Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu potensi energi Indonesia adalah energi biomassa. Biomassa merupakan sumber
energi dari tumbuh-tumbuhan yang sangat mudah ditemui di Indonesia. Biomassa sanggup
diubah menjadi berbagai energi yang berguna bagi kehidupan manusia seperti energi panas,
energi listrik, bahkan energi fuelcell berbasis biohidrogen. Saat ini permintaan biomassa
didominasi pada sektor rumah tangga 84% khususnya di pedesaan, sektor industry 16% dan
komersial 1%. Pertumbuhan permintaan biomassa dalam 5 tahun terakhir relatif rendah yaitu
0,4%. Sejalan dengan modernisasi, permintaan biomassa akan semakin menurun dan
tergantingkan oleh energi lain seperti LPG.
Kurangnya peran teknologi dalam pemanfaatan biomassa menjadikan energi ini terkesan
kumuh dan ketinggalan zaman. Biomassa saat ini masih mempunyai tempat bagi masyarakat
pedesaan. Pada masyarakat pedesaan, biomassa biasanya digunakan sebagai bahan bakar tungku
kayu yang digunakan untuk memasak sehari-hari. Proses perlakuan pada biomassa seperti kayu
bakar pun masih sangat konvensional yakni dengan pembakaran secara langsung (direct
combustion). Proses pembakaran langsung dapat menghasilkan racun berupa gas CO yang
terlepas ke udara hingga sanggup membunuh manusia yang menghirupnya. CH 4 juga dihasilkan
dari pembakaran ini. CH4 merupakan gas rumahkaca yang 74 kali lebih panas dari pada CO2.
Pelepasan gas ini sanggup mempercepat pemanasan global diibumi. Proses gasifikasi adalah
proses pemanfaatan biomassa menjadi bahan bakar dalam bentuk gas melalui proses termokimia.
Teknologi gasifikasi sebagai salah satu teknologi konversi energi biomas saat ini masih
sangat terbatas perkembangannya di Indonesia. Penelitian mengenai gasifikasi biomas juga
masih sangat sedikit dilakukan. Padahal teknologi tersebut menghasilkan bahan bakar gas yang
sangat fleksibel penggunaannya. Oleh karena itu dalam paper atau makalah ini kami akan
membahas tentang teknologi gasifikasi biomassa untuk memberi info kepada para pembaca
terutama para mahasiswa, dengan harapan para mahasiswa dapat mempraktekannya secara
langsung di lapangan
1

1.2 Permasalahan
Mengacu pada latar belakang di atas, maka dapat kami ambil beberapa permasalahan yang
nantinya akan kami bahas pada bab selanjutnya, permasalahan itu sebagai berikut :
1. Apa pengertian gasifikasi dan biomassa ?
2. Apa pengertian gasifikasi biomassa ?
3. Bagaimana tahapan proses gasifikasi ?
4. Apa saja jenis-jenis gasifier ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan paper atau makalah ini adalah agar para pembaca terutama para
mahasiswa mengetahui teori tentang gasifikasi biomassa seperti definisi dari gasifikasi biomassa,
tahapan proses gasifikasi dan jenis-jenis gasifier

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gasifikasi
Gasifikasi adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung karbon untuk
mengubah material baik cair maupun padat menjadi bahan bakar gas dengan menggunakan
temperatur tinggi. Gas yang dihasilkan mempunyai nilai bakar sehingga dapat menghasilkan
energi. Selama proses gasifikasi reaksi kimia utama yang terjadi adalah endotermis (memerlukan
panas dari luar selama proses berlangsung). Media yang umum digunakan adalah pada proses
gasifikasi ialah udara dan uap. Produk yang dihasilkan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian
utama,yaitu padatan, cairan(temasuk gas padat yang dikondensasiakn), dan gas permanen. Gas
yang dihasilkan dari gasifikasi dengan mengginakan udara mempunyai nilai kalor yang lebih
rendah, tetapi disisi lain proses operasi menjadi lebih sederhana.

Gambar 2.1 Instalasi Teknologi Gasifikasi

2.1.1 Keunggulan Gasifikasi


Beberapa keunggulan dari teknologi gasifikasi yaitu :
1. Mampu menghasilkan produk gas yang konsisten yang dapat digunakan sebagai
pembangkit listrik
2. Mampu memproses beragam input bahan bakar termasuk batu bara, minyak mentah
berat (heavy crude oil), biomassa, berbagai macam sampah kota (municipal waste), dan
lain sebagainya
3. Mampu mengubah sampah yang bernilai rendah menjadi produk yang bernilai tinggi
4. Mampu mengurangi jumlah sampah padat
5. Gas yang dihasilkan tidak mengendung furan dan dioksidin yang berbahaya
2.1.2 Jenis Gasifikasi

Gambar 2.2 Jenis Gasifikasi


Terdapat 3 jenis pengegas (gasifier) yang banyak digunakan untuk gasifikasi, yaitu tipe
moving bed (lapisan bergerak), fluidized bed (lapisan mengambang), dan entrained flow (aliran
4

semburan). Karena masing masing pengegas memiliki kelebihan dan kekurangan, maka alat
yang akan digunakan lebih ditentukan oleh karakteristik bahan bakar dan tujuan gasifikasi.
A. Moving Bed
Untuk model moving bed, material yang digasifikasi adalah yang berukuran agar besar,
sekitar beberapa sentimeter. Material dimasukkan dari bagian atas, sedangkan oksidan berupa
oksigen dan uap air dihembuskan dari bagian bawah alat. Mekanisme ini akan menyebabkan
material turun pelan pelan selama proses, sehingga waktu tinggal (residence time) meterial
adalah lamanya sekitar 1 jam, serta menghasilkan produk sisa berupa abu.Karena pengegas
model ini beroperasi pada suhu relatif rendah, yaitu maksimal sekitar 600 oC, maka material
yang digasifikasi haris memiliki suhu leleh abu (ash fusion temperature) yang tinggi. Hal ini
dimaksudkan agar abu tidak melelh yang kahirnya mengumpul di bagian bawah alat sehingga
dapat menyumbat bagian tersebutDisamping prosuk utama yaiyu gas hidrogen dan karbon
monoksida, gasifikasi pada suhu relatif rendah ini akan meningkatkan presentasegas metana
pada produk gas. Karena gas metana ini dapat meningkatkan nilai kalor gas sintetik yang
dihasilkan, maka pengagas moving bed sesuai untuk produksi SNG (Synthetic Natural Gas)
maupun gas kota (town gas). Tipe reaktor moving bed yang saat ini beroperasi terdiri dari 2
macam yaitu down-draft (co-current) dan up-draft (counter-current).

Updraft Gasifier
Tipe ini telah umum digunakan untuk bahan bakar batubara sejak 150 tahun yang lalu.

Selama pengoperasian, biomassa diumpankan di bagian atas sementara udara masuk melalui
grate yang umumnya di selubungi oleh abu. Grat berada dibagian bawah gasifier, dimana
udara bereaksi dengan biomassa menghasilkan CO2 yang sangat panas dan H2O. Sebaliknya,
CO2 dan H2O bereaksi kembali dengan kokas menghasilkan CO dan H2. Temperatur
dibagian grate harus dibatasi dengan menambahkan kukus atau resirkulasi gas keluaran untuk
mencegah rusaknya greate dan penyumbatan akibat tingginya temperature ketika karbon
bereaksi dengan udara. Gas panas yang naik mempirolisa biomasa diatasnya kemudian
mendingin sepanjang proses. Biasanya 5-20 persen tar dan minyak terbentuk pada suhu yang
terlalu rendah dan terbawa pada aliran gas produk. Panas yang tersisa juga mengeringkan
5

biomassa yang masuk sehingga hamper tidak ada energi yang hilang dari gas. Up draft
gasifier terbtas digunakan hingga kapasitas 10 giga joule/jam.m2 dibatasi oleh stabilitas
unggun atau fluidisasi, pengerakan atau pemanasan berlebih yang menurunkan efesiensi.

Gambar 2.3 Updraft Gasifier

Downdraft Gasifier
Bagian atas dari silinder gasifier diisi bahan bakar yang selama operasi, setiap beberapa

jam diisi dan diposisikan tertutup ketika beroperasi. Penutup ini juga difungsikan sebagai
keran pengaman (safety valve) untuk mengantisipasi terjadinya ledakan. Kira-kira sepertiga
bagian dari atas, terdapat nozel untuk mengalirkn udara ke biomassa yang siap di gasifikasi.
Biasanya nozelnya berjumlah ganjil dan dihubungkan dengan distributor. Distributor ini juga
terhubung dengan udara luar untuk menyediakan udara yg cukup untuk pembakaran.
Biasanya juga terdapat lubang untuk pembakaran awal dalam memulai proses gasifikasi.
Selama operasi, udara yang masuk membakar dan mempiralisa sebagian bahan bakar,
sebagian besar tar dan minyak, dan sebagain arang yang mengisi gasifier dibawah nozel.
Sebagian besar padatan dikonversi menjadi biomassa di zona pembakaran ini karena
6

biomassa mengandung sekitar 80% senyawa volatil. Gasifier memiliki sifat pengaturan
mandiri. Jika arang tidak cukup, pada bagian nozel, lebih banyak kayu yang akan terbakar
dan terpirolisa untuk menghasilkan lebih banyak arang. Jika arang terlalu banyak pada
kondisi pengisian penuh, jumlah char meningkat sekitar nozel sehingga menghambat udara
masuk dan pada akhirnya mengurangi jumlah arang. Begitulah zona reaksi dikendalikan pada
bagian nozel.

Gambarr 2.4 Downdraft Gasifier


Dibawah nozel udara merupakan zona reduksi, yang merupakan bagian inti gasifier.
Biasanya bagian ini berbentuk V, namun model terbaru ada juga yang berbentuk datar.
Peningkatan kualitas isolasi di bagian ini akan menurunkan produksi tar dan peningkatan
efesiensi operasi. Gas CO2 dan H2O yang dihasilkan di zona pirolisis dan pembakaran
mengalir melalui arang ini dimana terjadi reduksi parsial membentuk gas CO dan H2. Proses
ini menyebabkan pendinginan gas karena sebagian panas dirubah menjadi energi kimia.
Proses ini menghilangkan sebagian besar arang/kokas dan meningkatkan kualitas dari singas. Ujung-ujungnya arang/kokas dilarutkan oleh gas ini dan dipecah-pecah menjadi
partikel kecil kemudian dipisahkan di siklon. Tar yang tidak terbakar pada nozel dapat
terpecah lebih lanjut pada kokas panas. Abu kokas bisa menyumbat unggun kokas dan
7

mengurangi aliran gas sehingga harus dibersihkan. Umumnya gasifier dilengkapi grate yang
bisa di getar-getarkan untuk membersihkan gasifier dari penyumbatan oleh abu.
B. Fluidized Bed
Pada tipe Fluidized bed, material yang digasifikasi ukurannya lebih kecil dibandingkan
pada moving bed, yaitu beberapa milimeter sampai maksimal 10 mm saja. Tipikal pengegas
ini memasukkan bahan bakarnya dari samping (side feeding) dan oksidan dari bagian bawah.
Oksidan disini selain sebagai reaktan pada proses, juga berfungsi sebagai media lapisan
mengambang dari material yang digasifikasi.Dengan kondisi penggunaan oksidan yang
demikian maka salah satu fungsi tidak akan dapat meksimal karena harus melengkapi fungsi
lainnya, atau bersifat komplementer. Hal ini mengakibatkan tingkat konversi karbon pada
tipe ini maksimal hanya sekitar 97% persen saja, tidak setinggi pada tipa moving bed dan
entrained flow yang dapat mencapa 99% atau lebih.Karena pengegas ini beroperasi pada
suhu sekitar 600 1000oC, maka material yang diproses harus memiliki temperatur melunak
abu (softening temperature) diatas suhu operasional tersebut. Hal ini bertujuan agar abu yang
dihasilkan selama proses tidak meleleh, yang dapat mengakibatkan terganggunya kondisi
lapisan mengambang.
C. Entrained Flow
Pada tipe Entrained Flow, pengegas ini sekarang mendominasi, baik pada yang berbahan
bakar batubara maupun minyak residu. Pada alat ini, material yang akan diproses
dihancurkan terlebih dahulu sampai berukuran sangat kecil.Kemudian Material ini
disemburkan kedalam pengegas bersama dengan aliran oksidan, dapat berupa oksigen, udara,
atau uap air. Proses gasifikasi berlangsung pada suhu antara 1200 1800oC, dengan waktu
tinggal material kurang dari 1 detik.

2.1.3 Tahapan/Proses Gasifikasi


8

Gasifikasi terdiri dari empat tahapan terpisah: pengeringan, pirolisis, oksidasi/pembakaran


dan reduksi. Keempat tahapan ini terjadi secara alamiah dalam proses pembakaran. Dalam
gasifikasi keempat tahapan ini dilalui secara terpisah sedemikian hingga dapat menginterupsi
api dan mempertahankan gas mudah terbakar tersebut dalam bentuk gas serta mengalirkan
produk gasnya ke tempat lain. Salah satu cara untuk mengetahui proses yang berlangsung pada
gasifier jenis ini adalah dengan mengetahui rentang temperatur masing-masing proses, yaitu:

Pengeringan: T > 150 C

Pirolisis/Devolatilisasi: 150 < T < 700 C

Oksidasi/pembakaran: 700 < T < 1500 C

Reduksi: 800 < T < 1000 C

Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan
proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).

Gambar 2.5 Tahapan Proses Gasifikasi

A. Pengeringan (Drying)
Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang
diserap dari proses oksidasi.
B. Pirolisis

Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak
terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang
diserap dari proses oksidasi. Pirolisis atau devolatilisasi disebut juga sebagai gasifikasi
parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis yang dimulai
secara lambat pada T 700 C. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi temperatur,
tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada
temperatur sekitar 230 C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, seperti lignin
pada biomassa dan volatile matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan
komponen lainnya. Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic
hydrocarbon). Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H 2, CO,
CO2, H2O, dan CH4), tar, dan arang. Pirolisis selulosa endotermik pada temperature kurang
dari 400-450 C dan kemudian menjadi esotermik pada temperature diatasnya, ditunjukkan
dengan reaksi berikut (Klass, 1998).
CO + 3H2 CH4 + H2O 226 kJ/gmol

(2)

CO + 2H2 CH3OH 105 kJ/gmol

(3)

0,17C6H10O5 C + 0,85H2O 80 kJ/gmol

(4)

CO + H2O CO2 + H2 42 kJ/gmol

(5)

C. Oksidasi (Pembakaran):
Pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan
bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi
gas bakar dengan reaksi endotermik. Oksidasi atau pembakaran arang merupakan reaksi
terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini menyediakan seluruh energi panas yang
dibutuhkan pada reaksi endotermik. Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan
10

substansi yang mudah terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO 2 dan H2O yang secara
berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada pirolisis. Reaksi yang
terjadi pada proses pembakaran adalah:
C + O2 CO2 + 393.77 kJ/mol karbon
Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang terkandung
dalam bahan bakar membentuk kukus. Reaksi yang terjadi adalah:
H2 + O2 H2O + 742 kJ/mol H2
D. Reduksi (Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong
oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini
adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan empat reaksi yang
umum telibat pada gasifikasi.

Water-gas reaction
Water-gas reaction merupakan reaksi oksidasi parsial karbon oleh kukus yang dapat
berasal dari bahan bakar padat itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari sumber yang
berbeda, seperti uap air yang dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari
penguapan air. Reaksi yang terjadi pada water-gas reaction adalah:
C + H2O H2 + CO 131.38 kJ/kg mol karbon

Boudouard reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi antara karbondioksida yang terdapat di dalam
gasifier dengan arang untuk menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard
reaction adalah:
CO2 + C 2CO 172.58 kJ/mol

Shift conversion
11

Shift conversion merupakan reaksi reduksi karbonmonoksida oleh kukus untuk


memproduksi hidrogen. Reaksi ini dikenal sebagai water-gas shift yang menghasilkan
peningkatan perbandingan hidrogen terhadap karbonmonoksida pada gas produser.
Reaksi ini digunakan pada pembuatan gas sintetik. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
CO + H2O CO2 + H2 41.98 kJ/mol

Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan gas methan. Reaksi yang terjadi pada
methanation adalah:
C + 2H2 CH4 + 74.90 kJ/mol karbon
Pembentukan methan dipilih terutama ketika produk gasifikasi akan ppdigunakan sebagai
bahan baku indsutri kimia. Reaksi ini juga dipilih pada aplikasi IGCC (Integrated
Gasification Combined-Cycle) yang mengacu pada nilai kalor methan yang tinggi.
Gas hasil gasifikasi terutama terdiri dari gas gas mempan bakar yaitu CO2, H2, dan CH4

juga gas gas tidak mempan bakar CO2, dan N2. Komposisi gas ini sangat tergantung pada
komposisi untus dalam biomassa, bentuk dan partikel biomassa, serta kondisi kondisi
proses gasifikasi. Namun gas yang keluar dari gasifikasi masih mengandungkotoran dan
temperaturnya tinggi, oleh karena itu diperlukan pengolahan lebih lanjut, dengan
penambahan siklon untuk memisahkan debu kasar, filter untuk menyaring debu halus,
kondensor gas, dan pengendap air dan tar yang terkondensasi.

2.2 Biomassa
Biomassa, dalam industri produksi energi, merujuk pada bahan biologis yang hidup atau
baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar atau untuk produksi industrial.
Umumnya biomassa merujuk pada materi tumbuhan yang dipelihara untuk digunakan sebagai
biofuel, tapi dapat juga mencakup materi tumbuhan atau hewan yang digunakan untuk produksi
12

serat, bahan kimia, atau panas. Biomassa dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat
dibakar sebagai bahan bakar. Biomassa tidak mencakup materi organik yang telah
tertransformasi oleh proses geologis menjadi zat seperti batu bara atau minyak bumi.
2.2.1 Gas Biomas Sebagai Bahan Bakar Motor
Selain langsung dibakar pada tungku untuk memperoleh panas, cara pemanfaatan gas
biomas ialah dengan menjadikannya bahan bakar motor bakar dalam (internal combustion
engine). Motor yang digunakan dapat berjenis motor busi maupun diesel. Dengan sedikit
modifikasi pada karburator, motor busi dapat dijalankan dengan bahan bakar gas biomas saja.
Sedang motor diesel tidak dapat dijalankan hanya dengan gas biomas melainkan harus
menggunakan sistem dual-fuel, yaitu gas biomas digunakan secara bersama dengan solar.
Pada motor diesel tetap diperlukan bahan bakar solar karena injeksi solar digunakan untuk
keperluan penyalaan.
2.2.2 Pendinginan dan Pembersihan Gas
Agar dapat digunakan untuk menjalankan motor, gas dari reaktor harus dibersihkan
terlebih dahulu dari debu partikel padat dan tar, karena keberadaan kedua benda tersebut dapat
mengganggu kinerja motor atau bahkan dapat merusak komponen motor. Selain itu gas
tersebut juga harus didinginkan agar volume spesifiknya turun sehingga menaikkan efisiensi
volumetric pada saat langkah isap.
Ada beberapa teknik pembersihan dan pendinginan gas biomas. Teknik pembersihan
antara lain berupa:
1. Pemisahan partikel padat dengan siklon
2. Pencucian tar serta sisa partikel padat dengan dilewatkan air tergenang
3. Pencucian dengan cara disemprot air
4. Penyaringan kering menggunakan bahan saring sistem curah (adsorpsi)
5. Penyaring dengan lembaran kain saring.

13

Pada satu sistem gasifikasi, bisa melibatkan satu atau lebih teknik di atas.
Teknik pendinginan gas biomas sangat tergantung pada sistem pembersihan yang digunakan.
Jika pembersihannya menggunakan air, maka hal tersebut sekaligus merupakan proses
pendinginan. Untuk sistem kering, pendinginan bisa menggunakan penukar panas dengan
fluida penukar berupa air atau udara. Jika digunakan udara untuk pendinginan, bisa digunakan
aliran alami atau aliran paksa memanfaatkan kipas.
Percobaan oleh LaFontaine dan Zimmerman (1989) menunjukkan bahwa gasifikasi
dengan sistem pendinginan udara dan penyaringan curah menggunakan wood chips cukup
memadai untuk menjalankan traktor dengan daya 35 Hp, tanpa mengalami masalah yang
berarti. Penggunaan cebis kayu merupakan cara yang praktis sehingga banyak digunakan
(Anonim, 1986). Bahan yang lain untuk penyaring curah adalah arang, glass-wool (anonym,
1986), dan sebagainya.
2.2.3 Macam-Macam Biomas untuk Gasifikasi
Terdapat berbagai macam sumber biomas yang dapat digunakan sebagai umpan pada
proses gasifikasi. Pada dasarnya semua jenis biomas padat kering dapat digasifikasi, meskipun
untuk satu rancangan reaktor biasanya hanya cocok untuk beberapa jenis biomas tertentu.
Beberapa parameter gasifikasi yang sangat dipengaruhi oleh biomas yang digunakan yaitu
stabilitas nyala, mutu gas (kandungan energi, tingkat kebersihan), efisiensi, dan penurunan
tekanan yang disebabkan hambatan aliran udara melalui tumpukan bahan. Beberapa parameter
utama kesesuaian biomas untuk gasifikasi adalah: kandungan energi, kadar air, kandungan
bahan volatile, ukuran bahan, distribusi ukuran bahan, reaktivitas penyalaan, kadar abu,
komposisi kimia abu, rapat curah, dan karakteristik pengarangannya (Anonim, 1986).

2.3 Gasifikasi Biomassa


Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan
selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar. Gas tersebut
dipergunakan sebagai bahan bakar motor untuk menggerakan generator pembangkit listrik.
14

Gasifikasi merupakan salah satu alternatif dalam rangka program penghematan dan diversifikasi
energi. Selain itu gasifikasi akan membantu mengatasi masalah penanganan dan pemanfaatan
limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan. Ada tiga bagian utama perangkat gasifikasi, yaitu :
(a) unit pengkonversi bahan baku (umpan) menjadi gas, disebut reaktor gasifikasi atau gasifier,
(b) unit pemurnian gas, (c) unit pemanfaatan gas.
2.3.1 Gasifier Untuk Gasifikasi Biomassa
Jenis gasifier yang sesuai antuk memproses biomassa adalah down-draft, dimana
unggun biomassa turun sendiri karena gaya gravitasi dan aliran gas juga turun melewati
unggun tersebut. Gasifier ini mempunyai bentuk konvensional berupa silinder dengan satu
penyempitan dibagian tengah yang disebut tengorokan. Bentuk ini cocok untuk memproses
biomassa yang mempunyai ukuran partikel besar, seperti potongan kayu dan batok kelapa.
Untuk biomassa berukuran kecil. Seperti sekam padi dan serbuk gergaji, diperlukan gasifier
tanpa tenggorokan dan tanpa tutup atas
2.3.2 Perangkat Gasifikasi
Gas yang keluar dari gasifikasi masih mengandung kotoran dan temperaturnya
tinggi,karena itu perlu pengolahan lebih lanjut (lihat Gambar 2.6):

siklon untuk memisahkan debu kasar

filter uutuk menyaring debu halus

pendingin gas

pengendap air dan tar yang terkondensasi.

15

Gambar 2.6 Unit Gasifikasi


Bentuk peralatan tersebut bermacam-macam, misalnya filter dapat dibuat dari ijuk,
batu, sabut kelapa dan lain-lainnva. Gas dapat didinginkan dengat semprotan air atau
dilewatkan dalam pipa panjang. Sedangkan pemisahan air dan tar dapat dilakukan dalam
tangki besar atau saringan.
2.3.3 Status Teknologi Gasifikasi Biomas Di Indonesia
Saat ini telah ada beberapa sistem gasifikasi biomas yang sudah terpasang dan
beroperasi di Indonesia. Namun informasi mengenai teknologi gasifikasi biomas di
Indonesia masih sangat sedikit. Data tahun 1999 (Anonim, 1999) menyebutkan bahwa
Community Power Corporation (USA), bekerjasama dengan PT. Bakrie Sumatera Plantation
(BSP) dan Bakrie Renewable Energy System merencanakan untuk membangun sistem
gasifikasi biomas untuk elektrifikasi pemukiman terpencil pekerja perkebunan di PT BSP
yang tersebar di berbagai lokasi perkebunan tersebut. Teknologi yang akan digunakan
adalah teknologi gasifikasi biomas hasil penelitian di Amerika.
Belum diperoleh informasi lanjut mengenai status proyek tersebut saat ini. Meskipun
demikian dapat diperkirakan bahwa untuk dapat menerapkan teknologi tersebut secara luas
diperlukan proyek uji coba terlebih dahulu untuk menguji kesesuaian teknologi tersebut
dengan kondisi setempat.
16

Dalam Harian Suara Pembaruan tanggal 19 Januari 2004 disebutkan bahwa PT


Indonesia Power (IP) memanfaatkan sekam padi untuk bahan bakar pembangkit listrik
tenaga diesel (PLTD) dengan cara gasifikasi. Sistem gasifikasi biomas yang berlokasi di
pusat penggilingan padi di Desa Cipancuh Kecamatan Haur Geulis, Indramayu tersebut
dilaporkan memiliki daya 100 kW.
Heriansyah (2005) melaporkan adanya beberapa sistem gasifikasi biomas yang
beroperasi di Indonesia. Teknologi gasifikasi biomas antara lain telah dikembangkan oleh
PT. Ajiubaya di sebagian kecil wilayah Kabupaten Sampit, Kalimantan Timur, dengan
kapasitas 4 - 6 MW. Namun tidak dijelaskan sistem gasifikasi biomas yang digunakan. PT.
Boma Bisma Indra telah mengoperasikan beberapa instalasi Bioner-1 dengan kapasitas
sekitar 18 kW di beberapa wilayah di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi Utara. Sistem
tersebut berupa gasifikasi biomas untuk menjalankan motor diesel dan digunakan untuk
pembangkit listrik, pompa air atau mesin penggiling (Heriansyah 2005).

17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami ambil beberapa kesimpulan yaitu :

Gasifikasi adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung karbon untuk
mengubah material baik cair maupun padat menjadi bahan bakar gas dengan
menggunakan temperatur tinggi.

Keunggulan dari teknologi gasifikasi yaitu mampu menghasilkan produk gas yang
konsisten yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik

Terdapat 3 jenis pengegas (gasifier) yang banyak digunakan untuk gasifikasi, yaitu tipe
moving bed (lapisan bergerak), fluidized bed (lapisan mengambang), dan entrained flow
(aliran semburan). Karena masing masing pengegas memiliki kelebihan dan
kekurangan, maka alat yang akan digunakan lebih ditentukan oleh karakteristik bahan
bakar dan tujuan gasifikasi.

Gasifikasi

terdiri

dari

empat

tahapan

terpisah:

pengeringan,

pirolisis,

oksidasi/pembakaran dan reduksi. Keempat tahapan ini terjadi secara alamiah dalam
proses pembakaran.

Secara sederhana, gasifikasi biomassa dapat didefinisikan sebagai proses konversi bahan
selulosa dalam suatu reaktor gasifikasi (gasifier) menjadi bahan bakar.

Jenis gasifier yang sesuai antuk memproses biomassa adalah down-draft, dimana unggun
biomassa turun sendiri karena gaya gravitasi dan aliran gas juga turun melewati unggun
tersebut.

18

3.2 Saran
Teknologi gasifikasi biomassa telah ada di Indonesia, dan mempunyai masa depan yang
cerah sebagai sumber energi alternatif. Teknologi gasifikasi biomassa ini walaupun sudah ada di
Indonesia tetapi belum begitu berkembang dan maju, sehingga manfaatnya belum banyak
dirasakan oleh masyarakat luas. Padahal energi kita khususnya energi bahan bakar fosil kian
menipis

jumlahnya.

Diharapkan

para

pembaca

khususnya

para

mahasiswa

dapat

mengaplikasikan ilmunya dalam pengembangan teknologi gasifikasi biomassa di masyarakat


sekitar agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

19

Anda mungkin juga menyukai