Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tenaga listrik sebagai salah satu sistem energi mempunyai


peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi
suatu negara. Terlebih pada masa sekarang ini, muncul
tantangan dan dimensi-dimensi baru yang dihadapi umat
manusia sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk
menyebabkan aspek-aspek kehidupan yang harus dipenuhi
oleh pengadaan tenaga listrik semakin meningkat. Kebutuhan
akan listrik sangatlah besar di daerah perkotaan maupun di
pedesaan, sejalan dengan meningkatnya pembangunan
kesejahteraan masyarakat, berbagai upaya telah dilakukan
untuk penyediaan listrik sampai pada pelosok-pelosok desa.
Sistem Konversi Energi Angin (SKEA) yang kita kenal
adalah dua turbin angin pada umumnya yaitu turbin angin poros
horizontal dan turbin angin poros vertikal merupakan salah satu
jenis energi terbarukan yang memanfaatkan angin sebagai
energi pembangkitnya. Karena angin terdapat dimana-mana
sehingga mudah untuk didapatkan serta tidak membutuhkan
biaya yang banyak. Karena listrik tidak dihasilkan langsung oleh
alam maka untuk memanfaatkan energi angin ini di perlukan
sebuah alat yang bekerja dan menghasilkan energi listrik.
Diantaranya alat yang digunakan adalah kincir angin.
Dalam rangka pengembangan turbinangin poros horizontal
(Horizontal Axis Wind Turbin ) telah dilakukan banyak penelitian
untuk menghasilkan sistem yang mampu bekerja secara
optimal. Dimana kincir ini dapat ditingkatkan efisiensinya untuk
mendapat koefisien daya yang maksimal. Salah satunya
dengan mengunakan sudu berjumlah banyak. Koefisien daya
yang maksimal ini akan meningkatkan jumlah Watt (daya) yang

1
dihasilkan sehingga untuk mendapatkan jumlah watt tertentu
cukup dengan menggunakan jumlah kincir angin yang lebih
sedikit.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana pengaruh variasi jumlah sudu terhadap


unjuk kerja turbin angin poros horizontal.

1.3 Batasan Masalah

1. Dalam penelitian ini turbin angin yang digunakan adalah


turbin angin poros horizontal dengan blade berbentuk
taperlinier terbalik dan variasi jumlah blade 3,4,5 dan 6.
2. Bahan blade yang dipakai komposit karbon fiber.
3. Diameter rotor 90 cm, tinggi menara 2 meter, panjang
sudu 43 cm, tinggi sudu luar 12 cm serta sisi dalam 8
cm, dan tebal sudu turbin 0,1 cm.

1.4 Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui variasi jumlah sudu yang terbaik


terhadap unjuk kerja turbin angin poros horizontal.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis:

Penelitian ini diharapkan dapat membuka


wawasan baru bagi peneliti dalam menganalisa
pengaruh kecepatan angin dan variasi jumlah sudu
terhadap unjuk kerja turbin angin poros horizontal.
Menambah pengetahuan penulis dalam
menerapkan bidang teori dan praktek yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
2
2. Bagi Masyarakat :

Sebagai alternatif sumber listrik baru yang bisa


dimanfaatkan untuk menerangi penduduk di pesisir
laut.

3. Bagi Universitas Muhammadiyah Surabaya:

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan


referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya
pada Jurusan Teknik Mesin Universitas
Muhammadiayah Surabaya yang tertarik
melakukan penelitian yang memiliki permasalahan
yang sama.
4. Bagi Industri :

Dapat memberikan informasi tentang


penggunaan turbin angin sebagai sumber listrik
yang bisa digunakan untuk alternatif baru dalam
pemakaian listrik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya

Wardoyo (2016), Analisa sudu serang bilah pada turbin


abginn sumbu horizontal enam bilah datar sebagai penggerak
pompa. Berdasarkan dari hasil pengolahan data yang di ambil
maka di simpulkan bahwa sudut serang optimum kincir angin
enam bilah datar sumbu horizontal sebagai penggerak pompa
adalah 43 derajat, TSR 2,5 dan Cp yang dapat dihasilkan 0,152.
Kincir mulai beroperasi pada kecepatan angin 1,4 m/dt. Debit
air yang dihasilkan berdasarkan hasil uji coba adalah 19,20 liter
/ menit. Putaran poros kincir terbesar yang diperoleh 35,3 RPM.
Nilai TSR maksimum yang dicapai 2,593 di capai pada kondisi
sudut serang bilah 43 derajat.

Sunarwo (2017), Karakterisasi Turbin Angin Poros


Horizontal Dengan Variasi Bingkai Sudu Flat Untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Angin. Berdasarkan dari hasil pengolahan data
yang di ambil maka di simpulkan bahwa daya mekanik tertinggi
yang mampu dibangkitkan adalah sebesar 30,19 watt, pada
kecepatan angin sebesar 7 m/s terjadi pada turbin angin
dengan 6 bingkai sudu dengan putaran 207,9 rpm. Dan efisiensi
tertinggi yang mampu dihasilkan turbin adalah sebesar 40,83 %
pada kecepatan angin 4 m/s, terjadi pada turbin dengan 6
bingkai sudu dengan putaran 170 rpm.

2.2 Energi Angin

2.2.1 Energi-energi yang terdapat pada angin

Secara sederhana energi potensial yang terdapat


pada angin dapat memutarkan blade-blade yang terdapat
pada kincir angin, dimana blade-blade ini terhubung
dengan poros dan memutarkan poros yang telah terhubung
4
dengan generator dan menimbulkan arus listrik. Kincir yang
besar dapat digabungkan secara bersama-sama sebagai
energi tenaga angin, dimana akan memberikan daya
kedalam sistem transmisi kelistrikan.
Model sederhana dari turbin angin mengambil dasar
teori dari momentum, angin dengan kecepatan tertentu
menabrak rotor yang memiliki performa sayap atau
propeller. Dalam model sederhana, dimana memungkinkan
Newtonian mechanics digunakan, aliran diasumsikan
steady dan mendatar, udara diasumsikan incompressibel
dan inviscid, dan aliran downstream (aliran setelah melalui
rotor) diasumsikan konstan di sekeliling bagian streamtube
dengan tidak ada diskonuitas tekanan di seberang
perbatasan streamtube. Aplikasi dari momentum dan
energi diperlihatkan dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 Teori Momentum Dengan Mempertimbangkan


Bangun Rotor Berputar. ( Hau, 2006)

2.2.2 Teori Momentum Elementer Bezt


Menurut Betz, seorang insinyur Jerman, besarnya
energy yang maksimum dapat diserap dari angin adalah
hanya 0.59259 dari energi yang tersedia. Sedangkan hal
tersebut juga dapat dicapai dengan daun turbin yang
dirancang dengan sangat baik serta dengan kecepatan
keliling daun pada puncak daun sebesar 6 kali kecepatan
angin. Pada dasarnya turbin angin untuk generator listrik
hanya akan bekerja antara suatu kecepatan angin

5
minimum, yaitu kecepatan star Cs, dan kecepatan
nominalnya Cr. (Andika dkk, 2007)
Teori momentum elementer Betz sederhana
berdasarkan pemodelan aliran dua dimensi angin yang
mengenai rotor menjelaskan prinsip konversi energi angin
pada turbin angin. Kecepatan aliran udara berkurang dan
garis aliran membelok ketika melalui rotor dipandang pada
satu bidang. Berkurangnya kecepatan aliran udara
disebabkan sebagian energi kinetik angin diserap oleh
rotor turbin angin. Pada kenyataannya, putaran rotor
menghasilkan perubahan kecepatan angin pada arah
tangensial yang akibatnya mengurangi jumlah total energi
yang dapat diambil dari angin. Walaupun teori elementer
Betz telah mengalami penyederhanaan, namun teori ini
cukup baik untuk menjelaskan bagaimana energi angin
dapat dikonversikan menjadi bentuk energi lainnya.

Gambar 2.3 Model Aliran dari Teori Momentum Beltz


( Hau, 2006)

Koefisien daya hasil dari konversi daya angin ke daya


mekanis turbintergantung pada perbandingan dari
kecepatan angin sebelum dan sesudah dikonversikan. Jika
keterkaitan ini di plot ke dalam grafik, secara langsung
solusi analitis juga dapat ditemukan dengan mudah. Dapat
dilihat bahwa koefisien daya mencapai maksimum pada
rasio kecepatan angin tertentu seperti pada terlihat pada
gambar.
6
Gambar 2.4 Koefisien Daya Berbanding Dengan Rasio
Kecepatan Aliran Sebelum dan Setelah Konversi Energi (Hau,
2006).
Besarnya effisiensi teoritis atau maksimum dari turbin
angin Cp adalah :
16
Cp = 27 = 0,593 (Hau, 2006).
Denga kata lain, turbin angin dapat mengkonversikan
tidak lebih dari 60% tenaga total angin menjadi tenaga
berguna. Betz adalah orang pertama yang menemukan
nilai ini, untuk itu nilai ini disebut juga dengan Betz factor.

2.2.3 Energi Kinetik Angin.

Menurut ilmu fisika klasik energi kenetik dari sebuah


benda dengan massa m dan kecepatan v adalah E=
0.5.m.v2, dengan asumsi bahwa kecepatan v tidak
mendekati kecepatan cahaya. Rumus tersebut diatas
berlak juga untuk menghitung energi kinetik yang
diakibatkan oleh gerakan angin. Sehingga biasa dituliskan
sebagai berikut:
1
E = 2 . ṁ . v2 (Nursuhud 2008) (2.1)

Dengan :
E = energi (joule)
m = massa udara (kg)
v = kecepatan angin (m/s)
7
Bila suatu blok udara yang mempunyai penampang A
m2, dan bergerak dengan kecepatan v m/s, maka jumlah
massa yang melewati sesuatu tempat adalah:
ṁ=ρ.A.v (Nursuhud 2008) (2.2)

Dengan
m = laju aliran massa (kg/s)
A = luas penampang melintang aliran (m2)
ρ = massa jenis angin (kg/m3)

Tenaga total aliran angin adalah sama dengan laju


energi kinetik aliran yang datang, maka :
𝑣2
W total = ṁ . Ke = m . 2𝑔𝑐 (Nursuhud 2008) (2.3)
Dengan :
Wtot = tenaga total (watt)
gc = faktor koreksi = 1 (kg/N.s2)

Dengan melihat persamaan 2.1 dan 2.2 maka :


1
W total = ρ . A . v3 (Nursuhud 2008) (2.4)
2𝑔𝑐
Daya per luas, sebagai potensi daya angin atau
kerapatan daya angin (wind power density), yaitu :
𝑊𝑡𝑜𝑡 1
𝐴
= 2𝑔𝑐 ρ . v3 (W/m2) (Nursuhud 2008) (2.5)

Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah


yang ditangkap oleh turbin angin untuk memutar rotor.
Untuk menganalis seberapa besar energi angin yang dapat
diserap oleh turbin angin, digunakan Teori Momentum
Elementer Betz.

8
2.2.4 Daya Angin.

Daya adalah energi per satuan waktu. Daya angin


berbanding lurus dengan kerapatan udara, dan
kubikkecepatan angin, seperti diungkapkan dengan
persamaan berikut:
1
P = 2 ρ . A . v3 (Umanand,2007) (2.6)

Dengan :
P = Daya angin (watt)
ρ = massa jenis angin (kg/m3)
A = luas penampang melintang aliran (m2)
v = kecepatan angin (m/s)

2.3 Turbin Angin

2.3.1 Jenis turbin angin

Dalam perkembangannya, turbin angin dibagi menjadi


dua jenis turbin angin Propeller dan turbin angin Darrieus.
Kedua jenis turbin inilah yang kini memperoleh perhatian
besar untuk dikembangkan. Pemanfaatannya yang umum
sekarang sudah digunakanadalah untuk memompa air
danpembangkit tenaga listrik. Turbin angina terdiri atas dua
jenis, yaitu :

A. Turbin angin poros horizontal (HAWT).


Turbin angin Propeller adalah jenis turbin angin dengan
poros horizontal seperti baling – baling pesawat terbang
pada umumnya. Turbin angin ini harus diarahkan sesuai
dengan arah angin yang paling tinggi kecepatannya.
Mukund R. Patel menambahkan, seperti yang terlihat
dalam persamaan daya angin sebelumnya, keluaran daya
dari turbin angin bervariasi linear dengan daerah yang
melawati rotor blade. Untuk turbin sumbu horisontal,
daerah yang melewati rotor blade adalah:
9
𝜋
A= 4
D2 ( m2 ) (Alamsyah,2007) (2.7)

B. Turbin angin poros vertical (VAWT).

Turbin angin Darrieus merupakan suatu sistem konversi


energi angin yang digolongkan dalam jenis turbin angin
berporos tegak. Turbin angin ini pertama kali ditemukan
oleh GJM Darrieus tahun 1920. Keuntungan dari turbin
jenis Darrieus adalah tidak memerlukan mekanisme
orientasi pada arah angin (tidak perlu mendeteksi arah
angin yang paling tinggikecepatannya) seperti pada turbin
angin propeller (Alamsyah, 2007) Mukund R. Patel
menambahkan, untuk turbin angin Darrieus-sumbu vertikal,
penetapan luas sapuan rotor rumit karena melibatkan
integral elips. Namun, dengan menganggap blade sebagai
parabola persamaannya menjadi sederhana:
2
A = 3 (maximum rotor width at center)(height of the rotor)
(Alamsyah,2007) ( 2.8 )

Setiap jenis turbin angin memiliki ukuran dan efisiensi


yang berbeda. Untuk memilih jenis turbin angin yang tepat
untuk suatu kegunaan diperlukan tidak hanya sekedar
pengetahuan tetapi juga pengalaman.

2.3.2 Efisiensi Turbin Angin

A. Efisiensi rotor
Daya angin maksimum yang dapat diekstrak oleh turbin
angin dengan luas sapuan rotor A adalah:
16 1
P = 27 2
ρ . A . v3 (W) (Daryanto 2007) (2.9)

Angka 16/27 (=59.3%) ini disebut batas Betz (Betz limit,


diambil dari ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini secara
teori menunjukkan efisiensi maksimum yang dapat dicapai
10
oleh rotor turbin angin tipe sumbu horisontal. Pada
kenyataannya karena ada rugi-rugi gesekan dan kerugian
di ujung blade, efisiensi aerodinamik dari rotor, ηrotor ini
akan lebih kecil lagi yaitu berkisar pada harga maksimum
0.45 saja untuk blade yang dirancang dengan sangat baik.
Maka Efisiensi rotor turbin angin menjadi:
1
ᶯ rotor = Cp = Pt / 2 ρ . A . v3 (Hau, 2006) (2.10)
Keterangan:

Pt = Daya turbin (watt)


Cp = Coefisien Power
ρ = massa jenis angin (kg/m³)
A = Luas penampang melintang aliran (m²)
v = kecepatan angin (m/s)

B. Efisiensi Transmisi dan Generator


Gearbox mengubah laju putar menjadi lebih cepat,
konsekuensinya dengan momen gaya yang lebih kecil,
sesuai dengan kebutuhan generator yang ada di
belakangnya. Generator kemudian mengubah energi
kinetik putar menjadi energi listrik. Efisiensi transmisi
gearbox dan bearings (Nb, bisa mencapai 95%),dan
efisiensi generator(Ng,~ 80%). (Pikatan, 1999). Sehingga
efisiensi total turbin angin dapat dituliskan sebagai berikut:
ᶯ total = Cp . Nb . N g (Hau, 2006) (2.11)

2.3.3 Daya Turbin Angin


Dengan menggabungkan persamaan 2.10 dan
persamaan 2.11 sehingga diperoleh persamaan daya
turbin angin:
1
P = ᶯ total 2 ρ . A . v3 (W) (Hau, 2006) (2.12)

2.3.4 Tip Speed Ratio


Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio
kecepatan ujung rotor terhadap kecepatan angin bebas.
11
Untuk kecepatan angin nominal yang tertentu, tip speed
ratio akan berpengaruh pada kecepatan rotor. Turbin angin
tipe lift akan memiliki tip speed ratio yang relatif lebih besar
dibandingkan dengan turbin angin drag. Tip speed ratio
dihitung dengan persamaan :
2 . 𝜋 . 𝑛 .𝑟
λ= 60 . 𝑉
(Hau, 2006) (2.13)

dengan :
λ : tip speed ratio
r : jari-jari rotor (m)
n : putaran rotor (rpm)
v : kecepatan angin (m/s)
Gambar berikut menunjukkan variasi nilai tip speed ratio
dan koefisien daya untuk berbagai macam turbin angin.

Gambar 2.5 Variasi Tip Speed Ratio Dan Koefisien Daya


Pada Berbagai Jenis Turbin Angin. (Hau, 2006)

2.4 Hipotesis

Dari variasi jumlah blade yang dilakukan juga terlihat


memiliki karakteristik putaran yang berbeda satu sama lain.
Dengan putaran yang dihasilkan maksimum pada jumlah 5
blade lebih besar bila dibanding dengan jumlah blade yang
lain. Pada jumlah blade yang lebih sedikit pada penelitian
12
ini memiliki putaran yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan jumlah 5 blade karena jarak antar blade yang satu
dengan yang lain terlalu jauh sehingga distribusi energi
angin yang diterima oleh blade tidak diterima secara
maksimal karena banyak losses energi yang hilang melalui
celah antar blade, sedangkan jumlah blade yang lebih
banyak dari 5 blade pada penelitian ini banyak gaya yang
merugikan akibat pengurangan kecepatan angin setelah
melewati blade sehingga pengurangan kecepatan ini
menjadi beban diantara blade. Akibatnya, performasi
secara umum dapat dikatakan menurun seiring dengan
pertambahan jumlah blade pada penelitian ini.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

Sebuah penelitian membutuhkan metodologi yang


sistematis, dimana metode ini mempunyai fungsi untuk:

1. Mempermudah jalannya penelitian.


2. Penelitian berjalan secara sistematis sehingga dapat
diselesaikan secara tepat waktu.
3. Mengurangi atau memperkecil kesalahan yang mungkin
terjadi pada saat penelitian.
4. Mengkoreksi dan mengevaluasi kembali proses
pelaksanaan penelitian secara menyeluruh.

Metode penelitian ini berisi:

1. Menggunakan Metode Eksperimental Metode ini


meruppakan metode penelitian yang memungkinkan
peneliti untuk mengubah variabel serta meneliti akibat
yang terjadi. Disini variabel yang di ubah jumlah blade.
2. Menggunakan Metode Kuantitatif Metode penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif
adalah mengembangkan dan menggunakan model-
model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang
berkaitan. Proses pengukuran adalah bagian yang
sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara
pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari
hubungan-hubungan kuantitatif. Dimana metode
penelitian ini mengambil langsung data pada lapangan,
membentuk model penelitian serta parameter
penelitian.
14
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Tempat penelitian dilakukan di pesisir pantai muncar


banyuwangi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa pengaruh dari variasi jumlah blade terhadap unjuk
kerja turbin angin poros horizontal.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)


Dalam melakukan penelitian ini, yang merupakan
variabel bebas adalah variasi jumlah blade 3,4,5 dan 6.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel terikat yang diteliti adalah unjuk kerja turbin
angin poros horizontal dan efisiensi yang dihasilkan.

3.3.3 Variabel Kontrol


Selain variabel dependen dan variabel independen,
penelitian ini juga memasukkan variabel kontrol ke dalam
setiap penelitian yang dilakukan.
Variabel kontrol tersebut terdiri dari:
1. Blade berbentuk taperlinier terbalik
2. Jumlah sudu 3,4,5 dan 6
3. Diameter rotor 90 cm, tinggi menara 2 meter,
panjang sudu 43 cm, tinggi sudu luar 12 cm serta
sisi dalam 8 cm, dan tebal sudu turbin 0,1 cm.

3.4 Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam proses pengambilan


data terdiri dari peralatan utama yaitu peralatan yang
digunakan dalam proses utama, dan peralatan pendukung
yaitu peralatan yang digunakan dalam proses pengamatan
dan penelitian.

15
3.4.1 Peralatan Utama dan Bahan

1. Sudu berfungsi sebagai “penangkap” energi potensial


yang terdapat pada angin.

Gambar 3.1 Sudu

2. Hub berfungsi untuk memegang sudu pada tempatnya


dan menghubungkan dengan poros utama yang ada di
belakangnya.

Gambar 3.2 Hub

3. Bearing berfungsi sebagai bantalan poros turbin


maupun sebagai tumpuan pada poros turbin agar dapat
berputar dengan baik.

Gambar 3.3 Bearing

16
4. Poros turbin merupakan batang yang menopang sudu
dan komponen turbin angin lainnya, pada turbin angin
ini poros turbin dibuat secara horizontal.

Gambar 3.4 Poros Turbin

5. Generator untuk mengubah energi mekanik berupa


putaran poros turbin menjadi energi listrik.

Gambar 3.5 Generator


6. Tiang berfungsi untuk penyangga keseluruhan
mekanisme yang ada diatasnya.

Gambar 3.6 Tiang


17
7. Rectifier berfungsi sebagai penyearah (dari ac ke dc).

Gambar 3.7 Rectifier


8. Controller berfungsi sebagai pengontrol apabila baterai
kelebihan arus, maka controller langsung memutuskan
arus agar tidak terjadi arus berlebih dan agar baterai
tidak rusak.

Gambar 3.8 Controller


9. Baterai yang digunakan mempunyai tegangan 12 volt.

Gambar 3.9 Baterai


3.4.2 Peralatan Bantu

Bahan yang digunakan dalam pembuatan turbin


diantaranya :

18
1. Kayu Albasiah

Gambar 3.10 Kayu Albasiah


2. Resin

Gambar 3.11 Resin


3. Fiberglass

Gambar 3.12 Fiberglass


4. Wax

Gambar 3.13 Wax


5. Calcium Carbonat

Gambar 3.14 Calcium Carbonat


19
6. Mur dan Baut

Gambar 3.15 Mur dan Baut


7. Katalis

Gambar 3.16 Katalis


8. Plat besi

Gambar 3.17 Plat Besi


9. Pipa Besi

Gambar 3.18 Pipa Besi


3.5 Prosedur Pengujian Alat
1. Pengujian dengan variasi kecepatan angin.
2. Pastikan prototype alat dan alat ukur telah terinstal
sesuai pada skema pengujian alat uji.

20
3. sebelum turbin dinyalakan pastikan semua perangkat
dalam kondisi baik.
4. Memastikan alat ukur sudah terkalibrasi agas hasilnya
akurat.
5. Mengaktifkan turbin dan mulai mengumpulkan data
sesuai prosedur.
6. Mengambil data pada variasi blade yang di uji coba.

21
3.6 Diagram Alir Penelitian
Mulai

Persiapan alat
dan bahan

Pengujian

Varisasi Jumlah sudu


Sudu
Sudu 3 Sudu 4 Sudu 5 Sudu 6

Unjuk Kerja turbin

Pengambilan data

Tidak
Analisis data

YA
Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan dan Penelitian


Turbin Angin Poros Horizontal.

22
DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit


Listrik Tenaga Angin. Yogyakarta : Balai PPTAGG – UPT-
LAGG

Hau, E . 2000. Wind Turbines : Fundamentals, Technologies,


Aplication, Economics. Berlin, Germany : Springer.

Jansen, W.AM. 1986. Rotor Design For Horizontal Axis


Windmills. Amersfoort : Consultasy Services Wind Developing
Countries

Lungan, Fransiscus. 2008. Perancangan dan Pembuatan


Turbin Angin Sumbu Horizontal Tiga Sudu Berdiameter 2,4
Meter Dengan Modifikasi Pemotongan dan Pengaturan Sudut
Pitch. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Piggott, Hugh, 2005. How to Build A Wind Turbine – The Axial


Flux Windmill Plans. Unites States Of America.

Strong, Mr. Simon James. 2008. Design of Small Wind


Turbine. University of Southern Queesnland.

Sucipto. 2008. Pembuatan Turbin Angin Aksial Sumbu


Horizontal Dua Sudu Berdiameter 3,5 Meter. Bandung: Skripsi
Program Studi Teknik Mesin ITB.

Alamsyah, Hery., 2007, Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu


Sebagai Penggerak Mula Alternator Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Angin. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Andika M.N, Trharyanto Y.T, Prasetya R.O.,


2007, Kincir Angin Sumbu Horizontal Bersudu Banyak,
Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.

23
Bastomi, Akhwan., 2010, Simulasi Konversi Energy Angin
Menjadi Energi Listrik Pada Turbin Angin Sumbu Horizontal.
Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

El-Wakil, M., 1984. Power Plant Technology, International


Edition.
Hau, Erich. 2006. Wind Turbines Fundamentals,
Technologies, Application, Economics. Edisi Kedua. Germany.
Springer.

Jarass., 1980, Strom aus Wind – Integration einer


regenerativen
EnergieQuelle, Springer-Verlag, Berlin.

Manwell, J.F ., 2002. Wind Energ Explained Theory, Design


and Application. Amherst : John Wiley and Sons, Ltd.

24

Anda mungkin juga menyukai