengan Modifikasi
Pemotongan dan Pengaturan Sudut Pitch. Bandung : Institut Teknologi
Bandung.
Piggott, Hugh, 2005. How to Build A Wind Turbine – The Axial Flux Windmill
Plans. Unites States Of America.
Simon, J. 2008. Design of Small Wind Turbine. University of Southern
Queesnland.
Sucipto. 2008. Pembuatan Turbin Angin Aksial Sumbu Horizontal Dua Sudu
Berdiameter 3,5 Meter. Bandung: Skripsi Program Studi Teknik Mesin
ITB.

Anda mungkin juga menyukai